Rate

The Almighty Devil Of Underworld_78

Action Completed 38206

3 days later,
LinDenhof Mansion, NYC.

Angin malam ini menerpa lembut wajah Mely yang saat ini memandang pemandangan menakjubkan di hadapannya. Tiada yang tahu apa yang ada difikirkan saat ini. Jari-jarinya menggengam erat gelas wine yang sejak tadi berada di tangannya, memutarnya perlahan membuat cairan gelap di dalamnya ikut berputar perlahan.

Sudah lama Mely ingin melakukan hal seperti ini. Menikmati ketenangan malam sambil memandang permukaan tasik yang tenang di hadapannya dengan segelas wine yang menemaninya.

Semenjak Gio melarangnya untuk bekerja selama beberapa kedepannya, membuat Mely benar-benar hampir mati kebosanan. Kerjanya setiap hari hanya mengganggu Nick ketika dia pulang dari kerja, menemani Gio bekerja di ruang kerjanya atau menolong Butler Chong dan Bella yang selalu diawali oleh perdebatan kerana dia tidak boleh melakukan hal-hal yang berat. Dan malam ini setelah memujuk Butler Chong berkali-kali barulah dia dapat menikmati pemandangan tasik ini, meskipun terpaksa menyusahkan beberapa pelayan untuk meletakkan kerusi dan meja kecil agar dia dapat menikmati semua ini.

Entah sudah berapa lama waktu berlalu, Mely tidak begitu memperhatikan keadaan di sekelilingnya. Pandangannya masih tertumpu ke arah permukaan tasik yang di sinari oleh pantulan cahaya bulan purnama, terutama dengan kombinasi aroma bunga yang membuat seluruh saraf tubuhnya menjadi lebih tenang.

Fikirannya tiba-tiba kembali kepada kejadian pagi tadi, tanpa sedar membuat senyuman lembut terbentuk di wajah cantiknya. Dia masih ingat dengan jelas betapa tegasnya ekspresi Gio ketika dia berulang kali mengingatkan Mely untuk tidak melakukan hal-hal pelik yang boleh memburukkan kesihatannya dan betapa tegasnya Gio melarangnya untuk tidak keluar dari mansion ini kerana menurutnya keadaan di luar masih tergolong kurang kondusif yang segera Mely turuti dengan senang hati kerana dia tahu, jika dia tidak menenangkan lelaki ini entah apa lagi yang akan dia lakukan.

Perlahan kedua mata tersebut dipenuhi oleh kilatan samar sebelum menghembus nafasnya perlahan dan kembali meneguk minumannya perlahan. Menikmati rasa pahit, masam dan manis yang saling bercampur yang membuat seluruh sarafnya menjadi lebih tenang.

Seluruh tubuh Mely menegang sebaik saja dia merasakan kot hitam di atas bahunya sebelum dia menyedari pelaku yang melakukan ini adalah lelaki yang sejak tadi memenuhi fikirannya. Akhirnya, tubuhnya perlahan-lahan kembali seperti sediakala.

"Apa yang kamu buat di sini. Kucing kecilku?" gumam Gio tepat di atas telinga Mely sebelum melingkarkan kedua tangannya pada pinggang kecilnya. Sebenarnya, Gio sendiri cukup terkejut mendengar informasi dari Butler Chong yang kucing kecilnya ini sedang menikmati pemandangan malam di halaman belakang.

Mely menyandarkan tubuhnya pada dada bidang Gio, pandangannya masih terarah pada permukaan tasik yang terlihat bergerak dengan tenang kerana sapuan angin yang menyentuh permukaannya. Senyum lembut terbentuk pada wajah kacilnya sebelum menggelengkan kepalanya perlahan. "Tiada. Aku hanya ingin menikmati pemandangan indah ini dan menghirup udara segar" gumam Mely perlahan sambil menutup kedua matanya perlahan.

Mendengar alasan kucing kecilnya ini, akhirnya Gio memutuskan untuk menikmati pemandangan malam ini dalam keheningan yang membuat mereka berdua merasa lebih dekat dari sebelumnya. Tiada perasaan janggal atau malu, hanya ada ketenangan yang dapat membuat mereka berdua merasakan kedamaian dan ketenangan yang selalu mereka cari.

Kedua mata biru itu perlahan bergerak dari pemandangan tasik di hadapannya ke arah wajah kucing kecilnya yang saat ini terkena pantulan cahaya bulan, ekspresi wajah kecilnya terlihat benar-benar tenang yang membuatnya terlihat semakin menawan.

Tiada kata-kata yang dapat menggambarkan betapa cantiknya perempuan mungil ini, kata Gio dalam hati. Rasanya, dia benar-benar ingin mengurung kucing kecilnya ini di dalam mansion agar tiada seorang pun yang dapat melihat kecantikan kucing kecilnya ini namun, Gio juga tahu kalau dia tidak dapat melakukan hal itu. Kucing kecilnya ini seperti kotak misteri, entah berapa lama lagi dia dapat melihat semua rahsia yang disimpan oleh kucing kecilnya ini.

"Vina ...adakah kau merasa bahagia?" gumam Gio dengan nada lembut sambil memandang wajah kucing kecilnya yang saat ini tersenyum lembut dengan kedua mata yang masih terpejam.

"Vano, selama aku hidup ...ini adalah kali pertama aku merasa sangat bahagia dan itu bersamamu" kata Mely perlahan sebelum membuka kedua matanya untuk memandang sisi wajah Gio. Kedua matanya menunjukkan betapa besarnya perasaan cintanya kepada lelaki di sisinya ini. Aura kebahagiaan jelas-jelas terpancar dari tubuh mungilnya sehingga membuat Gio terpegun ketika merasakannya.

Kedua mata birunya terus memandang ke arah sepasang mata kelabu yang juga memandangnya dengan penuh perasaan. Hatinya terasa dipenuhi oleh kebahagiaan yang tidak pernah dia rasakan sebelum ini, hanya dengan kucing kecilnya ini dia dapat merasakan semua ini. Dia tidak akan membiarkan apa pun terjadi dengan kucing kecilnya ini.

Tidak selagi dia masih hidup!

"Vano ...adakah kamu bahagia?" tanya Mely dengan nada lembut sambil memandang wajah lelaki disisinya ini, berusaha memperhatikan setiap perubahan ekspresi yang terjadi padanya. Namun, tidak menunggu waktu yang lama Mely dapat melihat Gio menganggukkan kepalanya perlahan sebelum melihat senyum nipis terbentuk pada wajahnya sambil memandang ke arahnya.

"I've never been this happy, little kitten. Only you and you alone that can make me this happy" gumam Gio perlahan yang membuat kedua mata Mely perlahan-lahan berair ketika mendengar kata-kata lelaki ini.

This man ...how can he said all of those sweet things?!

Sejak bila kekasihnya ini pandai berkata-kata seperti ini.

Melihat kedua mata kelabu tersebut yang mengalirkan cairan jernih, perlahan Gio menghela nafas pasrah. Kedua matanya menunjukkan kilatan tidak berdaya yang jelas terlihat dari kedua mata birunya. "Kenapa kamu menangis, dear?" gumam Gio dengan nada lembut sambil mengesat air mata yang mengalir dari kedua mata kucing kecilnya ini.

Namun, bukannya berhenti, malah air mata itu semakin mengalir di kedua pipi kucing kecilnya yang masih memandangnya dengan ekspresi yang sukar digambarkan.

Melihat hal ini membuat ekspresi datar Gio tiba-tiba berubah menjadi penuh ketidakberdayaan yang mewarnai wajahnya saat ini. Astaga ...sudah berapa kali kucing kecilnya ini menitiskan air mata kerananya. kata Gio dalam hati sambil menghela nafas pasrah. "Dear, tolonglah jangan menangis lagi. Aku mohon" gumamnya lembut, masih berusaha mengesat air mata tersebut dengan lembut.

Semakin Mely mendengarkan kata-kata Gio semakin deras juga air matanya mengalir. Terutama ketika lelaki ini memanggilnya dengan panggilan sayang. Ini adalah kali pertama dia merasa kebahagiaan seperti ini dalam hidupnya. Perlahan kedua tangannya bergerak untuk memeluk leher lelaki ini sebelum mencium bibir nipis di hadapannya untuk menyatakan semua emosi yang bercampur dalam hatinya, membuat lelaki ini memahami betapa bahagianya dan bersyukurnya Mely kerana Gio berada disisinya.

Tubuh Gio menegang seketika begitu merasakan perubahan sikap kucing kecilnya yang tiba-tiba ini, terutama ketika dia merasakan bibir hangat menyentuh bibirnya untuk memberikan kelembutan yang selalu membuatnya hampir hilang kawalan dalam sekelip mata. Mengeratkan tubuh mungil tersebut ke dalam pelukannya, Gio segera membalas kelembutan bibir tersebut dengan penuh gairah.

Keduanya tenggelam dalam kelembutan yang mereka kongsi bersama sebelum akhirnya dengan gerakan perlahan keduanya membuka mata perlahan-lahan. Nafas terengah-engah bergema di sekitar mereka, membuat suasana yang menyelimuti mereka saat ini dipenuhi oleh aura keintiman yang membuat semua pelayan yang melihat majikan mereka dan young miss segera meninggalkan tempat tersebut kerana telah melihat sesuatu yang tidak seharusnya mereka lihat.

"Ikut aku ...ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan" gumam Gio dengan suara serak sebelum melingkarkan satu tangannya di pinggang kecil Mely dan membawanya ke seberang taman besar ini dengan langkah perlahan.

Kedua kaki Mely terasa lemah kerana kejadian baru-baru ini yang membuatnya tersandung beberapa kali. Pandangannya masih terlihat kabur seakan belum tersedar dengan apa yang terjadi. Kedua matanya masih melekat pada wajah Gio, jantungnya berdegup sangat kencang sehingga dia sendiri dapat mendengar degup jantungnya sendiri.

Melihat sikap kucing kecilnya yang kehilangan tenaga membuat Gio tersenyum nipis sebelum mengangkat tubuh mungil tersebut agar dia tidak terluka ketika dia berjalan. "Silly little kitten, hanya begitu kau sudah menjadi begini" kata Gio dengan nada lembut sebelum mencium dahi kucing kecilnya ini sebelum melihat senyuman lebar perlahan-lahan terbentuk di wajah kucing kecilnya ini.

"Giovano LinDenhof, I like you!! I really really like you!!" jerit Mely dengan ceria sebelum memeluk leher Gio dengan erat dengan tawa kuatnya yang bergema di sekeliling taman tersebut. Suara tawa kucing kecilnya ini selalu terdengar seperti melodi yang menenangkan kedua telinganya.

"Mhm ..." jawab Gio perlahan sebelum menurunkan tubuh kucing kecilnya perlahan-lahan di atas permukaan tanah. "Kamu boleh berdiri?" tanya Gio perlahan namun, Mely dapat melihat sorot kerisauan yang jelas terlihat pada kedua mata birunya yang di balas dengan anggukan perlahan oleh kucing kecilnya ini.

Melihat ekspresi kucing kecilnya yang tidak meyakinkan ini, membuat Gio menghela nafas perlahan sebelum memimpin Mely ke arah jalan yang dipenuhi oleh tanaman-tanaman kecil yang saat ini mengelilingi mereka.

"Apa yang akan kamu tunjukkan, Vano?" tanya Mely dengan nada penuh tanda tanya namun, Gio sama sekali tidak menjawab pertanyaannya dan terus memimpinnya.

Gio terus berjalan perlahan sambil memimpinnya mengikuti jalan setapak yang membuat kedua mata kelabu Mely dipenuhi oleh kekaguman. Beberapa saat berlalu sebelum langkah kaki Gio berhenti, membuat Mely segera memandang lelaki disisinya ini dengan ekspresi bingung namun, ketika dia melihat kedua mata Gio masih tertumpu ke arah depan akhirnya, Mely mengalihkan pandangannya untuk mengikuti arah pandang lelaki disampingnya ini.

Kedua mata kelabunya terbeliak ketika melihat sebuah gazebo kayu yang dipenuhi oleh bunga wisteria yang terlihat tidak jauh dari posisi mereka saat ini. Dan yang paling membuatnya terkejut ialah ketika melihat sebuah piano besar berwarna putih yang berada di tengah-tengah gazebo tersebut.

"Vano ..." gumam Mely perlahan namun, bukannya memberi respon malah lelaki ini terus berjalan sambil memimpinnya untuk duduk di kerusi yang berada di hadapan piano putih tersebut. Kedua mata kelabunya memandang penuh kagum ke arah benda putih di hadapannya. Mely sedikit pun tidak dapat melepaskan kedua matanya dari piano cantik ini. Ini adalah kali pertama dia melihat piano yang secantik ini.

"Ini untuk kamu. Aku pernah baca dokumen latar belakangmu kalau bunga kesukaanmu adalah wisteria. Jadi, aku membuatkan semua ini untukmu" kata Gio perlahan sambil memperhatikan setiap perubahan pada ekspresi kucing kecilnya ini. Pandangan penuh jangkaan terlihat dari kedua mata birunya untuk menunggu reaksi kucing kecilnya ini.

"Vano ...ini ...sangat cantik" kata Mely perlahan dengan kedua mata yang berkaca-kaca. "Terima kasih ...." sambungnya dengan senyum lembut yang terbentuk di wajah kecilnya.

"Anything for you, little kitten" jawab Gio dengan senyuman hangat sebelum mengusap kepala Mely dengan lembut.

Perlahan kilatan samar mewarnai kedua mata kelabunya sebelum memejamkan kedua matanya sesaat. "Vano, ada sesuatu yang ingin aku beritahu" gumam Mely dengan senyuman yang masih menghiasi wajahnya. Telapak tangannya masih mengusap permukaan piano yang berada dihadapannya. "Pertama kali kita bertemu. Kamu kata. Kamu pernah melakukan pemeriksaan latar belakangku, bukankah begitu?" tanya Mely sambil memandang wajah lelaki yang saat ini berada disisinya.

"Mhm. Kamu marah?" tanya Gio dengan nada lembut.

Mendengar pertanyaan itu sebaliknya membuat Mely tertawa lembut sebelum menggelengkan kepalanya perlahan. "Sudah tentu tidak. Aku faham mengapa kamu melakukan itu. Kamu ingin mengetahui latar belakang orang di sekelilingmu untuk memastikan niat mereka, bukan?" jawab Mely dengan santai sambil menggerakkan bahunya tidak acuh.

"Tetapi, apa yang kamu dapat itu ...bukanlah data yang sebenar. Aku ...aku sebenarnya bukan anak kandung dari pasangan, Gainesville" sambungnya perlahan dengan ekspresi penuh kesedihan.

Kedua kening Gio terangkat ketika mendengar pengakuan kucing kecilnya yang tidak di duganya sebelum ini. "Mhm ...begitu. Tetapi, datamu menunjukkan yang kamu adalah anak kandung dari pasangan, Gainesville" kata Gio dengan kedua mata yang masih terus memperhatikan setiap perubahan ekspresi di wajah kucing kecilnya ini.

Kedua mata kelabunya dipenuhi oleh kesedihan yang membuat orang yang melihat ekspresinya saat ini pasti ingin memeluk tubuhnya dengan usaha menghilangkan kesedihan tersebut. "Bukan. Aku bukan anak kandung mereka, meskipun aku sangat-sangat menginginkan itu untuk menjadi kenyataan. Sebenarnya, ada orang baik yang membantu aku selama ini untuk menutup masa laluku" gumam Mely perlahan sebelum memandang wajah Gio dengan kedua mata yang dipenuhi air mata.

Melihat ekspresi Mely saat ini membuat hati Gio terasa seperti dicengkam oleh satu tangan besar yang membuatnya sukar untuk bernafas. Dengan gerakan cepat dia menarik tubuh mungil perempuan ini ke dalam pelukannya sebelum mengusap belakangnya dengan lembut. "Tidak apa kalau kamu tidak ingin menceritakannya. Jangan dipaksa, little kitten" gumam Gio perlahan yang dibalas dengan gelengan kepala oleh kucing kecilnya ini.

"Mhm. Aku tidak mau merahsiakan perkara ini dari kamu, Vano. Aku percayakan kamu tapi, aku mohon berikan aku masa untuk menceritakan semua ini. Buat masa ini aku hanya dapat cerita sedikit" gumam Mely sambil menghirup aroma maskulin lelaki ini yang selalu membuatnya merasa tenang.

"Aku tidak pernah tahu siapa orang tuaku. Aku adalah anak yatim piatu yang tinggal dipanti asuhan selama beberapa tahun. Tetapi, itu sebelum aku keluar dari tempat mengerikan itu. Aku sudah berusaha untuk mencari mereka dengan bantuan orang baik itu tetapi, kami sama sekali tidak menemukan apa-apa petunjuk. Jadi, kami memutuskan mungkin kedua orang tuaku memang sudah meninggal dunia. Aku bukan orang yang memiliki masa lalu yang indah, masa laluku dipenuhi oleh kegelapan dan juga penderitaan. Oleh itu, aku ingin memulakan satu lembaran baru dimana aku dapat hidup dengan normal seperti orang kebanyakan" gumam Mely perlahan sambil mengerakkan telapak tangannya di atas permukaan piano dengan pandangan melamun.

"Monster itu?" tanya Gio tiba-tiba yang membuat Mely mengalihkan pandangannya untuk memandangnya.

"Monster itu adalah salah satu alasan aku mengubur masa laluku. Aku masih tidak dapat menceritakannya secara terperinci. Tapi, aku mohon berikan aku masa. Jangan tinggalkan aku" kata Mely dengan cepat sebelum memandang Gio dengan ekspresi panik yang dipenuhi oleh ketakutan yang saat ini terlihat jelas dari kedua mata kelabunya. Kedua tangannya refleks menggenggam tangan Gio.

Melihat reaksi Mely saat ini membuat Gio segera mengeratkan pelukannya sebelum menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Aku tidak akan melepaskan kamu. Tidak sekarang dan tidak selamanya" kata Gio dengan cepat dengan usaha menenangkan kucing kecilnya ini.

Mendengar itu tubuh Mely yang tadinya menegang kembali seperti sediakala, dia mengeratkan kedua tangannya untuk terus memeluk lelaki di hadapannya ini. Kedua matanya terpejam, berusaha menghilangkan bayang-bayang masa lalu yang tiba-tiba menyerang fikirannya saat ini.

"Jangan tinggalkan aku, Vano. Aku mengorbankan semuanya untuk lepas dari monster itu. Aku takut kalau dia menemukan aku, dia akan membawa aku pergi! Aku tidak mahu! Tidak!! Jangan biarkan dia bawa aku, Vano! Jangan tinggalkan aku!!" kata Mely dengan nada panik. Kedua matanya memandang Gio dengan pandangan tidak fokus kerana air mata yang terus mengalir di kedua pipinya.

Melihat kucing kecilnya mengalami Panic Attack ini, membuat seluruh tubuh Gio menegang seketika. Kedua mata birunya membulat kerana terkejut sebelum dipenuhi oleh sorot panik dan kerisauan yang tidak pernah terlihat sebelumnya. Ekspresi datarnya tiba-tiba berubah menjadi ekspresi panik yang jelas terlihat dari wajahnya. Kawalan dirinya tiba-tiba menghilang ketika melihat sikap kucing kecilnya yang seperti ini. Tanpa sedar Gio segera menarik tubuh kucing kecilnya ke atas pangkuannya dan memeluknya dengan erat sebelum mengusap belakang tubuh kucing kecilnya ini dengan lembut.

"Little kitten, Vina, my dear. Tenang, tenang. I am here to always protect you. Forever. Believe me, everything will be fine. No one will take you from, me. Not now and not forever. Kau akan selalu berada disisiku walaupun suatu saat nanti kamu sendiri ingin meninggalkan aku. Aku tetap tidak akan membiarkan kamu pergi. You're bound to me for all eternity" gumam Gio berulang-ulang kali dengan suara lembut sambil menggerakkan tubuhnya perlahan untuk menenangkan kucing kecilnya ini.

Entah berapa lama Gio terus mempertahankan posisinya ini, dari tubuh kucing kecilnya ini bergetar kuat kerana isakan tangis yang keluar dari bibir kecilnya hingga akhirnya seluruh tubuhnya terdiam tanpa pergerakan sedikit pun.

Perlahan kedua mata biru Gio memandang ke arah wajah kucing kecilnya ini yang dipenuhi oleh air mata. Kedua matanya tersebut tertutup rapat kerana rasa letih yang menyerang tubuh mugilnya ketika serangan panik sudah berhasil meninggalkan tubuhnya.

Melihat reaksi kucing kecilnya ini membuat ekspresi wajah Gio menjadi gelap. Pandangannya dipenuhi dengan kilatan membunuh sebelum memeluk tubuh mungil di dalam pelukannya ini untuk mendekatkan tubuhnya dengan tubuh kucing kecilnya yang seakan ingin menyatukan tubuh mereka berdua.

Tidak akan ada seorang pun yang akan membawa kamu pergi dari sisiku, Vina.

Tidak akan ada.

TO BE CONTINUED.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience