Rate

The Almighty Devil Of Underworld_93

Action Completed 38206

"Akhirnya kamu bangun juga, kucing kecilku" gumam Gio dengan nada serak, berusaha menahan emosi yang tiba-tiba menyelimuti tubuhnya saat ini. Betapa rindunya ia melihat sorot hangat itu dan betapa rindunya ia melihat kedua mata kelabu yang masih memandangnya ini. Senyum nipis perlahan terbentuk pada wajah tampannya sebelum dia mengeratkan genggaman tangannya pada tangan kucing kecilnya.

"Aku panggil Lau Fhang dulu, ya" gumam Gio perlahan sebelum bangkit dari posisi duduknya yang segera di tahan oleh tangan Mely. Kedua mata birunya menatap bingung ke arah wajah kucing kecilnya dengan dahi yang berkerut dalam.

"Nanti. Kalau kamu panggil Lau Fhang sekarang, aku harus mendengar ceramah panjangnya mengenai keadaanku sekarang. Belum lagi suara bising Nick, Raffa dan Leo" kata Mely sebelum terbatuk perlahan. Tekaknya benar-benar terasa sangat kering walaupun dia hanya bercakap sedikit.

Menyadari kucing kecilnya terbatuk, Gio segera meraih gelas air yang berada di meja dekat dengan posisi mereka saat ini sebelum meletakkan straw putih di dalamnya untuk memudahkan kucing kecilnya menyedut minumannya. "Pelan-pelan" kata Gio sambil mengarahkan straw tersebut ke arah bibir kucing kecilnya yang dengan senang hati menyedut minumannya.

"Oh, iya, mau berapa lama kau mau menyembunyikan hal itu?"

Pertanyaan kucing kecilnya yang tiba-tiba itu membuat Gio terpana mendengarnya. Kedua mata birunya memandang perempuan di hadapannya ini dengan ekspresi bingung yang mewarnai pandangannya. Keningnya berkerut dalam seakan berusaha memahami maksud dari pertanyaan kucing kecilnya yang pelik ini. "Apa maksudmu?" tanya Gio perlahan dengan kilatan waspada sepintas terlihat pada kedua mata birunya. Entah mengapa dia merasa perasaan buruk mengenai pertanyaan tersebut.

Memutar matanya dengan malas, Mely memandang lelaki di hadapannya dengan pandangan yang seakan berkata 'Jangan mempermainkan aku. Jangan fikir aku bodoh' yang membuat Gio semakin mengerutkan keningnya ketika menyadari maksud dari pandangan tersebut. 

Melihat reaksi Gio yang terlihat seperti benar-benar tidak memahami maksud dari pertanyaannya, membuat Mely mendengus kesal. "Mau sampai bila kau mau merahsiakan pertemuan pertama kita?" kata Mely dengan nada kesal, menekankan setiap kata yang dia katakan.

Kilatan humor terlihat jelas pada kedua mata birunya sebelum senyuman nipis terbentuk di bibir nipisnya. "Kau tidak ingat?" balas Gio dengan pertanyaan yang membuat kucing kecilnya ini mengerutkan keningnya.

"Aku tidak ingat!!! Adakah aku benar-benar melakukan hal memalukan itu? Dan mengatakan semua kata-kata gila itu?" tanya Mely dengan wajah yang terlihat merah, walaupun wajahnya saat ini terlihat sangat pucat. "Astaga, memalukan. Bagaimana aku boleh bersikap begitu" rungut Mely, mengutuk kebodohannya saat itu.

Shit! Bagaimana dia boleh melupakan peristiwa penting memalukan itu!?

Pandangan mata Gio menghangat melihat sikap kucing kecilnya yang sudah kembali seperti sediakala. Senyum hangat terbentuk pada wajahnya sebelum tanpa sedar tubuhnya mendekat untuk menangkap bibir kecil di hadapannya untuk menghentikan semua keluhan yang keluar dari bibir kucing kecilnya.

Begitu dia merasakan kelembutan dan kehangatan yang familiar itu, tubuh Gio bergetar perlahan sebelum dia melingkarkan tangannya pada tubuh kucing kecilnya, membawanya semakin dekat ke dalam pelukannya.

"AH!" 

Jeritan terkejut yang dipenuhi kesakitan itu membuat tubuh Gio membeku seketika sebelum dia kembali tersedar dari kelembutan dan kehangatan yang selalu membuatnya hilang kawalan setiap kali dia mencium kucing kecilnya ini. Pandangan penuh kerisauan terlihat jelas pada kedua mata birunya sebelum dia memperhatikan keadaan tubuh kucing kecilnya. "Bahagian mana yang sakit? Mau aku panggil Lau Fhang sekarang?" gumamnya dengan nada serak yang malah membuat wajah Mely semakin merah ketika mendengarnya. 

Menggelengkan kepalanya perlahan, kedua tangan kecilnya menggenggam erat kemeja putih Gio sebelum menarik perlahan tubuh lelaki di hadapannya agar kepalanya dapat menyentuh dada bidang tersebut. Degup jantung yang bergerak stabil dan aroma maskulin familiar dalam ingatannya, membuat saraf yang ada dalam tubuh Mely yang sejak tadi tegang perlahan kembali seperti sediakala. "Aku merindukan kamu, Vano. Sangat merindukanmu" gumam Mely sambil memejamkan kedua matanya perlahan, menikmati setiap moments kedamaian yang menyelimuti mereka berdua saat ini.

Pandangan Gio melunak ketika mendengar kata-kata kucing kecilnya sebelum tangannya bergerak mengusap puncak kepala kecil di hadapannya. "Mhm. Aku tahu. Aku juga, little kitten" kata Gio perlahan sebelum menggenggam lembut kedua tangan kucing kecilnya dan melepaskan genggaman tangan kecil tersebut dari pakaiannya. "Jangan nakal-nakal. Lukamu masih belum sembuh sepenuhnya" kata Gio perlahan sambil meletakkan kedua tangan kecil tersebut di atas tubuhnya.

Mencebikkan bibirnya perlahan, kedua mata kelabunya memandang Gio dengan ekspresi menyedihkan. "Vano, kau pun tahu yang aku tidak boleh duduk diam" kata Mely dengan ekspresi menyedihkan yang membuat ujung bibir Gio berkedut keras melihat sikapnya saat ini.

"Kali ini teknik nakalmu tidak mempengaruhiku" kata Gio dengan cepat sambil menyandarkan tubuhnya di kerusi kayu yang sedang dia duduk. Kedua matanya memandang kucing kecilnya dengan pandangan yang seakan berkata 'Aku tahu rencanamu, jangan fikir aku akan jatuh ke dalamnya'

"Tapi ...tapi aku akan bosan" kata Mely, masih berusaha memujuk lelaki di hadapannya ini, yang hanya di balas gelengan kepala perlahan yang membuat Mely mendengus kesal. Vano, benar-benar menjengkelkan! kutuk Mely dalam hati sebelum membuang wajahnya dengan cepat ketika melihat Gio memandangnya dengan kedua kening diangkat.

"Humph!"

Menghela nafas pasrah, Gio memandang kucing kecilnya yang mulai terlihat bertenaga dengan pandangan memanjakan yang jelas terlihat dari kedua mata birunya. Tangannya bergerak untuk mengusap kepala Mely dengan penuh kasih sayang.

"Apa yang terjadi?" gumam Mely dengan lembut sambil memandang Gio dengan penuh tanda tanya namun, lawan bicaranya ini hanya menaikkan kedua keningnya ketika mendengar pertanyaannya.

"Kamu tidak ingat?" tanya Gio kembali, yang di balas ekspresi kesal oleh Mely.

"Yang aku ingat. Aku dibawa lari dan bertemu dengan bekas atasan psycho itu dan aku memeluk kamu di kawasan gelap. Tunggu ...bagaimana hotel semewah itu boleh mati lampu? Ia tidak mungkin kerana kesalahan teknikal, kan?" tanya Mely dengan penuh tanda tanya. Dia tidak akan mempercayai lelaki di sisinya ini jika dia mengatakan bahawa blackout itu hanya kesalahan teknikal. Kerana semuanya terlalu mencurigakan seolah-olah kejadian itu sudah dirancang. Bahkan, Alex dengan mudah membawanya lari dari tempat itu. Tsk, tsk, tsk ...sepertinya dia sudah mulai bertindak, kata Mely dalam hati.

Mendengar pertanyaan kucing kecilnya, Gio kembali teringat kejadian kemarin malam yang membuat ekspresi Gio tiba-tiba menjadi gelap. "Mhm. Kamu betul, itu bukan kerana kesalahan teknikal. Waktu itu aku bersama Deekson, Leo, Nicholas dan Raffael untuk membincangkan beberapa perkara mengenai masalah yang timbul di dalam komuniti dunia bawah. Blackout di seluruh bangunan hotel itu memang sengaja dibuat kerana aliran elektrik yang menghubungkan sumber kuasa utama bangunan hotel itu di rosakkan oleh orang-orang itu. Sekiranya, hanya blackout biasa. Semua staff hotel yang sudah dilatih mempunyai kaedah pencegahan, tapi sayangnya orang-orang yang berada dibalik semua kejadian itu menggunakan lima jammer untuk menyekat dan menghancurkan semua sistem isyarat dan komunikasi yang ada di dalam bangunan hotel itu. Oleh disebabkan hal itu semua staff bahagian teknikal kesukaran untuk berkomunikasi antara satu sama lain dan lebih parah lagi sistem keselamatan dan CCTV yang ada mati sepenuhnya. Tenaga penjana yang sedia ada untuk keadaan kecemasan juga tidak luput dari perhatian mereka sehingga untuk mengaktifkan semula tenaga elektrik yang ada memakan masa yang lama" kata Gio dengan perlahan, menjelaskan bekalan elektrik terputus yang terjadi pada acara tahunan syarikatnya.

Kedua mata Mely mengecil ketika mendengar penjelasan tersebut. Kalau dari penjelasan yang dia dengar dari Vano, sudah menunjukkan yang ini memang merupakan hasil karya lelaki itu dan lagi bila di fikir-fikir sejak bila Alex bekerja untuk orang lain selain dia? Memikirkan hal itu tanpa sedar Mely mengepalkan kedua tangannya.

Tidak menyedari perubahan pada kucing kecilnya, Gio masih memandang dinding di hadapannya dengan pandangan melamun. "Adakah kamu tahu betapa takutnya aku ketika itu? Begitu elektrik terputus kami semua terus berlari ke ruangan ballroom dengan hanya menggunakan bantuan lampu suluh telefon bimbit yang kami semua pegang. Walaupun, kami semua masih ingat setiap sudut hotel itu namun, begitu kami tiba disana kami mendapat satu lagi cabaran besar. Ruangan ballroom itu sangat luas dan dipenuhi oleh orang-orang di dalam kegelapan. Adakah kamu tahu betapa sukarnya aku mencari kamu disana? Berada dalam kegelapan dan tidak dapat menggunakan isyarat untuk menghubungi kamu dan Rayden. Semakin lama aku mencari kamu di sana semakin besar juga rasa takut yang aku rasakan" gumam Gio perlahan.

Mendengarkan penjelasan Gio membuat dada Mely terasa sesak. Dia tidak dapat membayangkan sepanik dan setakut apa yang Gio rasakan tetapi apa yang Mely tahu adalah ...dia juga pasti akan merasakan hal yang sama jika dia berada di posisi Gio. Perlahan tangan kecilnya bergerak untuk menggenggam telapak tangan besar lelaki ini untuk menenangkannya.

Senyum nipis perlahan terbentuk pada bibir nipisnya namun, Mely dapat melihat bahawa senyuman itu tidak sampai pada kedua mata birunya. "Ketika akhirnya semua lampu kembali seperti sediakala. Aku baru menyedari yang kamu sudah menghilang di sana dan Leo segera mencari jalan untuk menjejak kamu namun, malangnya semua CCTV yang ada di hotel itu sama sekali tidak berfungsi. Leo memutuskan untuk melakukan pencarian dengan mengakses satelit Amerika dengan memasuki jaringan CCTV bangunan-bangunan yang ada di sekitar hotel, dari sana kami mendapati terdapat beberapa pergerakan yang terjadi di kawasan atas bumbung hotel pada waktu elektrik terputus dan ketika kami melihat helikopter asing meninggalkan helipad. Kami semua beranggapan bahawa mereka sudah membawa kamu pergi, terutama ketika Rayden dan pengawal lain tidak menemui kamu di dalam ballroom. Saat itu juga aku segera menggerakkan semua pasukan untuk menyelamatkan kamu tetapi lihat apa yang terjadi? Aku tetap terlambat" kata Gio yang menyelesaikan ceritanya sambil mengusap lembut permukaan wajah kucing kecilnya yang dibalas dengan gelengan kepala perlahan.

"Vano, kamu tidak terlambat. Berhenti menyalahkan diri sendiri. Lagipun, aku tidak lemah seperti kebanyakan perempuan di luar sana. Lihat, sekarang. Aku sudah boleh bercakap dengan kamu, bukan? Rasa sakit sebegini bukan lah hal besar untuk aku. Aku pernah merasakan hal-hal yang lebih besar dari ini" kata Mely perlahan dengan usaha menenangkan lelaki ini namun, Gio mengerutkan keningnya ketika mendengar kata-kata Mely tadi, dia seolah-olah memikirkan kata-kata perempuan ini dengan serius.

Namun, melihat ekspresi serius kucing kecilnya, Gio akhirnya menghela nafas pasrah sebelum menganggukkan kepalanya perlahan. "Baiklah" jawabnya dengan nada pasrah.

"Berapa banyak pasukan yang kamu gerakkan?" tanya Mely dengan penuh rasa ingin tahu. Dia tertanya-tanya berapa ramai lelaki ini menyiapkan pasukan penyelamat untuknya kerana ketika dia berada dalam pelukan Gio, dia dengan jelas mendengar beberapa suara helikopter yang bergema di sekelilingnya.

"Seratus lima puluh tentera Amerika Syarikat, dua ratus pasukan khas, lima helikopter black hawk, dua jet tentera Amerika Syarikat dan tiga kereta kebal Amerika Syarikat" jawab Gio dengan santai seolah-olah dia bercakap mengenai berita pagi ini.

Pffft ...

Sekiranya Mely sedang minum dia yakin minuman yang di minumnya sudah tersembur keluar dari mulutnya sebaik saja dia mendengar jawapan santai lelaki ini.

Se-seratus? Dua ratus? Lelaki ini menggerakkan tiga ratus lima puluh pasukan untuk menyelamatkan perempuan biasa seperti dia!? 

Adakah kekasihnya ini sudah mulai gila!?

"Tiga ratus lima puluh tentera bersenjata?" tanya Mely dengan nada tidak percaya yang menyamai ekspresi wajah pucatnya saat ini.

"Mhm" jawab Gio sambil menganggukkan kepalanya.

"Lima helikopter black hawk, dua jet tentera Amerika Syarikat dan tiga kereta kebal tentera Amerika Syarikat?" tanya Mely untuk meminta kepastian sama ada pendengarannya sudah mulai bermasalah atau pun tidak. Namun, untuk kedua kalinya dia melihat lelaki ini menganggukkan kepalanya dengan santai.

"Giovano LinDenhof adakah kau sudah gila!!?" jerit Mely dengan nada lemah. Sekirannya, bukan kerana keadaannya yang benar-benar terasa lemah, dia sudah menarik lelaki ini untuk menemui Lau Fhang agar dia dapat memeriksa keadaan mental kekasihnya ini.

Bagaimana dia dapat menggerakkan pasukan tentera sebanyak itu di tengah-tengah bandar Manhattan!!!

Adakah lelaki ini tidak takut jika ada orang lain yang melihat kejadian itu dan menjadikannya topik perbualan di sosial media?

Bukankah, dia memiliki status paling tinggi yang harus dia jaga!

This guy really ...

Mely benar-benar tidak tahu harus memberikan reaksi apa dia bahkan tidak dapat memberi komen apa-apa lagi. Mely hanya dapat memandang Gio dengan ekspresi pasrah. Sedangkan lelaki ini memandang ke arahnya dengan ekspresi tidak bersalah seolah-olah dia tidak tahu apa akibat dari perbuatannya yang membuat ujung bibir Mely berkedut ketika melihatnya.

Senyum nipis perlahan terbentuk pada wajah tampannya sebelum tangan besarnya bergerak untuk mengusap kepala kucing kecilnya. "This is nothing to me. Ini hanya sebahagian kecil dari kekuatan yang dimiliki keluargaku" jawab Gio dengan nada santai yang membuat ujung bibir Mely semakin berkedut.

Dengan pasukan tentera sebanyak itu, bahkan dengan mudah menghancurkan lima bandar! Mely benar-benar merasa kasihan dengan semua pasukan yang jasanya hanya digunakan untuk menyelamatkan perempuan biasa seperti dirinya tsk, tsk, tsk ...

"Lihat siapa yang sudah bangun dan langsung tidak memanggil kita semua, humph!" suara merajuk itu bergema di seluruh ruangan besar tempat Mely dan Gio berada saat ini yang membuat mereka berdua segera memandang ke arah sumber suara tersebut.

Kedua mata kelabu Mely menjadi hangat ketika melihat wajah-wajah familiar yang dipenuhi dengan senyuman lebar yang mewarnai wajah mereka masing-masing. Melihat kelima lelaki yang berkumpul di ambang pintu itu membuat hati Mely dipenuhi kehangatan.

Astaga, kehangatan kekeluargaan ini. Mereka benar-benar adalah sebahagian dari keluarganya sekarang, kata Mely dalam hati sebelum dia membuka mulutnya untuk membalas kata-kata Raffael tadi yang saat ini masih memandangnya dengan ekspresi merajuk. "Aku masih ingin berduaan dengan darlingku, kamu semua hanya akan mengganggu kami, humph" kata Mely dengan nada sombong, walaupun dengan suaranya yang lemah. Kedua mata kelabunya dipenuhi dengan kilatan humor, membuat Raffael yang mendengarnya mengerang kuat seolah-olah dia baru saja mendengar berita yang membuatnya merasa jijik.

"Argh!! Aku menyesal ikut dengan kau, Leo! Lihat sekarang aku harus melihat public display affection ini!" keluh Raffael sambil menutup kedua matanya dengan ekspresi penuh penderitaaan mewarnai wajahnya namun, walaupun begitu dia tetap melangkah santai ke dalam bilik tersebut.

"Baiklah, baiklah. Ini semua salahku" rungut Leo sambil memutar kedua matanya dengan malas sebelum berjalan memasuki bilik tersebut. "Tadi siapa yang seperti orang gila ketika Lau Fhang mengatakan yang Gio benar-benar terlihat seperti orang sakit di dalam sini" sambung Leo dengan nada sarcastic yang membuat Raffael menoleh dan memandang ke arah lelaki yang berdiri di belakangnya dengan pandangan tajam.

"Diam!!!" desisnya dengan kesal yang hanya di balas tawa kuat oleh Leo dan Nick yang melihat reaksi malu Raffael.

"Hey, jangan halang jalanku. Aku masih harus memeriksa keadaan pesakit mungil kesayanganku" kata Lau Fhang sambil mendorong tubuh Raffael dengan ekspresi kesal yang membuat Mely tertawa perlahan ketika melihat tingkah laku tiga lelaki di hadapannya ini.

Tawa Perlahan itu terdengar sangat lemah di telinga mereka namun, pada masa yang sama terdengar sangat hangat. Walaupun, hanya beberapa jam mereka tidak mendengar suaranya namun, bagi mereka semua rasanya sudah seperti terlalu lama mereka tidak mendengar suara tawa yang selalu mengisi hari-hari mereka.

"Akhirnya aku mendengar suaramu sister-in-law. Kau tidur terlalu lama, aku sangat merindukanmu" kata Raffael dengan nada ceria sambil berjalan ke arah katil tempat Mely berada.

"Kamu semua terlalu berlebihan. Penyihir menjengkelkan ini hanya tidur beberapa jam tetapi kenapa kamu semua sudah seperti perempuan tua yang anak perempuannya hilang dipusat membeli-belah" kata Nick dengan malas sebelum mendengus perlahan.

Mendengar kata-kata Nick membuat, ujung bibir Leo, Mely dan Raffael berkedut keras. Mereka semua berusaha menahan tawa yang terancam keluar dari bibir mereka. Bahkan, kedua mata Lau Fhang, Gio dan Deekson saat ini dipenuhi dengan sorot humor yang jelas terlihat dari kedua mata mereka masing-masing. Bilik yang sejak tadi dipenuhi kesuraman saat ini berubah menjadi lebih hangat dari sebelumnya.

"Hey, berhentilah memburuk-burukkan sister-in-law. Dia masih lemah, jangan sakitkan hatinya. Adakah kau mau mati dibunuh oleh Gio?" usik Deekson sambil merangkul bahu Nick yang malah memberikan pandangan jengkel ke arahnya.

"Hey, siapa yang kamu panggil sister-in-law? Kenapa kamu semua memanggil penyihir menjengkelkan ini sister-in-law?! Sedangkan, aku belum mengakui hal itu!?" rungut Nick dengan nada protes yang hanya di balas tawa perlahan oleh Deekson.

"Kucing kecil Gio lah memangnya siapa lagi? Tidak mungkin kami memanggilmu sister-in-law, bukan? Kecuali kau memutuskan untuk menukar jantina yang akan mengahwini abangmu ini" kata Raffael dengan nada santai sambil memutar kedua matanya dengan malas.

Mendengar hal itu benar-benar membuat semua orang yang ada di dalam bilik ini speechless, bahkan Lau Fhang dan Gio yang sejak tadi memperhatikan tingkah laku orang-orang bodoh ini ikut memberikan reaksi yang sama. Bagaimana Raffael boleh berfikiran sampai sejauh itu? Akhirnya mereka semua menyedari bahawa sikap terlalu bebas lelaki ini sedikit membimbangkan.

Belum sempat Nick membuka mulutnya untuk membalas kata-kata sepupu bodohnya ini, Deekson segera memintas perdebatan mereka sambil berjalan ke arah Mely dengan senyuman lebar menghiasi wajahnya. "Sister-in-law, adakah kamu tahu kekasihmu ini menggerakkan ratusan pasukan hanya untuk menolongmu? Aku sempat risau jika perkara sebegini menarik perhatian orang ramai. Kamu harus beri Gio nasihat sister-in-law" kata Deekson yang membuat Nick mendengus kesal.

"Hey! Kamu seharusnya memprotes kepada aku! Aku adik kandung Gio bukan dia. Mengapa kamu malah memprotes kepada penyihir menjengkelkan ini" kata Nick dengan nada kesal sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Sudah jelas Deekson lebih mempercayaiku daripada kamu. Kalau beritahu kamu pun hanya mengbuang-buang masa, budak nakal. Lagi pula, Vano hanya taat kepada aku" kata Mely dengan suara perlahan namun, walaupun suaranya terdengar lemah semua orang yang ada di dalam bilik tidur ini dengan jelas mendengar nada mengusik.

"YOU!!! Siapa yang kau panggil budak nakal, hah!? Aku lebih tua dari kau!!" protes Nick sambil memandang tajam ke arah Mely yang saat ini memandangnya dengan sorot humor yang menghiasi kedua mata kelabunya.

"Sudah tentu aku. Aku sudah kata dari segi status aku adalah seniormu. Bukankah, aku sudah pernah kata panggil aku elder sister atau big sister, little brother?" kata Mely perlahan dengan menekankan kata terakhirnya yang membuat wajah Nick berubah menjadi merah padam kerana kemarahan dan rasa malu saling bercampur menjadi satu. Kedua mata birunya memandang perempuan mungil di hadapannya dengan ekspresi penuh kekesalan.

"You ...you ...you!! Shameless!!!" desis Nick dengan nada kecewa kerana dia tidak dapat membalas apa yang Mely katakan. Tubuhnya bergetar perlahan kerana menahan emosi yang menyelimuti dadanya saat ini.

Sedangkan Lau Fhang yang menyesuaikan tiub IV yang berada di tangannya tersenyum nipis melihat interaksi mereka berdua. Kedua matanya dipenuhi dengan sorot humor sebelum dia menggelengkan kepalanya perlahan. "Aku tidak menyangka akan ada saatnya lelaki bodoh ini disiplinkan. Sister-in-law, melakukan perkara yang bagus. Lelaki bodoh ini seharusnya diberikan pelajaran untuk lebih memahami kedudukannya dalam keluarga" kata Lau Fhang dengan santai yang membuat Raffael tertawa perlahan.

Kedua mata Nick segera beralih ke arah Lau Fhang dengan ekspresi penuh kekesalan. "Kau jangan masuk campur! Lebih baik kau urus semua eksperimen-eksperimen gilamu itu!"

Melihat interaksi mereka semua, membuat senyum hangat terbentuk di bibir kecil Mely. Kedua mata kelabunya dipenuhi dengan kehangatan ketika merasakan kehangatan kekeluargaan yang setiap kali dia rasakan ketika mereka semua berkumpul bersama-sama.

Ya.

Mereka semua adalah sebahagian dari keluarganya.

Keluarga berharga yang akan dia lindungi dengan sekuat tenaganya.

TO BE CONTINUED.

Semua hal kecil yang dia lakukan menghangatkan mereka. Dia adalah satu-satunya sumber kegembiraan dalam hidup mereka. -  Almighty The Devil Underworld.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience