Rate

The Almighty Devil Of Underworld_90

Action Completed 38206

Seluruh tubuh Johnson menegang sebaik saja dia mendengar suara dingin itu namun, bukannya dia melepaskan tubuh perempuan mungil itu, dia malah mentertawakannya ketika mendengarnya. Kedua matanya memandang Gio dengan sorot kegilaan yang jelas terlihat dari pandangannya.

Ya, buat apa dia takut dengan Giovano LinDenhof? Apa yang dikatakan oleh perempuan sialan ini memang benar. Akhir hidupnya sudah digariskan dengan jelas. Jadi untuk apa lagi dia takut?

"Giovano LinDenhof, adakah kamu tidak takut menarik perhatian orang-orang dan pihak media? Menggerakkan pasukan bersenjata dan dua jet tentera Amerika Syarikat? Bukankah, kamu memiliki status yang harus dijaga?" kata Johnson dengan nada provokasi yang malah ditertawakan oleh satu lelaki yang saat ini berdiri tepat di belakang Gio. Mendengar tawa mengejek itu membuat Johnson mengecilkan kedua matanya.

"Aku benar-benar tidak menyangka di dunia ini masih ada lelaki bodoh seperti kau. Tsk, tsk, tsk ...sayangnya waktu mereka menangkap kau kali pertama aku tidak berada di sana. Dan aku tidak menyangka orang yang berani memprovokasi Gio adalah lelaki bodoh, menyedihkan dan hodoh" kata lelaki tersebut yang tidak lain adalah Nicholas LinDenhof. Kedua mata birunya bergerak ke arah susuk tubuh mungil yang saat ini berada di hadapan lelaki hodoh itu. Nafasnya, tersekat semakin dia memperhatikan darah yang mewarnai gaun putih perempuan mungil itu. Nick mungkin tidak begitu menyukai sikap Mely yang selalu memprovokasinya namun, itu tidak bermakna dia membencinya. Dia bahkan tidak dapat membayangkan bagaimana hari-harinya jika dia tidak mendengar lidah pedas penyihir menjengkelkan itu. Tanpa dia sedar penyihir menjengkelkan itu sudah tertanam dalam hatinya sehingga membuat Nick merasakan emosi amarahnya yang semakin berlipat ganda ketika melihat keadaan penyihir menjengkelkan itu. Kedua tangannya di genggam dengan erat, berusaha menahan emosi yang semakin memenuhi dadanya.

Kapten Travis yang berdiri beberapa langkah dari belakang Johnson yang menyedari ekspresi gelap di wajah komandernya tanpa sedar menelan liurnya, rasa takut tiba-tiba menyerang tubuhnya. Dengan gerakan refleks dia mengangkat tangannya untuk memberi tabik hormat kepada atasannya.

"Komander LinDenhof, sasaran sudah berada dalam jangkauan tetapi young madam masih tidak sedarkan diri kerana terlalu banyak kehilangan darah. Kami meminta kebenaran untuk menggunakan cara kasar untuk segera menyelesaikan misi" jerit Kapten Travis dengan kuat yang terdengar seperti panggilan maut untuk Johnson yang saat ini membeku di tempatnya ketika mendengarnya.

Tubuh Johanson bergetar kuat setelah mendengar jeritan tersebut. Kedua matanya dipenuhi dengan panik dan rasa takut yang menyerang tubuhnya. Dia, mengeratkan cengkeramannya sebelum memandang tajam wajah Gio yang saat ini menggelap di hadapannya. 

"Beritahu, anjing suruhanmu untuk tidak melakukan apa-apa sebelum aku tanam peluru ini ke dalam kepala perempuan kesayanganmu!!" ancam Johnson dengan lantang yang terdengar sedikit bergetar kerana rasa takut yang saat ini menyelimuti tubuhnya.

"Tsk, tsk, tak ...kenapa tikus busuk ini masih berani muncul, ya? Raf, bukankah aku sudah pernah kata yang kita seharusnya membunuh tikus busuk ini? Lihat apa yang terjadi sekarang?" kata Leo sambil menyilangkan kedua tangan sebelum memandang ke arah Raffael yang membuat ujung bibir Raffael berkedut keras ketika mendengarnya.

"Baiklah, baiklah. Ini adalah salahku. Tetapi, kali ini kita tidak akan membiarkannya terlepas begitu saja. Lihat apa yang sudah dia lakukan kepada sister-in-law, bahkan kematian adalah sesuatu yang terlalu baik untuk tikus busuk seperti dia" kata Raffael dengan senyuman menyeramkan yang dapat membuat orang-orang menggeletar ketakutan.

"Bukankah itu berarti kita akan membuat tikus busuk ini lebih menderita dibandingkan kematian yang dapat ditawarkan kepadanya? Seksaan itu mungkin tidak akan berakhir dengan cepat, bukan? Aku yakin dia akan menyukainya" gumam Deekson sambil mengecilkan kedua mata hitamnya. Senyuman lebar yang terbentuk di wajahnya saat ini benar-benar membuatnya terlihat seperti musang yang sangat licik.

"Itu sudah tentu" jawab Raffael, Leo dan Nick dengan serentak. Kedua mata mereka dipenuhi oleh kilatan membunuh yang jelas terlihat dari pandangan mereka saat ini. Senyum lebar yang terbentuk di wajah mereka benar-benar melambangkan status mereka sebagai the four underworld protectors yang terkenal dengan kekejaman dan haus darah.

Berbeza dengan empat lelaki di belakang Gio yang sibuk merencanakan apa yang akan mereka lakukan pada tikus busuk yang saat ini berdiri tidak jauh dari mereka, Gio masih berdiri tegap di hadapan mereka tanpa membuka mulutnya. Kedua matanya memandang kucing kecilnya yang terkulai lemah di hadapannya dengan ekspresi yang sukar digambarkan. Entah, apa yang ada di dalam fikirannya saat ini.

"Let my woman go" kata Gio dengan nada sangat dingin yang sekali lagi membuat atmosfera di sekeliling dipenuhi oleh tekanan yang membuat orang-orang di sana sukar untuk bernafas.

Tidak sedar apa yang terjadi di sekelilingnya, Mely merasakan bahawa saat ini dia sedang bermimpi. Dia bermimpi akhirnya dia dapat menjalani kehidupan yang normal bersama Gio dan memiliki ramai anak di mansion besar mereka. Benar-benar mimpi yang sangat indah. Terlalu indah sehingga Mely merasa risau yang mimpi ini terlalu jahat kerana membuatnya terlalu berharap. Samar-samar, dia mendengar suara jeritan yang bergema di sekelilingnya sehingga suara familiar yang terdengar dingin itu membuat Mely tersedar dari alam mimpi indahnya. Kelopak matanya bergetar perlahan sebelum kedua mata kelabu itu akhirnya terbuka perlahan. Penglihatan yang terasa kabur perlahan-lahan kembali normal. Mely dengan jelas melihat gaun putih di tubuhnya berlumuran dengan darahnya, melihat hal itu membuat perutnya terasa mual, apatah lagi bau darah yang saat ini menyelimuti tubuhnya. 

Ah ...dia benar-benar tidak memiliki tenaga sedikitpun, bahkan untuk menggerakkan jari-jari tangannya tidak dapat. Adakah dia terlalu kehilangan banyak darah? kata Mely dalam hati. Tiada yang dapat melihat wajah kecilnya saat ini, kerana kepalanya yang tertunduk dengan rambut panjangnya yang menutupi seluruh wajahnya. Senyuman mengejek perlahan terbentuk nipis di bibir kecilnya begitu dia menyedari keadaan tubuhnya benar-benar berada dalam keadaan yang sangat-sangat buruk. 

Astaga, dia sudah dapat membayangkan ubat-ubat pahit sialan itu dan ceramah pedas Lau Fhang kerana dia lagi-lagi cedera parah. Memikirkan lelaki itu sudah membuat Mely ingin mentertawakan nasib buruknya.

"Let my woman go"

Mendengar kata-kata dingin itu, kedua mata kelabu Mely berkontraksi perlahan. Suara ini ...suara ini jelas-jelas suara ...Dengan sekuat tenaga Mely menggerakkan kepalanya untuk melihat pemilik sumber suara tersebut.

Vano.

Ya. Suara itu suara Vano.

Kedua mata kelabu itu dengan jelas melihat lelaki yang selalu memenuhi fikirannya saat ini berdiri tidak jauh dari posisinya. Kedua mata kelabunya bertemu dengan sepasang mata biru yang memandangnya dengan pandangan terkejut, bahagia, lega dan sedih yang berubah silih berganti. Melihat hal itu membuat kening Mely berkerut samar.

Mengapa Vano sedih?

Jangan bersedih sayangku. 

Aku tidak mau melihat kesedihan mewarnai kedua mata birumu. Aku mau menjadi seseorang yang selalu membuatmu bahagia dan tidak membuatmu sedih.

Senyuman nipis terbentuk di bibir kecilnya, dengan tujuan menenangkan lelaki yang saat ini memandangnya dengan penuh kerisauan. Namun, sayangnya senyumannya itu malah membuat wajah Mely yang sudah seputih kapas terlihat semakin menyedihkan. Sesiapa pun yang melihat ekspresinya saat ini pasti akan merasa hati mereka seakan di cengkam oleh satu tangan besar yang membuat dada mereka terasa sesak.

Kedua mata biru itu berkontraksi seketika begitu melihat senyuman nipis yang terbentuk di wajah kucing kecilnya. Ujung bibirnya terangkat perlahan dengan senyuman kaku yang terlihat di wajah dinginnya. Bagaimana, kamu masih boleh tersenyum dengan keadaanmu yang begitu little kitten? Ini semua adalah salahku. Luah Gio dalam hati.

"Kucing kecilku, adakah kamu baik-baik saja?" gumam Gio dengan nada lembut yang membuat sebahagian orang yang mendengarnya merasakan nafas mereka tersekat. Bagaimana, tokoh yang menduduki kedudukan tertinggi dalam komuniti dunia bawah, tokoh yang tidak memiliki rasa simpati terhadap semua sasarannya, tokoh yang terkenal dengan sebutan Iblis itu dapat bercakap dengan nada lembut seperti itu kepada seorang perempuan. 

Perlahan air mata bergenang di kedua mata hijau Raffael sebelum dia mendongakkan kepalanya ke arah langit malam yang dipenuhi kegelapan. Sial, dia benar-benar tidak menyangka akan menyaksikan moments Gio seperti ini. Kata Raffael dalam hati. Entah, mengapa dadanya terasa sesak ketika mendengar nada lembut dan kata penuh kasih sayang yang diucapkan oleh Gio. Dari ujung matanya dia dapat melihat Leo, Deekson dan Nick memiliki ekspresi yang hampir sama dengan dirinya.

Semua orang yang mendengar ucapan master mereka merasakan jantung mereka berdegup dengan kencang begitu mendengar nada bicara master saat ini. Tiada yang dapat menjangka bahawa hari ini akan tiba, di mana tokoh yang selalu mereka agung-agungkan itu akhirnya tunduk kepada perempuan yang merupakan pasangan hidupnya.

Who would have thought that finally the ruthless king of the underworld is bowing his head down to his queen?

Who would have thought that the king who always look down to his people, the king who always talk with a cold tone could talk a sweet doting voice to his queen?

Who would have thought that today they will witness this scene?

Hanya empat lelaki yang saat ini berdiri tepat di belakang Gio memandang belakang rakan mereka dengan ekspresi bercampur. Ini adalah kali pertama mereka melihat lelaki sekuat Gio dapat menunjukkan sisi lemahnya di hadapan semua orang yang berada di sini.

Berbeza dengan reaksi orang-orang, Mely yang mendengar nada lembut itu menganggukkan kepalanya perlahan. Senyum nipis yang terbentuk di bibir kecilnya perlahan melebar sebelum air mata mengalir di kedua pipinya yang pucat. Di tengah kesakitan yang menyelimuti tubuhnya, Mely dapat merasakan aliran hangat memenuhi dadanya sebaik saja dia mendengar pertanyaan yang Gio arahkan kepadanya.

"Mhm. Kamu lama" jawab Mely perlahan dengan nada yang terdengar merajuk namun, begitu Gio mendengar jawapan tersebut. Tanpa sedar kedua mata birunya dipenuhi dengan penyesalan dan kesedihan yang membuat nafas Mely tersekat ketika melihatnya.

Menganggukkan kepalanya perlahan, Gio memperhatikan setiap luka dan lebam yang terbentuk di wajah kucing kecilnya sebelum kedua mata birunya bergerak ke arah luka-luka yang terbentuk di tubuh mungilnya. Tubuhnya menegang seketika sebaik saja dia melihat keadaan fizikal kucing kecilnya yang cukup membimbangkan. Setelah beberapa saat kedua mata biru itu kembali memandang wajah kucing kecilnya yang terlihat putih seperti kapas. Senyum penuh kesedihan terbentuk di wajah dinginnya. Hanya beberapa jam dia berpisah dengan kucing kecilnya, mengapa dia merasa kucing kecilnya ini sudah kehilangan begitu banyak berat badan? fikir Gio dengan pahit.

"Mhm. Maafkan aku kerana membuatmu menunggu terlalu lama. Aku janji akan membayarnya dengan semua sisa hidupku, little kitten" kata Gio masih dengan nada yang sama.

Tubuh Mely bergetar perlahan begitu mendengar janji tidak langsung yang dibuat oleh Gio kepadanya. Isak tangis perlahan keluar dari cela bibirnya namun, entah mengapa saat ini dia malah merasa sangat lega melihat Gio berada di hadapannya. Seolah-olah beban yang menimpa hatinya sejak tadi akhirnya terangkat.

Dia datang.

Aku tahu, Vano tidak akan meninggalkan aku walau apa pun yang terjadi.

He will always come to me.

Mereka berdua bercakap seolah-olah di tengah halaman luas ini hanya ada mereka berdua yang membuat ujung bibir Johnson berkedut keras menahan kekesalannya. Dengan gerakan kasar dia menarik kuat kepala perempuan di hadapannya agar kepala perempuan ini mendongak ke arahnya sebelum dia meletakkan ujung pistol yang dipegangnya tepat di tengah-tengah leher putihnya.

"Well, well, well. Lihat penyatuan semula yang menyedihkan ini. Sangat mengharukan, bukan? Aku tidak menyangka Giovano LinDenhof akan menunjukkan sikap lemahnya di hadapan kita semua. Adakah, dia tidak takut dengan menunjukkan kelemahannya akan dapat membuat semua musuhnya mensasarkan perempuan sialan ini?" ejek Johnson sambil memandang penuh kebencian ke arah Gio yang saat ini memandang tajam ke arah posisi tangannya.

"You are wrong, Johnson Andrewson. Vina tidak akan pernah menjadi kelemahanku. Vina adalah sumber kekuatanku. With her by my side, I will conquer the world just for her" kata Gio dengan nada dingin.

Tubuh Mely menegang ketika mendengar kata-kata penuh dominan dari lelaki di hadapannya, kedua mata kelabunya memandang tidak percaya ke arahnya. Jantungnya berdegup kencang ketika mendengar kata-kata yang terasa manis dalam hatinya. Entah mengapa tiba-tiba Mely merasa kekuatan dalam tubuhnya bertambah seolah-olah dengan ucapan tersebut dapat memberikan kekuatan tambahan untuknya

Kilatan gelap sepintas terlihat pada kedua mata kelabunya sebelum dia mengecilkan kedua matanya dan mengepalkan kedua tangannya dengan kuat untuk menahan rasa sakit yang sudah semakin mengigit tubuhnya. Dengan sekuat tenaga Mely menginjak kaki Johnson yang membuat lelaki tersebut menjerit kesakitan. Tangan besar yang sejak tadi menahan tubuh mungilnya akhirnya terlepas, dengan gerakan cepat Mely memanfaatkan situasi yang ada untuk berlari ke arah Gio dengan semua sisa tenaganya.

Sebaik saja Johnson menyedari bahawa Mely sudah lepas dari genggamnya, semuanya sudah terlambat. Dia, melihat satu-satunya tiket yang dapat membuatnya keluar dari tempat ini hidup-hidup akhirnya terlepas dari genggamannya. Kedua matanya dipenuhi oleh amarah kegilaan yang membuat Johnson dengan cepat mengangkat senjata api yang ada di tangannya untuk melepaskan beberapa tembakan ke tubuh mungil tersebut.

Melihat hal itu membuat Raffael, Nick, Leo dan Deekson merasa jantung mereka berhenti berdegup. Kedua mata mereka terbeliak. Tanpa berfikir, Nick segera mengarahkan jari telunjuknya ke arah Johnson.

"STOP HIM!!!" jerit Nick dengan lantang yang membuat Kapten Travis dan beberapa lelaki segera berlari ke arah Johnson untuk menghentikan tindakan gilanya.

"Jangan bunuh dia!!" sambung Raffael yang membuat beberapa lelaki yang mengarahkan senjata mereka tepat di hadapan Johnson segera menghentikan pergerakan jari mereka. 

Kedua mata biru Gio hanya fokus pada tubuh kucing kecilnya yang saat ini berlari ke arahnya. Jantungnya, seakan berhenti berdegup, kedua matanya dipenuhi oleh kepanikan dan ketakutan sebaik saja dia melihat Johnson mengangkat senjata yang ada di tangannya. Dengan gerak pantas Gio berlari ke arah kucing kecilnya sebelum kedua tangannya menarik tubuh mungil tersebut ke dalam pelukannya.

"I got you, my dear" gumam Gio dengan nafas terengah-engah. Ini adalah kali pertama dia merasa setengah nyawanya melayang dari tubuhnya. Seluruh tubuhnya bergetar kuat kerana emosi yang tidak dapat di kawalnya.

Mengeratkan pelukan, Gio membawa tubuh mungil yang terkulai lemah itu ke dalam pelukannya seolah-olah ingin menyatukan tubuh mereka bersama. Kedua mata birunya memperhatikan tubuh kucing kecilnya dalam pelukannya dengan pandangan penuh kerisauan, sedih, panik, lega dan bahagia. 

"I got you now, my dear"

"I got you and I won't let you out of my sight ever again"

TO BE CONTINUED.

Dia tidak akan pernah menjadi kelemahanku. Dia akan selalu menjadi sumber kekuatanku. Dengan dia di sisiku, aku dapat menghadapi semuanya, bahkan menaklukkan dunia ini hanyalah masalah kecil.- Almighty The Devil Underworld.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience