Rate

The Almighty Devil Of Underworld_105

Action Completed 38206

Underground Prison,
LinDenhof Mansion, Manhattan, NYC.

Suara jeritan penuh penderitaan yang bergema diseluruh ruang penjara itu terdengar seperti melodi menyeramkan yang dapat membuat sesiapa pun yang mendengarnya menggeletar ketakutan. Lantai batu yang menutupi seluruh permukaan ruang penjara saat ini terlihat dipenuhi oleh percikan darah yang benar-benar membuat orang yang melihatnya pasti akan merasa mual.

"Kau masih tidak mahu bercakap!?" jeritan itu terdengar di seluruh ruangan tersebut sebelum diikuti oleh suara pukulan kuat dan erangan penuh kesakitan yang datang silih berganti.

Kedua mata biru Gio yang dipenuhi kilatan gelap itu terus memandang situasi di hadapannya tanpa perubahan ekspresi sedikitpun seakan apa yang ada di hadapannya ini hanyalah sebuah pertunjukkan biasa dan bukannya sebuah penyiksaan yang dilakukan oleh empat sahabatnya yang saat ini berada di hadapannya. Kedua mata birunya perlahan bergerak ke arah tubuh Johnson yang dipenuhi oleh darah dengan pandangan tanpa sedikit pun rasa belas kasihan. Ujung bibirnya terangkat perlahan sebelum senyuman nipis terbentuk di wajahnya yang membuat ekspresinya saat ini terlihat lebih menyeramkan.

"Cis! Kalau ada orang yang tanya, kau seharusnya menjawab!" jerit Raffael dengan kesal sebelum tangannya bergerak untuk menumbuk perut Johnson yang membuat tubuh gemuk itu terjatuh diatas permukaan lantai batu yang ada di bawah mereka. Melihat reaksi Johnson yang tidak berdaya membuat Raffael mendengus kuat sebelum dia menyeret tubuh gemuk Johnson di atas kursi kayu yang menghadap ke arah mereka semua.

Perlahan kepala Johnson bergerak perlahan sebelum dia mengangkat kepalanya sedikit untuk memandang ke arah Gio yang berada di hadapannya dengan pandangan penuh kegilaan. Senyuman lebar perlahan-lahan terbentuk di wajah hancurnya sebelum tawa mengejek bergema disekitar mereka. "Hahaha ...kau kehilangan Melysah ...hahaha" katanya di sela tawanya yang membuat ekspresi empat lelaki yang berdiri di dekatnya ini menjadi gelap.

Kedua mata hijau Leo memandang tajam ke arah Johnson dengan api kemarahan yang semakin memenuhi tubuhnya sebelum dia menarik kuat sisa rambut Johnson. "Shut up, bastard" jeritnya dengan penuh emosi sebelum dia menumbuk pipi Johnson dengan kuat.

Bukannya mengerang kesakitan seperti sebelumnya namun, kali ini tawa Johnson semakin bergema di sekitar mereka seakan tumbukan yang Leo berikan kepadanya tidak terasa sakit sedikitpun. Kedua matanya kembali bergerak ke arah Gio dengan sorot mengejek yang terlihat jelas dari kedua matanya. "Kau kehilangan Melysah hahaha! Kau kehilangannya hahaha! Kau sudah kalah Giovano LinDenhof! Kau kalah hahaha!" jerit Johnson dengan tawa penuh kegilaan yang membuat kesabaran Nick benar-benar habis.

Penumbuk tangannya dikepal kuat sebelum tangannya bergerak ke arah kepala Johnson namun, belum sempat penumbuknya mencapai sasaran, suara dingin tanpa emosi itu bergema diseluruh ruangan yang membuat pergerakan tangan Nick terhenti seketika.

"Stop!"

Suara Gio yang bergema itu membuat tubuh Nick menegang seketika. Dia kembali menarik penumbuk tangannya perlahan sebelum mengatur nafasnya untuk mengawal pergolakan emosi yang saat ini memenuhi dadanya.

Lima pasang mata penuh dengan kilatan haus darah itu terus memandang ke arah tubuh Johnson seperti pemangsa yang mengawasi mangsa mereka. Keempat-empat, lelaki tersebut berdiri mengelilingi tubuh Johnson sambil menunggu perintah yang keluar dari bibir nipis Gio.

"Apa yang Christan rencanakan untuk Vina? Apa yang Christan mahukan daripada, Vina?" tanya Gio dengan nada dingin yang malah membuat tubuh Johnson bergetar perlahan kerana menahan tawa yang keluar dari celah bibirnya yang sudah dipenuhi oleh darah.

"Aku tidak tahu ...hahaha" jawab Johnson sambil tertawa kuat yang membuat pandangan Gio menjadi gelap seketika sebelum senyuman nipis terbentuk dibibir nipisnya.

Perlahan kedua mata birunya bergerak ke arah Raffael yang juga memandangnya dengan ekspresi bingung. "Siapkan ubat yang sudah disiapkan, Nathan" kata Gio dengan nada dingin yang membuat kedua mata hijau Raffael bersinar penuh excitement sebelum tawa dingin bergema diseluruh ruang penjara tersebut.

Mendengar kata-kata Gio bukannya membuat Johnson merasa takut, dia malah tertawa kuat sebelum pandangannya bergerak ke arah lima lelaki yang saat ini berada di hadapannya. "Kalian buatlah apa yang kalian suka! Aku tetap tidak akan mengatakan apa-apa. Hahaha..." kata Johnson dengan nada mengejek yang malah membuat Deekson dan Leo tertawa mendengarnya.

Melihat reaksi Leo dan Deekson yang tergolong aneh itu membuat dahi Johnson berkerut samar. Biasanya, jika dia berkata begitu mereka semua akan tersalut emosi dan terus menyakitinya tetapi kenapa sekarang mereka hanya mentertawakannya?

Entah, kenapa tiba-tiba dia merasakan seluruh tubuhnya di selimuti oleh ketakutan. Kedua matanya perlahan bergerak ke arah Raffael yang saat ini berjalan ke arahnya dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya. Melihat, kedua mata hijau yang terlihat dipenuhi oleh sinar kegembiraan itu, alarm tanda bahaya tiba-tiba bergema di dalam kepalanya yang membuat rasa takut tiba-tiba memenuhi ekspresi wajahnya.

"Kita akan lihat sekuat apa resolusimu bertahan" kata Raffael dengan nada ceria sambil menganggukkan kepala perlahan ke arah Nick yang membuat Nick segera mengangkat kepala Johnson. Dengan gerakan cepat Raffael segera memasukkan pil yang ada di tangannya ke dalam mulut Johnson dan memaksanya menelan pil tersebut.

Belum sempat Johnson memproses apa yang sedang terjadi, dia sudah menelan pil tersebut. Kedua matanya membulat terkejut sebelum dengan cepat kedua tangannya bergerak untuk mengeluarkan pil tersebut dari mulutnya. Malangnya, pil penemuan Lau Fhang selalu memiliki kemampuan untuk larut dengan cepat begitu pil tersebut sudah masuk ke dalam tubuh mangsanya.

Oleh itu, apapun yang dilakukan oleh Johnson hanyalah sia-sia.

Semua lelaki yang saat ini berada di dalam ruang penjara ini memandang ke arah tubuh Johnson yang bergetar kuat kerana diselimuti oleh ketakutan itu dengan pandangan penuh jangkaan. Tawa perlahan bergema di sekitar mereka sebelum senyum lebar terbentuk di wajah Deekson. "Adakah, kau tahu ubat apa yang baru saja kami berikan kepada kau?" tanya Deekson dengan nada rendah, masih dengan senyuman yang sama.

Melihat ekspresi Deekson yang berdiri didekatnya ini membuat seluruh tubuh Johnson semakin bergetar kuat kerana rasa takut yang tiba-tiba menyerang tubuhnya. Ketidaktahuannya, akan jenis penyiksaan yang mereka semua lakukan kepadanya, membuat Johnson merasakan ketakutan yang berlipat kali ganda. Setelah menelan liurnya dengan susah payah, akhirnya dia membuka bibirnya perlahan. "Ubat apa yang kamu berikan?" kata Johnson dengan suara serak.

Perlahan, Leo berjalan ke arah Johnson sebelum berjongkok di hadapan tubuhnya. "Ubat itu adalah hasil penemuan terbaru dari sahabat kami. Ubat yang dapat membuat kau merasakan kesakitan yang sangat menyiksa tetapi, pada masa yang sama ubat itu tidak akan mampu membunuhmu. Kalau di ikutkan masa sekarang...." kata Leo sambil melirik ke arah jam tangan yang ada di pergelangan tangan kirinya. "Kau sudah mulai merasakan rasa sakit itu, bukan?" kata Leo dengan nada ceria yang membuat kedua mata Johnson membulat.

Tepat setelah kata-kata itu diucapkan, seluruh tubuh Johnson tiba-tiba diselimuti oleh rasa sakit yang membuat tubuhnya terasa seperti ditikam oleh beribu pisau dan terasa panas seperti terbakar. Jeritan penuh kesakitan itu terus bergema di seluruh ruangan tersebut sebelum tubuh Johnson terjatuh di atas permukaan lantai batu dimana tubuhnya terlihat bergetar kuat.

"Urgh.. Arghh… Haa.. Haa.. Arghh!!" jerit Johnson sambil berguling-guling di atas permukaan lantai. Kedua tangannya memegang tubuhnya yang terasa terbakar dan di tikam-tikam, kedua kakinya secara refleks dirapatkan ke dada.

"AAAAAH!! SAKIT!! APA YANG KALIAN LAKUKAN KEPADA AKU!?" jerit Johnson dengan penuh penderitaan yang hanya di balas dengan pandangan gelap oleh empat lelaki yang saat ini mengelilinginya sebelum keempatnya berjalan ke arah Gio yang saat ini duduk di salah satu sofa yang berada tidak jauh dari posisi mereka.

"HEY!! JAWAB PERTANYAAN AKU!! AHH!!" jerit Johnson yang memaksa dirinya di tengah rasa sakit yang menyerang tubuhnya.

"Aku sudah kata. Pil itu akan memberikan kau penderitaan abadi. Jangan, risau kau tidak akan mati hanya kerana pil itu. Kesakitan yang kau rasakan sekarang menyakitkan, bukan? Aku tidak akan memberikan kau ubat penawar selagi kau menutup mulutmu" kata Leo dengan senyuman puas sebelum meneguk minumannya.

Jeritan yang penuh dengan rasa sakit itu kembali memenuhi ruang penjara tersebut sebelum nafas berat terdengar di bibir Johnson.  "Aku tidak tahu rencana apa yang Mr. Romanceks siapkan untuk Melysah!! Dia hanya ingin menyeksa dan juga membuat Melysah takut kepadanya!! Mr. Romanceks terlalu obses dengannya tetapi, dari apa yang aku tahu Melysah sudah memprovokasi keluarga Romanceks dan menyebabkan dirinya terus diburu oleh Mr. Romanceks!! Aku serius!! Hanya itu yang aku tahu!!!" jerit Johnson sambil mengetap giginya dengan kuat, berusaha menahan rasa sakit yang amat menyakitkan. "Berikan aku penawar!!!" jeritnya dengan sekuat tenaga.

Dia lebih baik mati daripada harus menerima semua kesakitan ini.

"Tidak akan. Biarkan rasa sakit itu yang menemanimu. Ini adalah harga yang harus kau bayar kerana sudah menyakiti sister-in-law kami" jawab Leo dengan nada dingin sebelum mendengus kesal.

"TIDAAAAAK!!" jerit Johnson sambil terus berguling-guling di atas permukaan lantai batu, berharap dengan tindakannya ini dapat membantunya menghilangkan rasa sakit yang terus menyerang seluruh tubuhnya.

Mengabaikan jeritan Johnson, kelima lelaki yang duduk di sofa yang berada tengah-tengah ruangan ini tenggelam dalam pemikiran mereka masing-masing. Mendengar pengakuan Johnson tadi membuat Nick mengerutkan keningnya dengan kedua mata birunya yang dipenuhi oleh sorot rumit sebelum dia membuka mulutnya perlahan. "Jika, memang benar Christan obses dengannya. Apakah ada kemungkinan yang penyihir menjengkelkan itu tidak menyukai Christan dan dia melakukan sesuatu sehingga membuatnya terus diburu?" kata Nick yang menyatakan pendapatnya.

Belum sempat ada yang membuka mulut untuk membalas kata-kata Nick tadi, suara pintu dibuka yang terdengar bergema diseluruh ruang penjara yang dipenuhi oleh suara jeritan Johnson saat ini. Pandangan mereka semua perlahan beralih ke arah Butler Chong yang saat ini terlihat berjalan ke arah mereka dengan ekspresi tenang seakan pemandangan di hadapannya ini bukanlah sesuatu yang penting.

"Master, saya minta maaf kerana menganggu anda di sini tetapi, anda mempunyai tetamu penting yang sudah menunggu anda di ruang kerja anda" kata Butler Chong dengan sopan sambil menundukkan tubuhnya.

Mendengar hal itu membuat kelima lelaki yang mendengarnya mengerutkan kening mereka perlahan, bahkan kedua mata biru Gio saat ini dipenuhi oleh kilatan bingung sebelum dia melirik ke arah Butler Chong. "Siapa?" tanyanya dengan nada dingin.

"Tetamu anda adalah Elder Zolandov, Master. Sebastian Gervich Zolandov" jawab Butler Chong perlahan yang membuat semua orang yang mendengarnya menaikkan kedua kening mereka.

"Apa yang old man itu lakukan di sini? Tidak biasanya dia datang ke Amerika? Terutama ...ke mansion ini?" tanya Nick perlahan sambil melirik ke arah Gio dengan penuh tanda tanya.

Mendengar pertanyaan Nick tadi, membuat Gio hanya menggelengkan kepalanya perlahan sebelum bangkit dari posisi duduknya dan berjalan keluar dari ruang penjara ini yang segera diikuti oleh beberapa orang yang ada di sekitarnya.

"GIOVANO LINDENHOF BERIKAN AKU UBAT PENAWARNYA!!"

"GIOVANO LINDENHOF JANGAN TINGGALKAN AKU SENDIRI!"

"GIOVANO LINDENHOF JUST LET ME DIE NOW!!!"

Malangnya, mau sekuat apapun Johnson berteriak, Gio tetap berjalan meninggalkan ruangan tersebut tanpa sedikit pun menoleh ke arah Johnson yang masih menjerit kesakitan di belakangnya.

...

Office Room,
LinDenhof Mansion, Manhattan, NYC.

Sebaik saja kelima-limanya melangkah masuk ke dalam ruang kerja yang berada di tingkat 2 Mansion ini. Dapat dilihat satu tokoh lelaki yang sudah berumur sekitar awal 60 tahun sedang berdiri di hadapan tingkap besar yang berada disisi ruangan tersebut. Pandangan lelaki tua itu terlihat seperti sedang melamun seakan dia sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya tidak sedar akan kehadiran mereka berlima yang sudah berada di dalam ruangan ini.

"It's been a long time, old man" kata Gio dengan nada dinginnya sebaik saja dia berdiri beberapa langkah dari posisi lelaki tua di hadapannya ini.

Mendengar suara dingin yang familiar dalam ingatannya, membuat tubuh lelaki tua yang sebelum ini menghadap ke arah tingkap berpusing untuk menghadap ke arah Gio. Kedua mata hitam yang dipenuhi oleh pandangan sukar itu memandang tepat ke arah sepasang mata biru yang ada di hadapannya untuk beberapa saat sebelum dia menganggukkan kepalanya perlahan. Perlahan, dia berjalan ke arah sofa yang berada tidak jauh dari posisinya sebelum dia merebahkan tubuhnya di salah satu sofa yang berhadapan dengan Gio.

"Ada tujuan apa anda datang ke sini? Anda tidak pernah datang ke tempat kediaman saya sebelum ini. Selama ini urusan perniagaan antara keluarga kita selalu dilakukan ditempat anda, Mr. Zolandov" kata Gio secara langsung mengenai topik perbualan mereka sambil menyandarkan tubuhnya di belakang sofa.

"Atau, adakah saya perlu memanggil anda dengan kode nama yang selalu anda gunakan selama berada di dalam komuniti dunia bawah, Douglas?" sambung Gio dengan nada sarkartis.

Senyuman nipis terbentuk di wajah Sebastian sebaik saja dia mendengar nada sarkartis yang terdengar dingin dari lawan bicaranya ini. "Hm...sudah lama aku tidak mendengar nama itu sejak istriku meninggal dan sekarang aku tidak lagi berurusan dengan komuniti dunia bawah" kata Sebastian perlahan. "Ditya (re: kid), bolehkah kita mengadakan perbincangan ini secara peribadi?" sambungnya sambil melirik ke arah empat lelaki yang saat ini berdiri tidak jauh dari posisi mereka.

Mendengar permintaan itu, membuat Gio menaikkan sebelah keningnya, kedua mata birunya bergerak ke arah empat lelaki yang berdiri tidak jauh dari posisi duduk mereka sebelum dia menganggukkan kepalanya perlahan yang membuat keempat-empat lelaki tersebut satu persatu meninggalkan ruang kerja tempat mereka berada saat ini.

Akhirnya, di dalam ruangan ini hanya tersisa mereka berdua.

Kedua mata hitam Sebastian memandang ke arah lelaki muda di hadapannya dengan pandangan rumit sebelum dia menghela nafas perlahan. "Ditya (re: kid), apakah kamu masih melakukan misi balas dendam itu?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut Sebastian membuatkan Gio terkejut, seluruh tubuhnya menegang seketika sebaik saja dia mendengar pertanyaan tersebut. Dia benar-benar tidak menduga akan mendengar soalan itu. Beberapa saat berlalu dalam keheningan, akhirnya Gio menganggukkan kepalanya perlahan. "Sehingga tidak ada yang tersisa" jawab Gio dengan nada dingin. Dia tidak menyembunyikan apa-apa dari lelaki tua di hadapannya ini kerana pada dasarnya mereka memiliki dendam yang sama.

Mereka berdua sama-sama kehilangan orang yang mereka sayang dan semua itu kerana kekejaman Keluarga Romanceks.

Gio kehilangan ibunya dan Sebastian kehilangan isteri yang dicintainya.

Dendam ini akan sentiasa ada. 

Namun, perbezaan diantara mereka, Sebastian merelakan dendamnya sedangkan Gio akan terus melaksanakan misi balas dendam itu sehingga ke titik terakhir.

"Jadi benar, kau menangkap malyshka (re: baby girl) dan mengurungnya di dalam mansion ini!?" suara Sebastian yang dipenuhi dengan nada tuduhan itu bergema diseluruh ruangan ini yang membuat Gio yang mendengar kata-kata tuduhan itu tercengang seketika. Kedua mata birunya memandang ke arah lelaki tua yang duduk di hadapannya dengan pandangan bingung mewarnai kedua mata birunya.

Malyshka? Baby girl?

Bukankah, Sebastian dan Pamela tidak mempunyai seorang pun keturunan?

Dari mana datangnya baby girl ini?

Tanpa menunggu balasan dari Gio, Sebastian segera membuka mulutnya. "Jika kau menyentuh sehelai saja rambutnya, aku tidak akan teragak-agak membunuhmu, Giovano LinDenhof. Aku tidak peduli lagi dengan kesetiaan yang ada diantara keluarga kita, jika kau menyakiti malyshka (re: baby girl) kesayanganku dan Pamela!" kata Sebastian dengan nada penuh emosi yang tiba-tiba memenuhi seluruh tubuhnya.

Mendengar kemarahan Sebastian yang tidak di jangkanya ini membuat Gio speechless seketika. Kedua mata birunya memandang ke arah sepasang mata hitam yang dipenuhi oleh kemarahan dengan pandangan bingung. Dia, benar-benar tidak faham apa yang di katakan oleh lelaki tua di hadapannya ini.

Perempuan?

Adakah, Sebastian mengambil anak angkat seorang perempuan sebagai penerus keluarganya kelak? Fikirnya dalam diam sambil mengerutkan keningnya dalam.

"Douglas, aku rasa kamu salah faham" kata Gio perlahan yang segera dipintas oleh Sebastian dengan suara kuat.

"Jangan fikir aku bodoh, ditya (re: kid)! Aku tahu malyshka (re: baby girl) ada disini dan aku yakin kau mengurungnya di dalam mansion ini!! Kau fikir kenapa aku tiba-tiba datang ke tempat ini!!? Serahkan, malyshka (re: baby girl) kembali kepada aku! She's innocent, Giovano LinDenhof!! Jika, kau menyakitinya!! Aku akan membunuhmu!!" kata Sebastian dengan nada penuh tekad yang membuat Gio speechless mendengarnya.

Ujung bibirnya berkedut keras, berusaha menahan emosi yang tiba-tiba menyelimuti tubuhnya. Gio benar-benar tidak tahu apa yang Sebastian katakan. Tidak ada budak perempuan di dalam mansionnya selama ini. Bagaimana, anak perempuan Sebastian boleh berada di dalam mansionnya ini?

Gio, benar-benar tidak tahu harus memberikan reaksi apa untuk menghadapi orang tua di hadapannya ini yang tiba-tiba menuduhnya dengan penuh emosi.

Tunggu.
Adakah, Douglas sudah mulai hilang akal?

TO BE CONTINUED.

#Malyshka adalah nama panggilan bahasa Rusia yang bermaksud (baby girl) atau (little girl). Panggilan ini biasanya digunakan untuk memanggil anak perempuan kesayangan mereka. Contohnya: Malyshka kesayanganku benar-benar hebat, sama dengan mengatakan anak perempuan kesayanganku benar-benar hebat.

#Ditya adalah nama panggilan bahasa Rusia yang bermaksud (kid) atau (son). Nama panggilan ini biasanya digunakan untuk memanggil anak lelaki yang mereka anggap sebagai keluarga. Contohnya: Ditya, you did a good job, boleh disamakan dengan son, you did a good job.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience