"Baiklah, baiklah. Sekarang, aku ingin menunjukkan satu tempat istimewa" kata Gio sambil memperhatikan perempuan mungil yang masih dalam pelukannya. Kehangatan yang menyelimuti dirinya saat ini benar-benar membuatnya ketagih.Â
"Tempat istimewa?" gumam Mely perlahan sebelum mengalihkan pandangannya untuk memandang ke arah Gio dengan pandangan penuh tanda tanya.
"Mm. Tempat yang sangat istimewa" jawab Gio dengan pandangan lembut sebelum jarinya mengusap lembut dahi kecil yang berkerut tersebut. "Aku pasti kau akan menyukainya" sambungnya lagi dengan ekspresi yang sama.Â
Sebelum, akhirnya mereka kembali berjalan mengikuti jalan setapak. Keheningan menyelimuti mereka saat ini tidak membuat mereka merasa gugup. Seolah-olah keheningan yang mereka kongsikan saat ini merupakan sebahagian moment intim mereka. Keduanya berjalan sambil bergandingan tangan sehingga langkah mereka berhenti ketika akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan mereka.
Kedua mata Mely memandang pemandangan di hadapannya dengan pandangan tidak percaya. Kedua mata itu bersinar penuh kagum melihat keadaan yang ada di sekeliling mereka saat ini. Gio, yang memperhatikan perubahan ekspresi yang terjadi pada wajah kecil Mely tersenyum nipis sebelum tangannya bergerak untuk mengusap kepala kucing kecilnya.
"Ini sangat cantik, Vano! Lihat sana! Ada air terjun!" kata Mely seperti budak kecil yang baru saja melihat mainan kesukaannya.
Pemandangan di hadapan mereka ini mampu membuat semua orang yang melihatnya akan terpukau punuh rasa kagum. Tidak jauh di hadapan mereka terdapat sebuah tasik kecil yang dialiri oleh dua air terjun yang menghiasi tasik itu. Belum lagi hujan salji yang turun di atas permukaan air tasik yang membuatnya terlihat seperti dihiasi oleh butiran-butiran kristal.Â
"Mm. Cantik, bukan?" kata Gio perlahan sambil membimbing tubuh mungil Mely agar mendekat ke arah tasik yang berada tidak jauh dari posisi mereka.
"Sangat indah dan cantik," jawab Mely masih dengan nada kagum yang sama. Dia tidak pernah menyangka akan melihat pemandangan seindah ini dalam hidupnya. Selama ini yang selalu dia ingat hanyalah pemandangan buruk yang selalu menghantuinya. Sehingga, ketika dia melihat pemandangan indah ini, hatinya terasa sangat bahagia sehingga rasanya seperti ingin meletup.
"Tempat ini adalah tempat kesukaan ibuku" kata Gio perlahan yang membuat tubuh Mely terpana untuk beberapa saat sebelum memandangnya dengan pandangan yang sukar di gambarkan.
"Tempat ini tidak sengaja di temukan ketika kali pertama kedua orang tuaku membeli kawasan ini. Sejak itu, setiap kali kami datang ke Alaska, kami akan meluangkan masa untuk mengunjungi tempat ini. Masa aku dan Nick kecil, Ibuku pernah bercerita mengenai legenda yang penduduk setempat percaya mengenai tasik ini" kata Gio perlahan dengan kedua mata yang masih tertumpu pada permukaan air yang terlihat tenang di hadapannya.
Mely hanya memperhatikan lelaki di sampingnya ini tanpa membuka mulutnya, dia merasakan bahawa saat ini Gio sedang berusaha membuka dirinya sedikit demi sedikit untuknya. Dan hal itu membuat perasaan hangat memenuhi dadanya, kedua mata kelabunya masih memandang lelaki ini dengan pandangan lembut sebelum kembali mengalihkan pandangannya ke arah permukaan tasik yang terlihat tenang walaupun terdapat air terjun di sisinya.
"Suatu ketika dahulu, ada seorang Pemburu yang selalu hidup sendiri. Suatu hari ketika dia kembali dari kegiatan memburu, dia melihat seorang perempuan yang sangat cantik dengan rambut putih menutupi seluruh tubuhnya yang membuat perempuan itu terlihat seperti Dewi yang baru saja turun dari kayangan. Pemburu yang melihat penampilan perempuan itu terpana, walaupun sebagian hati kecilnya merasakan bahawa penampilan perempuan itu cukup pelik, sebagian yang lain merasakan bahawa dirinya jatuh cinta pada pandang pertama ketika melihat perempuan cantik itu. Singkat cerita, mereka sering menghabiskan masa bersama sehingga mereka saling jatuh cinta dan memutuskan untuk berkahwin. Namun, melihat rambut putih yang menghiasi isterinya membuat hati Pemburu dipenuhi oleh ketakutan. Dia takut penduduk kampung mengetahui keadaan fizikal isterinya dan mula berspekulasi yang dia tidak boleh membahayakan nyawa mereka berdua. Akhirnya, Pemburu berkata kepada isterinya bahawa ketika dia pergi memburu isterinya tidak dibenarkan untuk keluar dari kawasan tasik ini. Mendengar itu, isterinya segera memenuhi permintaan suaminya namun, pada petang itu angin bertiup cukup kuat sehingga menerbangkan beberapa pakaian Pemburu yang membuat Isteri terpaksa mengejar beberapa pakaian yang ditiup angin sebelum kembali ke rumah mereka. Malangnya, Isteri tidak menyedari bahawa ada beberapa pasang mata yang melihatnya saat itu. Sehingga, suatu malam ketika Pemburu dan Isteri sedang menikmati waktu rehat mereka hampir semua penduduk kampung menyerang kediaman kecil mereka. Pemburu dan Isteri terbangun ketika mendengar rusuhan yang terjadi di depan rumah dan sangat terkejut melihat semua penduduk kampung berkumpul di depan rumah mereka sambil membawa senjata di tangan mereka. Pemburu meminta isterinya untuk segera meninggalkan tempat kediaman mereka namun, belum sempat mereka bertindak rumah kecil mereka sudah diserang oleh semua penduduk kampung. Pemburu berusaha melawan untuk menolong isterinya namun, usahanya sia-sia. Dia tidak dapat melawan puluhan penduduk kampung yang menahan tubuhnya sehingga dia melihat isteri yang dicintainya dituduh sebagai perempuan berbahaya yang harus dibunuh saat itu juga. Mendengar itu, Pemburu berusaha keras untuk menolong perempuan dicintainya sehingga akhirnya dia melihat isterinya di tikam tepat di hadapannya namun, tidak berhenti di situ. Penduduk kampung juga membunuh Pemburu kerana tindakannya yang menyukai perempuan berbahaya sebelum menghancurkan rumah mereka" kata Gio perlahan sebelum mengalihkan pandangannya ke arah kucing kecilnya yang saat ini berdiri tepat di sebelahnya. Gio sangat terkejutnya ketika melihat air mata yang memenuhi kedua mata kelabu itu. Ekspresi penuh kesedihan terlihat jelas di wajah kucing kecilnya. Perlahan jari Gio bergerak untuk mengesat air mata yang memenuhi kedua matanya.
"Hey, itu hanya legenda, belum tentu ada kebenarannya" kata Gio sebelum menarik tubuh mungil itu ke dalam pelukannya dan mengusap belakang kecilnya dengan usaha menenangkan emosi yang kucing kecilnya ini rasakan saat ini.
"Tetap saja, orang kampung itu terlalu kejam! Apa kesalahan perempuan itu!?" kata Mely dengan suara yang serak. "Lalu bagaimana selanjutnya?" sambungnya sambil memandang Gio dengan harapan untuk mendengar kisah selanjutnya.
Melihat kedua mata kelabu itu memandangnya dengan punuh harapan akan kesinambungan kisah bodoh yang dia ceritakan, membuat Gio menghela nafas pasrah sebelum menyambung ceritanya.Â
"Malam itu permukaan salji yang awalnya putih dipenuhi oleh aliran darah mereka berdua. Bulan purnama pada malam itu seakan menjadi saksi tragedi berdarah itu. Dengan perlahan Pemburu menggerakkan tubuhnya untuk mendekatkan dirinya ke arah tubuh Isteri yang dicintainya sebelum mengusap lembut permukaan wajahnya. Kata maaf terus keluar dari bibir Pemburu yang dipenuhi oleh darah, kedua matanya memandang Isteri yang terlihat pucat di hadapannya dengan pandangan penuh penyesalan. Namun, kedua mata hijau Isteri memandang Pemburu dengan pandangan penuh cinta sebelum dia mengatakan bahawa semuanya akan baik-baik saja, ini adalah takdir yang perlu mereka jalani dan dia sangat mencintai Pemburu walaupun maut memisahkan mereka berdua. Beberapa saat berlalu sebelum akhirnya Pemburu menghembuskan nafas terakhirnya, kedua mata hitam yang selalu memandangnya dengan penuh cinta itu akhirnya tertutup untuk selamanya. Melihat lelaki yang dicintainya sudah meninggalkannya terlebih dahulu, air mata yang berusaha Isteri tahan akhirnya mengalir deras. Rasa sakit menyerang seluruh tubuhnya setiap kali dia menarik nafas namun, bahagian yang paling sakit dia rasakan adalah hatinya ketika dia melihat lelaki yang dicintainya akhirnya mati kerana melindunginya. Tepat, sebelum nafas terakhir perempuan itu hembuskan, dia melihat satu cahaya putih mendekati mereka sebelum berubah menjadi seorang perempuan cantik yang memandangnya dengan pandangan penuh kesedihan. Perempuan itu adalah perempuan yang dipercayai sebagai Dewi yang melindungi bumi Alaska ini. Melihat nasib buruk yang menimpa pasangan yang tidak bersalah itu membuat hati Dewi seperti di hujani oleh ribuan jarum. Akhirnya, Dewi itu berkata dia akan mengabulkan satu permintaan Isteri sebelum dia menghembuskan nafas terakhir" kata Gio dengan pandangan lembut sambil terus memperhatikan perubahan ekspresi yang terjadi pada wajah kucing kecilnya dengan tangannya yang masih bergerak mengusap pipi Mely dengan lembut.
"Jadi, jadi, jadi? Apa permintaan perempuan itu? Adakah dia meminta agar mereka dihidupkan semula?" tanya Mely dengan nada ingin tahu.
"Isteri boleh meminta itu tetapi bukan itu yang Isteri minta." jawab Gio perlahan. "Isteri meminta Dewi untuk melindungi tempat kediaman mereka iaitu tasik ini. Memohon untuk memberkati kebahagiaan pasangan yang menemui tempat tinggal mereka ini, kerana Isteri mengatakan bahawa tempat ini mereka bertemu, mereka jatuh cinta dan membina kehidupan mereka. Tempat ini adalah bukti cinta mereka dan dia mahu Dewi melindungi tempat ini kerana walaupun dia dan suaminya pergi, tempat ini akan selalu hidup dan menjadi saksi cinta mereka berdua untuk selamanya. Dia memohon agar sesiapa yang menemukan tempat ini akan selalu diberkati dan mendapatkan kebahagiaan dengan pasangan hidup masing-masing seperti Pemburu dan Isteri yang saling mencintai dan dipenuhi oleh kebahagiaan" kata Gio perlahan menyelesaikan kisah yang sejak tadi dia ceritakan.
Gio tidak pernah mempercayai legenda seperti itu namun, entah mengapa dia ingin menceritakan apa yang almarhum ibunya selalu ceritakan kepadanya ketika dia masih kecil. Tindakannya ini seperti dia ingin berkongsi kenangan berharganya dengan kucing kecilnya. Kenangan berharga dari seorang ibu yang sentiasa ada dalam dirinya.
"Cerita yang sangat menyedihkan dan luar biasa" gumam Mely perlahan sebelum angin kencang menyerang tubuh mereka dan membuat Mely bersin beberapa kali.
Damn!!
Melihat moment serius tiba-tiba menghilang kerana tingkah laku Mely membuat keduanya saling berpandangan sebelum tawa mereka bergema di seluruh kawasan tasik. Perlahan Gio menggerakkan tangannya untuk mengusap kepala kucing kecilnya sebelum membawa tubuh mungil yang mula menggigil itu untuk segera kembali ke pintu masuk Northern Valley.
"Mari kita pulang, nampaknya cuaca hari ini tidak beberapa bagus" kata Gio sebelum merangkul tangannya untuk melindungi tubuh kucing kecilnya ini dari angin musim sejuk.
"Hey, bukankah kita akan bermain kereta luncur?" tanya Mely dengan kesal sambil memandang ke arah Gio seolah-olah lelaki ini baru saja mengingkari janji suci yang dia janjikan kepadanya.
Humph! Sedangkan dia benar-benar ingin mencuba bagaimana rasanya bermain kereta luncur!
"Adakah kau ingin jatuh sakit lagi? Angin hari ini cukup kuat, Vina. Aku tidak mahu kau sakit lagi" kata Gio perlahan sebelum membetulkan posisi selendang di leher Mely dengan serius, seakan tindakannya saat ini adalah keutamaan terpenting yang harus dia lakukan saat ini juga. "Kita boleh bermain itu lain kali. Aku akan mengajakmu ke sini lagi jika kau memang ingin. Sekiranya keadaan cuaca pada waktu petang dan malam ini baik, aku akan membawamu ke tempat istimewa yang lain" jawab Gio perlahan, berusaha menghiburkan kucing kecilnya yang jelas-jelas terlihat tidak puas hati dengan keputusannya sekarang.
"Kemana kita akan pergi?" tanyanya sambil menyusuri jalan setapak yang akan membawa mereka kembali ke posisi awal.
"Melihat Aurora. Apa kau berminat?" tanya Gio perlahan sebelum keningnya berkerut samar ketika melihat wajah Mely yang terlihat semakin pucat.
"Berminat, berminat, berminat!!! Baiklah, kita pulang dulu untuk sekarang" kata Mely dengan nada ceria, menyetujui keputusan Gio begitu dia mendengar bahawa malam ini mereka akan melihat Aurora.
Bila lagi dia dapat melihat Aurora?
Mungkin ini akan menjadi pengalaman sekali seumur hidupnya!
Kedua mata kelabu itu bersinar penuh excitement sebelum memandang wajah tampan lelaki di sebelahnya, perlahan dia memerhatikan setiap lekuk wajah lelaki tersebut. Mengapa rasanya semakin lama dia menghabiskan masa bersama lelaki ini, semakin membuatnya merasa nyaman.
Adakah ini sebuah petanda baik atau buruk?
Sikapnya benar-benar sangat ambil berat.
Sedangkan dia bukan siapa-siapa.
Adakah lelaki ini memiliki niat tersembunyi?
Tidak, itu sangat ...mungkin.
Untuk beberapa sebab Mely tidak percaya bahawa Gio memiliki niat tersembunyi kerana dia merasa lelaki ini melayannya dengan serius dan ikhlas. Walaupun, dua kata ini agak pelik jika digunakan untuk menggambarkan lelaki ini. Namun, tingkah lakunya terutamanya ketika lelaki ini menceritakan tentang legenda itu ...dia merasakan bahawa Vano sedang membuka sebuah memori berharga yang dia miliki. Seperti, dia ingin berkongsi kenangan berharga itu dengannya. Menyedari hal itu pandangan Mely tiba-tiba berubah menjadi pandangan yang sukar ketika dia memandang sisi wajah Gio.
"Vano" gumam Mely dengan nada lembut
"Mm"
"Terima kasih banyak"
Terima kasih kerana sudah memperlakukannya dengan baik, terima kasih kerana selalu melindunginya, terima kasih kerana selalu menolongnya, terima kasih kerana memberikan rasa hangat yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya, terima kasih kerana sudah terbuka kepadanya.
Terima kasih untuk semuanya.
TO BE CONTINUED.
Share this novel