Rate

The Almighty Devil Of Underworld_62

Action Completed 38206

LinDenhof Mansion, NYC.

Suasana ruang kerja Gio saat ini di selimuti oleh ketegangan, membuat semua orang yang berada di dalam ruangan tersebut merasakan aura mengerikan yang menyelimuti seluruh tubuh mereka. Keempat tokoh yang duduk saling berhadapan di antara satu sama lain ini tetap diam, tiada yang berani membuka mulut untuk memulakan perbualan di antara mereka, tiada yang berani membuka suara sedikit pun, begitu juga dengan dua orang paling bising dalam kediaman ini. Terutamanya ketika mereka merasakan aura mengerikan yang menyelimuti tubuh salah seorang yang duduk di antara mereka saat ini.

Bahkan, untuk bernafas kuat-kuat pun mereka tidak berani!!

Secara diam-diam Mely cuba berkomunikasi dengan lelaki yang ada di sebelah kanannya ini dengan menggunakan isyarat mata, yang membuat Nick yang melihatnya mengerutkan keningnya tidak faham. Perlahan mulut Nick terbuka tanpa menggunakan suara sedikit pun. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan gerakan mulut yang sangat hati-hati ketika melihat Gio yang saat ini masih sibuk dengan fikirannya sendiri.

"Bagaimana caranya kita keluar dari masalah ini?" balas Mely dengan cara yang sama untuk berkomunikasi dengan Nick tanpa membuat Gio menyedari interaksi di antara mereka saat ini. Mungkin Gio tidak menyedari interaksi mereka kerana masih sibuk dengan pemikirannya sendiri tapi tidak dengan Lau Fhang yang masih memperhatikan dua orang dewasa di hadapannya yang sempat-sempatnya bersikap seperti budak kecil yang masih berumur 5 tahun.

"Kalau mahu bercakap. Cakap macam biasa. Kamu berdua tidak perlu bercakap seperti orang bisu" kata Lau Fhang dengan nada dingin sambil memandang Nick dan Mely yang tersentak ketika mereka berdua tertangkap olehnya. Mereka berdua memandang Lau Fhang dengan pandangan bersalah sebelum kembali terdiam dengan ekspresi gelisah yang membuat ujung bibir Lau Fhang berkedut keras.

Kenapa dia dan Gio lebih seperti pasangan suami isteri yang menangkap kedua anak mereka yang telah melakukan kesalahan, ya? kata Lau Fhang dalam hati dengan sorot humor yang terlihat jelas dari kedua matanya sebelum kembali seperti sediakala.

"Adakah kamu tahu kesalahan kamu dimana?" tanya Lau Fhang sambil menyandarkan tubuhnya ke belakang sofa sebelum mengecilkan kedua matanya ke arah dua budak magnet masalah di hadapannya ini dengan pandangan tajam. 

Mely yang tegang ketika merasakan pandangan dingin Lau Fhang semakin gelisah. Dalam hati, dia tidak berhenti memaki dua badut sialan itu dengan beribu bahasa. Gara-gara mereka dia dalam masalah besar sekarang!

"Ugh ...tahu ...tahu" jawab Mely perlahan, berusaha mati-matian untuk tidak memandang sepasang mata hitam itu. Dari ujung matanya, Mely berusaha untuk mencuri pandang ke arah Gio untuk melihat ekspresinya saat ini dan begitu dia melihat ekspresi lelaki itu, rasanya separuh nyawanya baru saja keluar dari tubuh malangnya ini.

Matilah dia ...Gio saat ini benar-benar marah!! Bahkan, ini kali pertamanya dia melihat Gio berekspresi mengerikan seperti itu.

Mendengar jawapan Mely membuat Lau Fhang melirik ke arah Nick yang sudah membulatkan kedua mata birunya sebelum mengangguk kepalanya dengan sangat cepat sehingga dia terlihat seperti burung belatuk bodoh yang sibuk mematuk pokok. Kenapa lah dia punya sepupu bodoh seperti ini. Selain Gio dan dirinya sepertinya di dalam keluarga mereka ini sudah tiada lagi orang yang waras, kata Lau Fhang dalam hati dengan nada pasrah.

"Kalau tahu ...jadi apa kesalahan kamu berdua?" tanya Lau Fhang dengan pandangan menantang yang membuat Mely dan Nick yang melihatnya semakin gugup.

"Ugh ...merosakkan harta benda syarikat?" jawab Mely dengan nada dan ekspresi yang terlihat tidak bersalah.

"Bermain dengan sampah kotor?" jawab Nick dengan nada dan ekspresi yang sama.

Fuck!!

Kenapa orang yang genius seperti Gio harus di kelilingi oleh orang-orang bodoh seperti ini!?!?

Wajah Lau Fhang terus berubah gelap ketika mendengar jawapan keduanya sebelum menunding jari telunjuknya ke arah dua wajah yang terlihat polos ketika memandangnya. "Kamu! Aku serius Nicholas, Melysah!!" Kata Lau Fhang dengan kuat sebelum memukul permukaan lengan sofa dengan penumbuk tangannya.

"Melysah, adakah kau sedar yang kecederaanmu sekarang boleh membahayakan nyawamu!? Lebih-lebih lagi, retakan yang terjadi pada tempurung kepalamu! Adakah kau tidak pandai jaga diri dengan lebih baik!? Aku baru saja membiarkan kau melakukan aktiviti normal selama beberapa minggu dan lihat, apa yang terjadi sekarang!?" kata Lau Fhang dengan nada tegas.

Mendengar tengkingan tersebut membuat Mely memuncungkan bibir kecilnya tanpa sedar sebelum memandang Lau Fhang dengan ekspresi menyedihkan. Kedua mata kelabu tersebut terlihat dilapisi oleh air mata yang membuatnya semakin terlihat lebih menyedihkan.

Lau Fhang yang sudah dapat melihat tipu daya Mely yang ingin membuatnya merasa kasihan kepadanya, berusaha keras untuk menahan godaan untuk mengalah dan membiarkan perempuan yang menyedihkan ini.

Tidak!

Dia tidak boleh kalah dengan taktik perempuan mungil ini!

Mely harus tahu betapa pentingnya untuk menjaga dirinya di tengah proses penyembuhannya sekarang! Sekiranya ini terus terjadi, Mely mungkin akan menghadapi masalah lebih besar nanti dan Lau Fhang tidak mau perempuan ini yang sudah dianggapnya sebagai sebahagian dari keluarganya berada dalam keadaan seperti begitu.

"Jangan ingat air matamu dapat membuat kau keluar dari masalah ini, young lady" desis Lau Fhang dengan ekspresi penuh tekad yang membuat Mely mendengus kesal sebelum semakin memuncungkan bibir kecilnya, lebih-lebih lagi menyedari teknik yang dia buat tidak berjaya untuk meluruhkan hati Lau Fhang.

Humph! Lau Fhang memang benar-benar menjengkelkan!

"Jadi, apa pembelaanmu? Hm? Kaki kananmu masih belum sembuh sepenuhnya dan dengan kejadian ini malah, membuat pergelangan kakimu menjadi semakin lemah dan rawan" kata Lau Fhang yang berusaha melembutkan suaranya sedikit ketika melihat ekspresi kesal perempuan mungil di hadapannya ini. Astaga, mengapa pesakit kesayanganku ini mesti comel seperti ini!! Tidak hairanlah kalau Gio tidak dapat marah dengan pesakitku ini, pikir Lau Fhang dengan pandangan geli.

"Um ...lagi pun aku dapat mempertahankan diriku! Lihat! Aku tadi memukul mereka!" kata Mely dengan ekspresi bangga sambil menunjukkan buku limanya yang terlihat sedikit biru ketika dia memukul badut Wild beberapa saat yang lalu, membuat Lau Fhang mengurut pelipis kepalanya ketika melihat ekspresi bangga tersebut.

Apa yang harus dibanggakan dengan memukul orang yang membuat tanganmu biru!! Itu seperti menghancurkan musuhmu 100% namun pada masa yang sama mencederakan dirimu sebanyak 80% tiada untungnya sedikit pun!! Tiada yang dapat kau banggakan dari semua itu!! Jerit Lau Fhang dalam hati dengan nada penuh kekesalan yang membuat Lau Fhang ingin menarik rambut hitamnya sendiri.

"Cis, kalau bukan kerana aku mungkin kau sudah menjadi daging burger kerana terus dipukul" kata Nick sambil mendengus kesal yang dibalas pandangan tajam oleh perempuan ini.

"Hey!! Aku boleh melindungi diri aku sendiri! Aku pandai bela diri tahu, tak!" kata Mely yang berusaha mempertahankan dirinya.

"Di mana bela dirimu kalau kau terus dipukul seperti tadi? Kalau bukan kerana aku yang menyelamatkan -"

"Aku tidak perlukan bantuanmu!" kata Mely dengan cepat sambil mengecilkan kedua matanya ke arah Nick yang membuat lelaki di sebelahnya ini speechless sebelum wajahnya merah menahan kekesalannya.

"You!!! Ungrateful witch!!! Sudah cukup bagus aku berbaik hati menolong kamu!"

Mendengar itu membuat Mely mendengus kuat sebelum memutar kedua matanya kesal. "Kau? Baik? Aku yakin kalau bukan kerana dorongan Vano. Kau tidak mungkin mencari aku!" kata Mely dengan nada yakin sebelum memandang ke arah Nick dengan pandangan seakan berkata 'jangan menafikannya, aku sudah tahu setiap tindakanmu tidak mungkin dilakukan tanpa alasan!' mendengar kata-kata Mely, Lau Fhang mengalihkan pandangannya ke arah Nick sambil menaikkan kedua keningnya. Ekspresinya jelas terlihat seperti sedang berkata 'itu sudah tentu, tidak mungkin kau melakukannya tanpa alasan'

Wajah Nick semakin merah menahan emosi dan rasa malu setelah mendengar kata-kata Mely yang menikam tepat hati kecilnya, lebih-lebih lagi dengan Lau Fhang yang berada di sisinya. Kenapa Lau Fhang lebih membela penyihir menjengkelkan ini dibandingkan dirinya yang merupakan sepupu yang memiliki ikatan darah yang sama!? Dan lagi bagaimana penyihir menjengkelkan ini tahu kalau Gio sempat menyuruhnya untuk mencari Mely di dalam syarikatnya!? Adakah hubungan diantara dia dan abangnya sudah sampai ke tahap mempunyai ikatan telepati diantara mereka dua!? Katanya dengan panik. Perlahan mata biru yang dipenuhi ketakutan itu melirik ke arah lelaki yang sejak tadi diam sambil memperhatikan tingkah laku mereka dengan ekspresi gelap yang membuat Nick menelan liurnya ketika melihatnya.

Fuck. Me.

Aku benar-benar mati kali ini!!

Peluh dingin membasahi tubuh belakangnya, menyedari dirinya saat ini benar-benar dalam masalah besar. Astaga, sepertinya dirinya akan benar-benar direbus hidup-hidup oleh Gio!! Jeritnya dalam hati. Bibir nipis Nick terbuka dan tertutup beberapa kali namun, tiada suara yang keluar dari mulutnya seakan dia benar-benar tidak tahu apa lagi yang harus dia katakan untuk membela dirinya.

"Enough" satu kata yang diucapkan oleh lelaki yang sejak tadi diam ini, membuat mulut ketiganya tertutup rapat. Tiada yang berani membuka mulut kerana takut memprovokasi lelaki mengerikan ini. Kedua mata biru itu bergerak ke arah Mely sebelum beralih ke arah Nick yang membuatnya semakin gelisah di tempat duduknya. 

"Aku akan berurusan dengan kau nanti" kata Gio sebelum menyandarkan tubuhnya ke arah belakang sofa. Postur tubuhnya saat ini terlihat seperti seorang raja yang berkuasa, membuat semua orang yang ada dihadapannya saat ini merasa tertekan dengan aura dingin yang menyelimuti tubuhnya.

"Kalian boleh pergi" kata Gio dengan nada dingin. Tiada yang dapat meneka apa yang sedang difikirkannya saat ini. Namun, setelah mendengar tiga kata itu dengan cepat Nick dan Lau Fhang berjalan keluar dari ruang kerja tersebut namun, sebaik saja Mely mula melangkahkan kakinya menuju ke arah pintu keluar, suara dingin itu kembali terdengar memenuhi ruangan tersebut.

"Siapa kata kau boleh pergi, Vina." kata Gio masih dengan nada yang sama membuat tubuh Mely membeku ketika mendengarnya. Sorot panik terlihat jelas dari kedua mata kelabunya sebelum dengan gerakan sangat perlahan dia memusingkan tubuhnya untuk memandang lelaki dingin di hadapannya.

"Eh ...ya?" Kata Mely lembut dengan senyuman kaku yang terlihat di wajah kecilnya. Damn!! Kenapa dia yang mesti dipanggil!? Ini semua kan salah dua badut sialan itu dan juga Nick yang lama menolongnya!

Kenapa harus dia yang berhadapan dengan great devil yang satu ini!?

Adakah nasibnya seburuk ini!?

"Sini"

Satu kata itu membuat kedua kaki Mely berjalan perlahan dengan sendirinya untuk mendekati lelaki dingin di hadapannya ini dengan langkah penuh keraguan. Jantungnya berdegup kencang seakan dia sedang berhadapan dengan musuh yang paling mengerikan.

Ketika akhirnya, kucing kecilnya ini berada di dalam jangkauan tangannya dengan gerakan cepat Gio segera menarik tubuh mungil tersebut ke dalam pelukannya sebelum membenamkan wajahnya di antara lekuk leher kucing kecilnya dan mengeratkan pelukannya seperti ingin menyatukan tubuh mereka berdua.

Mely yang kehilangan keseimbangan ketika Gio menariknya dengan kuat terjatuh ke dalam pelukannya dan melanggar dada bidang Gio yang selalu membuat hidungnya terasa sakit kerana hentaman kuat tersebut.

Belum sempat dia membuka mulutnya untuk melakukan protes, kedua tangan besar itu semakin mengeratkan pelukannya seperti ingin membawa tubuh mungilnya semakin dalam kearwah dada bidang lelaki ini namun, bukannya hal ini membuat Mely merasa nyaman, dia malah merasa kesal kerana dia kesukaran untuk bernafas!

Ketika Mely ingin melakukan protes ke arah Gio yang bersikap pelik ini, seluruh tubuhnya membeku sebaik saja dia merasakan tubuh lelaki ini bergetar perlahan sehingga membuat Mely benar-benar speechless, dia bahkan menganggap apa yang dia rasakan ini hanyalah halusinasi. Namun, ketika dia terdiam beberapa saat untuk memastikan adakah tubuh Gio saat ini benar-benar bergetar, sekali lagi Mely terpana ketika dia menyedari tubuh lelaki ini memang benar-benar bergetar.

Apa ... yang terjadi dengan, Vano? Katanya dalam hati sebelum sorot kebimbangan terlintas pada kedua mata kelabunya.

"Vano ...ada apa? Mengapa tubuhmu bergetar? Adakah kamu sakit?" tanya Mely dengan nada yang terdengar risau sebelum mengusap perlahan bahu lebarnya. Ada apa dengan lelaki ini? Bukankah sejak tadi dia terlihat biasa-biasa saja? Kenapa dia tiba-tiba jadi seperti ini?

Mendengar pertanyaan lembut dengan nada risau tersebut, membuat Gio mengeratkan pelukannya sebelum menghirup haruman familiar yang selalu dapat menenangkan seluruh sarafnya. Kedua mata biru itu tertutup rapat dengan rambut yang sedikit tidak kemas namun, saat ini dia tidak begitu peduli dengan penampilannya yang dia pedulikan hanyalah kucing kecilnya di sini.

Hidup, nyata dan berada di sisinya.

"Silly" gumamnya perlahan dengan suara serak seperti orang yang menahan semua emosi yang memenuhi dadanya.

"Hah?" balas Mely dengan nada bingung. Dia tidak dapat mendengar apa yang di katakan Gio dengan jelas kerana wajah lelaki ini masih berada di lehernya sejak tadi.

"Silly little kitten" gumamnya lagi dengan suara serak yang sama.

Mendengar ucapan tidak masuk akal itu membuat Mely mengerutkan kening namun, belum sempat dia membuka mulutnya untuk melakukan protes, suara serak itu kembali bergema di sisi telinganya. Kedua pupil mata kelabu itu berkontraksi sebaik saja mendengar gumam suara serak tersebut, jantungnya terasa seperti baru saja di sambar petir, membuat seluruh tubuhnya terdiam kaku dalam pelukan erat lelaki ini. 

"Kau membuatku hampir gila setelah mendengar laporan dari Nicholas mengenai keadaanmu" kata Gio perlahan dengan nada serak yang membuat hati Mely bergetar ketika mendengarnya. Lidahnya terasa kelu, Mely benar-benar tidak dapat berkata apa-apa.

Lelaki ini ...merisaukannya sampai sebegitu??

Oh Tuhan...

Kedua matanya perlahan di penuhi oleh air mata sebelum perlahan mengalir di kedua pipinya membuat wajah kecilnya terlihat merah kerana menahan emosi yang memenuhi hatinya. Tanpa sedar, dia menggigit bibir bawahnya untuk menahan suara tangisan yang mengancam keluar dari bibirnya.

Bagaimana mungkin dia mendapatkan perlakuan sebaik ini?

Bagaimana mungkin monster jahat seperti dirinya mendapatkan lelaki sebaik ini?

Adakah Tuhan sudah mula rabun, jadi dia secara tidak sengaja memberikan lelaki baik ini kepadanya?

Sibuk dalam fikirannya sendiri, Mely tidak menyedari ibu jari lelaki ini bergerak untuk melepaskan bibirnya dari siksaan gigi kecilnya saat ini sebelum kedua ibu jari tersebut bergerak untuk menyeka air mata yang mengalir pada kedua pipinya. Sebaik saja dia menyedari sentuhan yang bergerak di permukaan pipinya, kedua mata kelabu itu perlahan memandang ke arah kedua mata biru yang sedang memandangnya dengan sorot mata yang di penuhi kerisauan.

Jantungnya terasa diramas oleh satu tangan besar ketika dia melihat pandangan penuh kerisauan tersebut.

"Kenapa kau menangis, Vina? Ada apa?" tanya Gio perlahan sebelum memeluk tubuh kucing kecilnya dengan lembut. Telapak tangannya bergerak dengan perlahan untuk mengusap rambut panjang perempuan mungil ini untuk menenangkan emosi yang terjadi di dalam dirinya. Bukannya, membuat Mely menjadi lebih tenang, dia merasakan benang yang menahan semua emosinya tiba-tiba terputus, membuat tangisan kuat terdengar jelas dari mulutnya. Tangannya mencengkam erat kemeja putih yang dipakai Gio saat ini dan membenamkan kepalanya semakin dalam dengan dada bidang lelaki ini seakan ingin menyerap semua kehangatan yang diberikan lelaki ini.

Bodoh ...kebaikan kecil seperti ini benar-benar membuatnya hancur.

This man...how he be so...perfect?

I am falling for this man even without I'm realizing when.

Sikap lembutnya, pandangan penuh kehangatannya, semua perhatiannya.

This foolish man, how can he fall to a monster like me!?

How can a perfect man like him like a broken doll like her!?

Dahi Gio berkerut semakin dalam sebaik saja merasakan tangisan kucing kecilnya yang bukannya semakin reda malah semakin kuat. Kilatan panik dan kerisauan memenuhi kedua matanya, membuat ekspresi Gio terlihat sangat kecewa kerana dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini untuk membantu kucing kecilnya ini.

Sekiranya Nick melihat abangnya seperti ini, pasti lelaki bodoh itu akan tertawa terbahak-bahak kerana ini adalah kali pertamanya dia melihat ekspresi tidak berdaya di wajah dingin Gio yang selalunya dapat menyelesaikan bermacam masalah kritikal yang ada. 

Malangnya lelaki bodoh itu tiada di sini.

Dengan rasa tidak berdaya, Gio berusaha menenangkan kucing kecilnya dengan mengeratkan pelukannya dan mengusap lembut punggung kecil yang terus bergetar ini. Dia tidak peduli dengan kemejanya yang basah kerana air mata kucing kecilnya, fokusnya saat ini hanya bagaimana caranya dia menghentikan tangisan kucing kecilnya ini. Semakin dia mendengar tangisan kucing kecilnya, semakin dia merasakan dadanya terasa sesak.

Dia benar-benar tidak menyukai perasaan ini!!

Setelah beberapa saat akhirnya, tangisan perempuan mungil ini perlahan reda. Gio memutuskan mungkin ini peluangnya untuk menanyakan alasan mengapa kucing kecilnya ini tiba-tiba mengalami mental breakdown seperti ini kerana hal ini benar-benar membuatnya risau. "Vina, ada apa?" tanyanya dengan lembut, takut suaranya akan menakutkan kucing kecil ini.

Tidak mendapat jawapan dari perempuan ini, Gio memutuskan untuk terus menunggu jawapan dari kucing kecilnya ini sebelum dia merasakan kepala kecil tersebut perlahan menggelengkan kepalanya.

"Tiada apa-apa" jawab Mely dengan suara serak di tengah isak tangisnya.

"Mhmm. It's okay. You have me here" kata Gio perlahan sambil memperhatikan wajah merah di hadapannya dengan pandangan lembut sebelum menyeka sisa air mata yang terlihat jelas pada kedua pipi merahnya saat ini.

"Hmm ...aku tahu. I have you hare. Always, right?" kata Mely lembut dengan senyuman kecil yang terlihat di wajah kecilnya, membuat ekspresi Mely saat ini mempunyai aura menawan yang dapat membuat orang yang melihatnya akan merasa luruh ketika melihat ekspresi ini.

Jantung Gio seakan berhenti berdegup ketika mendengar kata-kata tersebut. Kedua mata birunya berkedip seketika seakan berusaha memproses apa yang baru saja didengarnya.

Apa kata kucing kecilnya? 

Adakah dia ...menerimanya? 

Dia tidak salah dengarkan?

"Kau ...kata ...apa tadi?" tanya Gio perlahan sambil memandang wajah kecil di hadapannya yang tiba-tiba tertawa ketika mendengar respon yang tidak dijangka darinya. Terutama ketika dia melihat ekspresi speechless dan tidak percaya di wajah Gio saat ini.

Ekspresinya sungguh tidak ternilai!

Siapa sangka lelaki ini juga boleh speechless?

Senyum lembut terbentuk di wajah Mely sebelum kedua telapak tangannya bergerak ke sisi wajah lelaki di hadapannya ini sebelum kedua mata kelabu tersebut memandang Gio dengan ekspresi hangat.

"I have you hare. Always, right?"

Kedua mata biru tersebut berkontraksi sebelum dengan gerakan cepat dia menarik tubuh mungil di hadapannya ini ke dalam pelukannya. Tidak peduli dengan jeritan terkejut yang di keluarkan oleh kucing kecilnya. Seluruh tubuhnya bergetar, jantungnya berdegup sangat kencang.

Sebaik saja penyataan tersebut terproses dalam otaknya perlahan kedua mata biru tersebut berkedip beberapa kali sebelum memandang ke arah kedua mata kelabu yang juga memandangnya.

Kucing kecilnya baru saja kata!!!

Ini nyata!!

She's here ...and she's accepting me!!

Finally!!

Senyuman lembut perlahan terbentuk di bibir nipis Gio membuat wajahnya tampannya saat ini terlihat bersinar penuh kebahagiaan sebelum dia menganggukkan kepalanya perlahan.

"Mhm. Right. You have me. Always" kata Gio dengan serius.

Mendengar nada serius tersebut membuat Mely yang mendengarnya tertawa perlahan sebelum menggelengkan kepalanya. Perlahan dia menyandarkan kepalanya pada dada bidang Gio sebelum bergumam perlahan.

"Maaf sudah merosakkan kemejamu" gumam Mely lembut sebelum memejamkan kedua matanya. Mendengar degupan jantung lelaki ini membuatnya benar-benar merasakan bahawa ini bukan sekadar mimpi. Bukan juga ilusi. Ini semua adalah nyata. Lelaki ini ada di sini, melindunginya dan berada di sisinya.

Kilatan humor terlintas pada kedua mata birunya sebelum menganggukkan kepalanya perlahan. "Hm. Kau sudah menghancurkan kemejaku. Kau harus memberikan aku pampasan" kata Gio dengan nada polos yang membuat Mely membuka kedua matanya dengan cepat sebelum memandang Gio dengan ekspresi tidak percaya.

Apa dia kata!?

Dia mahu aku memberi pampasan kepadanya!?

Hanya untuk sehelai kemeja!?

Untuk lelaki yang mengeluarkan wang semudah membalikkan telapak tangan, mahu dia membayar kemeja putih yang tidak sengaja dia hancurkan!?

Melihat ekspresi comel Mely, membuat tubuh kaku Gio perlahan santai sebelum menyandarkan belakangnya ke arah sofa sambil memandang Mely dengan sebelah kening terangkat. 

"Apa? Ini kemeja mahal dan juga kemeja kesukaanku. Jadi kau harus membayar ganti rugi" katanya dengan nada santai seperti menekankan yang kemeja ini adalah kemeja kesukaannya dan harganya sangat mahal yang harus Mely ketahui.

Ekspresi wajah Mely menjadi gelap sebelum dia mendengus kesal dan menganggukkan kepalanya perlahan. "Humph! Hanya kemeja putih. Baiklah, aku akan membelikan kau kemeja putih baru, puas?" kata Mely dengan nada kesal yang membuat Gio tertawa.

"Baiklah. Aku tunggu kemeja baru untukku, little kitten"  jawab Gio dengan santai.

"Baiklah! Aku mau rehat, aku letih" kata Mely dengan cepat sebelum bergerak untuk turun dari pangkuan Gio. Dia berusaha untuk mengalihkan perhatian Gio daripada mengingat beberapa saat lalu lelaki ini ingin memarahinya kerana masalah yang baru saja menimpa dirinya.

Sudah tentu, Gio dapat melihat maksud dari tujuan Mely saat ini. Dengan gerakan santai, dia menahan tubuh mungil tersebut sebelum memandang ke arah kedua mata kelabu tersebut sambil menaikkan kedua keningnya. "Kau fikir perbincangan kita sudah selesai?" 

Kata-kata Gio membuat tubuh Mely membeku serta merta. Perlahan rasa takut menyelimuti tubuhnya, membuat Mely tertawa gugup sebelum memandang Gio dengan pandangan penuh rasa bersalah.

"Aku tahu ...aku salah ...aku seharusnya melarikan diri dan tidak memprovokasi mereka atau aku sepatutnya menghubungi Nick ketika tiba disana atau membiarkan Rayden ikut aku ke dalam Gloriousness" kata Mely mengakui semua kesalahannya di hadapan lelaki ini dengan ekspresi yang sengaja dibuat menyedihkan.

Lebih baik dia mengakui kesalahannya daripada lelaki ini menyoal siasatnya!

"Mm ...kucing kecilku rupanya masih boleh mengakui kesalahannya" kata Gio dengan santai namun, kata-kata tersebut benar-benar membuat Mely semakin gugup.

Kenapa Mely merasakan kalau dia berada dalam masalah besar, ya?

"Ugh ..." 

Dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dia balas.

Senyuman samar terbentuk di wajah Gio sebelum menarik tubuh mungil di hadapannya untuk bersandar di dadanya dan mengeratkan pelukannya. "Kenapa setiap kali aku membiarkan kamu sendiri, kamu mendapat nasib buruk?" gumam Gio perlahan.

Kepala kecil Mely segera di miringkan ke arah Gio sebelum senyuman lebar menghiasi wajah kecilnya. "Itu kerana kau adalah nasib baikku! Jadi begitu kau pergi, aku akan terus terkena nasib buruk!" kata Mely dengan cepat berusaha menjilat lelaki ini dengan kata-kata manis yang seharusnya tidak membuatnya marah.

Siapa yang tidak senang mendengar kata-kata manis seperti ini? 

Oh ...aku mohon sangat-sangat semoga berhasil!!

Gio terdiam sesaat ketika mendengar kata-kata Mely. Dia benar-benar speechless sehingga dia tidak tahu harus memberikan reaksi apa. Sejak bila kucing kecilnya pandai bercakap seperti ini? Adakah Raffael mengajarnya sesuatu yang tidak masuk akal? Sepertinya dia harus memberi sedikit pelajaran kepada lelaki itu kerana sudah membawa pengaruh peliknya kepada kucing kecilnya ini, kata Gio dalam hati.

Sekirannya Raffael tahu bahawa alasan nasib buruk yang akan menimpanya sebentar lagi adalah sesuatu yang tidak pernah dia gambarkan sebelumnya, lelaki itu pasti akan menangis kuat di hadapan Gio sambil memandang lelaki ini dengan ekspresi menuduh seakan dia baru saja melakukan kejahatan besar dengannya.

"Baiklah ...apapun yang kamu katakan, little one" kata Gio dengan nada pasrah sambil memandang ekspresi gembira kucing kecilnya ini sebelum menggelengkan kepalanya perlahan.

Dia memang tidak akan dapat menang dengan kucing kecilnya ini!!

TO BE CONTINUED.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience