Rate

The Almighty Devil Of Underworld_69

Action Completed 38206

Paris, French

Pemandangan kota Paris malam ini membuat Mely terpegun. Ini kali pertamanya dia melihat bandar yang terkenal kerana keindahannya pada waktu malam. Dengan bangunan-bangunan tua yang berada di sekeliling dan Menara Eiffel yang dipenuhi oleh cahaya lampu yang berkelip-kelip, membuat pemandangan bandar ini menjadi semakin terlihat indah.

Memperhatikan suasana beranda tempatnya berdiri saat ini, membuat kening Mely berkerut samar. Sebelum ini, dia tidak pernah terfikir yang Gio akan membawanya menginap di sebuah hotel, Mely memahami untuk lelaki seperti Gio yang sangat menyukai ketenangan ...hotel bukanlah pilihan yang terbaik untuknya. Jadi, mengapa lelaki ini tiba-tiba mengajaknya untuk berehat di hotel malam ini? Pertanyaan itu sekali lagi mengganggu fikirannya, membuat Mely kembali meneguk wine yang sejak tadi berada di tangannya.

Sudahlah ...untuk saat ini dia ingin menikmati keindahan malam ini.

Setelah Gio mendengar maklumat dan memberikan beberapa arahan kepada semua pengawal peribadinya, dia segera membubarkan mereka sebelum berjalan keluar meninggalkan ruangan tersebut untuk mencari kucing kecilnya yang sejak tadi tidak terlihat batang hidungnya.

Adakah kucing kecilnya itu masih marah?

Perlahan kedua mata biru itu dipenuhi oleh kilat humor yang membuat ujung bibir lelaki ini terangkat samar tanpa dia sedar. Berjalan menuju ke ruang tamu yang di dominasi oleh warna putih itu, langkah Gio terhenti sesaat ketika menangkap susuk tubuh mungil yang bersandar di pagar beranda yang berada tidak jauh dari posisinya saat ini sebelum kedua kakinya kembali melangkah untuk mendekati perempuan mungil itu.

Merasakan angin malam menerpa tubuh mungil itu yang membuat tubuh kucing kecilnya bergetar perlahan, Gio segera meraih selimut kasmir yang ada di atas sofa sebelum meneruskan langkahnya.

Tubuh Mely menegang sebaik saja merasakan ada pergerakan yang dia rasakan tidak jauh di belakangnya namun, begitu dia mencium aroma maskulin Gio perlahan tubuhnya kembali santai. Selimut yang tiba-tiba menutupi tubuhnya dengan kedua tangan yang melingkari pinggang kecilnya, membuat Mely tersenyum nipis sebelum menghirup minumannya dalam diam.

"Masih marah?" suara serak itu membuat tubuh Mely secara refleks bergetar perlahan. Astaga ...dia benar-benar lemah jika Gio sudah menurunkan nada suaranya, kata Mely dalam hati dan berusaha menguatkan dirinya dengan terus mengetap bibirnya dengan rapat.

Mengeratkan pelukannya, perlahan bibir Gio bergerak ke sisi wajah Mely sebelum menggigit perlahan telinga kecil di hadapannya, membuat tubuh kucing kecilnya tersentak sebelum bergetar perlahan yang membuat sorot mata Gio dipenuhi oleh kepuasan.

"Vano!!" desis Mely sambil menahan rasa malu yang menyerang dirinya saat ini. Adakah lelaki menjengkelkan ini harus melakukan hal itu!? Telinga adalah salah satu kelemahannya! kutuknya dalam hati sambil melirik kesal wajah Gio.

Perlahan Gio meletakkan wajahnya di lekuk leher kucing kecilnya sebelum menghirup aroma familiar yang membuat sarafnya yang sejak tadi tegang ketika berurusan dengan pengawalnya perlahan kembali normal. Senyum nipis perlahan terbentuk di bibir nipisnya sebelum bergumam perlahan. "Paling tidak kamu sudah mula bercakap dengan aku" gumamnya dengan nada yang terdengar puas.

Mely mengetap bibir untuk menahan kekesalannya sebelum memutar kedua matanya. Dia selalu kalah dalam hal ini, mengapa lelaki ini selalu bersikap tidak tahu diri? kutuknya dalam hati. Namun, sebaik saja Mely merasakan nafas panas di lekuk lehernya, seluruh tubuhnya seakan baru saja disambar petir yang membuat tubuhnya menegang sesaat. Kedua kakinya tiba-tiba hilang tenaga. Tepat sebelum semua kekuatan kakinya hilang sepenuhnya, Mely dapat merasakan tubuh lelaki ini menahan berat tubuhnya.

"Kucing kecilku, kau sangat sensitif, hm?" gumam Gio dengan nada serak yang membuat wajah Mely merona merah. Tanpa sedar dia mengeratkan genggamannya pada gelas wine yang sejak tadi berada di tangannya. Kedua mata kelabunya memandang tajam ke arah Gio dengan ekspresi kesal yang bercampur dengan rasa malu yang membuat seluruh wajahnya terasa panas.

"Diam Vano!!" kata Mely dengan nada kesal sebelum membuang wajahnya, berusaha menghindari pandangan geli yang terlihat jelas dari kedua mata biru itu.

Tawa perlahan bergema di sekitar mereka sebelum Gio mencium lembut leher kucing kecilnya yang terlihat jelas dari sudut pandangnya. Merasakan tubuh kucing kecilnya ini kembali bergetar, senyuman nipis yang terbentuk di bibirnya perlahan-lahan melebar. Gio selalu menyukai setiap reaksi yang diberikan oleh kucing kecilnya ini.

Seperti reaksi kucing peliharaan berikan setiap kali majikannya mengusap titik lemahnya.

"Vano ...stop it"

Mely benar-benar tidak menyukai reaksi tubuhnya setiap kali Gio melakukan hal ini kepadanya. Bukannya dia tidak menyukainya hanya ...ini sangat asing baginya. Dia tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya dan ini membuatnya sedikit takut.

"Mhm" gumam Gio perlaha namun, tidak menunjukkan pergerakannya. Tangannya masih melingkar erat di tubuh mungil ini seolah-olah dia tidak ingin melepaskan kucing kecilnya dari genggamannya. Melihat wajah kucing kecilnya yang semakin merah, membuat Gio yang sejak tadi tersenyum lebar, tidak dapat menahan tawanya lagi. Akhirnya, suara tawa perlahan bergema di sekitar mereka, membuat Mely yang sejak tadi merasa malu semakin bertambah malu. 

Seakan puas mengusik kucing kecilnya ini, akhirnya Gio memimpin kucing kecilnya untuk kembali ke dalam bilik mereka. Mungkin ruangan ini tidak boleh disebut sebuah bilik kerana ini lebih seperti apartment untuk Mely. Tidak, tidak, tidak! Ini bahkan lebih besar dibandingkan apartment! Bilik hotel ini lebih seperti penthouse! Ya! penthouse!

"Angin malam ini tidak baik untuk tubuh kamu, Vina. Lebih-lebih lagi posisi bilik kita yang berada di tingkat paling atas. Bagaimana kalau kamu sakit?" kata Gio perlahan yang dibalas dengan dengusan kesal oleh Mely.

"Humph! Aku tidak lemah, Vano!" kata Mely sambil menyilangkan kedua tangannya.

Melihat itu membuat Gio tersenyum nipis dan terus memimpin Mely ke dalam bilik tidur mereka, di mana terdapat sebuah kotak berwarna merah yang berada tepat di tengah-tengah katil yang menarik perhatian Mely ketika melihat kotak tersebut.

"Kamu tukar pakaian dulu. Kita akan keluar makan malam" gumam Gio perlahan sambil mengucup lembut dahi Mely sebelum meninggalkan kucing kecilnya yang masih terpaku di tempat tersebut.

Kedua mata Mely masih memandang kotak merah yang berada di tengah katil tersebut dengan pandangan yang sukar sebelum senyum lebar terbentuk di wajahnya. Dia tidak menyangka yang lelaki ini akan membelikannya pakaian, katanya dalam hati sebelum menggelengkan kepalanya perlahan. Dengan sangat hati-hati Mely membuka kotak tersebut, kedua matanya membulat saat melihat gaun satin memenuhi kotak di hadapannya ini. Warna putih metallic ini membuat gaun panjang ini terlihat sangat indah. Tiada perhiasan yang menghiasi gaun ini dan tiada corok apapun. Hanya gaun panjang dengan rekaan sederhana namun, rekaan ini sudah cukup membuat gaun ini terlihat cantik. Sudah tentu Mely menyedari yang kata sederhana itu, untuk lelaki seperti Gio jauh dari maksud kata itu sendiri.

This guy really ...Mely tidak tahu harus memberi reaksi apa menghadapi lelaki ini, fikirnya dengan ekspresi tidak berdaya sebelum berjalan masuk ke dalam walk-in-closet yang berada tidak jauh dari posisinya saat ini.

Asap rokok terlihat menyelubungi tubuh Gio saat ini, entah apa yang difikirkannya saat ini namun, dengan posisi berdirinya yang bersandar pada tingkap yang menghadap ke arah pemandangan Paris malam ini, membuat bayang-bayang tubuhnya terlihat semakin mysterious. Pandangannya masih fokus ke arah Menara Eiffel yang terlihat jelas dari hotel tempat mereka menginap malam ini. Sebenarnya Gio bukanlah jenis yang suka menginap di hotel. Baginya hotel itu terlalu menyusahkan dan tidak menawarkan privasi yang dia perlukan. Dia tambah lagi suara bising yang mengganggu ketenangannya namun, untuk kali ini dia merasakan ini bukanlah sesuatu yang buruk.

Villa yang dimilikinya di bandar ini terletak di kawasan elit yang berada di pinggir bandar. Sekiranya, mereka berehat di sana mungkin kucing kecilnya tidak akan dapat menikmati keindahan malam ini. Jadi, Gio memutuskan untuk menempah bilik terbesar yang ada di hotel ini kerana lokasi bangunan ini adalah lokasi paling strategik untuk menikmati pemandangan Paris, terutama dengan Menara Eiffel yang tidak jauh dari posisi tempat mereka. Dengan kemudahan lif peribadi, kolam renang peribadi dan posisi bilik yang mendominasi tingkat teratas bangunan hotel ini dapat memberikan kesan privasi yang dia inginkan.

Ketika Gio merasakan pergerakan yang tidak jauh dari posisinya saat ini, perlahan dia mengalihkan pandangannya ke arah sumber pergerakan tersebut. Seluruh tubuhnya membeku ketika melihat kucing kecilnya berjalan perlahan ke arahnya. Gaun putih metallic itu memeluk setiap lekuk tubuhnya yang membuat kucing kecilnya saat ini terlihat semakin memikat. Gio yang melihatnya benar-benar terpukau, ini adalah kali pertama dia melihat kucing kecilnya memakai gaun panjang seperti ini. Kucing kecilnya ini tidak perlu memakai perhiasan apa pun kerana ..hanya begini perempuan ini sudah dapat membuat semua lelaki yang melihatnya akan jatuh hati kepadanya.

Wajah Gio menjadi gelap seketika sebaik saja memikirkan hal tersebut. Rasanya, dia ingin mengurung kucing kecilnya ini agar tiada seorang pun yang dapat melihatnya seperti ini! Mengajak kucing kecilnya keluar malam ini adalah keputusan yang buruk! kata Gio dalam hati yang menyesali keputusan saat ini. Dia tidak ingin kekasihnya ini dilihat oleh lelaki lain! Lebih-lebih lagi ketika lelaki lain memandang kucing kecilnya ini dengan lama! Memikirkan hal itu membuat rasa amarah memenuhi dadanya yang membuat dahinya berkerut.

Melihat dahi Gio yang berkerut membuat Mely menaikkan sebelah keningnya sambil memandang lelaki di hadapannya ini. Kenapa dengan ekspresi kekasih ini? Bukankah gaun ini adalah gaun yang dia sediakan? Jadi, mengapa ekspresi Vano seakan tidak menyukai pakaian yang dipakainya ini? Soalan demi soalan memenuhi fikirannya membuat Mely tanpa sedar menunggu reaksi Gio yang penuh jangkaan.

Sebaik saja Mely berdiri tepat di hadapan Gio perlahan kedua mata kelabunya bergerak ke arah sepasang mata biru yang masih memandang dengan dalam. Mely tidak dapat meneka apa yang difikirkan oleh lelaki ini. Perlahan tangannya bergerak untuk mengusap wajah tampan di hadapannya sebelum senyuman nipis terbentuk di bibir kecilnya. "Kenapa? Adakah pakaian ini kurang menarik?" tanya Mely dengan nada pura-pura merajuk yang terdengar jelas dari nada suaranya.

Mendengar kata-kata kucing kecilnya, membuat Gio menarik tubuh mungil di hadapannya ini ke dalam pelukannya sebelum menundukkan kepalanya untuk menangkap bibir merah kucing kecilnya ini. Gio benar-benar tidak dapat menahan semua emosi yang tiba-tiba menyerang tubuhnya ketika melihat penampilan kucing kecilnya yang membuatnya terpukau. 

Jika bukan kerana tahap kawalan dirinya yang kuat, entah apa yang akan terjadi dengan kucing kecilnya sekarang.

Beberapa saat berlalu, suara nafas berat dan erangan perlahan bergema di seluruh ruang tamu tempat mereka berada saat ini, membuat atmosfera intim dan suhu yang ada di sekitar mereka meningkat beberapa darjah. Kedua mata biru Gio perlahan terbuka sebaik dia meninggalkan kehangatan yang diberikan oleh bibir kucing kecilnya, sorot mata penuh ghaira terlihat jelas pada kedua mata birunya membuat semua tenaga dalam tubuh Mely menghilang seketika.

Kedua mata kelabu itu perlahan berkedip untuk beberapa saat sebelum mengatur nafasnya yang terengah-engah dengan degupan jantungnya yang berdegup kencang. Pandangannya yang sebelum ini tidak fokus perlahan kembali seperti sediakala sebelum rona merah memenuhi wajah kecilnya.

Mengapa dia dapat bereaksi seperti itu!?!? 

Dan suara apa itu!? 

Astaga Melysah ...adakah kamu sudah menjadi perempuan pervert!? makinya dalam hati, mengingatkan apa yang baru saja terjadi.

Menyedari perdebatan batin kucing kecilnya ini, membuat senyuman di bibirnya terangkat perlahan sebelum tangannya bergerak untuk merapikan rambut panjang kucing kecilnya yang terlihat sedikit tidak kemas kerana sikapnya tadi. "Maafkan aku, little kitten. Kamu terlihat sangat menawan malam ini, buat aku hilang sedikit kawalan. Rasanya, aku ingin mengurung kamu di dalam bilik agar tiada orang lain yang dapat melihat kecantikanmu ini" gumam Gio dengan nada lembut namun, kata-kata tersebut membuat Mely speechless ketika mendengarnya.

Adakah lelaki ini baru saja menggodanya dengan kata-kata manis!?

Wajah Mely kembali merah sebaik saja mendengar kata-kata tersebut. Yang Mulia Giovano LinDenhof bolehkah anda lebih memperhatikan image anda!? Bagaimana lelaki yang terkenal dingin dan menyeramkan ini dapat berkata manis seperti ini!? Mely benar-benar tidak dapat memberikan reaksi apa-apa. Dia hanya dapat membenamkan kepalanya dalam dada bidang lelaki ini kerana sangat malu.

Melihat reaksi kucing kecilnya ini membuat Gio tertawa perlahan sebelum menggelengkan kepalanya. Tangannya melingkar di pinggang kecil Mely sebelum memimpinnya ke arah private dinning room yang sudah di pesannya. 

Makan malam dengan pemandangan Kota Paris, membuat suasana makan malam ini di kelilingi oleh atmosfera romantic, terutama dengan pemandangan Menara Eiffel dan Sungai Seine yang dapat mereka lihat. Kedua mata Mely bersinar penuh excitement sambil meneguk wine yang dipegangnya. Pandangannya masih terarah ke arah pemandangan Kota Paris dari sisi yang berbeza dari posisi bilik mereka.

"Vano, ini adalah hari yang paling indah dalam hidupku" gumam Mely dengan senyuman lembut. Apa yang dia katakan ini adalah benar. Hari ini adalah hari terindah yang pernah dia rasakan dalam hidupnya. Walaupun, pada awalnya fikirannya sempat terganggu oleh beberapa orang yang mencurigakan namun, semua itu tidak dapat menutup rasa senangnya hari ini.

Menghabiskan masa bersama lelaki ini adalah aktiviti yang paling disukainya. Memori yang dia miliki bersama Gio adalah memori yang paling berharga yang ada dalam hidupnya. Di saat pertemuan pertama mereka, perdebatan antara mereka selama di mansion, percutian mereka di Fairbanks dan sekarang di Paris. Semua itu adalah kenangan yang berharga dalam hidupnya.

Lelaki ini adalah sebahagian yang sangat berharga dalam dirinya.

Sebaik saja Mely mengalihkan pandangannya ke arah lelaki di hadapannya ini, dia dapat melihat kedua mata biru itu memandangnya dengan ekspresi yang penuh dengan kelembutan. "Sejak pertemuan awal kita, aku selalu merasakan pertolongan kamu malam itu adalah keputusan terburuk dalam hidupku. Tapi, lihat sekarang? You're the best mistake that happen in my life Giovano LinDenhof" kata Mely dengan nada lembut yang membuat ekspresi wajahnya saat ini dipenuhi dengan kehangatan.

Emosi yang sejak tadi berada dalam kawalan tubuh tiba-tiba memberontak kembali. Kedua mata biru Gio menjadi gelap perlahan sebelum dia menarik tubuh mungil di hadapannya dan kembali mencium bibir kecil yang selalu terlihat seperti menggodanya. Gio bukan orang yang dapat bercakap dengan mudah, sikapnya yang pendiam sejak kecil menyukarkannya untuk meluahkan perasaannya. Dia tidak dapat menjadi seperti kucing kecilnya yang dengan mudah mengatakan apa yang ada difikirannya dan hatinya. Gio hanya dapat menunjukkannya dengan cara seperti ini, dia hanya berharap kucing kecilnya ini memahami apa yang dia rasakan saat ini.

Ketika dia mendengar kata-kata kucing kecilnya betapa bahagianya dirinya, betapa berharganya moment pertemuan pertama mereka di Rainbow dan betapa berdebarnya hatinya yang beku setiap kali melihat sinar mata dan senyuman penuh kebahagiaan kucing kecilnya ini.

Semuanya.

Dia hanya dapat menyatakannya dengan cara seperti ini.

Dia hanya dapat menunjukkan caranya tersendiri kepada kucing kecilnya ini.

Menunjukkan betapa berharganya kucing kecilnya ini dalam hidupnya.

Tanpa sedar keduanya tenggelam dalam moment intim mereka sehingga terbaring di atas sofa yang berada di dalam private dinning room tempat mereka berada saat ini. Suhu yang menyelubungi mereka saat ini tiba-tiba meningkat tajam, membuat suhu ruangan ini menjadi lebih panas meskipun terdapat penghawa dingin yang memenuhi ruangan ini.

Nafas terengah-engah memenuhi ruangan tersebut sebelum Mely memandang wajah tampan di hadapannya dengan pandangan yang tidak fokus. Tangannya bergerak untuk mengusap lembut rahang lelaki di hadapannya ini dengan penuh kasih sayang.

"I love you with everything i had, Giovano LinDenhof" gumamnya perlahan dengan senyuman lembut yang menghiasi wajahnya saat ini.

Ya ...dia sangat mencintai lelaki ini.

Perasaan yang tumbuh walaupun dia sendiri tidak menyedarinya. Lelaki yang selalu memperlakukannya dengan baik ini akhirnya menemukan caranya sendiri untuk meruntuhkan segala bentuk pertahanan yang menyelimuti hatinya.

Kedua mata biru Gio membulat ketika mendengar kata-kata perempuan mungil yang berada di bawahnya ini. Benang yang menahan emosinya saat ini seakan terputus ketika dia mendengar kata-kata tersebut, membuat dirinya dikuasai oleh emosi yang membuat seluruh tubuhnya bergetar perlahan. Dengan gerakan cepat, bibir nipisnya kembali menangkap bibir kecil di hadapannya ini untuk meluahkan semua perasaan yang memenuhi dadanya saat ini.

Kucing kecilnya ini selalu membuat dirinya hilang kawalan dengan mudah.

"And I am for you too, little kitten. I love you all my life" gumam Gio dengan suara serak yang dipenuhi oleh emosi yang memenuhi dadanya saat ini.

"Give me all you have, Melysah. Let me in and give me everything" sambungnya dengan nada yang sama, berusaha keras untuk menahan dirinya ketika melihat kucing kecilnya. Dia sudah berjanji dengan dirinya sendiri untuk tidak melakukan hal yang tidak diingini oleh kucing kecilnya ini namun, semua ini benar-benar menguji tahap kawalan dirinya.

Dia mula meragui tahap kawalan dirinya, jika ini berterusan seperti ini!

Memahami maksud kata-kata Gio, membuat wajah Mely semakin merah. Rasa malu yang menyerang tubuhnya saat ini membuatnya berusaha menghindari sepasang mata biru yang memandangnya dengan pandangan penuh ghairah.

Perlahan kedua tangannya bergerak melingkari leher lelaki di hadapannya ini. "I ..I'm your da ...darling" gumam Mely dengan gagap, berusaha melawan rasa gugup dan rasa malu yang menyelimuti tubuhnya saat ini.

Mendengar persetujuan kucing kecilnya ini, membuat kedua mata biru itu dipenuhi sinar kebahagiaan, tanpa sedar senyuman lebar terbentuk pada wajah tampannya yang membuat Mely terpegun ketika melihatnya. 

Ini adalah kali pertama dia melihat Gio tersenyum lebar seperti ini!

Belum sempat otaknya memproses apa yang terjadi, Mely merasakan tangan lelaki ini bergerak perlahan di tubuhnya yang membuat seluruh tubuhnya bergetar. Kedua matanya memandang lelaki di hadapannya ini dengan ekspresi terkejut sebelum dengan refleks kedua tangannya menahan tangan Gio yang bergerak secara perlahan.

"Vano!! Kita tidak boleh lakukan hal itu di tempat ini!!" kata Mely dengan nada panik yang di balas dengan sebelah kening diangkat sempurna oleh Gio.

"Bukankah. Disini. Lebih. Mendebarkan? Seperti memicu adrenaline kita" kata Gio perlahan menekankan setiap kata yang dia katakan, membuat wajah Mely menjadi semakin panas ketika mendengar kata bodoh lelaki menjengkelkan ini.

"TIDAK! Kembali ke bilik atau aku akan membuat kamu tidur di beranda malam ini!" kata Mely dengan ancaman yang membuat Gio tertawa perlahan.

Setelah menggelengkan kepalanya, dengan gerakan cepat Gio mengangkat tubuh kucing kecilnya ini sebelum berjalan keluar dari ruangan ini.

"Everything for you my queen!" kata Gio dengan nada excited yang tidak pernah di dengar oleh Mely sebelum ini, membuat Mely yang baru mendengarnya memandang horror ke arah lelaki yang saat ini berjalan dengan cepat untuk kembali ke dalam bilik mereka.

Adakah semua lelaki akan memberikan reaksi seperti ini jika sudah berurusan dalam hal ini?

Atau hanya kekasihnya ini yang sememangnya sedikit gila?

TO BE CONTINUED.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience