BAB 96 - ZEN MENGORAK LANGKAH

Fantasy Series 4007

Ahmadi bersama dengan semua rakannya muncul di antara semak dan samun yang berdekatan dengan jalan yang berturapkan aspal .


" Kat mana kita ni ? " Tanya Naera dengan lembut .


" Kita kat jalan masuk ke perkampungan Puak Kubeku . " Balas Ahmadi dengan tenang sambil membuang ranting kayu dan daun - daun yang bertapak pada atas kepalanya . " Dalam kampung ni , semua suku yang ada kat dalam Puak Kubeku , tinggal kat dalam kampung ni . "

" Tapi , tak boleh ke awak munculkan kitorang kat tempat elok sikit ? " Tanya Maera sambil dia memasukkan tangannya ke leher bajunya untuk membuang daun - daun pokok .

" Korang dah nak tengok bukti . Banyak bunyi pula . " Balas Ahmadi dengan jelas dan bersahaja . " Jangan banyak cakap . Ikut je . Aku lagi teruk ni . Serangga masuk dalam baju aku . "

Ahmadi berjalan sambil dia mengibas - ngibaskan bahagian bawah bajunya . " Mari . "


Muniandy menolak Aivira dengan agak kuat sehingga Aivira tertolak Naera .


" Apa hal awak ni ? ! " Jerkah Naera dengan geram lalu hendak menumbuk Aivira namun , telinganya ditarik oleh Siti Hawa .


" Jangan nak buat hal kat sini . " Kata Siti Hawa lalu menolak tubuh Naera dengan lembut .


" Janganlah tolak - tolak . " Kata Naera dengan wajah masam .


" Korang nilah . " Kata Siti Nursamawi pula dengan lembut .


" Ni semua salah Ai . " Kata Maera dengan tenang .


" Yelah .Yelah . Saya salah . " Kata Aivira dengan jelas .


Ahmadi melihat ke arah rakan - rakannya yang menghampirinya .

Selepas itu , mereka semua berjalan dengan perlahan - lahan .


" Siapa je yang tinggal kat sini ? " Tanya Stephen Akio Kenzo dengan tenang .


" Latiri , Hapaku , Kucina , Witchie , dan Sion . Banyak lagilah yang tinggal kat sini . " Jawab Sheila Asyikin dengan lembut dan jelas . " Semua diorang tinggal kat sini . Diorang , lain - lain suku tapi , dibawah Puak Kubeku . "


" Maksud awak , Puak Kubeku , puak besar . Dan , bawah puak tu , ada lagi suku - suku
kecil kat bawah dia ? " Tanya Ratni dengan lembut .


" Puak Kubeku tu , nama untuk semua suku yang ada dalam Puak Kubeku . " Jawab Sheila Asyikin dengan manja sambil menganggukkan kepalanya . " Contohnya , macam Kucina . Dia Suku Cimall . Tapi , kalau dia perkenalkan diri dia . Dia akan cakap macam ni . ' Saya Kucina , berasal daripada Puak Kubeku , suku Cimall . ' "


" Faham , faham . " Kata Muniandy dengan jelas . " Apa kelebihan Puak ni ? "


" Assassin . Kat sinilah antara tempat aku dan In , belajar macam mana nak jadi Assassin kat dunia ni . " Balas Ahmadi dengan bersahaja dan tenang . " Mengintip , menghendap , memburu , menghidu . Macam - macamlah . "


" Boleh tahan juga . " Kata Stephen Akio Kenzo selepas dia dan rakan - rakannya telah dapat melihat beberapa bangunan yang agak futuristik melalui satu Pintu Gerbang yang unik . " Ni kira macam Perkampungan Modenlah ' ek ' ? "


" Yelah . Kau ingat diorang ni kolot ke ? " Balas Ahmadi sambil tersengih . " Dunia ni pun macam dunia kita juga . Ada hiburan semua bagai . Teknologi . Artis pun ada . "


Selepas beberapa detik bertapak dan melangkah , Ahmadi bersama dengan semua rakannya melewati Pintu Gerbang Perkampungan Puak Kubeku .


" Boleh tahan tempat ni . " Kata Muniandy dengan jelas . " Tapi , kita nak ke mana ? "


" Ikut jelah . " Kata Ahmadi dengan langkahnya yang bersahaja .


Mata Siti Nursamawi dan rakan - rakan wanitanya menjamah ke arah gedung pakaian yang mereka lewati .


" Aduh . Masa nilah Didie bawa kita semua ke sini . Dahlah kita langsung takde duit dunia ni . " Bisik Naera ke kepada Siti Hawa dengan lembut . " Baju - baju dia lawa ' dowh ' " .


" Sheila . Kau mesti ada duit , kan ? " Bisik Siti Nursamawi dengan lembut .


Sheila Asyikin mengarahkan Siti Nursamawi diam dengan meletakkan jarinya ke bibirnya dan kemudian , dia memuncungkan bibirnya ke arah Didie . " Nanti abang marah . "


Siti Nursamawi berlari - lari anak ke depan dan terus sahaja mendepakan tangannya di hadapan Ahmadi .


" Kau nak apa ? " Tanya Ahmadi dengan nada bersahaja .


" Kitorang tahu dan faham . Kau marah . Kitorang pun , menyesal . Dah menyesal . Betul . Menyesal sangat . " Kata Siti Nursamawi dengan nada manjanya . " Kau tengok belakang kejap , boleh ? Kejap je . Tak lama . "


Ahmadi melihat ke belakang dan kemudian , reaksi wajah semacam terus sahaja membaluti wajah bersahajanya .


Mata rakan - rakan wanitanya bercahaya dan bersinar .

Sinaran dan cahaya yang murni . Ibarat kanak - kanak yang meminta akan sesuatu yang amat diidam - idamkan .


Di sudut paling tepi , berdirinya Aivira yang matanya juga turut memancarkan cahaya dan sinaran yang sama .


" Yang kau berdiri macam diorang tu , dah kenapa ? " Tanya Ahmadi dengan nada bersahajanya . " Kau nak apa ? "


" Adik nak ' sekerim cekelat ' , boleh ? " Tanya Aivira sambil tersenyum .


Maera menggaru belakang kepalanya sambil melihat ke arah Muniandy , manakala Stephen Akio Kenzo pula menolak bahunya dengan lembut .


Adam pula menolak tangan Maera dengan gaya kebudak - budakkan . " Cakaplah . "


" Kalau boleh . Kitorang , pun nak juga ' sekerim ' . Sikit pun takpelah . Asal ada . " Kata Maera dengan lembut . " Kitorang takde duit dunia ni . "


Ahmadi hanya mampu membuat reaksi wajahnya yang semacam .

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx


" Ni tak cukup . " Kata Prof . Zenderall dengan lembut . " Kita perlukan banyak lagi . "

Selepas itu , dia memandang ke arah Prof . Linda Josephine . " Bekalan senjata dari syarikat kita , cukup tak ? "


" Kalau untuk diorang semua ni , memang cukup . Tapi untuk anggota baru ni , memang tak cukup . " Balas Prof . Linda Josephine . " Kita kena cari lagi . "


" Kau ada ' ushar ' tak gudang dan makmal senjata Stephen ? " Tanya Prof . Zenderall dengan jelas .


" Dah . Takde . Kosong . Dia bawa lari semua kerja syarikat dia . " Balas Prof . Linda Josephine . " Satu pun tak tinggal . "


Prof . Zenderall tersengih . " Dia tak nak ada yang curi hasil kerja dia . "

Tidak lama selepas itu , dia mengeluh dan menganggukkan kepalanya . " Kalau macam tu , kita kena ambil bekalan . "


Prof . Linda Josephine menyilangkan kakinya . Memperlihatan pangkal pehanya yang gebu dan putih. " Nak cari kat mana ? "


" Kat mana lagi ada bekalan senjata ? Bekalan peluru ? " Tanya Prof . Zenderall sambil tersenyum .


" Jangan bawa diorang ni . Diorang gelojoh sangat . " Balas Prof . Linda Josephine dengan tenang . " Bawa Ketua - ketua je . Itu dah cukup . "


Prof . Zenderall tersenyum . " Bagi arahan kat budak - budak ni . Pergi beramah - mesra kat Pusat Tahanan Sementara ( PTS ) , Penjara Pulau Biru kat daerah ni dan kat Penjara Pasela yang ada kat kawasan ni . Rekrut seramai mana yang boleh . "


Prof . Linda Josephine yang berwajah jelita , melirik ke arah Prof . Zenderall dengan lirikan yang mengerikan .


" Kau dah kenapa ? " Tanya Prof . Zenderall bersulamkan sengihannya .


" Saya tak sabar nak mulakan projek utama . Awak lambat sangat bergerak . " Balas Prof . Linda Josephine dengan jelas .


" Sabarlah . " Kata Prof . Zenderall dengan senyumannya . " Sesuatu yang baik , sesuatu yang bagus , memang berbaloi kalau kau tunggu lama . "


Prof . Linda Josephine berlalu pergi meninggalkan Prof . Zenderall .

Dia menuruni tangga dan berjalan menuju ke arah ramainya anggota kumpulan mereka yang rata - ratanya merupakan , penjenayah ' Manusia ' dan juga Penjenayah ' Freak ' .

Malah , daripada Golongan Manusia dan Golongan Freak yang biasa juga turut memilih untuk bekerjasama dengan dia dan Prof . Zenderall .

Tidak kira , Lelaki mahupun Wanita .


" Dengar sini . Yang Mulia Zen arahkan korang untuk cari lagi ramai anggota untuk kumpulan ni . " Kata Prof . Linda Josephine dengan jelas . " Kat PTS , Penjara , dan Penjara Pasela . "


" Apa ganjaran untuk kerja ni ? " Kata seorang Lelaki bertubuh sasa dan bertatu .


" Apa yang awak nak ? " Tanya Prof . Linda Josephine dengan tenang .


Lelaki itu menggosok - gosok dagunya sambil tersenyum . " Apa kata , awak tidur dengan saya ? "


Prof . Linda Josephine tersenyum . " Itu je ? "


Lelaki itu semakin tersenyum lalu melihat ke arah rakan - rakanya . " Lepas dengan saya , rakan - rakan saya pun , nak juga . "


" Awak berani minta ganjaran macam tu dekat saya . " Kata Prof . Linda Josephine dengan tenang dan tersenyum .


Lelaki itu menggerakkan kepalanya dengan gaya yang berlagak sambil tersenyum dan kemudian , dia berpeluk tubuh . " Dan , saya nak . ' Ganjaran pendahuluan ' . "


Prof . Linda Josephine tersenyum . Menyerlahkan lagi kejelitaan dan keseksian wajahnya . " Kat mana awak nak ganjaran pendahuluan tu ? "


" Terpulang kat awak . " Kata Lelaki itu sambil terus tersenyum .


Prof . Linda Josephine tersenyum lalu , dia mengambil sebuah kerusi .

Selepas itu , dia menanggalkan Kot Putih Professornya dan kemudian , dia membuka beberapa butang baju kemejanya memperlihatkan kegebuan dadanya .

Dia melabuhkan punggungnya di atas kerusi tadi .

Dia yang hanya memakai Skirt pendek atas lutut , menjarakkan sedikit pehanya yang gebu . " Awak boleh pilih bahagian mana yang awak nak . Atas , tengah , bawah . "


Lelaki itu bersama dengan senyumannya , menghampiri Prof . Linda Josephine dan berdiri di celah kangkang Prof . Linda Josephine .

Selepas itu , dia mula membuka Tali Pinggangnya dan seterusnya , Zipnya seluarnya .

Baru sahaja dia hendak menikmati ' Ganjaran pendahuluannya ' , dia menjerit dengan sekuat hatinya .

Jeritannya itu terlalu kuat sehingga semua yang berada di situ , terperanjat .


Semua yang berada di situ terperanjat melihat keadaan yang berlaku di hadapan mata mereka .


Apatah lagi mendengar jeritan lelaki itu yang menjerit kesakitan dan melihat tangan dan wajah Prof . Linda Josephine yang diselimuti darah pekat yang segar .


Prof . Zenderall yang melihat keadaan itu hanya ketawa berdekah - dekah .

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx


" Ini kali pertama Tuan bawa semua rakan Tuan ke sini . " Kata seorang Penjual Air dengan nada yang mesra . " Selalu dengar je . "


Ahmadi hanya tersenyum lalu mengambil Air yang dibelinya .


" Boleh tahan rasa air ni . " Kata Muniandy dengan jelas .


" Awak nak bawa kitorang ke mana ni sebenarnya ? " Tanya Adam dengan tenang .


" Rumah Hapaku . " Balas Ahmadi dengan bersahaja . " Tunggu awek - awek tu dulu . Mesti lama . "


" Perempuan . Biasalah . Pergi 10 kedai . Beli pun tak . " Kata Maera dengan jelas . " Lepas tu , patah balik ke kedai nombor dua . Tak beli lagi tu . Masuk ke kedai yang nombor tujuh. Patah balik lagi ke kedai nombor lima . Beli kat kedai nombor sembilan . "


" Hanya untuk ? " Tanya Aivira sambil mencuit bahu Adam dengan lembut . " Satu barang . "


Tiba - tiba , suara jeritan kedengaran menarik telinga Ahmadi dan semua rakannya untuk menoleh ke arah suara itu .


Hapaku berlari dengan sedaya upayanya . Wajahnya cemas dan ketakutan .


Witchie dan Kucina pula , mengejar Hapaku yang sememangnya , agak pantas sedikit berbanding mereka .


" Tepi ! Ke tepi ! " Jerit Hapaku sambil berlari .

Balutan pada tangannya sedikit terbuka dan kelihatan ada sedikit darah pada balutan itu .

Daripada bahagian bawah bajunya juga kelihatan terjulurnya kain balutan yang juga ada kesan darah .


Witchie dan Kucina yang mengejar Hapaku dengan pakaian kerja mereka , meningkatkan lagi kepantasan mereka .


" Siapa tu ? " Tanya Adam .


" Hapaku . " Balas Ahmadi dengan lembut . " Apa hal pula dia lari ? "


Kucina mengambil seketul bata daripada Pasu Bunga yang besar dan terus sahaja melemparkannya ke arah Hapaku .


Batu bata yang dilempar oleh Kucina tadi tepat menghinggap pada kepala Hapaku menyebabkan Hapaku jatuh tersungkur dan terseret di atas jalan .

Betul - betul di mana tempat Ahmadi dan rakan - rakan Ahmadi sedang duduk .


Kucina dengan garang , ditariknya belakang leher baju Hapaku dan kemudian memusingkan badan Hapaku untuk menghadapnya .


" Takde cara lain ke ? " Tanya Hapaku dengan nada cemasnya .


" Sekali lagi awak lari daripada rawatan macam tadi , awak ingat cakap saya ni . saya pecahkan kepala awak . " Balas Witchie dengan geram tanpa membalas soalan Hapaku .


Kucina tiba dan gilirannya pula yang menarik bahagian leher baju Hapaku dan memaksa Hapaku untuk berdiri . " Awak dengar sini . Ini untuk kebaikkan awak juga tau . "


" Saya tak nak . " Kata Hapaku sambil menggeleng - gelengkan kepalanya . " Awak boleh bagi saya minum racun . Tapi kalau itu , saya tak nak . Mati pun takpe . "


" Korang ni apa hal ? " Tanya Ahmadi dengan lembut dengan reaksi wajah bersahajanya .


Kucina , Witchie dan Hapaku menoleh ke arah Ahmadi dan rakan - rakan Ahmadi yang duduk bercangkung di atas Pasu - pasu bunga .


" Tuan - tuan buat apa kat sini ? " Tanya Kucina sambil tersenyum namun , tangannya masih lagi menggenggam leher baju Hapaku .

Kegeramannya jelas kelihatan pada tangannya yang kelihatan dilingkari oleh urat .


" Aku datang sini nak jumpa Hapaku . " Kata Ahmadi dengan tenang . " Aku nak buktikan sesuatu . "


" Eloklah tu . Tuan datang sini nak jumpa sayakan . " Celah Hapaku sambil tersenyum dengan terketar - ketar . " Jom . "


" Yang awak lari ni , kenapa ? " Tanya Maera dengan tenang . " Marathon ke ? "


" Dia ni , lari masa kitorang nak bagi rawatan susulan kat dia . " Kata Witchie dengan jelas . " Kecederaan dia masa bertarung dengan anak buah Edy tu tak elok lagi . Kitorang risau ada jangkitan kuman kat luka dia tu . "


" Awak takut jarum ke ? " Tanya Stephen Akio Kenzo dengan tenang .


Hapaku hanya tersenyum dengan reaksi cemasnya yang masih lagi belum pudar .


" Betullah tu . " Kata Kucina dengan nada geramnya . " Dia ni takut jarum . Muka dah cukup . Badan cukup pakej . Tapi , takut jarum . Bodoh . "


Aivira dan rakan - rakannya kecuali Ahmadi tertawa terbahak - bahak .


" Awak biar betul Die . Takkan Pahlawan DiRaja awak ni takut jarum . " Kata Maera dengan jelas dan lantang .


Ahmadi hanya mengeluh dan menggaru kepalanya yang tidak gatal .


Sheila Asyikin dan rakan - rakan Wanitanya tiba dengan masing - masing membawa Beg Kertas mereka .


" Meriahnya . " Kata Siti Hawa dengan lembut sambil tersenyum .


" Korang dah kenapa ? " Tanpa Sheila Asyikin dengan nada manjanya . " Korang bergaduh ke ? "


Ahmadi mengeluh. " Dahlah , mari pergi hospital . "


" Habislah awak . " Kata Adam dengan nada tawanya . " Bocorlah badan awak . "


" Tuan . Jangan macam tu Tuan . " Kata Hapaku dengan cemas . " Saya boleh je ubat cara kampung . "

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience