Rate

The Almighty Devil Of Underworld_79

Action Completed 38206

Dahi kecilnya berkerut samar, tubuh mugilnya terus berpusing ke kiri dan kanan yang entah keberapa kali. Kedua mata kelabunya dipenuhi oleh jangkaan. Entah, apa yang ada di dalam fikirannya saat ini, bahkan Bella yang sejak tadi berdiri di sisi ruang walk-in-closet ini dipenuhi dengan ekspresi pasrah dan kebingungan.

"Young miss, ada apa lagi? Gaun ini diberikan oleh master dengan penuh pertimbangan dan sangat cantik young miss. Gaun ini membuat aura keanggunan anda terlihat lebih kuat" kata Bella, berusaha meyakinkan kegelisahan perempuan mungil di hadapannya dengan senyuman pasrah menghiasi wajahnya.

"Hmm" gumam Mely sambil memusingkan tubuhnya untuk kesekian kalinya sebelum mengerutkan keningnya.

Perlahan aura dingin tiba-tiba menyelubungi seluruh ruang walk-in-closet, membuat Bella yang belum sempat membuka mulutnya untuk kali kedua, segera menutup bibirnya rapat-rapat. Aura dingin yang tiba-tiba memenuhi seluruh ruangan ini, membuat tubuh Bella bergetar perlahan sebelum dia memusingkan tubuhnya menghadap ke arah pintu masuk dimana terdapat seorang lelaki dengan ekspresi datar berdiri tepat di hadapan pintu masuk tersebut.

"Master ... " kata Bella dengan nada lembut sambil menundukkan tubuhnya perlahan. Master selalu terlihat hangat setiap kali dia berada di sisi young miss namun, ketika young miss tidak berada di sisinya, aura master selalu membuat jantung lemahnya berhenti berdegup seketika. Lelaki ini memang menyeramkan. Ini adalah kali pertama dia berkerja dengan lelaki yang mengerikan seperti ini. Untung, dia ditugaskan hanya untuk melayani young miss, entah apa yang akan terjadi pada keadaan fizikal dan mentalnya jika dia benar-benar harus melayani lelaki ini.

"Hm" gumam Gio perlahan sambil membuat isyarat tangan yang membuat Bella tersentak sebelum berjalan keluar dari ruangan tersebut dengan langkah cepat sehingga membuat Mely yang melihatnya tidak dapat berkata-kata.

Perlahan kedua mata kelabu itu memandang lelaki yang masih bersandar di pintu masuk dengan pandangan tidak berdaya sebelum senyuman pasrah perlahan terbentuk di bibir kecilnya. "Apa yang kamu buat sehingga pelayanku lari?" tanya Mely dengan nada lembut.

Pandangan Gio perlahan menjadi gelap ketika melihat penampilan kucing kecilnya ini. Dia, memang sudah mempertimbangkan yang gaun ini akan kelihatan mengagumkan untuk kucing kecilnya ini tetapi, dia tidak menyangka ia akan menjadikannya begitu menawan. Tata rias sederhana yang digabungkan dengan kombinasi gaun ini, membuat wajah dan tubuh Mely saat ini terlihat semakin menyerlah. Ditambah, aura elegant yang terpancar dari setiap pergerakan tubuhnya.

Gio melangkah perlahan sebelum melingkarkan kedua tangannya di pinggang kucing kecilnya untuk menariknya ke dalam pelukannya. Perlahan dia mencium lekuk leher perempuan ini sebelum menghirup aroma familiar yang hanya dapat diberikan oleh kucing kecilnya ini. "Kenapa dengan sikapmu sejak tadi, little kitten?" gumam Gio dengan suara serak sambil melihat cermin besar yang saat ini berada di hadapan mereka.

Mendengar pertanyaan Gio, senyuman lembut terbentuk di wajah kecilnya sebelum memandang pantulan mereka di cermin yang berada di hadapan mereka. Tangannya bergerak ke arah seluruh tubuhnya dengan gerakan pasrah. "Dengan pakaian ini, aku akan menarik banyak perhatian dari orang-orang yang aku sendiri tidak inginkan, Vano" gumam Mely perlahan, menyuarakan keraguan yang sejak tadi memenuhi hatinya. Namun, sebaik saja dia menyelesaikan kata-katanya, dia malah disambut oleh tawa perlahan lelaki ini.

"Hey ...aku serius, Vano" kata Mely dengan nada kesal sambil menyilangkan tangannya, kedua matanya masih memandang gaun yang dipakainya dengan ekspresi pasrah.

Sudah tentu Mely tahu bahawa pakaian ini sangat sukar di peroleh dan sangat mahal, mungkin dia tidak begitu mengetahui jenis material kain ini. Namun, setelah dia memakai gaun ini, dia dapat merasakan kelembutan dan keselesaan yang diberikan oleh gaun ini. Dan, hal itu sudah cukup membuat Mely yakin kalau gaun yang dipakainya ini bukanlah gaun biasa. Dia tidak mau menarik perhatian orang dengan memakai gaun semahal ini. Menarik perhatian orang sama dengan menarik masalah untuknya. Dia sendiri sudah dipenuhi oleh jangkaan untuk menghadapi Julia Jennings, inikan pula menghadapi semua perempuan yang ada di dunia ini. Sudah tentu dia tidak memiliki banyak tenaga untuk menghadapi mereka semua.

Pandangan Mely perlahan beralih ke arah lelaki di sisinya ini yang masih sibuk memeluknya dengan ekspresi puas. Ekspresi di wajah Gio benar-benar membuat senyuman di bibir kecilnya dipenuhi dengan rasa tidak berdaya. "Vano ..." gumam Mely perlahan sebelum memusingkan tubuhnya untuk memandang ke arah Gio sebelum melingkarkan tangannya di leher lelaki dihadapannya ini.

"Mhm ..." jawab Gio perlahan sambil menarik tubuh perempuan mungil dihadapannya ini untuk semakin dekat dengannya. "Ada apa, little kitten?" tanya Gio perlahan dengan pandangan penuh minat yang jelas terlihat dari kedua mata birunya.

"Bolehkah kita menyembunyikan dulu hubungan kita di depan, public?" kata Mely perlahan dengan penuh jangkaan.

Tubuh Gio menegang seketika sebaik saja dia mendengar kata-kata tersebut sebelum mengerutkan keningnya perlahan. Kedua mata birunya sekilas menunjukkan rasa tidak senang yang terlihat samar. "Kenapa?" tanya Gio perlahan, masih dengan nada lembut yang sama. Namun, sudah tentu Mely dapat melihat sorot mata Gio tadi. Bagaimana dia tidak dapat melihatnya jika dia selalu memperhatikan setiap perubahan lelaki ini.

Tanpa sedar, Mely menggigit bibirnya perlahan kerana rasa gugup yang tiba-tiba menyerang tubuhnya, bahkan pandangannya beralih ke arah beberapa hiasan bunga yang menghiasi gaunnya.

"Aku ...aku tidak mau menarik perhatian orang, Vano. Satu Julia sudah membuat kepalaku sakit. Bagaimana jika ada seribu Julia di luar sana. Jika semua perempuan tahu bahawa aku adalah kekasihmu?" kata Mely perlahan sebelum memandang sepasang mata biru dengan ekspresi bercampur. Namun, memikirkan kemungkinan yang dapat terjadi pada masa depannya ketika semua perempuan mengetahui siapa kekasih Giovano LinDenhof. Dia benar-benar tidak dapat menahan dirinya untuk tidak bergetar kerana rasa takut yang tiba-tiba menyerang tubuhnya.

Astaga ...dia pasti akan mati sekiranya mereka semua tahu bahawa, the most wanted man in history sudah menjadi kekasihnya...

Melihat reaksi Mely saat ini, membuat rasa tidak senang yang sempat menghiasi wajahnya menghilang, Gio hanya dapat tersenyum pasrah, menyadari betapa mudahnya semua keputusan yang dia susun di hancurkan oleh perempuan ini. "Baiklah...apapun yang kucing kecilku inginkan" kata Gio perlahan namun, belum sempat Mely menjerit penuh kebahagiaan bibir nipis Gio segera menangkap bibir kecil di hadapannya. Mengunci semua kata yang ingin di sampaikan oleh kucing kecilnya ini kepadanya.

Ruangan yang awalnya dipenuhi dengan ketenangan ini mula dipenuhi oleh suasana intim, seiring dengan suhu udara yang semakin meningkat di dalamnya. Sebaik saja Gio merasakan kucing kecilnya ini kesukaran bernafas akhirnya dengan gerakan perlahan Gio melepaskan bibir kecil tersebut. "Mhmm ...kamu sangat cantik, little one" gumam Gio perlahan dengan suara berat yang membuat tubuh Mely semakin lemah.

"Vano ...bukankah acara itu akan bermula sekejap lagi. Bukan kamu harus segera ke sana" gumam Mely dengan nada perlahan, berusaha mengawal semua emosi dan perasaan yang saat ini memenuhi tubuhnya. Jantungnya masih berdegup kencang, nafasnya masih terengah-engah kerana moments yang baru saja mereka kongsi bersama.

Senyum lembut perlahan terbentuk di wajah Gio sebelum mengucup dahi Mely dengan lembut, tangannya bergerak untuk memeluk tubuh mungil di hadapannya sebelum membawanya keluar dari ruang walk-in-closet ini.

Sebaik saja mereka tiba di ruang tamu, Gio dapat melihat beberapa pengawal yang berdiri di ruang tamu tersebut yang saat ini sudah siap menunggu arahan darinya.

"Siapkan kereta untuk young madam. Dia akan pergi dengan kereta yang terpisah. Gunakan kenderaan yang menggunakan cermin kalis peluru dan buat sekatan 4 kereta di depan dan belakang selama perjalanan. Rayden, kau akan menemani young madam selama acara berlangsung sebagai pembantu peribadinya. Tukar pakaianmu" pesanan Gio bergema di seluruh ruang tamu tersebut dengan nada penuh ketegasan.

"Baik, master!" jawab mereka secara serentak sebelum melaksanakan perintah yang diberikan oleh majikan mereka, termasuk Rayden yang segera kembali ke bilik tidurnya untuk menukar pakaiannya. Walaupun, mereka menjalankan arahan yang diberikan oleh majikan mereka ini namun, masing-masing mempunyai satu pertanyaan yang tidak terjawab di dalam fikiran mereka.

Master memanggil young miss dengan panggilan young madam ...adakah itu bermaksud young miss akan benar-benar menjadi future head madam dalam masa terdekat?

Bukan hanya semua pengawal yang mempunyai pertanyaan yang bergema di dalam fikiran mereka, Mely bahkan terpana ketika mendengar pesanan Gio. Kedua mata kelabunya memandang Gio dengan ekspresi bercampur yang sukar di gambarkan. Tiada yang dapat meneka apa yang ada di dalam fikirannya saat ini. Namun, ketika Mely melihat ekspresi serius Gio, dia memutuskan untuk tidak memberi komen. Perlahan senyuman kecil terbentuk dibibir kecilnya ketika dia memperhatikan wajah Gio yang saat ini dipenuhi dengan kesungguhan. Dadanya terasa hangat ketika mendengar ucapan lelaki ini, hanya Gio yang dapat memberikannya perasaan seperti ini.

Giovano LinDenhof, apa yang harus aku lakukan tanpamu?

Aku benar-benar tidak dapat hidup tanpamu.

***

Prosperity Hotel, NYC.

Ruangan yang memenuhi tingkat satu bangunan ini dipenuhi oleh tetamu undangan. Sebilangan orang yang datang ke acara malam ini adalah tokoh-tokoh penting yang mempunyai pengaruh tinggi di negara ini seperti perdana menteri, ahli perniagaan, artis dan banyak lagi. Selain daripada tokoh-tokoh penting yang hadir, terdapat juga beberapa orang wakil dari anak syarikat LinDenhof Corporation yang berada di seluruh dunia.

Mely, yang sejak tadi memilih untuk duduk di salah satu kerusi yang berada di hujung ruangan ini dengan santai menikmati minuman wine yang ada di tangannya. Pandangan sesekali bergerak ke arah sekeliling untuk melihat wajah-wajah familiar namun, sayangnya dia tidak menemukan satu wajah yang di kenalinya. Dia hanya melihat Raffael yang memakai sut pink pastel yang saat ini berbual dengan beberapa orang yang berada tidak jauh dari tempat duduknya.

Ujung bibirnya berkedut keras melihat warna pakaian Raffael, mungkin kerana dia terbiasa melihat Gio memakai pakaian hitam atau warna neutral. Dan, ketika dia melihat Raffael memakai pakaian berwarna cerah, otaknya terus membandingkan lelaki bodoh ini dengan kekasihnya yang selalu kelihatan hebat itu. Sebenarnya, Mely ingin memberi komen kepada Raffael, dengan memakai pakaian berwarna cerah seperti ini sebenarnya membuat aura yang menyelimuti dirinya menjadi lebih muda dan cerah, yang benar-benar sama dengan sifatnya.

Perlahan kedua matanya beralih untuk melihat ke arah sekeliling untuk mencari wajah tampan yang selalu memenuhi fikirannya. Namun, seteliti apapun Mely mencari, dia tidak menemukan wajah lelaki tersebut, akhirnya Mely hanya menghela nafas perlahan sebelum menghirup minuman wine yang ada di tangannya.

"Melysah!!" jeritan tersebut membuat Mely mengerutkan keningnya perlahan sebelum mengalihkan pandangannya untuk mencari sumber jeritan tersebut. Senyuman lebar perlahan terbentuk di wajah kecilnya ketika melihat Febby berlari kecil ke arahnya dengan memakai gaun merah gelap yang membuat tubuh langsingnya terlihat lebih menawan. Akhirnya, dia menemui wajah familiar diantara banyaknya orang yang ada di dalam ruangan besar ini, katanya dalam hati sambil menghela nafas perlahan.

"Kau baru datang? Wow ... wow ..." kata Febby dengan nada kuat sambil melepaskan pelukannya sebelum berjalan mundur untuk memperhatikan seluruh tubuh Mely dengan kedua mata yang dipenuhi oleh kekaguman. "Damn! Malam ini kau benar-benar cantik! Tsk, tsk, tsk ...bagaimana perempuan cantik seperti kau boleh duduk di sudut ruangan ini?" sambungnya sambil mendengus kesal yang membuat Mely memutar kedua matanya dengan malas.

"Febb! Kau menarik perhatian orang-orang!" kata Mely dengan nada panik sambil menarik tubuh Febby untuk berjalan ke hujung ballroom yang mempunyai banyak kerusi berbaris.

"Oh, come on!! Dengan penampilanmu ini, memang wajarlah menarik perhatian orang-orang!? Aku tidak pernah menyangka dibalik tubuh kecilmu ini. Kau menyembunyikan bentuk tubuh yang ...wow" kata Febby sambil memandang Mely dari atas ke bawah dan kembali ke atas yang membuat Mely memandangnya dengan kesal.

"Jangan cakap bukan-bukan! Bentuk tubuhku hanya biasa-biasa. Tidak seperti bentuk tubuhmu yang melekuk seperti gitar Sepanyol" jawab Mely dengan nada tidak berdaya. Dia tidak tahu harus memberi reaksi apa dengan perempuan ini, kadang-kadang mulut rakannya ini tidak mempunyai batas, termasuk dari setiap kata-katanya.

"Babe, aku bercakap tentang fakta. Ya, aku mengaku badanku memang berbentuk tetapi, jika dibandingkan dengan kau ..tsk, tsk, tsk ...orang bodoh pun tahu kau jauh lebih menawan dibandingkan aku. Bahkan, jika dibandingkan dengan semua perempuan yang ada di ruangan ini, aku yakin kau akan memenangi tempat pertama" jawab Febby dengan nada malas sambil menggerakkan tangannya perlahan yang membuat Mely speechless mendengarnya.

Adakah mata rakannya ini sudah mulai bermasaalah? Jelas-jelas di dalam ruangan ini terdapat banyak artis dan tokoh-tokoh perempuan yang mempunyai postur tubuh dan wajah yang lebih cantik jika di bandingkan dengan dirinya yang biasa-biasa, kata Mely dalam hati. Namun, belum sempat Mely membuka mulutnya untuk membalas komen Febby keduanya mendengar suara familiar yang membuat keduanya segera mengalihkan pandangan mereka ke arah sumber suara tersebut.

Kedua mata Mely perlahan berubah dingin sebaik saja melihat perempuan dengan solekan tebal dan bergaun merah panjang yang membuat Mely meringis perlahan. Bagaimana, perempuan ini boleh memakai pakaian yang terlalu terbuka pada acara seperti ini, kata Mely dalam hati. Dia benar-benar tidak tahu harus memberi reaksi seperti apa ketika melihat musuh peliknya ini yang berada tidak jauh dari posisinya saat ini.

Yap. Perempuan ini adalah Julia Jennings.

"Apa maksud kau?" tanya Mely dengan nada tidak acuh sambil melirik ke arah Julia yang berjalan mendekati mereka dengan gerakan melenggok. Mely, yang melihat cara jalannya merasa risau kalau-kalau perempuan ini akan mengalami patah pinggang kerana gerakan tubuhnya.

"Bukankah, sudah jelas yang kau berpakaian begini untuk mencari mangsa lain? Setelah, Assistant Harmada dan Presiden LinDenhof sekarang kau ingin mencari mangsa baru untuk menjadi sumber kewanganmu? Kau benar-benar pelacur kecil yang tamak" kata Julia dengan nada yang jelas terdengar menghina. Terutama dengan pandangannya yang saat ini jelas-jelas merendahkan Mely.

Mungkin Mely dan Febby tidak menyedarinya, hanya Julia yang tahu kedua matanya dan hatinya saat ini dipenuhi oleh rasa cemburu yang membuat dadanya terasa sesak. Terutama, ketika dia melihat wajah cantik dan gaun indah yang memeluk setiap lekuk tubuh perempuan mungil di hadapannya ini yang memancarkan aura elegan. Dia sudah berusaha untuk mengalahkannya namun, perempuan di hadapannya ini memang di lahirkan dengan aura angun yang membuatnya terlihat seperti mempunyai garis keturunan darah bangsawan. Melihat hal itu semakin membuat dadanya terasa seperti dibakar oleh api cemburu.

Bagaimana seorang perempuan biasa yang tidak memiliki latar belakang apa-apa boleh memiliki aura anggun seperti ini? Bagaimana, perempuan ini boleh memiliki wajah secantik ini?

Ini tidak adil! Ini semua benar-benar tidak adil!!

Mengapa, dia boleh kalah dengan perempuan sialan ini?!

Pandangan Julia dipenuhi oleh sinar kebencian yang jelas terlihat dari kedua matanya saat ini terutama dengan jari-jari tangannya yang menggenggam erat beg clutch yang berada di tangannya yang membuat jari-jarinya memutih.

Sudah tentu semua itu tidak luput dari pandangan Mely, walaupun dia tidak tahu apa yang perempuan menjengkelkan ini fikirkan namun, Mely dapat melihat dengan jelas sinar kebencian yang bercampur dengan rasa cemburu itu. Melihat hal itu membuat ujung bibir Mely berkedut keras dengan sorot tidak berdaya sepintas dari kedua mata kelabunya. Mely, seakan dapat meneka apa yang difikirkan oleh perempuan di hadapannya ini ketika Julia terus memperhatikan tubuhnya namun, Mely juga bingung harus memberikan reaksi seperti apa.

Jadi, apa yang harus dia lakukan jika dia dilahirkan dengan keadaan fizikal seperti ini?

Siapa yang harus dia persalahkan? Kedua ibu bapanya yang sudah meninggal? Tidak mungkin, kan?

Kedua mata kelabunya dipenuhi oleh sorot mengejek sebelum tangan kanannya yang masih menggenggam tangan Febby di genggam dengan kuat. Sekiranya dia tidak memegang tangan perempuan ini, dia yakin Febby sudah melompat untuk menerkam perempuan gila seperti Julia ini.

Betul kata Raffael, perempuan cemburu adalah makhluk yang paling menakutkan di muka bumi ini.

"Hey ...Julia, berhenti memfitnah Mely. Kau fikir aku tidak tahu kalau semua khabar angin yang tersebar di pejabat adalah perbuatan licikmu?" kata Febby sambil memandang tajam ke arah Julia yang saat ini hanya menaikkan kedua keningnya.

Sorot terkejut sepintas dari kedua mata Mely sebelum memandang ke arah Febby dengan pandangan dalam, membuat Febby yang melihatnya berfikir yang rakannya ini tidak mempercayai kata-katanya tadi.

"Mely, kau harus percayakan aku! Semua khabar angin di pejabat itu adalah perbuatan Julia! Aku dengar dari beberapa pekerja ketika berada di pantry, mereka dengar semua khabar angin itu dari Julia. Jadi, jelas-jelas perempuan ini yang menyebarkan khabar angin itu!" kata Febby dengan cepat, berusaha meyakinkan Mely saat ini.

"Tsk, tsk, tsk ...hanya itu? Adakah itu satu-satunya bukti yang kau ada dan kau menuduh aku yang melakukannya? Adakah, kau tahu yang aku dapat saman kau kerana kau baru saja mencemarkan nama baikku" kata Julia dengan nada penuh kebencian.

Mendengar itu tubuh Febby membeku seketika sedangkan pandangan Mely menggelap sebelum kilatan samar sepintas terlihat pada kedua mata kelabunya sebelum kembali seperti sediakala. Senyum nipis terbentuk pada bibir kecilnya sebelum memandang ke arah Julia dengan ekspresi menantang.

"Biarkan anjing menggon-ggong, Febb. Bukankah dia secretaries utama Presiden LinDenhof? Tapi, kenapa tingkah lakunya ...tsk, tsk, tsk ...kadang-kadang aku bingung dengan Presiden LinDenhof. Apa yang dia nampak dari perempuan ini. Ya?" sindir Mely masih dengan ekspresi yang sama.

Wajah Julia berubah merah kerana rasa malu dan marah yang mewarnai wajahnya, kedua matanya memandang penuh kebencian ke arah Mely dengan kilatan jahat yang terlihat dari kedua matanya sebelum menghilang. Senyuman nipis terbentuk pada wajah cantiknya sebelum menjawab kata-kata Mely dengan ekspresi tidak bersalah yang membuat Julia terlihat seperti perempuan lemah yang saat ini sedang dibuli.

"Ms. Chandravina, mengapa anda cakap begitu? Saya berusaha keras untuk mendapatkan jawatan itu sebagai Secretaries LinDenhof Corp. Mungkin saya tidak seperti anda yang dengan mudah menjadi Assistant Peribadi Presiden LinDenhof" kata Julia dengan nada lemah, sangat berbeza dengan nada yang dia gunakan beberapa saat yang lalu, membuat Mely tersenyum nipis ketika mendengar kata-kata perempuan di hadapannya ini.

Rancangan apa lagi yang dilakukan oleh perempuan gila ini?

Mengapa sikapnya tiba-tiba berubah 180 darjah?

Dan sekarang mengapa dirinya terlihat seperti orang yang menindas perempuan menjengkelkan ini?

TO BE CONTINUED.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience