Rate

The Almighty Devil Of Underworld_51

Action Completed 38206

Sinar matahari yang menyinari ruangan tersebut membuat kening perempuan mungil yang saat ini tertidur di atas katil besar berkerut samar sebelum sepasang mata itu bergetar dan terbuka perlahan. Keningnya semakin berkerut ketika merasakan ada sesuatu yang pelik.

Adakah dia tertidur?

Bukankah kali terakhir dia berada dia ruangan bos?

Tapi kenapa....

Kedua matanya memandang ke seluruh ruangan asing tempatnya berada saat ini sebelum kedua matanya membulat, spekulasi mula terbentuk di dalam fikirannya. Namun, ketika dia berusaha menggerakkan tubuhnya untuk bangun tiba-tiba seluruh tubuhnya membeku di tempatnya. Dia merasakan sepasang tangan melingkar di pinggang dan belakangnya. Jantungnya berdegup kencang sebelum kedua matanya memfokuskan pandangannya ke arah depan yang membuatkan jantungnya seperti berhenti berdegup. 

Dia dapat melihat Giovano LinDenhof tidur sambil memeluknya dengan erat tanpa ...memakai baju! 

Ya! Dia tidur dengan dada telanjang sialan sambil memeluknya dengan erat!

"HAAAAAA!!!" jerit Mely refleks sambil menolak tubuhnya untuk menjauh dari lelaki tanpa baju di hadapannya. Tubuhnya bergerak ke belakang tanpa memperhatikan keadaan sekitar sebelum merasakan permukaan tilam hilang dari bawah tubuhnya, membuatnya terjatuh ke belakang sebelum membuatnya mengerang kesakitan.

The fuck is going on!? Jeritnya dalam hati. Dia masih tidak dapat memproses bahawa dia terbangun di ruangan asing bersama Gio yang memeluknya dengan erat dan sekarang dia merasakan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

Benar-benar sebuah kejutan di awal pagi, gumamnya dalam hati.

Gio yang mendengar jeritan perempuan yang jaraknya sangat dekat dengan telinganya mengerutkan keningnya sebelum kedua mata biru itu terbuka dan memandang pemandangan yang paling menarik dalam hidupnya. Kedua mata kelabu itu memandangnya dengan pandangan terkejut sebelum bibir kecilnya terbuka dan tertutup tanpa mengeluarkan suara sedikit pun, di tambah dengan wajahnya yang merah benar-benar pemandangan awal pagi terbaik yang pernah dia lihat seumur hidupnya.

He would like to see her like this every single morning for the rest of their life.

Belum sempat dia membuka mulutnya untuk mengucapkan selamat pagi kepada kucing kecilnya, dia melihat perempuan mungil tersebut tiba-tiba bergerak ke belakang sebelum terjatuh dari tempat tidur dengan bunyi yang cukup kuat. Kedua matanya membulat sesaat sebelum pandangan penuh kerisauan terlihat di kedua matanya. Gio terus bangun dari posisi tidur dengan gerakan cepat sebelum mengangkat tubuh Mely yang masih mengerang kesakitan dan berjalan ke arah tempat tidur dan duduk di sisi katil dengan Mely yang duduk di atas pangkuannya. Kedua matanya terus memperhatikan setiap inci tubuh Mely dengan ekspresi risau yang terlihat kaku.

"Kau tidak apa-apa? Ada yang sakit? Ada yang nyeri? Apa perlu aku memanggil doktor?" Pertanyaan bertubi-tubi itu membuat Mely yang masih sibuk mengusap belakang kepalanya semakin pening mendengarnya.

Kedua matanya terbuka dengan cepat, bibir kecilnya terbuka luas dan sudah siap untuk memarahi lelaki menjengkelkan di hadapannya ini namun, ketika kedua mata Mely melihat dada Gio yang kosong, jeritan amarah yang sudah berada di ujung lidahnya tiba-tiba tertahan. Melihat pemandangan yang ada di hadapannya membuat Mely tanpa sedar menelan liurnya.

"Vina? Little one, adakah kamu, okay? Hey? Kenapa diam?" mendengar nada risau dari setiap kata yang Gio katakan membuat Mely tersedar dari lamunannya sebelum api amarah kembali berkobar dalam dadanya.

Kedua matanya mengecil sambil memandang Gio dengan wajah yang semakin merah kerana emosi yang dia rasakan. Marah, kecewa dan malu semuanya bercampur dalam dirinya membuat dadanya merasa sesak kerana emosi yang dia rasakan.

"GIOVANO LINDENHOF!!!" jerit Mely sambil mengarahkan jarinya ke arah wajah Gio yang memandangnya dengan pandangan polos tanpa rasa bersalah yang membuat Mely hampir meletup ketika melihatnya.

This shameless man!!!

"Ya?" jawab Gio dengan nada polos lengkap dengan ekspresi yang sama, membuatnya terlihat seperti lelaki yang benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi dan kenapa Mely menjerit ke arahnya.

Mendengar jawapan dengan nada tidak bersalah itu semakin membuat Mely ingin mencakar wajah tampan di hadapannya.

"Jangan berpura-pura tidak tahu dengan apa yang baru saja kau buat!!!" jerit Mely dengan nafas memburu, emosi yang Mely rasakan pagi ini benar-benar membuat dadanya terasa sesak.

"Apa yang aku buat?" jawab Gio masih dengan nada dan pandangan yang sama.

"YOUUUU!!!!!" Mely tidak tahu apa lagi yang harus dia katakan ketika mendengar pertanyaan Gio tadi. Kedua matanya menyala dengan amarah yang terlihat sangat jelas.

"Macam mana aku boleh berada di atas tempat tidur bersama kau, sedangkan kali terakhir kita berada di ruang kerjamu! Adakah kau cuba mengambil kesempatan dengan aku!? Adakah kau merogolku!? Apa alasanmu, bastard!!!" kata Mely dengan nada penuh amarah yang terdengar sangat jelas dari setiap kata yang dia ucapkan.

"Kita tidur. Sudah tentu kita tidur di atas tempat tidur. Aku tidak mungkin meletakkan kau di taman atau kolam renang untuk kau tidur, bukan?" jawab Gio masih dengan nada yang sama. Kedua mata birunya terlihat cerah seperti menandakan moodnya saat ini sangat bagus. Melihat ekspresi marah kucing kecilnya dan kedua mata kelabunya yang menyala benar-benar membuat suasana hati Gio menjadi sangat baik. Namun, ketika melihat ekspresi tersinggung dan kecewa di wajah Mely, Gio memutuskan untuk berhenti mengusik perempuan mungil di atas pangkuannya. Sudah tentu dia menyedari apa yang di fikirkan Mely saat ini, apa yang membuatnya kecewa dan tersinggung pada masa yang sama.

"Aku tidak merogol kau, little kitten. Kita tidak melakukan apa-apa. Aku barani bersumpah akan hal itu, aku tidak melakukan sesuatu yang pelik selain memelukmu" jawab Gio dengan senyuman nipis yang terbentuk dibibirnya. Kedua matanya memandang kucing kecilnya dengan lembut sambil mengusap rambut panjangnya seperti majikan yang berusaha menenangkan kucing peliharaannya yang sedang mengamuk.

"Kau bohong!! Aku tidak percayakan kau!!" jerit Mely dengan nada kesal. Sudah tentu dia tidak semudah itu percaya dengan apa yang dikatakan oleh lelaki sialan ini, kerana ketika dia terbangun tiba-tiba dia sudah berada di atas katil dengan lelaki tanpa baju.

Bagaimana dia boleh percaya kalau lelaki ini tidak melakukan perkara yang pelik-pelik kepadanya!?!?!?

"Aku tidak bohong, Vina. Apa yang harus aku lakukan? Adakah aku harus memanggil doktor untuk buat inspection sama ada kau masih virgin atau tidak?" kata Gio dengan ekspresi yang seakan berkata, 'aku sudah katakan, apa lagi yang harus aku lakukan untuk membuat kau percaya, hm?'

Wajah Mely menjadi semakin merah sebaik saja mendengar kata-kata yang diucapkan lelaki ini. Bagaimana Vano boleh berkata seperti itu!?!?! Adakah lelaki ini tidak tahu malu!? Bagaimana dia boleh berkata dengan santainya memanggil doktor untuk ...untuk memeriksa kegadisannya!?!? Mely mengomel dalam hati sebelum dia memandang ke arah Gio dengan tajam seperti sedang berusaha mengetahui sama ada lelaki di hadapannya ini bergurau atau tidak namun, begitu melihat pandangan dan ekspresi serius Gio, perlahan emosi yang Mely rasakan perlahan-lahan hilang.

"Betulkah? Kau tidak melakukan sesuatu yang pelik?" tanya Mely dengan ekspresi ragu.

Melihat ekspresi comel itu benar-benar membuat Gio yang melihatnya ingin mencubit kedua pipinya namun, dia berusaha menahan keinginan tersebut. Dia seakan dapat membayangkan betapa marahnya kucing kecilnya ini jika dia melakukan itu, oleh kerana itu dia hanya mampu menggenggam pinggang kecil Mely sambil terus mengusap rambut panjangnya dengan usaha menenangkan kucing kecilnya ini.

"Aku tidak akan melakukannya kalau kamu sendiri tidak menginginkannya. Aku akan menunggu sehingga kamu jatuh cinta padaku dulu, little one" jawab Gio dengan ekspresi serius.

Mendengar jawapan Gio membuat wajah Mely semakin merah kerana rasa malu yang dia rasakan namun, pada masa yang sama dia merasakan kehangatan yang menyusup masuk ke dalam hatinya, membuat seluruh dadanya terasa hangat ketika mendengar ucapan tersebut.

Memandangkan dia masih banyak perkara yang harus dia selesaikan dengan lelaki ini, sekali lagi Mely memandang ke arah Gio dengan kedua mata yang di kecilkan. "Jadi kenapa aku boleh tidur di atas katil bersama kau?" tanyanya masih dengan nada menuduh yang penuh dengan kekesalan.

Senyuman nipis kembali terbentuk di wajah Gio, membuat penampilan lelaki ini terlihat lebih ceria dari hari biasanya. Terutama dengan aura hangat yang mengelilinginya benar-benar membuatnya terlihat lebih muda dari biasanya. Mely yang melihat senyumannya terpana untuk seketika.

Wow, lelaki menjengkelkan ini boleh juga tersenyum seperti ini. Puji Mely dalam hati.

Sibuk dengan fikirannya sambil memperhatikan wajah Gio dengan pandangan melamun dia sama sekali tidak menyedari bahawa Gio yang memperhatikan setiap perubahan ekspresi yang terjadi pada wajahnya merasakan kebahagiaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

Perasaan yang menyenangkan, gumamnya dalam hati.

"Kenapa melamun? Adakah aku terlalu tampan sehingga membuat kau memandangku sebegitu?" tanya Gio dengan nada menggoda sambil menyentuh puncak hidung Mely.

Kalimat yang tepat sasar itu membuat wajah Mely merona merah sebelum dia menyilangkan kedua tangannya dan mengalihkan pandangannya. "Humph! Tentu saja tidak! Lagi pula, kau belum menjawab pertanyaanku!" jawabnya dengan nada kesal, berusaha menutup rasa malu yang dia rasakan.

Melihat ekspresi comel Mely tanpa sedar membuat Gio tertawa perlahan. Mely yang mendengar Gio tertawa untuk pertama kalinya dia memandang Gio dengan ekspresi terpana. Bagaimana Tuhan boleh berlaku tidak adil? Bukan hanya tubuh dan wajah lelaki ini yang luar biasa bahkan, suara tawa lelaki ini mampu membuat perempuan yang mendengarnya akan merasa tubuhnya cair.

"Okay, okay. Apapun yang kucing kecilku katakan, aku akan mempercayainya" jawab Gio dengan pandangan lembut namun, kata selanjutnya yang dia ucapkan membuat kedua mata kelabu itu kembali memandangnya dengan penuh rasa malu dan kesal.

"Sudah tentu kau terlalu nyenyak tidur sehingga beberapa kali aku mencuba membangunkan kamu tetapi, semuanya hanya berakhir dengan sia-sia. Tsk, tsk, aku tidak menyangka yang kamu sesukar itu untuk di bangunkan" kata Gio dengan nada letih seolah membangunkan Mely dari tidur merupakan kerja yang paling sukar yang pernah dia lakukan. Walaupun, kenyataannya Gio sama sekali tidak mempunyai niat untuk membangunkan kucing kecilnya tetapi, tiada salahnya kan kalau dia menggoda kucing kecilnya ini sekali-sekala?

"Vano!!! Apa maksud kau!!? Jadi, kau mau kata yang aku seperti beruang yang sedang hibernasi kerana sukar untuk di bangunkan, begitu!!!?" jerit Mely dengan wajah yang penuh kekesalan.

Tiba-tiba dia menyesal kerana sempat memuji bahawa tawa lelaki di hadapannya ini sangat sedap di dengar. Lelaki di hadapannya ini hanya lah lelaki tidak sedar diri dan menjengkelkan! Humph!

"Aku tidak kata begitu, kau yang baru saja mengakuinya, bukan? It's not me to call you a mommy bear who went to hibernated" jawab Gio dengan nada polos yang lengkap dengan ekspresi yang tidak bersalah yang membuat Mely speechless mendengarnya.

"You!!!!" jerit Mely penuh amarah. Dia benar-benar tidak tahu bagaimana lagi cara membalas kata-kata Gio, memang betul Gio tidak pernah mengatakan bahawa dia seperti beruang tetapi, kata-kata yang dia ucapkan bukankah sama dengan mengatakan bahawa dia seperti beruang hibernasi kerana sukar untuk di bangunkan!?

Merasakan sudah cukup menggoda kucing kecilnya pagi ini, Gio kembali mengusap lembut rambut perempuan mungil sambil berusaha menenangkan kucing kecilnya yang kembali tersalut emosi.

"Baiklah, baiklah. Aku yang salah, aku yang salah. Aku tidak seharusnya memanggilmu mommy bear. Maafkan aku, okey?" kata Gio sambil menarik tubuh mungil Mely ke arah dadanya sebelum melingkarkan tangannya di pinggang kecilnya.

Sebenarnya, ini adalah tujuan Gio dari awal. Dia berusaha membuat kucing kecilnya terlalu fokus dengan perbualan mereka berdua sehingga, jika dia memeluk atau membelai rambut panjangnya, kucing kecilnya ini tidak akan menyedari itu semua kerana dia terlalu fokus dengan perbualan yang mereka lakukan.

Sinar kepuasan terlihat jelas di kedua mata biru Gio sebaik saja dia menyedari tiada penolakan dari perempuan mungil dalam pelukannya ini.

"Humph, humph! That's more like it! Awas, kalau sekali lagi kau bilang aku seperti mommy bear, humph!" jawab Mely sambil menganggukkan kepalanya perlahan. Mely yang malang sama sekali tidak menyedari bahawa dia benar-benar sudah masuk ke dalam perangkap The Manipulative Great Devil dengan mudahnya. 

"Hey, kau belum jawab pertanyaanku," gumam Mely perlahan, masih tidak memperhatikan posisi mereka saat ini dan dengan santainya dia menyandarkan kepalanya di dada bidang Gio.

"Bukankah aku sudah beritahu tadi?" balas Gio dengan nada menggoda yang membuat Mely segera mengangkat kepalanya dan memandang Gio dengan pandangan tidak percaya.

"Betulkah?Adakah aku sesusah itu untuk di bangunkan?!" katanya dengan ekspresi terkejut yang jelas terlihat di wajahnya.

Melihat kepala kecil yang tiba-tiba mendongak ke arahnya membuat senyuman Gio semakin lebar, dadanya terasa hangat melihat ekspresi polos kucing kecilnya ini. Perlahan Gio tertawa sambil mengusap belakang Mely dengan lembut sebelum menjawab pertanyaan perempuan yang saat ini berada dalam pelukannya. "Hahaha, of course not, silly girl" jawabnya perlahan.

"Tapi, aku sengaja tidak bangunkanmu kerana semalam kau terlihat pucat dan letih" sambungnya dengan jujur sambil terus menatap kucing kecilnya yang tenggelam dalam fikirannya sendiri.

He really content now, his little kitten obediently stay in his arm. What else that matters now?

"Jadi, kenapa aku boleh berada di tempat tidur bersama kau?" tanya Mely dengan ekspresi polos yang penuh dengan tanda tanya.

"Sudah tentu untuk tidur, apa lagi yang dapat di lakukan orang di tempat tidur, hm?" jawab Gio dengan pertanyaan, membuat seluruh wajah Mely merah kerana rasa malu yang dia rasakan.

"Kenapa wajahmu merah, Vina? Apa yang kau fikirkan?" tanya Gio lagi yang membuat wajah Mely yang merah semakin merah ketika mendengarnya. Melihat ekspresi malu Mely membuat Gio tertawa perlahan sebelum menyentuh puncak hidung Mely dengan hujung jarinya.

"Vina, you are really a pervert, you know that?"

POOFF!

"A ...apa kau kata!? I ...I'm not a pervert!" kata Mely dengan tergagap, berusaha mengelak dari ucapan Gio. Melihat ekspresi menyedihkan Mely saat ini benar-benar membuat suasana hati Gio semakin senang.

I would exchange the world to just have an interaction with you like this every morning, little kitten. kata Gio dalam hati sambil memandang Mely dengan ekspresi lembut yang tidak pernah terlihat di wajah datarnya selama ini.

"Baiklah, baiklah. You're not a pervert. Adakah kau puas sekarang? Jangan pandang aku seolah-olah aku yang menuduhmu seperti itu," kata Gio, berusaha menenangkan kucing kecilnya sambil mengusap pipinya dengan lembut.

"Humph! Bagus! I am certainly NOT a pervert" katanya dengan nada sombong sambil mengembungkan kedua pipinya yang membuatnya terlihat semakin comel.

"Hey, kau lagi-lagi tidak menjawab pertanyaanku!" kata Mely dengan nada kesal.

"Yang mana satu?" tanya Gio pura-pura tidak ingat apa sedang yang mereka bicarakan.

"Macam mana kau boleh tidur bersama aku??" kata Mely mengulangi pertanyaannya dengan sabar, walaupun dia tahu lelaki ini sedang berpura-pura bodoh di hadapannya.

"Bukankah aku sudah kata kalau aku juga tidur?" jawab Gio dengan soalan polos yang membuat Mely speechless mendengarnya. 

Adakah lelaki ini tidak sedar dengan sikapnya yang memalukan ini? Dia adalah seorang ketua pengarah dari syarikat ternama, adakah dia tidak takut kalau sikapnya ini akan menghancurkan reputasinya? Dimana image cold, aloof and scary President LinDenhof yang orang-orang sering bicarakan? Kenapa semakin sering dia berinteraksi dengan lelaki ini, dia tidak merasakan semua sikap itu?

"Jadi kenapa kau baring di tempat tidurku, Yang Mulia Giovano?" tanya Mely dengan nada kesal.

"Because you're mine. Bukankah aku sudah beritahu? Jadi, walaupun kita tidur bersama tanpa melakukan apa-apa, itu bukanlah masalahnya, bukan?" jawab Gio dengan nada tidak tahu malu seakan saat ini dia berkata tentang fakta yang benar.

Mely benar-benar speechless mendengar nada tidak tahu malu dari lelaki ini. Bagaimana dia boleh menjawab pertanyaannya dengan sikap bangga?

This man really...

"Are you always act shameless?" tanya Mely, masih dengan ekspresi yang sama.

"Hanya dengan kamu, little kitten" jawab Gio dengan santai sambil menarik tubuh mungil Mely kedalam pelukannya.

Menyedari tubuhnya saat ini bersandar di dada naked Gio membuat kedua pipinya merona merah sebelum dia berusaha menjauhkan tubuhnya dengan menolak dada lelaki ini. Namun, ketika dia menyedari posisi duduknya yang saat ini berada di atas pangkuan lelaki ini membuat wajah Mely semakin merah. 

Jadi, sejak tadi dia duduk dengan santainya di atas pangkuan lelaki ini!?

"Hey, hey, lepaskan aku!" kata Mely dengan cepat sebelum berusaha bangkit dari posisi duduknya saat ini.

Melihat sikap memberontak Mely membuat Gio tersenyum pahit sebelum melonggarkan pelukannya dan membiarkan perempuan ini bangkit dari kedudukannya. Kenapa kucing kecilnya ini begitu cepat menyedari posisinya saat ini. Keluh Gio dalam hati. Biarkan, setidaknya dia sudah mendapatkan kehangatan yang cukup untuknya pagi ini.

Melihat Mely bangun, perlahan Gio menyandarkan tubuhnya ke arah kepala katil dan terus memperhatikan gerak-geri kucing kecilnya dengan pandangan penuh minat.

"Ada apa Vina?" tanya Gio perlahan ketika melihat kedua mata kelabu itu kembali terbakar sambil memandangnya dengan ekspresi menuduh dan menunjuk ke arah pakaian yang dipakainya. Gio yang memahami maksud ekspresi dan gerak tangan Mely tersenyum nipis sambil memandang perempuan yang saat ini sibuk mengutuk dirinya. 

"Vano, adakah kau yang menukar pakaianku!? Ini bukan pakaian yang aku pakai semalam!!" kata Mely dengan nada penuh amarah ketika dia menyedari bahawa saat ini dia tidak memakai pakaian formal yang dia pakai semalam tetapi, gaun tidur putih yang jelas-jelas tidak pernah dipakainya.

"You're the who pervert! Siapa yang mengizinkan kau menukar pakaianku! You ...you shameless bastard!!!" jerit Mely dengan penuh amarah sebelum menyilangkan kedua tangannya dan memandang Gio dengan tajam.

"Tapi, aku tidak melihat apa-apa" jawab Gio dengan nada tidak bersalah yang membuat Mely benar-benar ingin menerjang lelaki ini dan memukul tubuhnya.

Apa maksudnya dengan tidak melihat apa-apa!?

Lelaki ini memang pandai mencari alasan!!!

This bastard.... !!!

"Bohong!!! Kau benar-benar lelaki cabul sialan!!!" jerit Mely sebelum melompat ke arah Gio dan menumbuk dadanya untuk melampiaskan kemarahannya, tanpa mempedulikan satu perkara bahawa lelaki menjengkelkan di hadapannya ini masih tidak berbaju.

Melihat kucing kecilnya melompat secara refleks ke arahnya membuat Gio segera memegang pinggang kecil tersebut untuk menjaga keseimbangan perempuan ini agar tidak terjatuh dari pangkuannya. Membiarkan kucing kecilnya melampiaskan kemarahannya yang saat ini memandangnya dengan ekspresi penuh amarah yang jelas terlihat di wajah kecilnya. 

Bukannya, mengerang kesakitan atau meminta maaf atas tindakannya, Gio malah tersenyum senang sambil menatap lembut ke arah Mely yang saat ini masih sibuk melampiaskan kemarahannya.

"Kenapa!!? Kenapa kau diam bastard!? Kau rasa bersalahkan, sebab itu kau diam!? You perverted bastard!!" jerit Mely yang masih terus memukul lelaki bajingan sialan di hadapannya ini.

"Baiklah, baiklah.. -" belum sempat Gio menyelesaikan kata-katanya, Mely terus memintas dengan ekspresi yang semakin menunjukkan amarahnya.

"Baiklah?!!! Jadi, kau mengakui perbuatanmu!!!? You bastard!! Aku tidak menyangka kau semiang ini, Vano!!!" kata-kata umpatan yang di katakan Mely membuat Gio terdiam ketika mendengarnya.

Astaga ... dia benar-benar tidak tahu apa lagi yang harus dia lakukan.

Ini kali pertama Gio merasakan yang terkadang seorang perempuan itu sangat sukar. Sedangkan, dia belum sempat menyelesaikan kata-katanya dan kucing kecilnya ini sudah mengambil kesimpulannya sendiri.

Melihat sikap Mely ini, Gio hanya mampu menghela nafas perlahan sebelum tangannya menahan kedua tangan Mely. Kedua mata birunya memandang perempuan yang saat ini terengah-engah kerana sibuk melampiaskan kekesalannya.

"Hey, hey... dengar aku dulu, Vina. Aku kata aku tidak melihat apa-apa kerana memang aku tidak melihat apa-apapun. Bukan aku yang menukar pakaianmu tetapi, salah satu pelayan perempuan di villa ini. Kau tidak perlu memukulku lagi, okey?" kata Gio berusaha memberi penjelasan kepada Mely yang masih memandangnya dengan tajam. 

"Lihat? Tanganmu jadi merah kerana kau terus memukul aku. Adakah ini sakit? Adakah kau mau aku meletakkan ais di tanganmu? Atau, kau memerlukan salap untuk mengurangkan rasa sakit?" sambung Gio dengan nada yang terdengar sedikit cemas begitu dia melihat tangan putih Mely menjadi merah kerana tenaga yang dia gunakan cukup kuat ketika dia memukul dadanya.

"Humph, nanti aku tanya pada pelayan villa-mu! Awas, kalau aku dengar tidak sama seperti pengakuanmu! I will castrate you" ugut Mely dengan ekspresi serius yang membuat Gio ingin tertawa pasrah.

My dear, if you castrate me. Are you sure you won't regret it?

I can't give you a pleasure to make you happy.

Namun, sudah tentu Gio lebih suka mengikuti apa yang dikatakan oleh kucing kecilnya ini. Sikapnya saat ini benar-benar true definition dari memanjakan kucing kecilnya. Namun, sayangnya kucing kecilnya ini masih tidak menyedari bahawa dirinya benar-benar di manja oleh Gio.

"Baiklah, nanti kita tanya pelayan. Jangan marah lagi, okey?"  jawab Gio, yang menyetujui dengan kata-kata Mely dengan senang hati.

"Humph! Baiklah, nanti kita tanya pelayan ...-" Kata-kata Mely terhenti sebelum kedua matanya membesar sambil memandang Gio dengan ekspresi terkejut.

"Villa?" kata Mely sambil terus memandang Gio yang juga memandang ke arahnya dengan kedua kening diangkat sempurna sebelum senyum nipis terbentuk di bibirnya.

"Hm"

"Villa?" ulangnya lagi.

"Hm"

"Bukan mansion?" tanya Mely yang dibalas gelengan oleh Gio yang memandangnya dengan ekspresi humor. His little kitten is really a clueless one. Berdebat dengannya sejak tadi bahkan tidak menyedari bahawa bahagian dalam bilik ini sangat jauh berbeza dengan bahagian dalam bangunan LinDenhof Mansion.

Kedua mata kelabu itu segera memandang ke arah sekeliling bilik yang sememangnya mempunyai ruang dalaman yang sangat asing. Dia sudah melihat semua bilik yang ada di dalam LinDenhof Mansion, dari bilik tidur utama sehingga semua bilik pelayan. Mely sudah melihat semuanya dan bilik ini ... dia tidak pernah melihat bilik ini.

Tubuhnya terus bergerak cepat untuk keluar dari genggaman Gio sebelum berjalan menuju ke arah tingkap besar yang tidak jauh dari posisi mereka saat ini. Mely sama sekali tidak peduli dengan ekspresi Gio yang terus memandangnya yang seakan membayangkan reaksi Mely ketika dia menyedari lokasinya saat ini.

Ah, Gio benar-benar sudah tidak sabar untuk melihat reaksi dan ekspresi kucing kecilnya ketika dia melihat ke luar tingkap, itu pasti sangat-sangat menarik.

Tidak menyedari pemikiran Gio saat ini, Mely terus berjalan menuju ke arah tingkap yang masih tertutup rapat sebelum membuka tirai dengan gerakan cepat. Sinar matahari yang menyerang kedua matanya membuat Mely refleks memejamkan mata namun, setelah dia akhirnya terbiasa dengan cahaya seluruh tubuhnya membeku di tempatnya.

Kedua matanya memandang pemandangan di hadapannya dengan ekspresi tidak percaya. Mely saat ini merasakan dia seperti masih bermimpi. Di hadapannya saat ini terdapat halaman luas yang dipenuhi oleh salji tebal dengan sungai yang membeku di antara jambatan panjang yang juga dipenuhi oleh salji, kedua mata Mely memandang pemandangan di hadapannya dengan pandangan bingung.

Sudah tentu pemandangan di hadapannya ini bukanlah pemandangan yang biasa di lihatnya di LinDenhof Mansion, kombinasi taman dan salji ini membuat semuanya terlihat seperti dia berada di dalam cerita dongeng. Dia terus teringat dengan pemandangan yang pernah dia lihat di dalam salah satu filem yang pernah dia nonton. 

Kalau tidak salah nama filem itu adalah ...NARNIA. 

Ya, Narnia!!

Wah! Sangat menakjubkan.

Melihat ekspresi kagum kucing kecilnya membuat Gio tersenyum puas. Kedua matanya memperhatikan perempuan mungil yang saat ini berada tidak jauh dari posisinya. Tubuh mungilnya yang dibalut dengan gaun tidur berwarna putih lengkap dengan pemandangan luar biasa yang terlihat dari tingkap bilik tidur mereka sebagai latar belakang membuat Mely saat ini terlihat seperti puteri salji yang baru saja keluar dari lukisan.

Too beautiful to be true.

She's way too beautiful.

Pandangannya menjadi hangat ketika dia menyedari bahawa perempuan menawan ini yang mampu membuat jantungnya berdebar ketika kali pertama mereka bertemu di Rainbow, perempuan yang selalu memenuhi seluruh fikirannya, perempuan yang membuat hidupnya menjadi lebih menarik, perempuan yang mampu membuatnya merasakan emosi yang tidak pernah dia rasakan sebelum ini berada disisinya secara nyata.

Bukan hanya sebuah ilusi atau mimpi.

Berkali-kali Mely mengedipkan kedua matanya berusaha memastikan bahawa apa yang dilihatnya saat ini bukan lah ilusi sesaat namun, setelah dia menyedari bahawa apa yang terjadi di sekelilingnya bukan lah ilusi. Bukannya Mely merasa senang dia malah merasa amarah yang membuak-buak memenuhi seluruh dadanya.

Tubuh mungilnya dengan cepat berpusing sebelum memandang Gio dengan ekspresi kesal yang saat ini bersandar di kepala katil dengan kedua tangannya berada di belakang kepala.

"Vano, are you trying to kidnapped me!!!??" jerit Mely dengan kesal namun, lawan bicaranya ini bukannya merasa bersalah kerana telah membawa Mely tanpa persetujuannya atau sesuatu, sebaliknya Gio memandangnya dengan ekspresi puas yang benar-benar membuat ujung bibir Mely berkedut menahan kesal.

"VANO, SERIOUSLY!?"

Senyum puas akhirnya terbentuk di wajah Gio secara perlahan sebelum dia memandang Mely dengan ekspresi tidak bersalah seakan tidak mengetahui apa alasan dari jeritan yang Mely arahkan kepadanya. 

Reaksi ini...

TO BE CONTINUED

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience