Rate

The Almighty Devil Of Underworld_9

Action Completed 38206

Starhouse Production, NYC.

"Ugh... i'm so done. Jangan pernah ajak-ajak aku lagi pergi minum di hari berkerja" kata Mely sambil mengurut pelipis kepalanya. Jam sudah menunjukkan jam makan tengahari, namun rasa sakit di kepalanya masih juga tidak reda. Sial punya minuman, makinya dalam hati. Sedangkan dia sudah minum dua biji Panadol ketika bangun tidur pagi tadi, namun hingga saat ini rasa sakit kepala yang dia rasakan masih tidak hilang ataupun reda. Hal itu membuat suasana hati Mely menjadi sangat buruk. Dia berjanji dengan dirinya sendiri, dia tidak akan ikut sesiapa pun yang akan mengajak dia ke tempat seperti semalam jika masih di hari berkerja. kepalanya benar-benar sakit seperti habis di pijak-pijak oleh gajah, apatah lagi keadaan perutnya yang rasanya seperti habis naik rollercoaster.

Ugh ...so much for the after match...

"Mely, kenapa wajahmu kusut begitu?" tanya satu suara lembut yang membuatkan Mely mengalihkan pandangannya dari skrin komputer ke arah pintu, di mana dia melihat rakannya Sara dengan wajah yang sedikit pucat berdiri di ambang pintu.

"Hump! kepalaku masih sakit, Ra. Walaupun, aku sudah mengambil dua biji Panadol, tapi rasa sakit di kepalaku masih juga belum hilang," jawab Mely.

Sara melangkah masuk ke ruang kerja Mely dan duduk di hadapannya. "Akupun. Ugh, minum di hari berkerja adalah keputusan yang tidak tepat," keluh Sara sambil mengurut kepalanya. Melihat bukan hanya dirinya yang menderita membuatkan Mely tersenyum nipis. 

Setidaknya dia tidak menderita seorang sendiri!

"I know!? Benar-benar pilihan yang buruk! Aku rasa, aku mahu minta cuti sakit dan tidur sepanjang hari. Biarlah bos gila itu bekerja sendiri. Lagipun, dia selalu memberikan aku tugas yang tidak masuk akal. Humph" kata Mely sambil mendengus kesal yang membuatkan Sara memukul lengannya perlahan.

"Hush ...kalau Mr. Andrewson dengar. Kau mungkin akan berada dalam masalah," kata Sara yang memberi peringatan kepada rakannya. Kadang-kadang Sara tertanya-tanya pada dirinya sendiri bagaimana perempuan mungil di hadapannya ini memiliki mulut yang tajam dan tidak pernah takut jika dia mendapat masalah kerana mulutnya itu.

Maksud Sara, lihatlah tubuh Mely. Terlalu kecil untuk di katakan perempuan yang berusia 23 tahun, apatah lagi mulutnya yang terkadang tajam. Entah, masalah apa boleh menimpa dirinya, fikir Sara dalam diam sambil menghela nafas perlahan.

"Aiyah, lelaki tua itu! Kamu, jangan risau Ra. Aku dapat mengatasinya" kata Mely dengan senyuman lebar yang membuat Sara tertawa melihat sikap Mely yang tidak tahu malu. Dia hanya dapat menggelengkan kepalanya perlahan.

"Hai guys!! Apa khabar kamu hari, ini?!" Jerit Vhina sebaik saja dia masuk ke ruang kerja Mely yang membuatkan Sara dan Mely mengalihkan pandangan kesal mereka dan mendengus kasar.

"Vhina! Shut up!? Aku rasa kepalaku mahu pecah! Lebih-lebih lagi mendengar suara nyaringmu," jerit Mely sambil memandang kesal ke arah perempuan yang saat ini memandang mereka berdua dengan ekspresi gembira seakan dia baru saja memenangi loteri.

Adakah Vhina tidak merasa sakit kepala walaupun dia minum banyak semalam? fikir Mely sambil memperhatikan ekspresi Vhina yang tidak sedikit pun menunjukkan rasa sakit. Tidak seperti dia dan Sara. Ketika teringat berapa gelas alkohol yang diminum oleh Vhina, membuatkan Mely merasa kagum dengannya, terutama melihat sikap Vhina yang saat ini masih ceria tanpa merasakan sakit kepala sedikit pun.

"Heh, adik kecil! Kalau bercakap dengan orang yang lebih tua dari kamu tolong hormat sikit, kalau tidak kau akan menjadi lebih pendek," kata Vhina dengan nada marah yang sengaja dibuat-buat namun, senyuman lebar di wajahnya sangat mengkhianati nada bicara yang dia gunakan.

Mely mencebikkan bibirnya ketika mendengar jawapan Vhina sebelum mendengus perlahan. "Ugh!! Bolehkah kau tidak mengungkit masalah ketinggian?!" balas Mely dengan nada kesal saat melihat ekspresi kemenangan Vhina kerana dia berjaya menyentuh topik sensitif yang membuat wajah Mely semakin kesal.

"Vhina ...sudahlah. Jangan usik Mely lagi, kau semakin lama semakin sama seperti perangai, Fredrick," kata Sara kepada Vhina yang duduk di sebelahnya dengan santai. Mely yang mendengar Sara membela dirinya segera memandang Vhina dengan pandangan sombong yang seakan berkata, 'Nampak, Mummy Sara membela aku!' Vhina membalas dengan memutarkan kedua matanya dengan malas.

"Ah ... Mummy Sara, jangan samakan aku dengan makhluk bodoh itu. Aku kan masih sayang dengan My baby Mely" jawab Vhina.

Mendengar jawapan Vhina, membuatkan Mely melakukan gerakan orang yang sedang muntah sedangkan Sara hanya tertawa melihat tingkah laku mereka berdua yang terlihat seperti tiada kesudahannya.

"Mari pergi ke kantin. Selepas itu minum panadol atau kopi supaya rasa sakit kepala kita reda" kata Sara yang segera bangkit dari tempat duduknya yang di ikuti oleh Mely dan Vhina.

"And, having sex!!" jeritan Vhina membuatkan kedua pipi Sara merah sedangkan Mely yang sedang minum air tersedak mendengarnya.

Shameless!

"Eeuuwwww!!! Please watch your words! Telinga aku masih suci!" jerit Mely sambil menutup kedua telinganya dan memandang Vhina dengan tajam.

"Hey!! Aku hanya menyatakan sebuah fakta! Cuba kamu check di internet! Bagaimana cara mengatasi sakit kepala ketika mabuk. Pasti ada berhubungan dengan seksual!" kata Vhina kepada Mely. "Makanya, kau harus cepat-cepat cari pasangan. Umur sudah 23 masih juga single, bagaimana kau mahu tahu nikmatnya berhubung sex," sambungnya, membuat dua orang rakannya mendengus kesal sebelum Mely menepis tangan Vhina yang ingin mengusap kepalanya. Kata-kata terakhir Vhina benar-benar membuat wajah Mely berubah menjadi merah padam.

Adakah salah kalau dia masih single di usia ini?! Yang salahnya adalah membicarakan hal ini di hadapan Vhina, kata Mely dalam hati yang penuh dengan kekesalan.

"Eh, aku mahu pergi toilet dulu," kata Vhina sebelum mereka bertiga melangkah masuk ke ruang kecil yang berada di sisi koridor yang mereka lalui. Menunggu Vhina dan Sara yang saat ini berada di dalam toilet, Mely memutuskan untuk mencuci tangannya sambil bernyanyi perlahan. Tanpa sedar ada beberapa perempuan sudah melangkah masuk ke tempatnya berada.

"Lihat siapa yang ada di sini? Siapa lagi kalau bukan gadis sok suci kita semua" kata satu suara yang membuatkan Mely mengerutkan keningnya sebelum mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara tersebut.

"Kaila?" kata Mely dengan nada kesal sambil mengecilkan kedua matanya. Mely masih kesal dengan tingkah laku yang di lakukan oleh penyihir menjengkelkan ini beberapa hari yang lalu, apatah lagi khabar angin yang tersebar mengenai dirinya.

"Wah, apa yang membuatkan aku di kunjungi oleh nenek sihir kesayangan kita, ya?" kata Mely dengan nada sarkastik dengan senyuman mengejek.

"Kurang ajar!" jerit Kaila dengan nada marah sambil berjalan cepat ke arah Mely yang di ikuti oleh dua pengikutnya yang setia. Aiya, seperti Yang Mulia Ratu dengan dayang-dayang bodohnya, ejek Mely dalam hati.

Tangan Kaila naik untuk mencengkam tangan Mely dengan kuku-kuku tajam yang Mely yakin semuanya adalah nail extension. Kadang-kadang Mely pelik mengapa orang-orang menyukai kuku yang panjang dan mengerikan seperti itu. Bukankah, dengan kuku penjang sebenarnya menyukarkan kerja seharian mereka? Kedua mata kelabunya mengecil ketika melihat tangan dengan kuku yang mengerikan itu menghampiri tubuhnya, Mely segera menepis tangan Kaila dengan kuat membuat Kaila menjerit kesakitan sambil memandang tajam ke arahnya.

Hello? Adakah sikapnya sekarang sangat berlebihan? Mely hanya menepis perlahan. Ya ...sedikit kuat tetapi tidak perlulah menjerit sampai begitu. Sudah seperti orang mau di rogol saja, omel Mely dalam hati sambil memandang perempuan di hadapannya dengan pandangan jijik.

"Hey ..boleh kurangkan volume nyaring, kau. Lagi pula aku masih memerlukan gegendang telinga ini untuk berfungsi. Jadi ...tidak perlulah menjerit kuat. Suaramu terlalu mengerikan daripada ponti, nenek sihir kesayangan orang-orang tua" kata Mely dengan nada yang ditekankan pada kata terakhir yang membuat wajah Kaila merah kerana emosi yang dia rasakan.

"Hey!! Siapa yang kau panggil nenek sihir?! Kau yang nenek sihir!!" jawab salah satu pengikut Kaila yang berdiri di belakangnya dengan pandangan kesal yang di arahkan kepada Mely.

Seriously?

Mely menaikan sebelah keningnya ketika mendengar jawapan satu dayang yang membuatnya melihat tiga perempuan di hadapannya dengan wajah mencemuh. "Oh? Tapi, kau tidak menafikan bahawa nenek sihir kita ini adalah kesayangan orang-orang tua?" katanya sebelum tertawa dengan gerakan pura-pura mengesat air matanya dan memandang ke arah Kaila.

"Nampak? Bahkan dayangmu tidak menafikan yang kau adalah kesayangan lelaki tua" sambung Mely dengan nada mengejek yang membuat Kaila menjerit kesal.

"Perempuan kurang ajar!!!" jerit Kaila sambil menaikkan tangannya untuk menampar Mely yang saat ini masih tersenyum memandangnya. Belum sempat tangan Kaila mendarat di salah satu pipi Mely, satu tangan dengan pantas menahan tangannya, membuat semua mata memandang ke arah sepasang mata hijau yang memandang Kaila dengan penuh amarah. Sekiranya pandangan itu dapat membunuh seseorang, Mely yakin saat ini Kaila sudah terbaring di permukaan lantai kerana pandangan Vhina.

Melihat sikap Vhina membuatkan Mely tersenyum puasa, dia benar-benar merasa senang dengan sikap perhatian yang diberikan oleh rakannya yang satu ini.

"Hey, bitch! Kau fikir kau siapa mau tampar adik kecilku?"

Or not.

Mendengar itu membuat Mely yang sejak tadi tersenyum berubah menjadi cemberut. Bolehkah rakannya yang satu ini tidak membawa status adik? Kata Mely dalam hati dengan penuh kekesalan  

Siapa yang dia panggil adik!? Bahkan dia sendiri tidak mempunyai seorang kakak!!

Merasakan pandangan tajam Vhina, kaila tanpa sedar menelan liur gugup, dia dengan cepat menarik tangannya sebelum memandang tajam ke arah Vhina. "Jangan masuk campur Ms. Ravers atau kau akan terima akibatnya," kata Kaila dengan nada penuh amarah.

"Hey! Nenek sihir! Siapa kata kau boleh mengancam dia, hah?" kata Mely dengan pandangan tajam. Dia boleh terima jika Kaila terus menghinanya atau mengambil tindakan seperti pengecut kepadanya. Mely sedia untuk menghadapi perempuan yang menjengkelkan ini head-on-head. Tetapi, jika perempuan ini sudah mula mengancam salah satu rakannya maka Mely tidak akan diam.

Tidak ada seorang pun yang boleh menyakiti orang penting dalam hidupnya!

"Kau -" jerit Kaila sebelum terdiam, berusaha mengatur nafasnya beberapa saat untuk menenangkan dirinya. Untuk orang seperti Kaila menjaga imej adalah perkara yang paling penting.

"Kau fikir kau siapa Ms. Chandravina? Kau tahu yang kau bukannya siapa-siapa. Aku boleh keluarkan kau dari syarikat ini hanya sekali petikan jari. Mulut tajammu, tingkah lakumu yang menjijikkan yang sok suci di hadapan kami semua ...tsk, tsk ...aku yakin kau juga tidak sebersih seperti apa yang ada di dalam fikiran orang-orang di syarikat ini"

Hening.

"Terutama ...dengan latar belakangmu" kata Kaila sebelum senyuman mengejek terbentuk di bibirnya yang membuat Mely mengecilkan kedua matanya sebelum mengepalkan tangannya dengan kuat, berusaha menahan emosinya.

"Eh? Adakah aku menyentuh topik yang sensitif?" kata Kaila. Senyumannya semakin lebar ketika melihat reaksi Mely.

"Kaila ...stop. Kami akan pergi dari sini" kata Sara yang berdiri di sebelah Mely. Tangan lembut Sara perlahan mengusap bahu Mely yang bergetar perlahan, berusaha menenangkan emosi yang di rasakan oleh Mely.

"Kenapa adik kecil? Adakah kau takut kalau masa lalumu akan diketahui oleh semua orang? Bahawa kau berasal dari keluarga yang miskin dan abang kesayangan kau mati kerana mencuri?" kata Kaila dengan nada mengejek.

Mely diam untuk beberapa saat sebelum melangkah perlahan untuk mendekati perempuan di hadapannya dengan pandangan yang sukar.

Melihat ekspresi Mely yang berubah, membuat semua rambut di badan Kaila berdiri. Rasa dingin tiba-tiba menyelimutinya membuatkan kedua kakinya menggeletar. Dia memandang ke arah Mely yang masih berjalan ke arahnya dengan ekspresi tenang dengan pandangan bercampur. Perlahan Kaila berjalan ke belakang untuk menjauh dari perempuan mungil yang tiba-tiba berubah.

"Ka..kau mau apa? Kalau kau berani menyentuh aku. A ...aku akan beritahu Johnson dan kamu semua akan ...akan berada dalam masalah ..." kata Kaila yang tergagap.

Mely masih berjalan perlahan dengan ekspresi tenang ke arah Kaila sebelum berhenti beberapa langkah di hadapannya. Suasana toilet saat ini penuh sesak dengan semua ketegangan yang menyelubungi mereka sehingga sesuatu yang tidak mereka jangka berlaku.

Kaila terkejut ketika Mely tiba-tiba mencengkam rahangnya dengan kuat dan menariknya agar membuat kepala Kaila setara dengan kepala Mely sebelum senyuman terbentuk di wajah kecilnya. Senyuman yang mengerikan itu membuat jantung Kaila tiba-tiba berhenti untuk beberapa saat. Perlu beberapa saat sebelum rasa sakit dari genggaman Mely menjalar di wajahnya namun, kedua matanya masih tidak lepas dari wajah Mely yang benar-benar membuat Kaila ketakutan.

Bagaimana perempuan mungil ini memiliki ekspresi wajah yang mengerikan!?

Seluruh tubuh Kaila membeku ketika melihat ekspresi wajah Mely. Dia bahkan tidak sempat menjerit kesakitan sebaik saja tangan kecil mencengkam rahangnya dengan tenaga yang cukup kuat. Kaila sendiri yakin yang wajahnya akan menjadi biru kerana cengkaman Mely saat ini.

"Aku tidak tahu apa yang membuatkan kau bencikan aku. Selama ini aku tidak pernah berbuat apa-apa yang menyinggung perasaanmu. But believe me sweetheart, berurusan dengan aku bukanlah hal yang mudah, kerana jika aku sudah memutuskan untuk bergerak-" kata Mely dengan nada lembut dengan pandangan yang masih tertumpu pada manik mata Kaila sebelum mendekatkan wajahnya ke satu sisi wajah Kaila.

"Kau akan menyesal. Even I will make you regret that you're breathing the same water with me," sambungnya tepat di telinga Kaila, masih dengan nada lembut yang sama namun, semua orang di sana dapat merasakan aura berbahaya yang terpancar dari tubuh Mely.

Perlahan-lahan Mely melepaskan rahang perempuan di hadapannya yang membuatkan Kaila kehilangan tenaga dan jatuh terduduk di hadapan Mely. Tanpa melirik perempuan pucat yang duduk di hadapannya, Mely segera berjalan meninggalkan tiga perempuan yang memandangnya dengan penuh ketakutan.

Vhina dan Sara yang berjalan di belakang Mely saat ini hanya memandang belakang Mely dengan pandangan bercampur. Mereka memahami sikap Mely saat ini, terutama ketika mereka mengetahui masa lalu yang terjadi dalam keluarganya.

Masa lalu Mely merupakan sangat pantang. Malah mereka berdua tidak pernah membahas itu lagi setelah mendengar cerita Mely beberapa ketika dahulu mengenai masa lalunya. Namun, mereka tidak menyangkah yang Mely akan bersikap seperti ini ketika seseorang membahas masa lalunya.

Sikapnya yang sama sekali bukan seperti Melysah. Seolah-olah perempuan ini bukan Mely yang mereka kenal selama ini atau adik kecil mereka.

TO BE CONTINUED.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience