Rate

The Almighty Devil Of Underworld_68

Action Completed 38230

Metro station, Paris, French.

Mely benar-benar tidak tahu harus memberikan reaksi apa kali ini, dia benar-benar speechless melihat semua ini. Kedua mata kelabunya tidak berhenti bergerak ke sana sini untuk memperhatikan keadaan sekelilingnya saat ini. Garis halus di dahinya yang menunjukkan ketidakberdayaannya saat ini terlihat jelas mewarnai wajahnya. Perlahan kedua matanya memandang ke arah sepasang mata biru yang juga memandangnya sambil menaikkan kedua keningnya. Walaupun ekspresi lelaki di hadapannya ini terlihat datar namun, Mely dengan jelas melihat sinar kepuasan dari kedua mata biru itu.

Astaga ...dia benar-benar bingung harus berbuat apa!

Adakah dia harus mencium lelaki ini kerana sikap prihatinnya atau mengetuk kepala lelaki ini kerana sikap bodohnya di waktu yang sama?

Perlahan Mely mengurut pelipis kepalanya sebelum memandang lelaki di hadapannya ini dengan ekspresi pasrah. "Vano ...perlukah kau lakukan semua ini?" tanyanya dengan nada pasrah sambil mengarahkan tangannya ke arah sekeliling mereka.

Siapa yang dapat menyangka yang lelaki menjengkelkan ini menutup satu platform ini hanya untuk mereka. Dan untuk apa dengan semua pengawal ini?! Mely tidak tahu harus memberi respon apa saat ini. Kedua matanya dengan jelas melihat lebih dari 10 pengawal peribadi berdiri di sekeliling mereka, lengkap dengan seragam hitam.

"Kau ingin naik metro, bukan? Jadi, apa masalahnya?" jawab Gio dengan nada santai seakan apa yang dia lakukan ini bukan lah sesuatu yang penting. Kedua matanya penuh dengan sorot kepuasan sebelum membuat isyarat tangan agar kucing kecilnya ini mendekat ke arahnya.

Mely benar-benar tidak dapat memberi respon apa lagi. Terserah apa yang lelaki ini inginkan, katanya dalam hati sebelum berjalan ke arah Gio yang segera menariknya ke dalam pelukannya. Mely membenamkan kepalanya dalam-dalam untuk menghirup aroma maskulin lelaki ini yang selalu menenangkan semua sarafnya.

"Demi keselamatan kamu juga, little kitten" gumam Gio perlahan sambil mengeratkan pelukannya, mendekatkan tubuh kucing kecilnya dengan dirinya.

Kilatan samar terlihat jelas di kedua mata Mely yang juga mengeratkan pelukannya saat ini. Tujuannya mengajak lelaki ini berkeliling menggunakan metro adalah untuk membuat jejak mereka hilang di tengah-tengah orang ramai. Namun, lihatlah sekarang, Gio malah menggerakkan pegawai keselamatan dan juga pengawal peribadinya untuk menutup satu platform ini agar mereka dapat menunggu kereta dengan santai!!

Mungkin tindakan ini ada baiknya, dengan cara ini tiada orang lain yang berusaha mendekati mereka. 

Kedua mata kelabu itu dipenuhi oleh kilatan tajam untuk beberapa saat ketika dia mengingati wajah lelaki yang hampir melanggarnya beberapa saat yang lalu. Senyuman nipis perlahan terbentuk di bibir kecilnya. Kalau dulu dia selalu berusaha untuk lari dan bersembunyi tetapi tidak kali ini. Semenjak ada lelaki ini di sisinya, entah mengapa dia selalu merasakan yang dirinya memiliki kekuatan tambahan yang selalu membuatnya merasa aman dan dia tidak ingin berlari lagi. 

Ingin memperdayakannya dengan meletakkan pengesan di pakaian Vano?

Ingin mengintip mereka selama di sini?

In your dream! Dia tidak akan membiarkan itu terjadi!! jerit Mely dalam hati dengan penuh emosi.

Berusaha mengawal emosi yang bergolak dalam dirinya, perlahan Mely memejamkan kedua matanya sebelum mengalihkan pandangannya ke wajah tampan di hadapannya. "Kau terlalu berlebihan, Vano" kata Mely sambil menggelengkan kepalanya perlahan.

"Tiada yang berlebihan, little kitten. Semua ini untuk keselamatanmu" jawab Gio dengan tenang sebelum memimpin kucing kecilnya menuju ke garisan platform untuk menunggu kereta api mereka tiba.

Mely mengedarkan pandangannya ke arah sekitar sebelum mengerutkan keningnya. "Kau tidak mungkin membawa mereka semua ke dalam kerata apikan? Bukankah itu akan menarik perhatian orang-orang di dalam?" kata Mely dengan nada cemas. Merasakan sentuhan lembut tangan Gio perlahan-lahan rasa cemas yang memenuhi hatinya berkurang dan digantikan oleh perasaan hangat yang membuat dadanya terasa ringan.

"Mhm, hanya dua untuk berjaga-jaga" jawab Gio sambil melingkarkan tangannya di pinggang Mely yang saat ini hanya menganggukkan kepalanya perlahan.

Otaknya bekerja dengan cepat untuk membuat rancangan yang akan datang yang harus dia persiapkan. Larut dalam fikirannya sendiri, Mely tidak menyedari ada sepasang mata biru yang terus memperhatikan setiap perubahan ekspresi yang terjadi di wajah kecilnya.

Kedua mata biru itu perlahan dipenuhi oleh spekulasi ketika Gio terus memperhatikan kucing kecilnya ini. "Apa yang akan kamu lakukan dengan Julia Jennings?" tanya Gio sambil memandang ke arahnya.

Tubuh Mely tersentak mendengar pertanyaan tersebut, kedua matanya memandang tidak percaya ke arah lelaki di sampingnya ini. Lelaki ini mengetahui masalahnya dengan perempuan sialan itu? kata Mely dalam hati.

Melihat ekspresi terkejut Mely membuat ujung bibir Gio terangkat perlahan sebelum senyuman nipis terbentuk di wajahnya. "Kenapa? Kau fikir aku tidak tahu apa yang terjadi di syarikatku?" pertanyaan itu membuat Mely tercengang untuk seketika.

Tidak begitu memperhatikan ekspresi Gio saat ini, Mely mendengus perlahan sebelum menggelengkan kepalanya perlahan. "Aiya, perempuan yang satu itu. Tsk, tsk, tsk ...aku tidak pernah sekalipun memprovokasinya malah sebaliknya dia yang terus menggangguku. Jadi ...bukankah wajar kalau aku juga membalasnya?" jawab Mely dengan santai sebelum kedua matanya memandang ke arah Gio dengan ekspresi serius.

"Giovano LinDenhof, kau adalah kekasihku! Aku tidak akan membiarkan sesiapa pun mendekati kekasihku, humph!" sambungnya dengan nada serius dan penuh dominan.

Kali ini kata-kata kucing kecilnya benar-benar membuat Gio terpana, dia tidak menyangka akan melihat sisi kucing kecilnya ini yang penuh mendominasi. Kedua mata birunya dipenuhi rasa tidak percaya, tubuhnya menegang sebaik saja mendengar kata-kata tersebut. Hatinya terasa hangat seperti orang yang sudah sekian lama berada di dalam kegelapan yang akhirnya melihat matahari kembali. Perasaan bahagia memenuhi dadanya membuat pandangannya dipenuhi oleh kehangatan.

Sudah tentu Mely tahu semua perubahan yang terjadi pada lelaki di hadapannya ini. Perlahan senyuman lebar terbentuk di bibir kecilnya membuat wajahnya saat ini terlihat semakin bersinar penuh kebahagiaan. Pandangannya dipenuhi oleh rasa puas kerana berjaya membuat lelaki di hadapannya ini merasakan kebahagiaan darinya. "Aku juga tidak akan membiarkan kamu melirik perempuan lain atau ...kau akan tahu apa akibatnya!" katanya dengan nada serius sambil menatap tajam ke arah Gio.

Pemikiran tiba-tiba yang lelaki ini akan mengkhianatinya membuat Mely merasa seperti ingin meletup.

Awas kalau lelaki ini berani!

Mendengar ancaman tersebut bukannya membuat Gio takut malah senyum lembut terbentuk pada wajah tampannya sebelum memeluk tubuh mungil ini dengan penuh sayang. "Mhm. Aku tidak akan pernah mengkhianatimu, little kitten. Hanya kamu satu-satunya" jawab Gio dengan nada serius yang sama. Sekiranya kucing kecilnya ingin bermain dengan mainan barunya, dia tidak akan masalah membiarkan Julia Jennings menikmati hidupnya untuk sementara. Jika kucing kecilnya ini sudah mulai bosan bermain dia yang akan membersihkan sisanya.

Merasa puas mendengar jawapan lelaki ini, Mely menganggukkan kepalanya dengan cepat namun, belum sempat dia membuka mulutnya untuk membalas kata-kata lelaki ini tiba-tiba suara kereta api bergema di seluruh platform sebelum akhirnya kereta metro itu berhenti tepat di hadapan mereka yang membuat Mely tercengang ketika melihatnya.

Ada apa ini!?

Kenapa kereta ini ...kosong!?

Bukankah metro Paris adalah salah satu pengangkutan awam yang paling sesak di bandar ini!?

Tubuh Mely membeku ketika melihat keadaan kereta api yang saat ini terbuka di hadapannya, kilatan penuh kerisauan memenuhi kedua matanya sebelum dia merasakan tangan besar melingkari pinggangnya yang perlahan-lahan mengerat. Tubuhnya tersentak sebaik saja merasakan tubuh Gio di belakangnya yang membuat Mely tersedar dari rasa terkejutnya.

"Ada apa?" tanya Gio dengan santai seakan reaksi Mely saat ini tidak mempengaruhinya.

"Mmm, tiada apa-apa" jawab Mely perlahan sebelum melangkah masuk ke dalam kereta tersebut yang diikuti oleh Gio yang berada di belakangnya. "Kenapa kereta ini kosong?" tanya Mely sebelum memusingkan tubuhnya untuk melihat wajah Gio yang juga memandangnya dengan pandangan yang membuat Mely menjadi gugup.

Kenapa? Kenapa Vano memandangnya? Adakah dia mencurigainya? Soalan demi soalan memenuhi fikirannya yang membuat Mely semakin risau. Jantungnya berdegup kencang sebelum dia merasakan jari Gio menyentuh dagunya dan mengangkat kepalanya untuk memandang ke sepasang mata biru itu.

Belum sempat otaknya memproses apa yang sedang terjadi, Gio segera mencium bibir perempuan mungil di hadapannya yang membuat Mely membulatkan kedua matanya kerana rasa terkejut yang tiba-tiba menyerang dirinya.

Ada apa dengan perubahan sikap Vano yang secara tiba-tiba ini?

Namun, begitu dia merasakan kelembutan bibir lelaki ini semua kerisauan dan kegelisahan yang memenuhi fikirannya perlahan-lahan menghilang, semua ketegangan yang memenuhi tubuhnya saat ini menghilang sebaik saja dia merasakan kehangatan yang diberikan oleh lelaki ini. Perasaan hangat dan rasa aman menyelimuti tubuhnya, membuat Mely yang sejak tadi bersikap waspada terhadap keadaan sekelilingnya perlahan kembali tenang sebelum dia menyandarkan seluruh tubuhnya kepada lelaki yang saat ini semakin mengeratkan pelukannya.

Entah sudah berapa lama mereka berada di posisi yang sama tanpa mempedulikan kedua pengawal malang yang saat ini berusaha menahan rasa malu mereka. Akhirnya kedua bibir yang saling berpaut itu perlahan-lahan menjauh sebelum kedua mata biru itu perlahan terbuka dan memandang wajah kecil di hadapannya dengan pandangan penuh gairah sebelum senyum nipis terbentuk dibibir nipisnya. Melihat wajah merah di hadapannya dengan kedua mata yang memandangnya dengan pandangan tidak fokus, membuat kedua mata biru itu dipenuhi oleh sorot kepuasan yang terlihat dengan jelas.

"Relax, little one. Aku akan selalu menjagamu. Tiada hal buruk yang akan terjadi selagi kamu bersamaku" gumam Gio perlahan sambil menarik tubuh mungil di hadapannya ini agar bersandar di dadanya sebelum memandang ke arah tingkap kereta yang mereka naiki saat ini. Memberi ruang untuk kucing kecilnya ini memproses apa yang baru saja terjadi.

Le ...lelaki ini mengetahuinya?

Pandangan Mely akhirnya kembali fokus dan mula memproses apa yang baru saja didengarnya sebelum kedua matanya dipenuhi oleh rasa tidak percaya. Perasaan terharu menyerang seluruh tubuhnya yang membuat dadanya dipenuhi oleh kehangatan yang berganda.

Lelaki ini tahu yang Mely merasa risau akan sesuatu namun, bukannya Gio menanyakan hal itu. Lelaki ini malah berusaha menenangkan dirinya. Mely memandang wajah Gio dengan ekspresi yang sukar digambarkan sebelum senyum pasrah terbentuk di bibir kecilnya sambil mengutuk dirinya.

Mengapa dia boleh lupa!?

Lelaki ini adalah pemegang kuasa dari kedua-dua dunia. Lelaki yang sudah terbiasa dengan hal-hal kecil yang berkaitan dengan dirinya. Sudah tentu lelaki ini menyadari kegelisahan kucing kecilnya namun, bukannya memaksanya untuk menceritakan masalahnya malah lelaki ini menenangkannya.

Adakah Vano tahu ada beberapa orang yang mencurigakan mengikuti mereka?

Memikirkan hal tersebut, senyuman penuh ejekan terbentuk di wajah kecilnya sebelum menggelengkan kepalanya perlahan. Sudah tentu Vano tahu. Mana mungkin lelaki seperti Giovano LinDenhof tidak mengetahui hal sekecil itu.

Tsk, tsk, tsk ...dia sibuk merisaukan keselamatan lelaki ini dan lelaki dengan santai menikmati harinya walaupun dia tahu Mely sedang merisaukannya.

Lelaki ini benar-benar menjengkelkan!!

Seakan menyadari yang kucing kecilnya ini sibuk mengutuknya, perlahan-lahan Gio menoleh ke arahnya dan memandang Mely dengan ekspresi penuh humor sebelum senyum nipis terbentuk di bibir nipisnya.

"Kamu fikir kekasihmu ini bodoh? Aku tahu bagaimana cara menangani semua ini" kata Gio perlahan sebelum telapak tangannya mengusap lembut permukaan pipi kucing kecilnya.

Sudah tentu Gio menyadari beberapa mata-mata yang mengikuti mereka sejak dari awal tetapi untuk apa dia turun tangan? Mengurus tikus-tikus itu adalah tugas pengawal peribadinya, bukan? Jika dia harus turun tangan untuk apa dia melatih mereka semua dan membayar mereka dengan gaji yang mahal? Entah berasal dari mana musuhnya ini yang jelas dia tidak akan membiarkan sesuatu terjadi dengan kucing kecilnya ini.

Mendengar nada penuh keyakinan Gio, membuat Mely tertawa perlahan. Itu sudah tentu! Bagaimana dia boleh meremehkan lelaki ini? kata Mely dalam hati sambil menggelengkan kepalanya perlahan.

"Aku percayakan kamu, Vano" jawab Mely singkat namun, jawapan itu sudah mampu membuat semua beban yang memenuhi hatinya terangkat perlahan. Menyerahkan seluruh hidupnya di tangan lelaki ini membuatnya merasakan perasaan lega. Mely merasakan yang keputusannya ini adalah keputusan terbaik yang pernah dia ambil dalam hidupnya.

"Kamu tidak sendiri. Kamu punya aku, Nicholas dan banyak lagi. Jangan pernah merasa yang kamu sendiri, Vina" kata Gio dengan nada lembut yang membuat Mely menghancurkan semua pertahanan dalam dirinya ketika mendengar kata-kata tersebut. Menyandarkan seluruh tubuhnya pada lelaki yang masih memeluknya ini sebelum memandang ke arah tingkap yang menyajikan pemandangan Sungai Seine dan Menara Eiffel yang tidak jauh dari posisi mereka saat ini. Kereta ini terus bergerak mengelilingi kota Paris, membawa semua kerisauan dan kegelisahan yang memenuhi hati mereka, menghilang bersama angin petang ini.

Untuk saat ini, detik ini, mereka tidak ingin memikirkan apa-apa pun. Mereka hanya ingin menghabiskan masa bersama seperti pasangan biasa yang menikmati moment mereka.

Selagi lelaki ini bersamanya, semuanya akan baik-baik saja.

Mereka akhirnya menghabiskan masa mereka dengan berkeliling di kota Paris dengan penuh ketenangan. Mely tidak lagi peduli dengan semua mata-mata yang mengikuti mereka kerana dia mempercayai Gio dalam menangani hal ini, sehingga dirinya cukup santai begitu mereka berjalan mengunjungi Musee Du Louvre, Gereja Notre Dame dan beberapa tempat pelancongan lain seperti pelancong yang datang berkunjung.

Angin awal musim bunga selalu dipenuhi oleh aroma tumbuhan yang membuat saraf tubuh Mely terasa lebih tenang. Kedua matanya melirik ke arah lelaki di sisinya yang menggengam tangannya dengan erat, senyum hangat terbentuk di wajah kecilnya membuat Mely terlihat lebih mempesona terutama dengan pantulan Sungai Seine yang memberi kesan misteri menyelimuti tubuh mungil saat ini.

"Vano ...dalam underworld ...apa yang keluargamu lakukan? Adakah kamu melakukan perniagaan juga? Kamu tidak melakukan hal buruk seperti membunuh atau menjual organ, kan?" tanya Mely dengan kedua mata yang menunjukkan rasa ingin tahunya. Dia tidak mengetahui banyak tentang keluarga bangsawan ini. Pengetahuannya hanya sebatas Keluarga LinDenhof adalah keluarga yang mempunyai pengaruh terbesar dalam mengatur komuniti dunia bawah.

Entah apa yang dilakukan oleh keluarga ini atau bagaimana cara mereka hidup?

Senyuman nipis terbentuk di wajah Gio sebelum dia melingkarkan satu tangannya di bahu kucing kecilnya ini. "Hmm. Keluargaku menjalankan perniagaan senjata. Kami menguasai seluruh pasar gelap yang ada di dalam komuniti dunia bawah. Dari mercenaries dan military dari beberapa negara. Oleh itu, kami mempunyai hubungan kuat dengan pasukan tentera dari beberapa negara. Membunuh, bukanlah sesuatu yang pelik di kalangan dunia bawah. Tangan ini ...tangan yang sudah meragut banyak nyawa. Adakah kamu takut dengan aku, little kitten?" gumam Gio perlahan sebelum kedua mata birunya memandang perempuan di sampingnya yang masih menunjukkan ekspresi tenang. Kilatan samar terlihat sepintas dari kedua mata birunya sebelum kembali seperti sediakala seakan kilatan tersebut hanyalah sebuah ilusi belaka.

Ini menarik...

Mely yang mendengar kata-kata Gio hanya menaikan bahunya tidak acuh. Sejujurnya, dia tidak begitu peduli dengan apa yang dilakukan oleh Gio, asalkan lelaki ini selalu memperlakukan dirinya dengan baik dan lembut. Dia juga bukan orang yang skeptikal, dia sedar tidak semua orang memiliki sejarah yang bersih, terutama dengan orang yang memiliki status seperti, Giovano LinDenhof.

"Aku tidak akan menilai kamu dengan apa yang kamu lakukan, Vano. Aku selalu percayakan kamu. Selagi kamu memperlakukan aku dengan baik dan selalu berada di sisiku. Itu sudah cukup. Aku tidak kisah apa yang kamu lakukan di luar sana. Aku hanya berharap setiap kali kamu kembali ke sisiku, kamu akan selalu menjadi Vano yang aku kenal" gumam Mely perlahan, masih dengan ekspresi yang sama.

Perasaan hangat menyelimuti tubuhnya membuat senyuman nipis terbentuk di bibir nipisnya. Menjinakkan kucing kecil ini adalah keputusan terbaik yang pernah dia buat dalam hidupnya, kata Gio dalam hati.

"Vano!! itu!!" jerit Mely sambil menarik jaket yang dipakai Gio saat ini. Kedua mata kelabunya masih tertumpu ke arah sesuatu yang menarik perhatiannya.

Melihat kucing kecilnya ini yang penuh excited, membuat Gio mengalihkan pandangannya untuk melihat apa yang membuat kucing kecilnya ini begitu teruja sebelum dia melihat sebuah piano berdiri di tepi jalan yang tidak jauh dari posisi mereka saat ini.

"Kamu pandai bermain piano?" tanya Gio dengan nada sedikit terkejut membuat Mely mengetap bibirnya perlahan sebelum memutarkan kedua matanya.

"Kenapa ada piano di sini?" tanya Mely dengan nada penuh tanda tanya sebelum dia merasakan tubuhnya dipimpin oleh lelaki ini untuk mendekati piano tersebut.

"Biasanya sebilangan penderma suka melakukan perkara seperti ini. Contohnya, pemuzik, mereka memiliki banyak alat muzik yang akan terus berganti, daripada mereka membuang alat muzik mereka yang sudah lama, mereka lebih suka melakukan hal seperti ini. Piano ini dapat di mainkan oleh sesiapa pun tanpa meminta izin kepada pemiliknya kerana piano ini dianggap sebagai milik bersama" kata Gio yang menjelaskan secara ringkas kepada kucing kecil ini sebelum memimpin Mely untuk duduk di hadapan piano lama ini.

Kedua mata Mely dipenuhi oleh air mata sebelum senyum sayu terbentuk di bibir kecilnya sambil menggerakkan telapak tangannya di atas permukaan piano lama. "Aku pernah belajar piano dari orang yang sangat pandai memainkan alat ini. Dia perempuan yang sangat hebat dan salah satu tokoh yang paling berharga dalam hidupku. Sejak perempuan itu mengajar aku cara memainkan alat ini ...piano menjadi salah satu kegemaranku" gumam Mely dengan pandangan melamun.

Gio memandang perempuan mungil di hadapannya yang masih larut dalam kenangan masa lalunya sebelum Gio menggenggam tangan Mely seperti ingin memberikan ketenangan untuknya.

Merasakan genggaman tangan Gio yang penuh prihatin membuat Mely tersenyum lembut sebelum memandang ke arah lelaki ini. "Bolehkah aku memainkannya?" tanyanya perlahan yang di balas dengan anggukkan.

"Sudah tentu boleh. Alat muzik ini untuk orang ramai" jawab Gio perlahan sebelum seluruh tubuhnya membeku sebaik saja mendengar suara lembut bergema di sekelilingnya. Gio memandang perempuan mungil di sisinya ini dengan kagum.

Kedua tangan putih itu bergerak dengan lincah seperti orang yang sedang menari di atas nuts-nuts piano yang ada di hadapannya. Nyanyian lembut yang mengikuti suara piano yang sedang dimainkannya, membuat kucing kecilnya ini terlihat menikmati setiap saat yang dia lakukan saat ini. Melihat ekspresi tersebut membuat Gio benar-benar terpukau untuk kesekian kalinya.

Sudah berapa kali kucing kecilnya ini membuatnya terpukau?

Kucing kecilnya ini seperti kotak misteri yang sangat menarik untuk diungkapkan, setiap kali pasti ada sesuatu yang menarik dari dirinya. Perempuan ini benar-benar menarik, kata Gio dalam hati sambil terus memandang kucing kecilnya dengan pandangan dalam.

Kedua mata yang tadinya tertutup itu perlahan terbuka sebelum memandang ke arah lelaki di sisinya ini dengan ekspresi gembira. Sinar mata penuh kegembiraan itu terlihat jelas dari kedua matanya. "Bagaimana? Cara aku bermain tidak buruk, bukan?" tanya Mely dengan penuh keyakinan diri sambil menaikkan kedua keningnya.

"Hm. Boleh, lah" balas Gio dengan pandangan humor yang membuat ekspresi wajah Mely menjadi gelap seketika.

Kedua mata kelabu tersebut menangkap tubuh Gio yang berjalan meninggalkan dirinya sebelum Mely menyedari yang lelaki ini baru saja meninggalkannya sendiri.

Seriously!?

"VANO!!!" jerit Mely dengan nada penuh kekesalan sebelum berlari kecil mengejar susuk tubuh tegap yang berada tidak jauh dari posisinya saat ini.

Senyuman lebar terbentuk di wajah Gio saat mendengar jeritan penuh kekesalan kucing kecilnya.

TO BE CONTINUED.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience