Rate

The Almighty Devil Of Underworld_100

Action Completed 38206

"Vina, kamu dimana?" kata Gio dengan suara yang lebih kuat dari sebelumnya, dahinya semakin berkerut dalam ketika dia tidak melihat kucing kecilnya di atas katil mereka sebelum ekspresi risau mewarnai wajahnya.

Di mana kucing kecilnya? Katanya dalam hati sebelum meletakkan dulang makanan yang sejak tadi berada di tangannya di atas permukaan meja yang berada tidak jauh dari posisinya saat ini. Namun, belum sempat Gio melangkahkan kaki ke arah bilik mandi untuk mencari kucing kecilnya, dia melihat kucing kecilnya berjalan perlahan keluar dari ruang walk-in-closet dengan tangan yang masih sibuk menggosok sebelah matanya.

Melihat tubuh mungil itu membuat Gio menghela nafas perlahan dengan pandangan lega memenuhi kedua mata birunya sebelum dia berjalan mendekati kucing kecilnya dengan langkah lebar dan menarik tubuh mungil di hadapannya ke dalam pelukan erat.

"Kenapa bangun? Kamu masih sakit, Vina. Bagaimana jika keadaanmu bertambah buruk?" gumam Gio sambil memperhatikan wajah kucing kecilnya yang saat ini terlihat lebih berseri dari beberapa saat yang lalu. Hal itu benar-benar membuat beban kerisauan yang memenuhi dadanya perlahan-lahan terangkat.

"Mhm. Aku baik-baik saja, Vano. Lihat, aku sudah semakin baik, bukan?" kata Mely dengan santai dengan senyuman lebar yang mewarnai wajah kecilnya.

"Hm.Tapi, kenapa matamu merah dan terlihat sedikit sembab? Adakah, kamu habis menangis?" gumam Gio perlahan sambil meletakkan kedua tangannya di sisi wajah kucing kecilnya untuk melihat wajah kecil itu dengan lebih teliti.

Deg.

Damn, damn, damn, damn, damn.

Bagaimana, dia masih boleh menyedari hal itu?

Walaupun, fikiran Mely saat ini dipenuhi oleh kepanikan namun, wajah kecilnya masih dipenuhi oleh ekspresi polos yang membuatnya terlihat semakin comel. Perlahan Mely menggelengkan kepalanya sebelum senyum lembut terbentuk di bibir merahnya. "Mataku terasa pedih sedikit. Itulah sebabnya aku masuk ke dalam bilik persalinan untuk memeriksa keadaan mataku" jawab Mely dengan nada menenangkan yang dapat didengar dengan jelas.

Perlahan tangan Gio bergerak untuk mengusap lembut permukaan kelopak mata kucing kecilnya sebelum mencium kedua kelopak mata tersebut. "Mungkin kamu harus berjumpa doktor untuk memeriksa keadaan matamu. Aku takut kamu terkena jangkitan atau sesuatu" kata Gio perlahan sebelum memimpin tubuh mungil itu untuk kembali ke atas katil mereka.

Mendengar kata-kata tersebut, membuat kedua mata kelabu itu tanpa sedar dipenuhi oleh sinar excitement yang membuat Mely menganggukkan kepalanya dengan cepat. Namun, belum sempat dia membuka mulutnya untuk menyetujui cadangan Gio, tubuhnya membeku seketika.

Damn ...

Kenapa dia terlihat begitu teruja hanya untuk pergi ke hospital!?

Argh!!! Dia lupa kalau dia harus bersikap biasa agar Vano tidak curiga!! jerit Mely dalam hati.

Sibuk mengutuk dirinya sendiri, Mely tidak menyadari bahawa sepasang mata biru itu terus memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada ekspresi wajahnya dengan pandangan penuh minat dan tanda tanya. Memutuskan untuk tidak membahas reaksi kucing kecilnya ini, Gio meraih mangkuk sup yang berada tidak jauh dari posisinya saat ini dengan gerakan perlahan.

Kedua mata kelabu Mely terus memperhatikan gerak-gerik lelaki di hadapannya ini, berusaha mencari tahu adakah Gio mencurigai sikap peliknya atau tidak. Melihat sikap Gio yang masih terlihat seperti biasa, membuat Mely diam-diam menghela nafas lega. Hatinya tiba-tiba terasa sakit melihat isyarat hangat yang di lakukan Gio kepadanya, dadanya terasa sesak. Tanpa sedar tubuhnya bergerak untuk memeluk tubuh lelaki di hadapannya ini dengan pelukan erat seakan dia takut kehilangan lelaki ini.

Tubuh Gio bergetar kuat sebaik saja dia merasakan tubuh kucing kecilnya yang sejak tadi duduk manis di atas katil tiba-tiba bergerak ke arahnya untuk memeluknya dengan erat. Dengan refleks yang cepat, satu tangannya bergerak untuk menahan pinggang kucing kecilnya sedangkan tangannya yang lain berusaha menahan mangkuk sup yang di pegangnya agar tidak tumpah sedikit pun.

Benar-benar hampir.

Ada apa dengan sikap kucing kecilnya hari ini? Adakah, dia tidak sedar kalau sup ini masih panas? Bagaimana kalau dia tidak sempat menjaga keseimbangannya dan secara tidak sengaja menumpahkan sup ke atas tubuh mungilnya!? Hanya membayangkannya sudah membuat hati Gio bergetar perlahan penuh dengan kepanikan.

Belum sempat dia membuka mulutnya untuk menasehati kucing kecilnya ini, Gio melihat tubuh mungil itu melengkung erat di pangkuannya yang membuat ujung bibirnya berkedut keras. Kilatan pasrah terlihat jelas di kedua mata birunya sebelum dia mengusap lembut kepala kucing kecilnya dengan penuh kasih sayang.

"Mhm? Barusan kucing kecilku menjadi manja begini" gumam Gio lembut dengan pandangan hangat yang memenuhi kedua mata birunya. Jarang-jarang dia melihat kucing kecilnya ini bersikap manja begini. Sikap manja kucing kecilnya ini benar-benar menenangkan. Dia tidak akan pernah bosan melihatnya.

Mendengar suara lembut itu bukannya membuat hati Mely merasa dipenuhi kehangatan, dia malah merasa sesak. Tangannya bergerak semakin erat untuk memeluk lelaki di hadapannya ini. Dia harus kuat. Dia tidak boleh menangis. Jika tidak Vano akan curiga. Kata Mely dalam hati dan berusaha menahan emosinya agar terus berada dalam kawalannya.

Perlahan kedua mata kelabunya bergerak untuk memandang wajah Gio yang saat ini masih memandangnya dengan pandangan humor yang membuatnya memuncungkan bibirnya dengan ekspresi merajuk yang mewarnai wajah kecilnya. "Jadi, aku tidak boleh bermanja? Humph!" kata Mely dengan nada merajuk.

Menggelengkan kepalanya perlahan, tangannya bergerak untuk melingkari tubuh kucing kecilnya untuk membawanya semakin dekat dengannya. "Baiklah, baiklah. Sudah tentu kau boleh bermanja dengan aku. Tetapi, kamu kena makan dulu sebelum kita pergi ke hospital untuk memeriksa keadaanmu" kata Gio dengan nada lembut sebelum menyuapkan sup kepada kucing kecilnya yang dengan perlahan. Melihat kucing kecilnya makan dengan gembira dan membuat pandangan Gio melembut ketika melihatnya.

"Aku boleh pergi sendiri, Vano. Lagi pula, kamu masih ada pekerjaan dengan Raffa, bukan? Dan aku ...aku ingin jalan-jalan di taman Central Park" kata Mely dengan cepat sebaik saja dia mendengar kata-kata Gio tadi.

Astaga, jangan sampai Vano ikut ke hospital!!

"Tapi, aku boleh temankan kamu berjalan-jalan di Central Park" kata Gio sambil menaikkan sebelah keningnya ketika dia melihat sikap kucing kecilnya yang cukup pelik hari ini.

Mendengar itu membuat Mely menggelengkan kepalanya cepat, kedua mata kelabunya memandang ke arah sepasang mata biru di hadapannya dengan penuh tekad. "Tidak perlu. Aku tidak mau menganggu kerjamu. Lagi pula, aku ingin jalan-jalan dan shopping bersama Cath petang ini" kata Mely dengan cepat dengan ekspresi menyedihkan yang jelas terlihat dari pandangannya saat ini. "Kumohon, Vano...tolong izinkan aku, ya, ya, ya?" katanya dengan nada memohon yang membuat Gio speechless melihatnya.

Senyum nipis terbentuk di bibir nipisnya sebelum tangannya bergerak untuk mengusap rambut panjang kucing kecilnya dengan manja. "Baiklah, tetapi Rayden akan menemani kamu. Aku tidak akan tenang jika tiada orang yang menjaga kamu selama di sana" gumam Gio dengan nada pasrah yang segera di balas anggukkan persetujuan oleh kucing kecilnya.

"Kalau begitu aku akan segera bersiap" kata Mely dengan cepat sebelum berlari ke dalam walk-in-closet yang berada tidak jauh dari tempat mereka duduk saat ini. Fikirannya sibuk dengan rasa excited kerana akhirnya dia dapat pergi ke hospital sendiri. Dia tidak menyadari bahawa sepasang mata biru yang sejak tadi memperhatikannya memandang ke arahnya dengan pandangan penuh pertimbangan.

Akhirnya setelah beberapa saat keduanya berjalan ke arah ruang tamu yang di sambut oleh wajah-wajah familiar yang saat ini terlihat sedang bermalas-malasan di atas sofa dengan aktiviti mereka masing-masing.

Nick menaikkan kedua keningnya ketika melihat pasangan yang sejak tadi menghilang dari ruang makan, berjalan santai ke arah mereka. "Oh? Ternyata penyihir menjengkelkan ini masih ingat untuk mengembalikkan Gio kepada kita semua hari ini" sindir Nick sambil memandang kesal ke arahnya yang membuat Mely memutar kedua matanya dengan gerakan bosan.

"Apa-apa sajalah, Nick" balas Mely dengan nada malas. Dia benar-benar tidak ada mood untuk berurusan dengan Nick saat ini. Fikirannya masih fokus pada tujuan utamanya iaitu, hospital. Jadi bagaimana mungkin dia masih dapat memikirkan hal sebodoh itu?

Mendengar balasan Mely, membuat Nick terdiam sendiri. Kedua mata birunya memandang ke arah Mely dengan pandangan tidak percaya. Kerasukan apa penyihir menjengkelkan ini tadi? Barusan penyihir ini bersikap tidak acuh dengannya, fikir Nick dalam diam dengan penuh selidik.

Berbeza dengan reaksi Nick yang saat ini dipenuhi oleh kecurigaan, Raffael yang melihat pakaian Mely menaikkan kedua keningnya. "Sister-in-law, kamu akan keluar?" tanya Raffael dengan nada ingin tahu.

"Mhm. Aku mau pergi ke hospital dan membeli-belah bersama Cath. Kenapa? kau mau ikut?" kata Mely yang balas bertanya kepada Raffael dengan sebelah kening diangkat sempurna.

Mendengar itu membuat tubuh Raffael bergetar perlahan. Menggelengkan kepalanya dengan cepat, dia menaikkan kedua tangannya sebagai tanda menyerah. "Tidak, tidak, tidak ...aku sudah tidak ingin berurusan dengan perempuan jika mereka sudah masuk ke tahap membeli-belah! Mereka boleh berubah menjadi begitu ganas hanya kerana hal-hal yang remeh" kata Raffael dengan cepat dengan kedua mata hijaunya yang dipenuhi oleh ketakutan.

Mely yang melihat reaksi berlebihan Raffael hanya dapat menggelengkan kepalanya perlahan dengan pandangan geli yang memenuhi kedua mata kelabunya.

Senyuman lebar terbentuk di wajah kecilnya sebelum dia mengalihkan pandangannya ke arah Gio yang berdiri di sebelahnya sambil menggengam tangannya dengan erat. "Darling, boleh aku pergi sekarang?" tanya Mely dengan nada lembut yang membuat Gio menganggukkan kepalanya perlahan.

Perlahan pandangan Gio beralih ke arah Rayden yang berada tidak jauh dari posisi mereka saat ini sebelum membuat isyarat tangan agar pengawal peribadinya mendekat ke arahnya. "Siapkan sekatan keselamatan 4 kereta di depan dan belakang untuk young madam pergi hari ini. Pastikan semua orang sentiasa memantau young madam dan kau tidak boleh meninggalkan sisi young madam sedikit pun" kata Gio dengan nada tegas yang terdengar sangat dingin.

"Baik, Master" jawab Rayden dengan cepat sebelum berjalan meninggalkan ruang tamu tempat mereka berada saat ini untuk mengerjakan semua perintah atasannya.

"Tunggu!! Sister-in-law akan keluar dan kau tidak ikut dengannya?" tanya Leo dengan ekspresi terkejut. Dia benar-benar tidak menyangka bahawa Gio akan membiarkan kucing kecilnya pergi begitu saja.

"Hm. Ladies day" jawab Gio sebelum memimpin kucing kecilnya ke arah Maybach hitam yang baru diparkir di hadapan pintu masuk mansion mereka.

"Woah, kau dengar itu Deeks? Lelaki ais batu ini ternyata tahu kalau perempuan juga ingin waktu bersendiri" kata Leo sambil menyiku perlahan tubuh Deekson yang saat ini masih sibuk menikmati cawan teh di tangannya yang membuat Deekson mendengus kesal.

"Tentu saja, Leo. Setiap perempuan juga memerlukan waktu mereka untuk bersendiri bukan hanya lelaki" kata Deekson dengan nada kesal.

Mengabaikan kekecohan yang terjadi di belakang mereka, Gio mengucup lembut bibir kucing kecilnya sebelum mengusap permukaan wajah kecilnya dengan penuh kasih sayang.

"Have fun, little kitten"

Senyum lembut terbentuk di wajah Mely sebaik saja dia mendengar ucapan tersebut, kedua matanya dipenuhi dengan kebahagiaan yang jelas terlihat dari kedua mata kelabunya. Perlahan kedua tangannya bergerak untuk memeluk leher lelaki di hadapannya ini sebelum mencium bibir nipisnya untuk menyatakan semua emosi yang memenuhi dadanya saat ini

"I love you, Giovano LinDenhof" gumam Mely lembut setelah melepaskan ciuman mereka beberapa saat yang lalu.

Pandangan rumit sepintas terlihat pada kedua mata birunya sebelum menghilang begitu saja, senyum nipis perlahan terbentuk di bibir nipisnya sebelum dia mengucup lembut dahi kucing kecil.

"I know. I love you too, little kitten"

"Come back to me soon" bisik Gio perlahan yang membuat nafas Mely tersekat seketika. Wajah kecilnya menjadi merah sambil memandang lelaki di hadapannya dengan penuh rasa cinta yang memenuhi kedua mata kelabunya.

"Mhm...I will come back to you" gumam Mely sebelum mengucup cepat pipi Gio dengan penuh kasih sayang

Melihat sikap malu kucing kecilnya ini membuat Gio mengucup dahinya sebelum tangannya bergerak untuk menutup pintu kendaraan hitam di hadapannya sebelum kereta tersebut perlahan-lahan menjauh dari pandangannya yang diikuti oleh beberapa kereta yang lain.

Kedua mata kelabu yang tadinya dipenuhi oleh kasih sayang itu perlahan-lahan redup sebelum senyum lembut yang terukir di bibir kecilnya menghilang perlahan-lahan. Kedua mata kelabunya dipenuhi oleh kesedihan sebelum tangannya tanpa sedar bergerak ke arah permukaan perut ratanya.

Darling, I'm sorry.

Aku harus memastikan ini terlebih dahulu sebelum memberitahumu mengenai hal ini. kata Mely dalam hati sebelum memandang ke arah langit petang yang terlihat mendung hari ini.

Nampaknya, langit juga ikut berkabung atas kesedihannya hari ini. Fikirnya dengan penuh ironi.

Sebaik saja barisan kereta hitam meninggalkan perkarangan Mansion LinDenhof, tanpa sedar Gio menghembuskan nafasnya perlahan. Kedua mata birunya masih memandang ke arah jalan, di mana barisan kereta hitam itu menghilang dari pandangannya. Tidak ada yang tahu apa yang ada di fikirkannya saat ini.

"Brother ...adakah hanya perasaanku atau sister-in-law memang terlihat pelik?" kata Raffael yang saat ini berdiri di sebelahnya dengan kedua tangan yang dia masukkan ke dalam poket seluarnya.

"Aku pun merasakan hal yang sama" kata Leo yang tiba-tiba berada di sebelah Raffael sambil merangkul bahunya.

"Sama. Tidak biasanya penyihir menjengkelkan itu tidak membalas kata-kata sindiranku" gumam Nick dengan pandangan yang sukar di ertikan. "Adakah terjadi sesuatu di antara kamu berdua?" tanya Nick sambil melirik ke arah abangnya yang saat ini masih memandang jalan di hadapannya.

"Nothing" jawab Gio perlahan.

Melihat situasi di hadapannya ini, membuat Deekson menghela nafas pasrah. "Kamu tidak perlu risau. Mungkin sister-in-law lagi datang bulan. Kamu juga harus tahu, perempuan yang sedang datang bulan akan mengalami perubahaan emosi" kata Deekson yang cuba menenangkan keempat sahabatnya yang saat ini menganggukkan kepala mereka perlahan.

Hm, alasan yang sangat masuk akal.

"Selain itu, bukankah kita harus mengunjungi mainan kesayangan kita? Hingga saat ini Gio belum mengunjunginya, bukan?" kata Raffael dengan senyum lebar.

TO BE CONTINUED.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience