Rate

The Almighty Devil Of Underworld_82

Action Completed 38230

Mendengar cerita Fedrick saat ini membuat Mely ketawa terbahak-bahak. Bergaul, dengan orang-orang ini selalu dapat membuat moodnya, baik. Perlahan kedua mata kelabunya melirik ke arah Rayden yang berada di sudut ruangan. Dahinya berkerut samar ketika melihat ekspresi Rayden yang saat ini dipenuhi oleh kerisauan ketika memandangnya, kedua matanya seakan cuba memberi peringatan kepada Mely akan tentang sesuatu namun, Mely benar-benar tidak tahu apa maksud dari pandangan Rayden saat ini.

Apa yang cuba di sampaikan oleh lelaki ini?

Belum sempat Mely membuka mulutnya untuk meminta penjelasan daripada Rayden tiba-tiba dia merasakan hawa dingin menjalar di belakang tubuhnya yang membuat seluruh tubuhnya menegang seketika. Kedua matanya terbeliak begitu Mely marasakan pandangan tajam yang seakan diarahkan padanya, keringat dingin mula terbentuk di pelipis wajah kecilnya. Suasana, disekelilingnya tiba-tiba berubah, bahkan Fedrick yang saat ini berdiri di hadapan Mely memandang ke arah belakang tubuhnya dengan ekspresi terkejut yang mewarnai wajahnya lengkap dengan mulut yang terbuka luas.

Dengan pergerakan yang sangat perlahan, Mely memusingkan tubuhnya sebelum memandang ke arah lelaki yang saat ini berjalan ke arahnya dengan langkah santai. Sebenarnya, Mely bukannya merasa senang kerana lelaki ini berjalan ke arahnya, dia malah merasakan rasa panik yang tiba-tiba menyelimuti tubuhnya, terutama ketika Mely menyedari aura dingin yang menyelimuti tubuh lelaki ini. Pandangan penuh kerisauan, panik dan kebingungan bercampur dalam kedua mata kelabu tersebut.

Apa yang terjadi dengan Vano? 

Kenapa sikapnya begini?

Jantung Mely semakin berdegup kencang ketika melihat lelaki tersebut semakin dekat ke arahnya. Beberapa tetamu terdiam dan memfokuskan perhatian mereka untuk melihat apa yang akan dilakukan oleh lelaki ini. Hampir keseluruhan ballroom tersebut dipenuhi keheningan dengan Gio yang saat ini menjadi pusat perhatian orang-orang namun, semua itu tidak Mely perhatikan. Pandangannya masih tertumpu pada lelaki tersebut seolah-olah dalam ruangan yang dipenuhi orang-orang ini hanya tersisa mereka berdua.

Tiada suara berbisik yang bergema di sekitar mereka, tiada pandangan yang di arahkan kepada mereka, hanya ada dia dan Gio.

Akhirnya, langkah kaki tersebut berhenti tepat di hadapan Mely yang saat ini masih memandang Gio dengan ekspresi bingung sebelum mengedipkan kedua matanya untuk kembali sedar dengan kenyataan yang mereka menjadi pusat perhatian orang ramai. Perlahan, senyuman sopan dan profesional terbentuk di wajah kecilnya yang membuat Mely saat ini memancarkan aura profesional yang sukar untuk diabaikan oleh orang-orang yang melihatnya.

Dengan cepat Mely menundukkan tubuh untuk menunjukkan rasa hormatnya. "President LinDenhof, adakah anda perlukan sesuatu?" tanya Mely dengan nada sopan yang di balas anggukan perlahan oleh lelaki di hadapannya ini. Kedua mata biru itu masih memandang perempuan di hadapannya dengan pandangan yang sukar digambarkan sebelum menjawab pertanyaan tersebut dengan satu kata singkat.

"Hm"

Mendengar jawapan tersebut membuat Mely tertawa dalam hati, walaupun ekspresinya saat ini masih menunjukkan sikap tenang dan profesional namun, senyuman sopan masih tetap terbentuk di wajah kecilnya. Oh, darling acting-mu benar-benar hebat! jeritnya dalam hati ketika melihat ekspresi Gio yang benar-benar terlihat datar di hadapannya ini. "Apa yang dapat saya bantu?" sambung Mely masih dengan nada yang sama.

Ujung bibir Gio berkedut keras ketika mendengar pertanyaan kucing kecilnya ini. Dia benar-benar ingin menarik perempuan mungil ini ke dalam pelukannya dan mencium bibir merahnya. Bagaimana, kucing kecilnya ini boleh bersikap seperti ini? kata Gio dalam hati. 

Namun, sudah tentu dia harus menahan keinginannya kerana saat ini mereka berada di hadapan orang ramai dan kucing kecilnya ini tidak mau menjadi pusat perhatian dan sasaran kaum perempuan yang ada di dalam ruangan ini. Namun, apa yang paling terpenting ialah dia harus mendisiplinkan kucing kecilnya ini kerana sikap lengahnya. Pandangan Gio perlahan-lahan menjadi gelap.

"Ada hal penting. Ikut saya dan Ziro" jawab Gio dengan nada datar sebelum berjalan menuju ke arah pintu keluar yang segera di ikuti oleh Ziro yang diam-diam memberikan isyarat mata penuh makna ke arah perempuan yang masih terpaku di tempatnya.

Mely benar-benar tidak menyangka yang Gio akan mengajaknya keluar. Walaupun, dia dengan senang hati mengikuti lelaki ini ke mana dia ingin pergi namun, dia masih bingung dengan alasan lelaki ini memanggilnya keluar dari ruangan ini. Bukankah, seharusnya lelaki ini menyapa semua tetamunya? Terutama, orang-orang yang mempunyai status tinggi? Tetapi, kenapa lelaki ini malah meninggalkan tempat ini? soalan demi soalan memenuhi kepalanya, membuat Mely tenggelam di dalam fikirannya.

Langkah kaki Gio terhenti seketika sebaik saja dia menyedari kucing kecilnya ini tidak mengikutinya. Kedua matanya dipenuhi oleh kilatan tidak sabar sebelum suaranya bergema di seluruh ruangan. "Kenapa masih berdiri disana?" Kata Gio yang membuat Mely tersedar dari lamunannya sebelum berjalan cepat untuk mengejar dua lelaki yang berada tidak jauh di hadapannya.

Akhirnya, setelah ketiga-tiganya keluar dari ballroom ini, suasana ruangan tersebut kembali seperti sediakala. Suara perbualan kembali bergema di seluruh ruangan, meninggalkan dua kumpulan yang masih memandang mereka bertiga yang meninggalkan ballroom ini.

Kumpulan pertama adalah Raffael dan yang lain. Mereka berempat memandang ketiganya dengan pandangan yang sukar digambarkan. Perlahan kedua mata hijau Raffael memandang ke arah tiga sahabatnya dengan ekspresi yang di penuhi kerisauan. "Adakah, sister-in-law tidak akan apa-apa? Gio, tidak akan melakukan sesuatu yang buruk kepada sister-in-law-kan?" tanya Raffael dengan nada yang sama dengan ekspresi wajahnya. 

Nick mendengus kuat ketika mendengar pertanyaan bodoh sepupunya ini sebelum menjawab pertanyaannya. "Itu sudah tentu tidak! Paling, tidak pun Gio hanya memberikan nasihat!" jawab Nick dengan nada kesal.

"Tapi, kau harus tahu sikap ego lelaki yang sedang cemburu. Terutaman dengan sikap Gio yang sangat possessive terhadap apa yang dia anggap miliknya. Aku, benar-benar risau dengan nasib sister-in-law sekarang" kata Leo yang menyuarakan apa yang ada di dalam fikirannya saat ini.

"Kalian jangan risau. Sebesar apa pun cemburu Gio. Kita semua tahu yang dia sangat sayangkan kucing kecilnya dan dia tidak akan pernah menyakitinya" kata Deekson dengan santai sebelum meneguk minumannya.

Akhirnya, setelah mendengar alasan Deekson yang masuk akal, perlahan hati mereka yang dipenuhi dengan kerisauan kembali seperti sediakala sebelum keempat-empatnya membuka topik perbualan mengenai perkembangan tugas mereka di dalam komuniti dunia bawah.

Berbeza dengan kumpulan pertama, reaksi kumpulan kedua dipenuhi dengan rasa kebingungan dan kegembiraan yang bergema di sekeliling mereka. Kedua mata Vhina bersinar dengan penuh rasa kagum kerana untuk pertama kalinya dia melihat Presiden LinDenhof yang terkenal dengan ketampanan itu dari dekat dan berurusan dengan adik kecil kesayangannya!

Adik kecilnya benar-benar hebat!!

"Hey, hey! Lihatlah adik kecil kita! Dia, berkerja di bawah naungan Presiden LinDenhof sekarang! Bukankah adik kecil kita sangat hebat dan luar biasa!?" kata Vhina sambil menarik-narik lengan kemeja Fedrick dengan nada teruja.

"Ugh. Aku benar-benar terkejut melihat Presiden LinDenhof berjalan ke sini hanya untuk memanggil Mely. Tidak hairanlah kalau dia sukar dihubungi" kata Fedrick perlahan yang segera disetujui oleh Vhina yang saat ini menganggukkan kepalanya.

"Tapi ...aku rasa Presiden LinDenhof tidak semudah itu untuk dijangka" gumam Dante perlahan masih memandang ke arah tiga tokoh menghilang dari pandangan orang ramai.

"Maksud, kau?" tanya Fedrick dan Vhina sebaik saja mendengar kata-kata Dante yang mereka tidak fahami. Namun, Dante hanya menggelengkan kepalanya perlahan seakan tidak ingin membahas topik tersebut lebih jauh. Kedua matanya memandang ke arah telapak tangannya yang kosong dengan ekspresi yang sukar digambarkan.

Selain dari reaksi berbeza dari dua kumpulan tersebut, reaksi Julia yang melihat kejadian tadi mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Kedua matanya memandang ke arah perempuan bergaun putih dengan penuh kebencian. Bagaimana mungkin yang di cari oleh President LinDenhof adalah perempuan sialan itu dan bukannya dirinya!? kata Julia dalam hati dan terus melihat kelibat tubuh Mely yang semakin hilang dari pandangannya dengan pandangan gelap.

Melysah Chandravina, lihat saja nanti ...aku akan membuat kau semakin menyesal!!

Setelah meningalkan ballroom mereka bertiga berjalan menuju ke salah satu bilik yang terletak di tingkat atas bangunan hotel ini. Kedua mata Mely memandang lelaki di sebelahnya dengan ekspresi penuh tanda tanya. "Vano, ada apa?" tanya Mely perlahan sambil mengikuti Gio yang saat ini berjalan ke arah pintu yang tidak jauh dari mereka.

Bukannya menjawab pertanyaan Mely, Gio malah menarik tangannya sebelum memandang ke arah Ziro yang masih berada di belakang mereka. 

"Standby" kata Gio dengan tegas sebelum mendorong kucing kecilnya ke dalam bilik suite tersebut dan menutup pintu bilik tanpa menunggu balasan dari Ziro yang saat ini hanya memandang pintu bilik yang tertutup rapat di hadapannya dengan ekspresi speechless. 

Adakah, dia sudah mulai kebal dengan sikap master dan young miss? 

Di mana dia harus menunggu mereka sekarang?

Adakah, dia harus menarik kerusi dan menunggu mereka menyelesaikan urusan mereka di pintu bilik ini?

Atau, dia membuka bilik yang ada di sebelah bilik ini?

Memikirkan segala kemungkinan yang terjadi di bilik majikannya membuat wajah Ziro merah. Mungkin, pilihan kedua yang lebih baik, dia tidak mau mendengar suara yang tidak seharusnya dia dengar sekiranya dia terus berada di pintu bilik ini. Dia masih menyayangi pekerjaannya dan nyawanya! katanya dalam hati sebelum mengeluarkan telefon bimbit dari poket seluarnya dan membuat beberapa panggilan sambil berjalan untuk menjauh dari pintu masuk bilik tersebut.

Tidak memikirkan reaksi Ziro saat ini, Mely merasakan tubuhnya perlahan dihempas ke arah dinding sebelum dia merasakan pinggang kecilnya di tarik kuat. Kepalanya terasa berpusing sejenak setelah merasakan nafas berat bergema di sekelilingnya yang membuat wajah Mely merona merah ketika merasakan betapa dekatnya dirinya dengan lelaki ini. 

Tangan Gio perlahan bergerak di belakang tubuh Mely sebelum bergerak lebih jauh yang membuat nafas Mely tiba-tiba tersekat. Kedua mata kelabunya membulat, kedua tangannya dengan cepat mencengkam kedua tangan Gio yang masih bergerak perlahan di seluruh tubuhnya.

"Vano ...ada apa? Kenapa? Kamu mau buat apa? Bukankah, seharusnya kamu melayan tetamu dibawa?" tanya Mely dengan cepat. Dia benar-benar bingung dengan perubahan sikap Gio yang tiba-tiba ini. 

"Little kitten, you really need some disciplinary" gumam Gio dengan suara serak yang membuat jantung Mely berdegup kencang. Tiba-tiba suhu bilik ini meningkat secara drastik yang membuat nafas Mely terengah-engah perlahan.

"A-p-a mak-sud-mu?" tanya Mely tergagap. Pandangannya tiba-tiba menjadi tidak fokus, kedua tangannya masih mencengkam tangan Gio dengan kuat untuk menahan beban tubuhnya, kedua kakinya terasa sangat lemah ketika mendengar suara Gio tadi.

"Hm? Adakah kau masih pura-pura tidak tahu, little kitten?" kata Gio dengan senyum nipis yang terbentuk di wajahnya yang membuatnya terlihat seperti pemangsa yang ingin bermain-main dengan mangsanya sebelum mengangkat tubuh Mely dan meletakkannya di atas tilam yang berada tidak jauh dari tempat mereka.

Mendengar kata-kata Gio membuat Mely menggelengkan kepalanya dengan kuat. Dia benar-benar tidak tahu di mana letak kesalahannya!!! Dia, bahkan tidak tahu, bagaimana dia boleh memprovokasi sisi pemangsa Gio!!? Mely, benar-benar ingin menangis saat ini namun, tiada air mata yang keluar. 

Tapi ...kesalahan apa yang sudah dia buat!?

Tidak mempedulikan reaksi Mely saat ini, perlahan senyuman nipis terbentuk di wajahnya sebelum jari-jarinya bergerak perlahan untuk membelai permukaan wajah merah kucing kecilnya. "Aku tidak suka kucing kecilku disentuh oleh lelaki lain" gumam Gio perlahan yang membuat tubuh Mely tersentak.

Peluh dingin perlahan mengalir di pelipis wajah kecilnya. Kedua mata kelabunya bergerak ke sana ke mari. Walau bagaimana pun, dia tetap merasa bersalah ketika mendengar apa yang dikatakan oleh lelaki ini. Mely masih ingat yang dia membiarkan Dante memeluknya dengan sesuka hati kerana dia tidak pernah menganggap sikap lelaki itu terlalu berlebihan.

Tapi ...dia benar-benar lupa yang sekarang dia memiliki kekasih! Kekasih yang sangat-sangat mudah cemburu!

Senyuman kaku terbentuk di bibir kecilnya sambil memandang Gio dengan ekspresi menyedihkan yang bercampur dengan rasa bersalah. "Dar-dar-darling ...aku ...aku tidak ..." kata yang ingin diucapkan oleh Mely menghilang ketika melihat senyuman di wajah Gio semakin lebar.

Aiyo!! Darling, stop smiling like that!!

I'm so scared!! huhuhu...

"Hm? Apa maksud kamu kucing kecilku?" gumam Gio masih dengan nada yang sama. Mely, seakan dapat melihat tanduk syaitan Gio mula tumbuh di atas kepalanya.

Ah... I'm so dead!

Mely benar-benar tidak dapat mengatakan apa-apa alasan. Dia, benar-benar salah, apa lagi yang dapat dia lakukan sekarang? Akhirnya, Mely menguatkan hati untuk menatap wajah lelaki di hadapannya ini dengan ekspresi menyedihkan iaitu sebagai senjata utamanya.

"Aku tahu aku salah. Maafkan aku, Vano" gumam Mely dengan kedua mata yang memandang menyedihkan ke arah Gio yang hanya menaikkan kedua keningnya ketika melihat reaksinya saat ini.

Perlahan Gio mendekatkan wajahnya ke arah wajah Mely yang semakin merah. "Hm? Kau fikir dengan meminta maaf ...aku akan lepaskan kamu begitu saja?" kata Gio perlahan sebelum mengalihkan wajahnya ke arah lekuk leher kucing kecilnya.

Jantung Mely semakin berdegup kencang ketika melihat sisi Gio yang baru pertama kalinya dia lihat. Ini benar-benar membuatnya takut dan excited pada masa yang sama.

Astaga ...adakah dia sudah berubah menjadi masokis?! Tidak!!! jerit Mely dalam hati namun, belum sempat dia membuka mulutnya untuk memprotes tiba-tiba dia merasakan rasa sakit yang menjalar di lehernya yang membuat Mely membuka mulutnya secara refleks.

"AAAAH!!!" jerit Mely dengan kedua mata yang membulat kerana terkejut, dia benar-benar tidak menyangka Gio akan melakukan sesuatu seperti saat ini.

Lelaki ini ...menggigit lehernya!? 

Lelaki ini benar-benar menggigitnya!?!?

Tepat setelah Mely memproses rasa sakit tersebut, Mely merasakan rasa sejuk yang membuat rasa sakit yang tiba-tiba menyerangnya perlahan-lahan menghilang. Namun, setelah memikirkan apa yang baru saja terjadi, kedua mata kelabunya kembali membulat.

Astaga ..sekarang lelaki ini menjilatnya!?

What the fuck is going on!?

Is my man now turning into a god damn dog!?

"Vano!! Apa yang kamu buat!!?" jerit Mely ketika menyedari tingkah laku Gio yang tidak biasa kali ini. Namun, alih-alih menjawab pertanyaan itu, Gio masih dengan santai melakukan tindakannya seolah-olah dia tidak mendengar kata-kata Mely tadi.

"Your punishment" gumam Gio dengan suara serak yang membuat Mely mengecilkan kedua matanya.

"Apa? Punishment!? Jadi, kau hanya mempermainkan aku! Lepaskan!" jerit Mely sambil memberontak, berusaha untuk keluar dari genggaman Gio namun, kedua tangannya dengan cepat ditahan.

"Aku tidak mempermainkan kamu, Vina. Ini adalah hukumanmu kerana buat aku cemburu. Lagipun, aku tidak mungkin memukul kamu atau marahkan kamu. I can't afford to do that. Tapi, pada masa yang sama aku cemburu melihat kamu dekat dengan lelaki lain yang aku tidak kenal" gumam Gio sambil meletakkan wajahnya di lekuk leher kucing kecilnya yang beku di bawahnya. "Aku tidak mau kamu dekat dengan lelaki lain, little kitten. Jangan lakukannya lagi. Aku tidak suka perasaan ini. You're mine and forever mine"

Dada Mely terasa hangat mendengar kata-kata Gio tadi. "Aku tahu. Maafkan aku sudah membuat kamu cemburu. Aku tidak akan melakukannya lagi" kata Mely perlahan dengan senyuman lembut yang terbentuk di wajah kecilnya.

Mely sempat berfikir dengan meminta maaf semuanya akan berakhir namun, ternyata dia salah. Sangat, sangat salah! Siapa kata hanya dengan meminta maaf dapat menghilangkan emosi yang bergolak di dalam diri lelaki ini!!?! Apatah, lagi ketika Mely merasakan tangan Gio mula bergerak di seluruh tubuhnya yang membuatnya tersentak.

"Vano, tetamu masih banyak di bawah dan ...dan mereka sedang menunggu kamu disana!! Kita harus segera kembali kesana!" desak Mely kepada Gio yang saat ini hanya tersenyum lebar. Mely dengan jelas melihat kilatan nakal dan penuh ghairah yang mewarnai kedua mata birunya yang membuat wajah Mely saat ini semakin merah.

"Ada Raffael dan Nicholas disana. Aku masih sibuk mendisiplinkan kucing kecilku" jawab Gio dengan senyuman lebar sebelum melakukan apa yang ingin dia lakukan sejak pertama kali dia melihat penampilan kucing kecilnya.

"GIOVANO LINDENHOF, YOU BASTARD!!!!" 

TO BE CONTINUED.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience