Ahmadi bersama dengan semua rakannya muncul di antara semak dan samun yang berdekatan dengan jalan yang berturapkan aspal .
" Kat mana kita ni ? " Tanya Naera dengan lembut .
" Kita kat jalan masuk ke perkampungan Puak Kubeku . " Balas Ahmadi dengan tenang sambil membuang ranting kayu dan daun - daun yang bertapak pada atas kepalanya . " Dalam kampung ni , semua suku yang ada kat dalam Puak Kubeku , tinggal kat dalam kampung ni . "
" Tapi , tak boleh ke awak munculkan kitorang kat tempat elok sikit ? " Tanya Maera sambil dia memasukkan tangannya ke leher bajunya untuk membuang daun - daun pokok .
" Korang dah nak tengok bukti . Banyak bunyi pula . " Balas Ahmadi dengan jelas dan bersahaja . " Jangan banyak cakap . Ikut je . Aku lagi teruk ni . Serangga masuk dalam baju aku . "
Ahmadi berjalan sambil dia mengibas - ngibaskan bahagian bawah bajunya . " Mari . "
Muniandy menolak Aivira dengan agak kuat sehingga Aivira tertolak Naera .
" Apa hal awak ni ? ! " Jerkah Naera dengan geram lalu hendak menumbuk Aivira namun , telinganya ditarik oleh Siti Hawa .
" Jangan nak buat hal kat sini . " Kata Siti Hawa lalu menolak tubuh Naera dengan lembut .
" Janganlah tolak - tolak . " Kata Naera dengan wajah masam .
" Korang nilah . " Kata Siti Nursamawi pula dengan lembut .
" Ni semua salah Ai . " Kata Maera dengan tenang .
" Yelah .Yelah . Saya salah . " Kata Aivira dengan jelas .
Ahmadi melihat ke arah rakan - rakannya yang menghampirinya .
Selepas itu , mereka semua berjalan dengan perlahan - lahan .
" Siapa je yang tinggal kat sini ? " Tanya Stephen Akio Kenzo dengan tenang .
" Latiri , Hapaku , Kucina , Witchie , dan Sion . Banyak lagilah yang tinggal kat sini . " Jawab Sheila Asyikin dengan lembut dan jelas . " Semua diorang tinggal kat sini . Diorang , lain - lain suku tapi , dibawah Puak Kubeku . "
" Maksud awak , Puak Kubeku , puak besar . Dan , bawah puak tu , ada lagi suku - suku
kecil kat bawah dia ? " Tanya Ratni dengan lembut .
" Puak Kubeku tu , nama untuk semua suku yang ada dalam Puak Kubeku . " Jawab Sheila Asyikin dengan manja sambil menganggukkan kepalanya . " Contohnya , macam Kucina . Dia Suku Cimall . Tapi , kalau dia perkenalkan diri dia . Dia akan cakap macam ni . ' Saya Kucina , berasal daripada Puak Kubeku , suku Cimall . ' "
" Faham , faham . " Kata Muniandy dengan jelas . " Apa kelebihan Puak ni ? "
" Assassin . Kat sinilah antara tempat aku dan In , belajar macam mana nak jadi Assassin kat dunia ni . " Balas Ahmadi dengan bersahaja dan tenang . " Mengintip , menghendap , memburu , menghidu . Macam - macamlah . "
" Boleh tahan juga . " Kata Stephen Akio Kenzo selepas dia dan rakan - rakannya telah dapat melihat beberapa bangunan yang agak futuristik melalui satu Pintu Gerbang yang unik . " Ni kira macam Perkampungan Modenlah ' ek ' ? "
" Yelah . Kau ingat diorang ni kolot ke ? " Balas Ahmadi sambil tersengih . " Dunia ni pun macam dunia kita juga . Ada hiburan semua bagai . Teknologi . Artis pun ada . "
Selepas beberapa detik bertapak dan melangkah , Ahmadi bersama dengan semua rakannya melewati Pintu Gerbang Perkampungan Puak Kubeku .
" Boleh tahan tempat ni . " Kata Muniandy dengan jelas . " Tapi , kita nak ke mana ? "
" Ikut jelah . " Kata Ahmadi dengan langkahnya yang bersahaja .
Mata Siti Nursamawi dan rakan - rakan wanitanya menjamah ke arah gedung pakaian yang mereka lewati .
" Aduh . Masa nilah Didie bawa kita semua ke sini . Dahlah kita langsung takde duit dunia ni . " Bisik Naera ke kepada Siti Hawa dengan lembut . " Baju - baju dia lawa ' dowh ' " .
" Sheila . Kau mesti ada duit , kan ? " Bisik Siti Nursamawi dengan lembut .
Sheila Asyikin mengarahkan Siti Nursamawi diam dengan meletakkan jarinya ke bibirnya dan kemudian , dia memuncungkan bibirnya ke arah Didie . " Nanti abang marah . "
Siti Nursamawi berlari - lari anak ke depan dan terus sahaja mendepakan tangannya di hadapan Ahmadi .
" Kau nak apa ? " Tanya Ahmadi dengan nada bersahaja .
" Kitorang tahu dan faham . Kau marah . Kitorang pun , menyesal . Dah menyesal . Betul . Menyesal sangat . " Kata Siti Nursamawi dengan nada manjanya . " Kau tengok belakang kejap , boleh ? Kejap je . Tak lama . "
Ahmadi melihat ke belakang dan kemudian , reaksi wajah semacam terus sahaja membaluti wajah bersahajanya .
Mata rakan - rakan wanitanya bercahaya dan bersinar .
Sinaran dan cahaya yang murni . Ibarat kanak - kanak yang meminta akan sesuatu yang amat diidam - idamkan .
Di sudut paling tepi , berdirinya Aivira yang matanya juga turut memancarkan cahaya dan sinaran yang sama .
" Yang kau berdiri macam diorang tu , dah kenapa ? " Tanya Ahmadi dengan nada bersahajanya . " Kau nak apa ? "
" Adik nak ' sekerim cekelat ' , boleh ? " Tanya Aivira sambil tersenyum .
Maera menggaru belakang kepalanya sambil melihat ke arah Muniandy , manakala Stephen Akio Kenzo pula menolak bahunya dengan lembut .
Adam pula menolak tangan Maera dengan gaya kebudak - budakkan . " Cakaplah . "
" Kalau boleh . Kitorang , pun nak juga ' sekerim ' . Sikit pun takpelah . Asal ada . " Kata Maera dengan lembut . " Kitorang takde duit dunia ni . "
Ahmadi hanya mampu membuat reaksi wajahnya yang semacam .
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
" Ni tak cukup . " Kata Prof . Zenderall dengan lembut . " Kita perlukan banyak lagi . "
Selepas itu , dia memandang ke arah Prof . Linda Josephine . " Bekalan senjata dari syarikat kita , cukup tak ? "
" Kalau untuk diorang semua ni , memang cukup . Tapi untuk anggota baru ni , memang tak cukup . " Balas Prof . Linda Josephine . " Kita kena cari lagi . "
" Kau ada ' ushar ' tak gudang dan makmal senjata Stephen ? " Tanya Prof . Zenderall dengan jelas .
" Dah . Takde . Kosong . Dia bawa lari semua kerja syarikat dia . " Balas Prof . Linda Josephine . " Satu pun tak tinggal . "
Prof . Zenderall tersengih . " Dia tak nak ada yang curi hasil kerja dia . "
Tidak lama selepas itu , dia mengeluh dan menganggukkan kepalanya . " Kalau macam tu , kita kena ambil bekalan . "
Prof . Linda Josephine menyilangkan kakinya . Memperlihatan pangkal pehanya yang gebu dan putih. " Nak cari kat mana ? "
" Kat mana lagi ada bekalan senjata ? Bekalan peluru ? " Tanya Prof . Zenderall sambil tersenyum .
" Jangan bawa diorang ni . Diorang gelojoh sangat . " Balas Prof . Linda Josephine dengan tenang . " Bawa Ketua - ketua je . Itu dah cukup . "
Prof . Zenderall tersenyum . " Bagi arahan kat budak - budak ni . Pergi beramah - mesra kat Pusat Tahanan Sementara ( PTS ) , Penjara Pulau Biru kat daerah ni dan kat Penjara Pasela yang ada kat kawasan ni . Rekrut seramai mana yang boleh . "
Prof . Linda Josephine yang berwajah jelita , melirik ke arah Prof . Zenderall dengan lirikan yang mengerikan .
" Kau dah kenapa ? " Tanya Prof . Zenderall bersulamkan sengihannya .
" Saya tak sabar nak mulakan projek utama . Awak lambat sangat bergerak . " Balas Prof . Linda Josephine dengan jelas .
" Sabarlah . " Kata Prof . Zenderall dengan senyumannya . " Sesuatu yang baik , sesuatu yang bagus , memang berbaloi kalau kau tunggu lama . "
Prof . Linda Josephine berlalu pergi meninggalkan Prof . Zenderall .
Dia menuruni tangga dan berjalan menuju ke arah ramainya anggota kumpulan mereka yang rata - ratanya merupakan , penjenayah ' Manusia ' dan juga Penjenayah ' Freak ' .
Malah , daripada Golongan Manusia dan Golongan Freak yang biasa juga turut memilih untuk bekerjasama dengan dia dan Prof . Zenderall .
Tidak kira , Lelaki mahupun Wanita .
" Dengar sini . Yang Mulia Zen arahkan korang untuk cari lagi ramai anggota untuk kumpulan ni . " Kata Prof . Linda Josephine dengan jelas . " Kat PTS , Penjara , dan Penjara Pasela . "
" Apa ganjaran untuk kerja ni ? " Kata seorang Lelaki bertubuh sasa dan bertatu .
" Apa yang awak nak ? " Tanya Prof . Linda Josephine dengan tenang .
Lelaki itu menggosok - gosok dagunya sambil tersenyum . " Apa kata , awak tidur dengan saya ? "
Prof . Linda Josephine tersenyum . " Itu je ? "
Lelaki itu semakin tersenyum lalu melihat ke arah rakan - rakanya . " Lepas dengan saya , rakan - rakan saya pun , nak juga . "
" Awak berani minta ganjaran macam tu dekat saya . " Kata Prof . Linda Josephine dengan tenang dan tersenyum .
Lelaki itu menggerakkan kepalanya dengan gaya yang berlagak sambil tersenyum dan kemudian , dia berpeluk tubuh . " Dan , saya nak . ' Ganjaran pendahuluan ' . "
Prof . Linda Josephine tersenyum . Menyerlahkan lagi kejelitaan dan keseksian wajahnya . " Kat mana awak nak ganjaran pendahuluan tu ? "
" Terpulang kat awak . " Kata Lelaki itu sambil terus tersenyum .
Prof . Linda Josephine tersenyum lalu , dia mengambil sebuah kerusi .
Selepas itu , dia menanggalkan Kot Putih Professornya dan kemudian , dia membuka beberapa butang baju kemejanya memperlihatkan kegebuan dadanya .
Dia melabuhkan punggungnya di atas kerusi tadi .
Dia yang hanya memakai Skirt pendek atas lutut , menjarakkan sedikit pehanya yang gebu . " Awak boleh pilih bahagian mana yang awak nak . Atas , tengah , bawah . "
Lelaki itu bersama dengan senyumannya , menghampiri Prof . Linda Josephine dan berdiri di celah kangkang Prof . Linda Josephine .
Selepas itu , dia mula membuka Tali Pinggangnya dan seterusnya , Zipnya seluarnya .
Baru sahaja dia hendak menikmati ' Ganjaran pendahuluannya ' , dia menjerit dengan sekuat hatinya .
Jeritannya itu terlalu kuat sehingga semua yang berada di situ , terperanjat .
Semua yang berada di situ terperanjat melihat keadaan yang berlaku di hadapan mata mereka .
Apatah lagi mendengar jeritan lelaki itu yang menjerit kesakitan dan melihat tangan dan wajah Prof . Linda Josephine yang diselimuti darah pekat yang segar .
Prof . Zenderall yang melihat keadaan itu hanya ketawa berdekah - dekah .
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
" Ini kali pertama Tuan bawa semua rakan Tuan ke sini . " Kata seorang Penjual Air dengan nada yang mesra . " Selalu dengar je . "
Ahmadi hanya tersenyum lalu mengambil Air yang dibelinya .
" Boleh tahan rasa air ni . " Kata Muniandy dengan jelas .
" Awak nak bawa kitorang ke mana ni sebenarnya ? " Tanya Adam dengan tenang .
" Rumah Hapaku . " Balas Ahmadi dengan bersahaja . " Tunggu awek - awek tu dulu . Mesti lama . "
" Perempuan . Biasalah . Pergi 10 kedai . Beli pun tak . " Kata Maera dengan jelas . " Lepas tu , patah balik ke kedai nombor dua . Tak beli lagi tu . Masuk ke kedai yang nombor tujuh. Patah balik lagi ke kedai nombor lima . Beli kat kedai nombor sembilan . "
" Hanya untuk ? " Tanya Aivira sambil mencuit bahu Adam dengan lembut . " Satu barang . "
Tiba - tiba , suara jeritan kedengaran menarik telinga Ahmadi dan semua rakannya untuk menoleh ke arah suara itu .
Hapaku berlari dengan sedaya upayanya . Wajahnya cemas dan ketakutan .
Witchie dan Kucina pula , mengejar Hapaku yang sememangnya , agak pantas sedikit berbanding mereka .
" Tepi ! Ke tepi ! " Jerit Hapaku sambil berlari .
Balutan pada tangannya sedikit terbuka dan kelihatan ada sedikit darah pada balutan itu .
Daripada bahagian bawah bajunya juga kelihatan terjulurnya kain balutan yang juga ada kesan darah .
Witchie dan Kucina yang mengejar Hapaku dengan pakaian kerja mereka , meningkatkan lagi kepantasan mereka .
" Siapa tu ? " Tanya Adam .
" Hapaku . " Balas Ahmadi dengan lembut . " Apa hal pula dia lari ? "
Kucina mengambil seketul bata daripada Pasu Bunga yang besar dan terus sahaja melemparkannya ke arah Hapaku .
Batu bata yang dilempar oleh Kucina tadi tepat menghinggap pada kepala Hapaku menyebabkan Hapaku jatuh tersungkur dan terseret di atas jalan .
Betul - betul di mana tempat Ahmadi dan rakan - rakan Ahmadi sedang duduk .
Kucina dengan garang , ditariknya belakang leher baju Hapaku dan kemudian memusingkan badan Hapaku untuk menghadapnya .
" Takde cara lain ke ? " Tanya Hapaku dengan nada cemasnya .
" Sekali lagi awak lari daripada rawatan macam tadi , awak ingat cakap saya ni . saya pecahkan kepala awak . " Balas Witchie dengan geram tanpa membalas soalan Hapaku .
Kucina tiba dan gilirannya pula yang menarik bahagian leher baju Hapaku dan memaksa Hapaku untuk berdiri . " Awak dengar sini . Ini untuk kebaikkan awak juga tau . "
" Saya tak nak . " Kata Hapaku sambil menggeleng - gelengkan kepalanya . " Awak boleh bagi saya minum racun . Tapi kalau itu , saya tak nak . Mati pun takpe . "
" Korang ni apa hal ? " Tanya Ahmadi dengan lembut dengan reaksi wajah bersahajanya .
Kucina , Witchie dan Hapaku menoleh ke arah Ahmadi dan rakan - rakan Ahmadi yang duduk bercangkung di atas Pasu - pasu bunga .
" Tuan - tuan buat apa kat sini ? " Tanya Kucina sambil tersenyum namun , tangannya masih lagi menggenggam leher baju Hapaku .
Kegeramannya jelas kelihatan pada tangannya yang kelihatan dilingkari oleh urat .
" Aku datang sini nak jumpa Hapaku . " Kata Ahmadi dengan tenang . " Aku nak buktikan sesuatu . "
" Eloklah tu . Tuan datang sini nak jumpa sayakan . " Celah Hapaku sambil tersenyum dengan terketar - ketar . " Jom . "
" Yang awak lari ni , kenapa ? " Tanya Maera dengan tenang . " Marathon ke ? "
" Dia ni , lari masa kitorang nak bagi rawatan susulan kat dia . " Kata Witchie dengan jelas . " Kecederaan dia masa bertarung dengan anak buah Edy tu tak elok lagi . Kitorang risau ada jangkitan kuman kat luka dia tu . "
" Awak takut jarum ke ? " Tanya Stephen Akio Kenzo dengan tenang .
Hapaku hanya tersenyum dengan reaksi cemasnya yang masih lagi belum pudar .
" Betullah tu . " Kata Kucina dengan nada geramnya . " Dia ni takut jarum . Muka dah cukup . Badan cukup pakej . Tapi , takut jarum . Bodoh . "
Aivira dan rakan - rakannya kecuali Ahmadi tertawa terbahak - bahak .
" Awak biar betul Die . Takkan Pahlawan DiRaja awak ni takut jarum . " Kata Maera dengan jelas dan lantang .
Ahmadi hanya mengeluh dan menggaru kepalanya yang tidak gatal .
Sheila Asyikin dan rakan - rakan Wanitanya tiba dengan masing - masing membawa Beg Kertas mereka .
" Meriahnya . " Kata Siti Hawa dengan lembut sambil tersenyum .
" Korang dah kenapa ? " Tanpa Sheila Asyikin dengan nada manjanya . " Korang bergaduh ke ? "
Ahmadi mengeluh. " Dahlah , mari pergi hospital . "
" Habislah awak . " Kata Adam dengan nada tawanya . " Bocorlah badan awak . "
" Tuan . Jangan macam tu Tuan . " Kata Hapaku dengan cemas . " Saya boleh je ubat cara kampung . "
Share this novel