Rate

The Almighty Devil Of Underworld_92

Action Completed 38206

LinDenhof Mansion, Manhattan, NYC.

Entah, sudah berapa lama Gio duduk di posisi ini. Adakah, sudah lebih dari satu jam? Atau, lebih dari tiga jam? Entahlah, dia sendiri tidak ambil peduli hal remeh seperti ini. Kedua kakinya masih disilang, sebelah tangannya masih diletak disisi kepalanya, kedua mata birunya terus memandang perempuan mungil yang saat ini masih tidur di atas katil besar yang berada di hadapannya. 

Tiada kata satupun yang keluar dari bibirnya yang membuatkan suasana bilik ini diselimuti oleh keheningan. Entah, apa yang memenuhi fikiran Gio kali ini, tiada yang dapat meneka apa yang sedang difikirkan olehnya saat ini. Bunyi pintu yang dibuka perlahan itu juga tidak membuat Gio mengalihkan pandangannya dari wajah kucing kecilnya. Tidak juga dengan langkah kaki yang berjalan ke arah posisinya saat ini.

Jantung Lau Fhang seakan berhenti berdegup ketika melihat Gio berada di hadapannya. Di sebabkan rasa marah memenuhi dadanya, dia sama sekali tidak dapat memproses keadaan yang terjadi beberapa jam yang lalu dengan hati yang dingin namun, saat ini dia dapat memproses semuanya. Dia sedar dia tidak seharusnya menyalahkan Gio dalam situasi ini kerana semua ini hanyalah satu kemalangan yang tidak dapat diramalkan. Sehebat-hebat apapun sepupunya ini dalam menjalankan perniagaan dan mengawal kuasanya dalam komuniti dunia bawah, dia juga manusia biasa yang tidak lepas dari kesilapan. Dan ketika melihat sepupunya bersikap rapuh seperti ini hanya kerana seorang perempuan, Lau Fhang merasa dadanya seakan di himpit oleh satu batu besar yang membuat dadanya terasa sesak. Dia masih ingat kata-kata ayahnya beberapa tahun yang lalu mengenai perempuan.

Perempuan itu seperti pedang bermata dua, di mana memiliki seorang perempuan itu dapat membawa keajaiban yang besar tetapi, pada masa yang sama membawa malapetaka.

Perumpamaan itu benar-benar melambangkan keadaan sepupunya yang satu ini, kata Lau Fhang dalam hati sebelum menggerakkan satu tangannya untuk memegang bahu Gio, dengan usaha memberi semangat kepada sepupunya ini namun, lelaki ini sama sekali tidak memberi reaksi apa pun yang membuat Lau Fhang menghela nafas perlahan. 

"I'm sorry" gumam Lau Fhang dengan nada perlahan sambil memandang pesakit mungil kesayangannya yang saat ini masih tidur di atas katil besar di hadapannya. Senyuman sedih terbentuk di wajahnya sebelum dia memasukkan kedua tangannya ke dalam poket kot putih yang biasa dipakainya setiap kali dia menjalankan tugas.

"Aku tidak seharusnya bersikap begitu. Aku tidak dapat memproses situasi dengan keadaan marah dan terus menyalahkan kamu ketika aku melihat keadaan sister-in-law" sambung Lau Fhang masih dengan nada yang sama sebelum menundukkan kepalanya. 

"Kau benar. Ini memang salahku" jawab Gio dengan nada datar, tanpa emosi yang dapat di dengar dari nada bicaranya yang membuat Lau Fhang mengalami kesukaran untuk menilai keadaan mental sepupu yang berada di sisinya ini.

Menggelengkan kepalanya perlahan. Kedua mata hitamnya kembali memandang wajah kecil pesakit kesayangannya dengan ekspresi lembut yang mewarnai wajahnya. "Ini bukan salahmu. Kau sudah berusaha melakukan yang terbaik. Aku tahu tidak mudah melakukan semua yang kamu lakukan dengan keadaan mental yang tidak stabil ketika kamu dengar sister-in-law menghilang" gumam Lau Fhang perlahan.

"Sister-in-law will be proud with you" sambung Lau Fhang yang malah dibalas dengan senyuman mengejek yang terbentuk di wajah pucat Gio saat ini. Melihat senyuman itu membuat kedua mata Lau Fhang membulat seolah-olah dia tidak mempercayai apa yang dilihatnya saat ini.

"Bangga? Aku sudah mengecewakan dia, Nathan" kata Gio dengan perlahan yang membuat nafas Lau Fhang tersekat sebaik saja mendengar jawapan sepupunya ini. Dengan cepat dia menggelengkan kepalanya sebelum memandang Gio dengan ekspresi serius.

"Brother, kau tidak mengecewakan sister-in-law. Tidak akan pernah mengecewakannya. Aku dengar dari Raffa ketika kalian dalam perjalanan, sister-in-law mengatakan bahawa dia gembira kamu menemuinya. Itu tanda dia merasa lega dan gembira. Tiada rasa penyesalan atau kekecewaan yang dia rasakan" kata Lau Fhang dengan nada serius, berusaha meyakinkan Gio mengenai hal tersebut. Mungkin Lau Fhang jarang bergaul dengan perempuan dan tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang perempuan tetapi, bukan bermakna dia tidak pernah membaca buku mengenai sesebuah hubungan. Dia tahu kalau sister-in-law tidak merasa kecewa dengan sepupunya ini hanya kerana dia terlambat mencarinya.

"Terima kasih, Nathan"

Ucapan penuh rasa terima kasih itu bukannya membuat dada Lau Fhang terasa lebih baik, malah semakin membuat dadannya terasa sesak. Kedua mata hitamnya memandang lelaki di sebelahnya dengan pandangan penuh dengan kebimbangan dan kesedihan. Hanya Gio dan ibunya yang selalu memanggil namanya dengan nama Nathan yang merupakan nama pemberian datuk mereka.

Lau Fhang masih ingat, ketika dia masih kecil dia sempat bertanya kenapa Gio memanggilnya dengan nama pemberian datuk mereka sedangkan semua orang memanggil namanya dengan nama lahirnya. Sepupunya ini hanya menjawab bahawa dia adalah sebahagian dari keluarga LinDenhof dan nama sebenar Lau Fhang adalah Nathan LinDenhof. Itu adalah pertama kalinya Lau Fhang merasa bahawa sepupunya ini adalah lelaki yang benar-benar mengagumkan. Sikapnya yang selalu tenang, selalu di bawah kawalan diri dan bersikap rasional benar-benar membuat Lau Fhang semakin kagum dengan sepupunya ini oleh kerana itu ketika dia melihat sepupunya ini dalam keadaan seperti saat ini dia benar-benar merisaukannya.

"It's okay, brother" akhirnya hanya kata itu yang keluar dari bibir nipisnya. Pandangannya kembali ke arah pesakit mungil kesayangannya. Sister-in-law, kamu harus kuat, kamu harus baik-baik saja, kamu harus cepat sembuh kerana tanpa kamu di sisi Gio, dia tidak akan menjadi lebih baik. Doa Lau Fhang dalam hati.

"Bagaimana?" satu pertanyaan yang keluar dari bibir Gio membuat Lau Fhang kembali tersedar. Senyum nipis yang terbentuk di wajahnya saat ini, membuat ekspresi Lau Fhang terlihat lebih hangat dari sebelumnya.

"Luka bahu kirinya sangat dalam kerana pisau military yang digunakan oleh psycho itu hampir memutuskan lapisan otot di bahunya, untuk luka-luka lain tidak terlalu begitu dalam. Kucing kecilmu benar-benar perempuan yang kuat. Aku, kagum dengan kekuatannya, walaupun sister-in-law memiliki tubuh yang begitu kecil dia sangat kuat" kata Lau Fhang perlahan seolah-olah dia mau Gio memahami setiap penjelasannya.

Mendengar penjelasan dari lelaki di sebelah ini membuat Gio menganggukkan kepalanya perlahan. Kedua mata birunya masih fokus memandang kucing kecilnya. "Apa ada kesan jangka panjang?" tanya Gio perlahan yang dibalas dengan gelengan kepala oleh Lau Fhang.

"Hanya pergerakan tangan kirinya yang akan mengambil masa dalam beberapa bulan. Sepertinya, psycho itu benar-benar mengalami gangguan mental yang masih berada di peringkat awal. Kalau di lihat dari luka-luka yang psycho itu berikan kepada sister-in-law, psycho itu seolah-olah ingin menunjukkan bahawa dia membalas dendam kepada kamu tetapi melalui sister-in-law. Tetapi, pada ada masa yang sama psycho itu seperti mengalami trauma dengan darah dan kesakitan, oleh kerana itu setiap luka yang dia buat sangat kecil dan hanya menghasilkan sedikit darah. Tetapi, oleh kerana dia membuat banyak luka, jadi darah yang keluar dari setiap luka-luka sister-in-law mengakibatkan sister-in-law banyak kehilangan darah" jawab Lau Fhang dengan penuh analisis. Dia masih ingat ketika dia memeriksa keadaan fizikal sister-in-law-nya. Tubuh mungil itu dipenuhi oleh luka dan darah yang membuat Lau Fhang merasa sedih melihat keadaannya.

"Mhm. Kecederaan dalaman?"

"Dari alat x-ray portable yang aku bawa tiada tanda-tanda kecederaan dalaman yang baru. Hanya kecederaan dalaman dari luka-luka lamanya yang sudah berusia beberapa tahun. Kecederaan dari gegaran otaknya yang dulu sudah berunsur pulih. Retakan halus di kepalanya sudah tertutup tetapi, untuk pemeriksaan yang lebih lanjut, aku harus menerbangkan alat CT Scan dari LinDenhof Laboratory & Research untuk membuat pemeriksaan dengan lebih terperinci" jawab Lau Fhang yang lagi-lagi dibalas anggukan perlahan oleh Gio sebaik saja dia mendengar laporan sepupunya ini.

"Beritahu Butler Chong untuk persiapan, 24 jam" kata Gio dengan nada dingin yang membuat Lau Fhang menganggukkan kepalanya dengan cepat yang memahami maksud dari kata-kata sepupunya ini.

"Okay, brother. Kamu juga tidak perlu risau. Luka-luka sister-in-law ini tidak seberapa. Kalau kamu risau tentang luka-luka barunya yang kemungkinan akan berbekas di tubuhnya. Aku sudah memberikan salap yang baru aku kembangkan untuk menghilangkan semua jenis bekas luka. Aku akan memberikan beberapa botol kepada Bella atau Butler Chong untuk digunakan dalam beberapa jangka masa" kata Lau Fhang perlahan sebelum menepuk bahu Gio perlahan dan berjalan meninggalkan sepupunya yang masih duduk di posisi yang sama.

Setelah Lau Fhang pergi, bilik tidur tersebut kembali di selubungi keheningan. Perlahan Gio mendekat ke arah kucing kecilnya sebelum tangannya bergerak untuk menggengam tangan pucat yang berada di sisinya. Merasakan kehangatan yang mengalir dari tangan kecil tersebut membuat tubuh Gio bergetar perlahan. Kedua mata birunya perlahan ditutup untuk merasakan kehangatan yang mengalir di tubuhnya.

She's okay.

She's alive.

She's real.

Tiga kata itu terus diulang-ulang dalam fikirannya. Hanya tiga kata itu yang membuat semua akal sihatnya bertahan hingga ke saat ini. Terutama ketika Gio merasakan kehangatan dari kucing kecilnya. Emosi yang sejak tadi memenuhi tubuhnya benar-benar membuat tubuhnya terasa letih tetapi dia tidak mau pergi dari bilik ini. Dia sudah berjanji yang dia tidak akan membiarkan kucing kecilnya ini menghilang dari pandangannya lagi. 

Tidak sekarang dan tidak akan pernah.

Dia rindukan kedua mata kalabu yang selalu dipenuhi sinar excitement itu. Dia rindukan senyuman hangat kucing kecilnya. Dia rindukan tawa yang selalu menjadi melodi yang menenangkan untuknya. Dia rindu dengan kehangatan yang kucing kecilnya berikan ketika dia memeluk erat tubuh mungilnya. Dia rindukan segalanya tentang perempuan mungil ini. Dia rindukan semuanya. Tanpa ia sedari kucing kecilnya ini sudah menempati posisi terpenting dalam hatinya. Tanpa ia sedari kucing kecilnya ini sudah berhasil membuatnya tunduk. 

Perlahan senyuman mengejek terbentuk di wajahnya. Kedua mata birunya masih memandang wajah pucat kucing kecilnya dengan emosi bercampur. Bukankah dia mengatakan bahawa dia ingin menjinakkan kucing kecilnya ini? Tetapi, mengapa dia merasa yang keadaan mereka jadi terbalik? Dia merasa bahawa kucing kecilnya inilah yang malah membuatnya tunduk.

Tokoh yang paling berkuasa di dalam dunia perniagaan, tokoh yang memiliki status tertinggi dalam komuniti dunia bawah, tokoh yang paling ditakuti oleh orang-orang dan tokoh yang memiliki nama panggilan sebagai Iblis, akhirnya tanpa dia sedari tunduk di hadapan perempuan mungil ini.

Perlahan-lahan tangan Gio bergerak untuk mengusap lembut permukaan pipi kucing kecilnya. "Aku rindukan kamu, kucing kecilku" gumam Gio perlahan. 

Kedua mata birunya menatap penuh kasih sayang ke arah perempuan mungil yang masih tertidur dengan tenang dihadapannya ini, seolah-olah tiada apa pun di dunia ini yang dapat menganggu tidurnya. Melihat ekspresi damai kucing kecilnya ini, membuat semua ketegangan yang memenuhi dirinya secara perlahan menghilang yang hanya meninggalkan rasa letih yang membuat tubuhnya terasa lemah.

"Apa yang harus aku lakukan, Vina? Adakah aku harus melepaskanmu? Adakah bersamaku adalah satu kesalahan besar untukmu? Adakah aku tidak berhak memilikimu?" gumam Gio dengan perlahan, mempersoalkan semua pemikiran negatif yang menghantui isi kepalanya selama ini. Ini adalah kali pertama Gio membuka perasaannya kepada orang lain, bukan hanya kisah masa lalunya melainkan apa yang dia rasakan saat ini.

Dia tidak dapat pendam semua ini.

Semua pemikiran ini hampir membuatnya gila.

Senyuman sedih terbentuk di wajahnya sebelum dia menggelengkan kepalanya perlahan. Tangannya masih mengusap wajah kucing kecilnya dengan gerakan yang sangat lembut. "Aku ...tidak dapat. Aku tidak dapat melepaskanmu, Vina. Aku tidak dapat membayangkan hidupku tanpamu. Bukan hanya aku, Nicholas, Raffael, Leonardo, Deekson, Nathan dan masih banyak lagi. Bahkan Rayden, Butler Chong dan Bella juga merasakan hal yang sama. Kami semua tidak dapat melepaskanmu. Kamu terlalu berharga untuk kami semua. Oleh itu, kamu harus segera bangun dan kembali sihat seperti sediakala. Kami semua menunggumu. Kami semua merindukanmu. You're not alone in this world, my dear. You have all of us. We will always accompany you and protecting you" gumam Gio  lembut sebelum mencium dahi Mely dengan lembut. Kedua matanya tertutup untuk menikmati setiap moments yang mereka kongsi saat ini. Jantungnya yang berdegup kencang kerana emosi yang sejak tadi memenuhi dadanya akhirnya kembali seperti biasa. Perasaan lega menyelinap masuk ke dalam dadanya.

"Kita dapat melewati ini bersama-sama. Kau adalah sumber kekuatanku, Vina. Aku akan memberikan apapun yang kau ingin kan selagi kau tidak meninggalkan aku. Aku tidak akan bertahan tanpa kamu di sisiku" gumam Gio masih dengan nada yang sama sebelum membuka kedua matanya.

Dengan perlahan Gio menyandarkan tubuhnya di kerusi, satu tangannya kembali meraih tangan kucing kecilnya dan tangan satunya kembali bergerak mengusap permukaan wajah kucing kecilnya. "Aku masih ingat pertemuan pertama kita. Adakah, kau sedar kalau pertemuan pertama kita bukanlah pada malam aku menolongmu? Bukan juga ketika pertama kali aku datang ke Starhouse untuk mengambil alih syarikat itu. Tetapi, pertemuan pertama kita terjadi di club malam Rainbow. Tsk, aku yakin kau tidak ingat apa yang terjadi kerana malam itu kau benar-benar mabuk. Entah berapa banyak alkohol yang kau minum malam itu sehingga kami menjadi seperti itu" kata Gio sebelum tawa perlahan bergema di seluruh bilik tidur tersebut

"Tetapi, malam itu kau benar-benar bersinar dan kau adalah satu-satunya perempuan yang dapat membuat aku terpegun ketika melihat kamu untuk pertama kalinya. Aku masih ingat kau berjalan dengan langkah penuh keyakinan diri dan aura seperti seorang ratu. Adakah kau ingat apa yang kau lakukan setelah itu? Kau memelukku. Orang asing yang sama sekali kamu tidak kenal dan mengatakan kalau kamu adalah tunang aku dan kita akan berkahwin tiga jam dari masa itu untuk menyelamatkan aku" gumam Gio perlahan sebelum tawa perlahan kembali bergema di sekeliling mereka. Kedua mata birunya memandang wajah kucing kecilnya dengan pandangan lembut. Senyum hangat terbentuk di bibir nipisnya yang membuat ekspresinya saat ini terlihat lebih santai dan hangat.

"Tahukah kamu saat itu waktu menunjukkan pukul satu pagi? Pejabat pemerintah mana yang dibuka pukul empat pagi, sayang? You're so silly back then but, damn so dazzling at the same time. Kau bahkan mengatakan kalau kamu ingin memiliki lapan orang anak bersama aku. Tetapi, aku menganggap itu sebagai sebuah janji walaupun saat itu kamu hanya melakukannya untuk menolongku dari sekumpulan perempuan gila. Adakah kamu sedar kalau kamu adalah satu-satunya perempuan yang berhasil memelukku selama ini? You're the only one, little one" gumam Gio perlahan, menceritakan pertemuan pertama mereka yang masih segar dalam ingatannya seolah-olah kejadian itu terjadi baru semalam.

"Kau satu-satunya perempuan yang dapat memukau aku dan dapat menyentuh aku tanpa membuat aku merasa jijik" sambung Gio masih dengan ekspresi yang sama. "Oleh itu, kamu harus bangun. Kamu harus segera sembuh. Masih banyak lagi yang ingin aku lakukan bersamamu. Bukankah kita juga harus merealisasikan kata-katamu malam itu? Itulah sebabnya kamu harus cepat sembuh, little kitten. Aku sangat merindukanmu, sayangku"

Kedua mata biru itu memandang ke arah telapak tangan mereka yang saling bertaut. Setelah Gio menyatakan apa yang dia rasakan, keheningan kembali menyelimuti mereka sehingga satu suara lemah bergema di sekitar mereka.

"Silly"

Masih tidak menyedari suara itu, pandangan Gio masih terus terarah pada tangan kecil yang digenggamannya sambil menggerakkan ibu jarinya di permukaan tangan pucat tersebut.

"Mhm. Aku tahu aku memang bodoh" jawab Gio tanpa sedar namun, tepat setelah dia mengatakan hal itu. Tubuhnya menegang seketika. Kedua matanya membulat sebelum dengan cepat pandangan di arahkan ke depan, ekspresi tidak percaya mewarnai wajahnya sebaik saja melihat sepasang mata kelabu memandang ke arahnya dengan penuh kehangatan.

"You're so silly, darling"

TO BE CONTINUED.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience