PART 116

Fanfiction Completed 48666

"benar. seperti itulah kamu dimataku saat ini. kenapa kau pergi selama 7 tahun tanpa kabar dan sekarang tiba-tiba muncul kembali meminta maaf padaku? haa..? kenapa kau lakukan itu? kenapa kau tidak mempertahankan keputusanmu itu saja untuk menetap disana. mungkin itu malah akan membuatku dapat melupakan semuanya. tapi kenapa kau datang lagi lalu memupuskan usahaku selama ini untuk melupakanmu? jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. aku hanya akan menganggap pertemuan kita dulu itu sebagai bunga tidur yang tidak akan bisa menjadi kenyataan." ucap Popor mencoba tegar lalu melangkahkan kakinya meraih kembali gagang pintu apartemennya. sementara Kevin langsung beranjak dari tempatnya berdiri kemudian menarik Popor kedalam pelukannya hingga semakin membuat Popor tekejut dan tidak sempat menolak pelukan yang secara tiba-tiba itu.

"baiklah. seperti ini lebih baik. sekarang kau boleh mengatakan apapun padaku. kau  boleh bicara apa saja yang ada dipikiranmu saat ini padaku. katakanlah semua keluh kesahmu selama aku pergi ke Amerika. ini semua memang salahku, maafkan aku. tapi ijinkan aku memelukmu sekali ini saja. setelah itu kau boleh mengata-ngataiku sepuasmu. kau boleh bicara kasar padaku dan memarahiku seperti tadi. ini bukan permintaan, tapi ini peraturannya. kau mengerti?" ucap Kevin yang masih berlinang airmata seraya mengusap lembut rambut panjang Popor yang tegerai dengan indah.

"bagaimana kau..."

"ssst.. sebentar saja. kumohon.." potong Kevin semakin mendekap Popor dengan erat seraya memejamkan kedua matanya seolah ingin melepaskan rindu yang selama ini terpendam didalam sana. seutas rindu yang selama ini tersimpan rapi hingga pada akhirnya menjadi beku kemudian perlahan mencair diterpa kehangatan dari sang rasa cinta yang masih tertinggal dilubuk sana. tak ada suara. yang ada hanyalah bunyi detak jantung mereka yang terdengar tak berirama. sementara Popor hanya sekali-kali mampu mengedipkan matanya seakan mulai hanyut dalam suasana malam itu. tanpa ia sadari tetesan airmatanya jatuh membasahi bahu Kevin yang kekar dan masih mendekapnya dengan erat. tak bisa dipungkiri, ia merasakan kehangatan dan kenyamanan itu lagi.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience