Rate

The Almighty Devil Of Underworld_30

Action Completed 38230

Study Room, LinDenhof Mansion, NYC.

Gio merebahkan dirinya ke belakang kerusi yang ia duduk sebelum menyalakan pemetik api yang berada di tangan kanannya untuk menyalakan rokok di bibirnya. Dia baru saja menyelesaikan empat video persidangan mesyuarat yang dilakukannya berturut-turut. Kedua matanya dipejamkan sebelum menghembus asap rokok ke udara, namun suara pintu yang diketuk itu membuatkan Gio kembali membuka kedua matanya. Kedua mata birunya memandang lelaki tua yang saat ini berjalan masuk ke dalam ruang kerjanya dengan pandangan malas sebelum kembali menghisap rokok yang berada di jarinya.

Butler Chong berdiri di hadapan meja kerja majikannya yang saat ini memandang ke arahnya dengan pandangan tanda tanya yang membuat Butler Chong menelan liurnya dengan panik.

"Master, sekarang sudah menunjukkan waktu makan dan Bella sudah menyediakan makanan tengah hari untuk young miss. Seperti perintah Master makanan yang boleh di makan oleh young miss adalah makanan yang berkhasiat dengan kandungan garam yang rendah."

Mendengar kata-kata Butler Chong perlahan pandangan Gio berubah dingin seakan mengetahui arah pembicaraan tersebut. Belakang Butler Chong berkeringat saat melihat perubahan dari majikannya.

"Dia tidak mahu makan?" tanya Gio dengan nada dingin seakan setiap kata yang dia utarakan dipenuhi dengan tekanan yang membuat jantung Butler Chong semakin berdegup kencang kerana rasa takut yang dia rasakan, namun ketika dia mendengar pertanyaan Gio tadi, lelaki tua tersebut segera menggelengkan kepalanya.

"Young miss makan makanan siang itu walaupun dengan terpaksa," jawab Butler Chong dengan cepat.

"Hm?" Kedua kening Gio terangkat sambil memandang Butler Chong dengan ekspresi yang seakan bertanya 'jadi, apa masalahnya?'

"Masalahnya adalah young miss menolak untuk minum ubat" kata Butler Chong perlahan sebelum merasakan jantungnya seakan berhenti berdegup beberapa saat ketika melihat perubahan majikannya yang saat ini berada di hadapannya.

Aura gelap tiba-tiba menyelubungi seluruh ruang kerja tersebut dengan pandangan Gio yang semakin tajam. "Bella sudah berusaha memujuk young miss tetapi ...dia masih gagal dan young miss mahu..–" kata Butler Chong perlahan sebelum terdiam ketika merasakan mood majikannya berubah menjadi semakin buruk.

Ini benar-benar pilihan yang buruk. Jika bukan di sebabkan kerana kesihatan young miss, dia lebih memilih untuk menangani masalah ini sendiri, namun Butler Chong masih ingat peringatan yang diberikan oleh master bahawa segala yang berkaitan dengan young miss harus diberitahu kepadanya.

"Mahu apa?" desak Gio perlahan, kedua penumbuknya di genggam kuat seakan dia berusaha menahan emosi yang membuak-buak dalam dirinya.

"Young miss kata jika Bella atau saya ingin young miss minum ubat, kami berdua harus membiarkan dia pergi dari mansion ini tanpa memberitahu anda atau ...young miss tidak akan pernah minum ubatnya" sambung Butler Chong dengan susah payah yang menyelesaikan laporannya.

Dia baru saja meninggalkannya beberapa jam dan kucing kecilnya sudah kembali melakukan tantrum? Kata Gio dalam hati dengan pandangan gelap. Perlahan dia bangkit dari posisi duduknya dan segera mematikan rokok yang berada di celah jarinya ke arah asbak yang berada di atas meja kerjanya.

Butler Chong bingung dengan reaksi majikannya sebelum rasa panik menyerang tubuhnya. Master bukan jenis orang yang mudah diprovokasi, namun dia sangat benci dengan perilaku yang tidak hormat dan juga ... lawan jenis. Dan sekarang young miss benar-benar menyinggung dua perkara tersebut.

Semua orang tahu bahawa majikannya ini tidak pernah memandang bulu, baik itu pada lelaki mahupun perempuan. Jika dia menganggap orang itu sudah menyinggungnya. Dia tidak akan teragak-agak menggunakan cara kasar. Menurut majikannya, satu pelajaran haruslah diberikan kepada orang itu walaupun harus menggunakan cara kasar dengan mendisiplinkannya.

Dan hal itu membuatkan rasa panik memenuhi hati Butler Chong karena dia tahu bagaimana pemikiran majikannya ini, dia bimbang jika majikannya ini menggunakan kekerasan kepada young miss. Apatah lagi, ini adalah kali pertama master membiarkan perempuan tinggal di dalam mansion ini. Bahkan, satu-satunya, dan lagi young miss adalah satu-satunya perempuan yang berhasil membuat perubahan pada majikannya.

Butler Chong saat ini benar-benar risau.

Melihat kerisauan di wajah Butler Chong dan juga aura panik mengeliling tubuh lelaki tua itu membuat Gio menghentikan langkahnya dan mengalihkan pandangannya ke arah lelaki yang berada disisinya. "Ada apa?" tanya Gio dengan nada dingin yang sama.

"Master, saya harap anda tidak terlalu kasar dengan young miss ...bagaimanapun keadaan kesihatan young miss masih terlalu lemah ...dari segi fizikal dan juga mentalnya" kata Butler Chong dengan tergagap sambil menundukkan kepalanya.

Sebelah kening Gio terangkat ketika mendengar kata-kata Butler yang selama ini melayani keluarganya. "Uncle fikir saya akan melakukan kekerasan pada, Vina?" tanyanya perlahan.

"Ten... tentu saja tidak, Master" jawab Butler Chong dengan cepat, namun jawapannya yang tergagap dan sikapnya benar-benar mengkhianati kata-katanya.

Bagaimana dia tidak risau? Walaupun young miss baru di dalam mansion ini tapi Butler Chong tahu bahawa young miss adalah perempuan baik dan sopan. Sikapnya itu tanpa sedar membuatkan semua pelayan termasuk dirinya memiliki rasa hormat dan sayang pada young miss, terutama sikapnya yang keras kepala saat berurusan dengan master dan ini adalah pertunjukan yang paling dinanti-nantikan oleh mereka semua.

"Saya tidak akan pernah menyakiti Vina," jawabnya singkat sebelum berjalan meninggalkan ruang kerjanya dan segera ke bilik tidur kucing kecilnya yang berada di sayap timur.

Butler Chong yang mengikuti langkah majikannya diam-diam menghembus nafas lega ketika mendengar nada serius dari majikannya.

***

"Tolonglah Bel. Adakah, kamu sanggup melihat aku seperti tahanan ditempat ini?" kata Mely dengan nada sedih. Kedua matanya berair sambil memandang perempuan yang saat ini berdiri tidak jauh dari tempat tidurnya yang diselimuti perasaan gugup.

"Saya tidak boleh, young miss. Keadaan anda masih lemah. Bagaimana jika terjadi sesuatu?" balas Bella dengan nada panik. Kedua matanya memandang Mely dengan pandangan memohon yang seakan berkata, 'young miss, jangan gunakan ekspresi licik penuh kesedihan anda!!'

Kedua mata Mely yang penuh dengan air mata itu membuatkan ekspresi wajahnya terlihat sangat menyedihkan yang mampu membuat orang yang melihatnya merasa seperti ingin memenuhi apapun yang Mely inginkan agar kedua mata itu tidak lagi dipenuhi air mata.

Merasakan air mata dan ekspresi menyedihkan di wajahnya gagal untuk memujuk Bella memenuhi keinginannya, tanpa sedar Mely mencebikkan bibirnya. Dia memandang perempuan tersebut dengan ekspresi kesal seakan apa yang dilakukan Bella adalah kejahatan besar.

Melihat ekspresi tetamu perempuan majikan ini, membuat Bella menghela nafasnya perlahan. Adakah young miss tidak sedar bahawa ekspresinya saat ini tidak menunjukkan kekesalan yang malah sebaliknya terlihat sangat comel? fikir Bella dengan pandangan geli.

"Berhenti panggil aku young miss. Apa susahnya panggil aku dengan nama?" kata Mely sambil mendengus kesal.

"Saya tidak boleh. Maafkan saya, young miss. Master sudah menegaskan kepada semua pelayan untuk memanggil anda dengan young miss"

"Aku bukan siapa-siapa! Bukankah tetamu harus dipanggil dengan panggilan miss? Kenapa mesti menggunakan gelaran formal seperti young miss. Aku bukan penghuni tetap di sini. Kau boleh panggil aku dengan panggilan Mely atau Ms. Chandravina. Aku tidak kisah," kata Mely.

"Ah ... ya-" belum sempat Bella menyelesaikan ucapannya, bunyi pintu yang terbuka itu membuatkan keduanya mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu masuk tersebut dengan pandangan penuh tanda tanya. Satu tangan yang berotot memegang tombol pintu sebelum susuk tubuh pemilik tangan tersebut masuk ke dalam bilik yang di ikuti oleh Butler Chong yang berada di belakangnya.

Mely membeku untuk sesaat ketika melihat sepasang mata biru yang memandangnya dengan pandangan dingin. Tanpa sedar seluruh tubuhnya menggeletar saat merasakan suhu bilik yang tiba-tiba turun secara drastik ketika Gio dan Butler Chong melangkah masuk.

"Kenapa?! Apa lagi yang kau mahu?! Hah!" kata Mely sambil memandang Gio dengan penuh waspada.

Mendengar pertanyaan Mely, Gio lebih memilih untuk diam dan berjalan mendekati perempuan yang saat ini berada di atas katil, namun baru beberapa langkah dia melihat kucing kecilnya berusaha mundur kebelakang untuk menjauh darinya.

Satu langkah ke depan, satu gerakan ke belakang.

Kedua kening Gio terangkat saat melihat tingkah laku kucing kecilnya, namun kedua matanya perlahan mengecil ketika menyedari posisi duduk Mely yang sudah berada di hujung katil. Adakah dia tidak sedar kalau posisinya saat ini boleh membuatnya hilang keseimbangan dan jatuh? Bagaimana kalau tanpa dia sedar dia sudah menyakiti dirinya sendiri saat dia terjatuh kebawa?

This silly girl...

"Kenapa mundur? Nanti jatuh" kata Gio yang berusaha bercakap secara halus, namun kerana emosi yang dia rasakan ketika dia mendengar laporan dari Butler Chong bahawa Mely mula melakukan tantrum dengan menolak minum ubat, membuat suasana hati Gio bertambah buruk sehingga suara yang keluar dari bibirnya terdengar dingin dan tegas.

Kedua mata Mely terbeliak ketika mendengar nada dingin Gio. Seluruh tubuhnya menggeletar kerana rasa takut yang tiba-tiba menyelimuti seluruh tubuhnya. Astaga, lelaki ini benar-benar menakutkan, kata Mely dalam hati. Namun, ketika Mely memproses kata-kata Gio tadi, perlahan pandangannya dialihkan pada posisi duduknya.

Memang benar saat ini dia sudah berada di hujung katil, bahkan dia dapat merasakan sebahagian tubuhnya akan melayang dalam sekali gerakan. Melihat itu dengan cepat Mely bergerak kedepan untuk membetulkan posisi duduknya. kedua mata kelabunya terus tertumpu ke arah tempat tidurnya seakan tempat tidur itu adalah pemandangan paling menarik yang pernah dia temui.

Jangan pandang matanya, kata Mely dalam hati dan terus mengulang tiga kata itu, seakan kata itu adalah mantera yang harus dia ingat.

Suaranya pun sudah dingin apa lagi kalau dia memandang kedua mata biru itu?

Mungkin tubuhnya akan berubah menjadi patung ais!

Menyedari perempuan di hadapannya yang langsung tidak memandang ke arahnya membuat Gio mengerutkan keningnya. Kilatan kesal terlihat jelas pada kedua mata birunya yang membuat jantung Butler Chong dan Bella yang berada di sisi ruangan tersebut berdegup kencang. Dengan pantas Gio berjalan menghampiri kucing kecilnya yang saat ini terlihat menyedihkan sebelum mencengkam rahang perempuan tersebut. Memaksa Mely untuk memandang ke arah mata birunya yang memandangnya dengan tajam. Gio dapat merasakan tubuh kucing kecilnya menegang ketika kulit mereka bersentuhan. Melihat ekspresi samar di wajah Mely yang menunjukkan rasa tidak selesa dan sakit tanpa sedar membuat hati Gio seperti di cengkam.

Dia benar-benar tidak menyukai perasaan tidak selesa ini.

Seakan rasa sakit yang dirasakan oleh kucing kecilnya membuatnya merasakan rasa sakit yang sama. Seakan dia tidak ingin sesiapa pun menyakiti kucing kecilnya.

Tanpa sedar Gio melonggarkan cengkamannya dan tetap tidak melepaskannya. Saat ini Gio memegang rahang Mely dengan tenaga yang boleh dikatakan sangat lembut namun hal itu tidak dipedulikan oleh Mely kerana saat ini kedua matanya memandang Gio dengan pandangan penuh amarah.

Kedua mata kelabu itu seakan menyala dengan emosi yang membuak-buak, membuat wajah kucing kecilnya malah terlihat sangat menggoda.

Tunggu, apa yang Gio fikirkan?

Sejak bila Gio peduli dengan penampilan orang?

Apa lagi seorang perempuan?

Rasa kesal dengan fikiranya sendiri membuat suasana hati Gio menjadi semakin buruk. Kedua mata birunya memandang tepat ke arah kedua mata Mely. Pandangan, penuh kekesalan terlihat jelas pada kedua mata birunya, namun Gio tetap tidak mengubah tenaga yang dia gunakan untuk memegang rahang perempuan mungil di hadapannya.

"Another tantrum?" kata Gio sambil memperhatikan ekspresi yang berubah di wajah kecil Mely.

Wajah Mely menjadi gelap ketika mendengar ucapan Gio tadi. Kedua mata kelabunya memandang Gio dengan pandangan penuh amarah. "Siapa yang tantrum?!" kata Mely dengan nada marah. Sedangkan lawan bicaranya hanya menaikkan sebelah keningnya ketika melihat ekspresi Mely yang seakan berkata 'oh ya?' dan itu membuat hati Mely menjadi semakin buruk.

Lelaki ini benar-benar gila, kutuk Mely dalam hati dengan penuh amarah. Mely sendiri tidak dapat menggambarkan sikap Gio yang sangat bertentangan dengan semua khabar angin yang pernah dia dengar selama ini.

"Minum ubatmu, Vina" kata Gio perlahan seperti seorang ayah yang berusaha memujuk anak perempuannya.

"Vina, Vina, Vina siapa yang kau panggil Vina!? Namaku Melysah. M-E-L-Y-S-A-H!" Kata Mely dengan nada kesal sambil membuang wajahnya. Tanpa sedar wajahnya berubah cemberut dengan kedua tangan disilang didepan dadanya.

Kedua mata Gio memandang tingkah laku Mely yang menurutnya sangat comel dengan pandangan geli. Bibirnya mencebik, ekspresi marahnya, kedua mata kelabunya yang terlihat berapi-api. Semua bahagian dari perempuan mungil ini memang benar-benar menarik. And she said she didn't do a god damn tantrum, kata Gio dengan penuh humor sambil memandang perempuan di hadapannya. Namun, ketika Gio teringat alasannya yang datang ke bilik ini membuat wajahnya kembali serius. Dia mengepal penumbuk tangannya dengan kuat, berusaha menahan emosi yang membuak-buak dalam dirinya.

Cemas, kesal, marah, kecewa, risau, geram. Semua emosi yang jarang Gio rasakan memenuhi seluruh hatinya yang membuatkan Gio sukar untuk mengawal emosinya.

Ya ... semenjak dia bertemu dengan kucing kecilnya, Gio mengalami kesukaran untuk mengawal emosinya. Kucing kecil ini mampu membuatnya merasakan emosi yang bahkan dia sendiri pada awalnya tidak percaya bahawa dia memiliki semua emosi itu.

Keseimbangannya benar-benar hancur sejak dia bertemu dengan perempuan ini, namun untuk beberapa sebab tertentu Gio sama sekali tidak merasa terganggu. Berurusan dengan kucing kecilnya ini benar-benar membuat hari-harinya yang membosankan itu menjadi lebih menarik dan dia benar-benar tidak sabar untuk menjinakkan kucing kecilnya ini.

"Sudah tentu nama kamu," jawab Gio, masih dengan nada memujuk walaupun ekspresi wajahnya tidak berubah.

Jawapan itu membuat Mely terpana untuk beberapa saat. Buat pertama kalinya baru kali ini ada orang yang memanggilnya dengan sebutan itu. Kebanyakan orang selalu memanggilnya Mely, Melysah atau yang lainnya tapi tidak pernah Vina. Untuk sebab-sebab yang tidak dapat di jelaskan oleh Mely adalah hatinya terasa hangat saat mendengar nama panggilan itu.

Vina?

Panggilan yang tidak buruk.

Terutama jika panggilan itu keluar dari bibir, Vano.

That's evan sound sexy...

WAIT!

WHAT?

Apa yang kau fikir Melysah!?!? Jerit Mely dalam hati. Rasanya dia benar-benar ingin memukul kepalanya dengan kuat untuk menghilangkan pemikiran gila itu. Giovano LinDenhof bukan lah orang yang mudah untuk dia tangani. Walaupun, astaga... wajahnya, postur tubuhnya yang kadang-kadang membuat Mely terfikir bahawa Tuhan benar-benar tidak adil. Bagaimana Tuhan boleh mencipta makhluk seperti Giovano LinDenhof? Lelaki yang sangat tampan dan mampu memikat hati setiap kaum perempuan.

"Apa yang kamu fikir, hm?" pertanyaan Gio itu membuat Mely tersedar dari fikirannya. Kedua mata kelabunya memandang Gio dengan pandangan bingung. 

"Wajahmu seakan ingin menerkam aku. Apakah aku terlalu tampan sehingga kamu terlihat ingin memakanku?"

Butler Chong & Bella: "!!!????"

Mely: "...."

Kata-kata Gio membuat Mely terbatuk-batuk. Kata-kata yang benar-benar berbahaya sehingga membuat Mely tersedak air liurnya ketika mendengar kata-kata tersebut.

Tidak tahu malu!!!

Gila, adakah lelaki ini benar-benar Giovano LinDenhof?!

Bukan penyamar, kan!?

Butler Chong dan Bella yang berdiri di tepi sudut ruangan terkejut. Bahkan, mulut Bella saat ini ternganga luas. Mereka berdua tidak pernah menyangka akan mendengar kalimat seperti itu akan keluar dari mulut majikan mereka.

Adakah ini benar-benar majikan mereka!?

Sejak bila majikan mereka jadi seperti ini?!

"Tentu saja tidak!" kata Mely dengan pantas.

Sudah tentu Gio tidak percaya dengan kata-kata Mely. Wajahnya terlalu mudah untuk dibaca. Sebenarnya, dia sendiri tahu bahawa perempuan ini mencari alasan untuk keluar dari situasi memalukan ini dan melihat ekspresi wajahnya membuat hati Gio bertambah baik.

Tangannya dihulurkan ke arah Bella tanpa mengalihkan pandangan dari perempuan mungil di hadapannya. Bella yang memahami maksud dari pergerakan tangan yang dilakukan oleh majikannya segera meletakkan gelas kecil yang berisi 2 kapsul di telapak tangan Gio dan membawa gelas air minuman itu lebih dekat ke sisi tubuhnya agar memudahkan Gio mencapai gelas tersebut.

"Minum" kata Gio dengan nada tegas, namun ketika Mely melihat dua kapsul ubat tersebut dia segera menggelengkan kepalanya sambil berundur kebelakang untuk menjauhkan diri dari Gio.

"Aku tidak mahu. Biarkan aku pergi, Vano" kata Mely dengan nada tegas. Kedua matanya memandang tepat ke dalam mata Gio.

Kedua mata biru yang sejak tadi memandang mata kelabu itu, perlahan beralih ke arah wajah Mely. Hanya satu perempuan yang dapat melakukan ini. Hanya kucing kecilnya yang mampu memandang kedalam matanya tanpa merasakan tekanan ataupun takut. Bukan juga dengan pandangan yang penuh nafsu.

She's really needs his woman.

"Badanmu masih lemah"

"Aku sudah sihat!"

"Masih lemah. Lukamu bukan hanya bahagian luar ia juga bahagian dalam"

"Baiklah, kalau begitu aku akan minum tapi kau kena lepaskan aku!"

"Kalau aku menolak?"

Soalan tersebut membuat Mely lengah. Dia memandang Gio dengan pandangan tidak percaya. Apa sebenarnya yang lelaki ini inginkan? Apa yang Gio mahukan darinya!?

Adakah lelaki ini tahu mengenai identitinya?

Tidak, itu tidak mungkin.

sekiranya dia mengetahuinya, Gio pasti sudah membahasnya sejak dari awal.

"Apa yang sebenarnya kamu mahu, hah!?" jerit Mely dengan nada tertekan. Dia tidak tahu apa lagi yang harus dia dilakukan. Baru kali ini dia berurusan dengan orang seperti ini.

"Kamu minum ubat,"

Yap. Stating the obvious fact.

"Aku akan minum kalau kamu membiarkan aku pergi dari mansion ini," balas Mely yang masih berusaha untuk berunding. Dia tidak boleh menyerah! Dia tidak boleh berada di tempat ini terlalu lama. Terlalu berbahaya dan dia tidak mahu mengambil risiko.

"Tidak akan" jawab Gio dengan serius yang seakan mengatakan 'apapun tidak akan aku turuti jika permintaanmu ingin pergi'

Melihat ekspresi serius dan pandangan Gio tanpa sedar rasa panik memenuhi hatinya. Vano benar-benar serius ingin menahannya seperti tahanan di rumah ini? Fikir Mely dengan pahit. Otaknya terus berfikir untuk mencari cara agar dia dapat meninggalkan tempat ini.

"Vina, minum" kata Gio dengan nada tegas yang membuat Mely menelan liurnya kerana kegelisahan yang tiba-tiba menyerang seluruh tubuhnya.

Mely, kau kuat! Jangan kalah dengan aura lelaki gila ini! Kata Mely dalam hati sebelum menarik nafas perlahan. "Tidak!" jawabnya dengan penuh tekad yang kuat sambil memandang mata Gio.

"Baiklah. Kalau dengan cara lembut tidak dapat, maka dengan cara kasar" kata Gio dengan nada dingin.

Seluruh tubuh Mely menggeletar ketika mendengar nada dingin tersebut. Hatinya seakan merasa perasaan yang sangat buruk. Kedua mata kelabunya terus memandang ke arah Gio dengan pandangan waspada.

"Apa yang -"

Gio segera menelan pil di dalam gelas kecil sebelum meraih gelas air minum yang ada di dulang yang dipegang oleh Bella dan meneguk air tersebut. Dengan gerakan cepat dia menarik tubuh mungil di hadapannya sebelum menekan bibirnya ke bibir kecil Mely. Memaksa air dan ubat yang berada dalam mulutnya masuk ke dalam mulut Mely.

Mely tidak menyangka tindakan Gio yang sangat pantas itu membuat isi fikiran Mely menjadi kosong, kedua matanya membulat ketika melihat wajah Gio yang hanya beberapa inci dengan wajahnya. Belum sempat Mely memproses apa yang terjadi, dia merasakan sesuatu yang masuk ke dalam mulutnya yang membuatnya tersedak. Kedua matanya menjadi merah kerana rasa pedih yang dia rasakan, air mata memenuhi kelopak matanya membuat ekspresi Mely terlihat sangat menggoda.

Gio menggerakkan bibirnya perlahan ketika merasakan kelembutan bibir Mely yang membuat Gio merasakan dirinya seperti seorang pengembara yang akhirnya mendapatkan sumber mata air.

Kedua pelayan malang yang sejak tadi dilupakan itu hanya tercengang, untuk kesekian kalinya melihat interaksi majikan dengan young miss membuat keduanya yakin bahawa lelaki di hadapan mereka ini benar-benar bukan majikan mereka. Bagaimana majikan mereka boleh melakukan hal itu? Mereka pasti sedang berhalusinasi atau bermimpi? Entahlah, mereka tidak dapat membezakan antara ilusi dan realiti setiap kali melihat tingkah laku majikan mereka ini.

Beberapa saat berlalu sebelum akhirnya dengan enggan bibir Gio meninggalkan kelembutan bibir kucing kecilnya. Sebenarnya Gio sendiri tidak ingin melakukannya, namun ketika dia merasakan nafas Mely yang terengah-engah perlahan Gio melepaskan bibir tersebut.

Perlahan Gio membuka matanya dan terus memandang perempuan di hadapannya. Wajah Mely yang merah dan nafasnya yang terengah-engah benar-benar membuat daya tarikannya semakin meningkat. Pandangan Gio berubah lembut untuk beberapa saat sebelum ibu jarinya mengelus pipi Mely.

His woman really and alluring one.

Fikiran Mely benar-benar kosong seakan otaknya tidak dapat memproses apa yang sedang terjadi. Dari awal hingga akhir. Dan saat ini dia memandang wajah Gio yang berada tepat di depan wajahnya dengan fikiran kosong. Kedua matanya perlahan terkebil, otaknya mula memproses kejadian pantas yang terjadi beberapa saat lalu.

"Mulai sekarang setiap kali kau mengambil ubat, aku akan melakukannya dengan cara ini. Nampaknya kau sangat menikmatinya," kata-kata Gio membuat Mely kembali ke dunia nyata. Kedua matanya memandang horor ke arah Gio. Tanpa sedar tangannya bergerak untuk menutup mulutnya.

"Fuck!!!!!!" jerit Mely dengan kuat namun jeritannya tidak dapat di dengar dengan jelas kerana teredam oleh tangannya yang menutup mulutnya.

Holyshit!!!! Apa yang terjadi!?

lelaki ini ... Vano .... Vano baru saja menciumnya!?

MENCIUMNYA!?

Wajah Mely menjadi gelap ketika menyedari apa yang baru dilakukan oleh lelaki gila ini. Kedua matanya memandang Gio dengan penuh amarah. Wajahnya merah padam kerana rasa malu dan marah yang dia rasakan.

"Giovano LinDenhof!!!!" jerit Mely penuh amarah.

"Kurang ajar!! Lelaki tidak tahu malu!! Bastard!! Apa yang kamu lakukan, hah!" maki Mely dengan nada yang sama, namun Gio sedikit pun tidak terpengaruh dengan semua makiannya, bahkan Mely dapat melihat senyuman yang penuh dengan kepuasan di bibir lelaki ini.

Sial!!!

"Bantu kamu minum ubat. Memangnya salah?" kata Gio dengan santai yang membuat Mely ternganga. Kemarahan yang di rasakan Mely membuatnya menyerang lelaki tersebut, memukulnya dengan kuat untuk melampiaskan rasa kesalnya. 

Adakah lelaki ini benar-benar ahli perniagaan yang sangat dingin, menakutkan dan terkenal tidak menyukai perempuan!?

Bullshit!!!

Lelaki ini sangat pandai berlakon! Semua khabar angin itu hanyalah topeng yang dia gunakan. Yang sebenarnya Giovano LinDenhof adalah lelaki kurang ajar dan tidak tahu malu!!

Ya ... ini sikap asli Giovano LinDenhof!!

Dan dia jatuh ke dalam perangkap lelaki licik ini. Sial!!

Gio segera menangkap pergelangan tangan kecil Mely yang bergerak untuk memukul dadanya. Gio memandang kucing kecilnya dengan pandangan humor sebelum dengan sekali gerakan dia mengubah posisinya.

Gio diatas dan Mely dibawah.

Tangan besar Gio yang satu memegang pergelangan tangan Mely dan satunya di wajah kecilnya. Orang yang melihat posisi mereka saat ini pasti akan berfikir yang bukan-bukan dan yang pasti tidak akan percaya apa yang mereka lihat saat ini. Begitu juga dengan dua pelayan malang tersebut. Wajah mereka sangat merah ketika melihat posisi intim majikan mereka. Pandangan mereka segera bergerak ke arah lain berusaha pura-pura tidak melihat tingkah laku majikan mereka.

Butler Chong mula berfikir adakah dia perlu mengundurkan diri dari posisinya ini kerana dia dapat rasakan jantungnya tidak akan kuat lagi jika dia terus terkejut dengan tindakan majikannya yang satu ini.

Kasihanilah pelayan anda yang sudah tua ini, Master!!!

Jantung pelayan anda ini tidak terbuat dari batu, apa lagi dengan umur saya yang sudah tua!!

Gio tidak peduli dengan keberadaan dua pelayan malang tersebut. Fokusnya saat ini adalah perempuan yang berada tepat di bawah tubuhnya. Perlahan wajahnya mendekati wajah Mely sebelum bibirnya berada di atas telinga Mely.

"Ada apa my dear little kitten? Apa ciuman tadi masih kurang?" kata Gio perlahan, dia dapat merasakan tubuh Mely menegang yang membuat ujung bibirnya terangkat perlahan.

"Sekali lagi aku dapat tahu kau enggan minum ubat. Aku akan buat kamu mengambil ubat dengan cara tadi and believe i do enjoy it a lot" sambung Gio perlahan sebelum akhirnya melepaskan genggaman tangannya. Gio segera menegakkan tubuhnya dan berjalan dengan santai ke arah pintu keluar dengan satu tangan yang dimasukkan dalam poket seluar.

Meninggalkan Mely yang masih terbaring di atas katil dengan keadaan tegang dan menarik nafas dalam-dalam. Langkah kaki Gio terhenti di depan pintu yang dibuka oleh Butler Chong.

"Dan mungkin lain kali, aku tidak dapat menahan diri seperti tadi," kata Gio lagi sebelum berjalan keluar dari bilik tersebut yang di ikuti oleh Butler Chong.

"GIOVANO LINDENHOF, YOU BASTARD!!!!!"

Senyuman nipis terbentuk di bibir Gio.

Kucing kecilnya selalu membuat hari-harinya menjadi lebih menarik.

TO BE CONTINUED

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience