Rate

The Almighty Devil Of Underworld_86

Action Completed 38206

Sebaik saja bekalan elektrik terputus, kekacauan mulai bergema di seluruh ruangan ballroom tersebut. Apatah, lagi suara jeritan dari semua kaum perempuan yang membuat Mely meringis perlahan namun, dia tetap memfokuskan deria pendengarannya untuk mencari suara Rayden yang seharusnya berada tidak jauh dari posisinya saat ini.

Belum sempat Mely membuka mulutnya untuk menjerit memanggil nama Rayden, dia merasakan tangannya tiba-tiba ditarik oleh seseorang yang membuat seluruh tubuhnya menegang sebelum dia berusaha memberontak untuk melawan.

"Young madam, bertenang. Saya adalah salah satu pengawal peribadi Presiden LinDenhof. Saya diberi tugas untuk membawa anda pergi, keadaan disini tidak beberapa selamat" kata pemilik tangan tersebut.

Mendengar kata-kata lelaki ini yang mengakui dirinya sebagai pengawal peribadi Gio. Tubuh Mely yang menegang kembali seperti sediakala sebelum menganggukkan kepalanya perlahan. Dia juga masih ingat bahawa Gio masih ada urusan penting. Pasti, kerana situasi yang terjadi saat ini, lelaki possessive itu merasa risau dengan keselamatannya. Kata Mely dalam hati. Memikirkannya hal itu membuat dadanya terasa hangat sebelum senyuman nipis tanpa sedar terbentuk di bibir kecilnya.

"Mhm. Baiklah kalau itu permintaan, Vano. Tunjukkan jalannya" jawab Mely perlahan sebelum mengikuti langkah pengawal tersebut.

Pendengarannya yang awalnya dikelilingi oleh jeritan perempuan, digantikan dengan suara lantang dari beberapa tokoh lelaki yang meminta semua tetamu bertenang. Namun, melihat kegelapan terus memenuhi pandangannya, membuat Mely berspekulasi bahawa saat ini bukan hanya satu ruangan ballroom yang di selubungi kegelapan tetapi, semua ruangan di dalam bangunan besar ini. Keningnya, berkerut samar kerana banyak spekulasi yang terbentuk di dalam fikirannya.

Setelah menyedari bahawa saat ini mereka sedang berjalan naik ke tingkat atas dan bukannya ke tingkat bawah, sekali lagi spekulasi aneh terbentuk di dalam fikirannya yang membuat Mely membuka mulutnya untuk meminta penjelasan kepada pengawal peribadi yang sejak tadi menggenggam tangannya.

"Mengapa kita naik ke atas, bukankah seharusnya kita turun ke bawa?" tanya Mely perlahan namun, pengawal tersebut tidak menjawab pertanyaannya, hanya keheningan yang menyelubungi mereka.

Belum sempat Mely membuka mulutnya untuk kedua kalinya, akhirnya dia mendengar suara pengawal tersebut menjawab pertanyaannya. "Presiden LinDenhof, sudah menyiapkan helikopter untuk young madam. Keselamatan young madam adalah keutamaan utama sekarang" kata pengawal tersebut dengan nada dingin yang saat ini terdengar jelas dari cara bicaranya.

Akhirnya, Mely hanya menganggukkan kepalanya perlahan kerana tiada lagi persoalan yang ingin dia ajukan. Sekiranya, ini adalah kehendak Gio, maka dia akan mematuhinya tanpa mempersoalkan apa-apa kerana Mely seakan sudah dapat membayangkan betapa murkanya Gio jika dia melawan dan tidak mematuhi arahannya. Mengingatkan, ekspresi lelaki itu, membuat senyuman pasrah terbentuk di wajah kecilnya.

Keheningan kembali menyelubungi mereka, hanya suara langkah kaki mereka berdua bergema di sepanjang tangga kecemasan yang dipenuhi kegelapan ini. Jantung Mely berdegup kencang kerana penuh dengan kewaspadaan. Entah, mengapa dia merasa perasaan tidak senang yang membuat seluruh tubuhnya menjadi gelisah.

Ketika, akhirnya mereka sampai di atas bumbung hotel ini, Mely dengan jelas melihat helikopter hitam yang berdiri tengah-tengah helipad yang saat ini berada tidak jauh dari posisinya dan juga beberapa orang berpakaian serba hitam yang berdiri di hadapan helikopter, lengkap dengan senjata api di tangan mereka. Hal, itu menimbulkan persoalan di dalam fikiran Mely ketika melihat pemandangan di hadapannya ini.

Bukankah, ini terlalu berlebihan?

Pengawal peribadi Gio memang selalu membawa senjata api tetapi, selalu disembunyikan di dalam pakaian mereka. Untuk mereka mengeluarkannya seperti sekarang ...bukankah ini terlihat pelik?

Atau, situasi ini memang tergolong berbahaya? fikir Mely dalam diam sebelum menggeleng perlahan.

"Young madam, cepat masuk ke dalam helikopter agar kami dapat membawa anda ke lokasi yang lebih selamat," kata pengawal tersebut, yang mengarahkan Mely ke arah pintu helikopter yang terbuka luas di hadapan mereka. Kipas helikopter di hadapannya mula bergerak perlahan yang menunjukkan helikopter tersebut sudah siap untuk di terbangkan.

Melihat beberapa pengawal berdiri di kedua-dua sisi pintu helikopter itu, membuat Mely mengecilkan kedua matanya untuk mencari wajah-wajah familiar dari semua orang yang ada di hadapannya. Pandangannya sekilas menangkap satu wajah familiar yang malah membuat seluruh tubuhnya membeku. Adakah, dia berhalusinasi? kata Mely dalam hati sebelum mengedipkan kedua matanya untuk memfokuskan pandangannya namun, melihat wajah familiar itu lagi membuat kedua kakinya berhenti melangkah.

Menyedari Mely menghentikan langkahnya, pengawal tersebut yang berada di hadapan Mely berhenti melangkah sebelum menoleh ke arah perempuan mungil sambil mengerutkan keningnya ketika melihat sepasang mata kelabu yang memandangnya dengan pandangan terkejut, perlahan dia mengecilkan kedua matanya.

"Kamu ...bukan orang-orang, Vano" kata Mely perlahan, lebih menekankan satu kenyataan dibandingkan satu pertanyaan. Kedua mata kelabunya berubah dingin sebaik saja kenyataan tersebut terproses di dalam fikirannya.

Tidak mungkin ada lelaki itu jika mereka adalah pengawal peribadi Vano! jerit Mely dalam hati.

Dia benar-benar tidak menyangka dia dapat bersikap lengah sebegini!

Shit!!

Mengapa dari awal dia tidak merasakan keganjilan yang ada di hadapannya ini! maki Mely dalam hati mengutuk kebodohannya saat ini. Dengan gerakan pantas Mely memusingkan tubuhnya untuk memanfaatkan momentum yang ada dan menendang dada lelaki asing di hadapannya.

"FUCK!!!!" 

Jeritan kesakitan lelaki itu menarik perhatian semua lelaki asing yang berada di atas bumbung bangunan hotel mewah ini.

Shit! Shit! Shit! Shit!!

Maki Mely berulang-ulang kali sambil mengangkat gaun panjangnya sebelum berlari menujuh ke arah pintu keluar yang membuatkan semua lelaki asing di sekitarnya bergerak refleks untuk mengarahkan senjata mereka ke arahnya sebelum melepaskan beberapa das tembakan.

Bunyi tembakan itu membuat seluruh tubuh Mely dialiri oleh adrenalin yang tinggi, apatah lagi bunyi peluru yang saat ini melintas di sekelilingnya. Mely benar-benar berharap tiada satu peluru yang menembusi tubuhnya.

Mengapa, hidupnya selalu ditimpa nasip malang!!??

Pertama serangan, kedua apartmennya di musnahkan, ketiga dia diserang oleh dua badut sialan, keempat dia hampir terperangkap dalam perangkap jahat Julia dan sekarang!!??

Sekiranya, bukan kerana tubuhnya yang sangat lincah, keinginannya yang kuat dan keberuntungannya, entah sudah berapa kali nyawanya melayang dari setiap nasib malang yang menimpanya!! Namun, sepertinya dia sudah mulai kehabisan semua nasib keberuntungannya kerana saat ini dia merasa dia tidak mungkin dapat keluar dari kawasan sialan ini!!

Terlalu ramai yang menyasarkannya sekarang!!

Double shit!!

No!!

It's even triple shit!!

Kesalahan apa yang sudah dia buat di kelahiran lepas sehingga dia selalu menerima nasib malang yang seperti ini!? erang Mely penuh penyesalan sambil berlari zig-zag untuk menghindar peluru-peluru yang saat ini berterbangan di sekelilingnya untuk menghalang laluannya.

"Berhenti!! Jangan gunakan senjata kalian lagi! Dia mau perempuan ini dalam keadaan tidak terluka!" jeritan kuat itu membuat hujan peluru berhenti seketika. Bahkan Mely yang mendengar jeritan familiar itu tanpa sedar menghentikan langkahnya. Kedua matanya terbeliak sebelum memusingkan tubuhnya untuk melihat wajah familiar tersebut.

Sepasang mata coklat gelap itu memandang Mely dengan pandangan dalam yang membuat seluruh tubuh Mely menegang. Sorot dingin yang jelas terlihat dari kedua mata itu membuat tubuh Mely menggigil kerana rasa panik yang saat ini menyelimuti seluruh tubuhnya. Keringat dingin mengalir di kedua pelipis wajahnya. Melihat kedua kening yang terangkat dari lelaki tersebut membuat tubuh Mely tersentak seakan baru tersedar dari lamunannya sebelum dengan cepat dia berlari ke arah pintu keluar yang sudah berada tidak terlalu jauh dari posisinya saat ini.

Kedua mata coklat gelap itu berkontraksi sebaik saja dia melihat perempuan mungil yang sudah lama dia tidak lihat itu berlari meninggalkannya. Kilatan gelap sepintas terlihat dari kedua matanya sebelum dia menjerit kuat ke arah semua anak buahnya.

"Tangkap perempuan itu! Jangan biarkan dia melarikan diri!! Cepat kejar!!

Tepat setelah suara dingin itu bergema di atas bumbung, semua orang yang berada di sana dengan cepat bergerak untuk menangkap tubuh perempuan mungil yang sama sekali tidak berubah. Namun, setelah sepasang mata coklat gelap itu menyedari perempuan mungil itu bergerak lincah untuk menghindari dan membalas setiap serangan anak buahnya. Kedua mata coklat gelapnya menjadi semakin gelap.

Shit!!

Makinya perlahan sebelum berlari untuk mengejar perempuan mungil yang sudah hampir pada pintu keluar. Jika, perempuan mungil ini melewati pintu keluar itu, maka akan semakin sukar mereka membawanya pergi. Lebih-lebih lagi jika Giovano LinDenhof menyedari kejanggalan yang terjadi saat ini, kata lelaki tersebut sambil berlari sekuat tenaga untuk mengejar perempuan mungil yang sudah tidak jauh dari posisinya saat ini.

Nafas Mely terengah-engah, tangannya terasa semakin sakit kerana sibuk memukul mereka agar menjauhinya. Kakinya terasa lebih sakit kerana dia berlari dengan menggunakan kasut tumit tinggi yang membuatnya merasa sedikit déjà vu kerana dia benar-benar pernah berada di dalam situasi ini sebelumnya. Mengingat hal itu membuat Mely meringis perlahan.

Mengapa setiap kali dia berada dalam masalah besar dia selalu menggunakan kasut tinggi!? makinya dalam hati ketika merasakan nasib buruknya selama ini selalu membuatnya menderita.

Jantung Mely seakan berhenti berdegup ketika dia melihat bayangan hitam bergerak laju ke arahnya. Kedua matanya membulat sebelum dia memanfaatkan momentum yang ada untuk meletakkan semua beban tubuhnya pada tumit belakang kakinya untuk menghentikan langkahnya. Tanpa berfikir panjang Mely menggerakkan tangannya ke arah lelaki tersebut untuk memukul wajahnya yang membuat lelaki ini segera mengubah posisinya untuk melindungi wajahnya dari serangan perempuan mungil ini.

Mely mendengus kuat sambil memusingkan tubuhnya untuk menendang lelaki tersebut yang lagi-lagi berhasil melepaskan diri dari jangkauannya yang saat ini mengambil beberapa langkah ke belakang untuk menghindari tendangan Mely.

Tanpa, menunggu lebih lama Mely segera berlari ke arah pintu keluar yang tinggal beberapa langkah dari posisinya saat ini. Namun, belum sempat kedua kakinya melangkah, dia merasakan tarikan kuat pada gaun yang dipakainya yang membuat kedua matanya terbeliak.

Damn it!!!

Sebaik saja tubuh Mely ditahan oleh tangan lelaki ini kedua mata kelabunya dipenuhi kilatan dingin yang membuat ekspresi wajah Mely saat ini terlihat mengerikan. Melihat senjata hitam yang ada di holster sisi badan lelaki ini, dengan gerakan pantas tangannya meraih pistol tersebut dan menembak beberapa tokoh asing yang berlari ke arahnya.

Suara tembakan tersebut bergema di sekitar mereka, membuat suasana yang menyelubungi kawasan ini dipenuhi oleh ketegangan. Tidak menunggu reaksi dari mereka, Mely segera meletakkan pistol ke arah leher lelaki berpakaian hitam yang tangannya masih melingkari pinggang kecilnya.

"Lepaskan tanganmu sebelum aku letupkan kepalamu!" kata Mely dengan nada dingin, membuat beberapa lelaki yang berada di sekelilingnya membeku di tempat masing-masing. Tiada yang berani untuk melangkah, terutama melihat apa yang sudah dilakukan oleh perempuan mungil ini kepada rakan-rakan mereka yang saat ini sudah terbaring di lantai dengan genangan darah yang mewarnai tubuh mereka.

Semua orang yang ada di atas bumbung ini bersikap waspada, kecuali satu orang yang masih memandang perempuan mungil yang mengacukan pistol ke arah lehernya. Mereka yang melihat lelaki itu tidak dapat menahan tubuh mereka dari tidak bergetar kerana merasa risau akan nasib masa depan kapten mereka saat ini.

Tidak dapat dinafikan yang perempuan ini bukanlah perempuan biasa kerana perempuan mana yang dapat menembak tepat di tengah dahi sasarannya ketika mereka berada di bawah tekanan seperti ini?

Sudah jelas perempuan ini memiliki kemahiran yang sangat istimewa. Entah apa yang di inginkan oleh master mereka dengan perempuan ini, mungkin master mereka ingin perempuan ini bekerja di bawah kekuasaannya?

Ah! Mungkin juga, terutama dengan kehebatan menembak yang sangat luar biasa dimiliki oleh perempuan ini. Tetapi, mengapa mereka merasa yang kapten mereka ini sangat mengenali perempuan ini?

Tiada yang menyuarakan semua keraguan mereka saat ini dan tiada juga yang berani bergerak dari posisi mereka saat ini. Masa di atas bumbung ini seakan berhenti berputar yang membuat mereka semua tidak dapat bergerak sama sekali.

Perlahan kedua mata coklat gelap yang sejak tadi memandang ke arah sepasang mata kelabu di hadapannya ini bergerak untuk memperhatikan keseluruhan struktur wajah kecilnya. Senyuman nipis terbentuk di wajahnya sebelum mendekatkan wajahnya ke arah wajah perempuan mungil yang saat ini menegang ketika merasakan pergerakannya.

Tidak peduli dengan ujung pistol yang berada di tengah lehernya, dia mendekatkan bibirnya tepat diatas telinga perempuan ini. "It's a long time no see, Ely" gumam lelaki tersebut yang membuat tubuh Mely semakin menegang. Mely mengecilkan kedua matanya sebelum mendorong pistol yang ada di tangannya ke leher lelaki tersebut.

"Alex, lepaskan aku" kata Mely dengan nada dingin namun, lelaki bernama Alex ini dapat mendengar nada amarah yang tersirat dari nada bicara Mely saat ini yang membuat Alex semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil ini.

Ekspresi Mely semakin gelap, kedua matanya memandang ke arah sepasang mata coklat dengan kilatan gelap familiar yang membuat senyuman nipis yang terbentuk di bibir Alex semakin lebar.

Berbeza dengan reaksi kesal Mely, semua anak buah Alex yang berada di sekeliling mereka saat ini membesarkan kedua mata mereka ketika melihat ekspresi kapten mereka. Ini adalah kali pertama selama mereka bekerja sama dengan lelaki ini mereka melihat senyuman terbentuk di wajahnya. 

Kapten mereka yang terkenal dengan sikap haus darah dan kejam itu rupa-rupanya boleh tersenyum juga!?

Benar-benar sukar dipercayai, bukan?!?

Sekiranya, bukan kerana situasi yang mereka hadapi saat ini, mereka pasti berfikir yang mereka sedang berhalusinasi.

"Tidak. Aku harus membawamu pergi, Ely" kata Alex dengan nada dingin yang sangat familiar dalam ingatan Mely sebaik saja dia mendengarnya.

"Vano tidak akan melepaskan kamu, Alex. Dia akan membunuhmu" desak Mely dengan nada penuh ancaman. Mendengar ancaman Mely, bukannya Alex merasa terancam dia malah tertawa terbahak-bahak.

Suara tawanya yang dingin itu membuat tubuh semua anak buahnya bergetar penuh ketakutan. Kapten mereka ini tidak pernah ketawa dan sekali dia ketawa bukannya membuat mereka merasa gembira sebaliknya membuat mereka merasa seperti mendengar suara dewa kematian yang siap mencabut nyawa mereka.

Benar-benar mengerikan!!!

Tidak terpengaruh dengan suara tawa Alex saat ini, Mely malah mengerutkan keningnya ketika melihat reaksi pelik lelaki ini di hadapannya ini. "Ada apa dengan reaksimu, Alex?" tanya Mely dengan nada yang sama, membuat Alex semakin tertawa.

Tangan besar Alex perlahan mengeratkan pelukannya di tubuh mungil perempuan di hadapannya sebelum kedua mata coklat gelapnya memandang perempuan ini dengan pandangan gelap. "Kau fikir, Giovano LinDenhof akan menolongmu?" Alex, menekankan setiap kata yang dia katakan dengan nada penuh ejekan.

Seluruh tubuh Mely menegang sebaik saja dia mendengar kata-kata lelaki ini. Tubuhnya seperti di sambar petir yang membuat tubuhnya menjadi kaku. Rasa takut dan panik menyelimuti seluruh hatinya sebelum kedua mata kelabunya dipenuhi dengan api kemarahan yang terlihat jelas dari pandangannya saat ini. Tubuhnya bergetar perlahan kerana emosi yang menyerang tubuh.

"APA YANG SUDAH KAU BUAT DENGAN, VANO!?" jerit Mely penuh emosi. Kedua matanya dipenuhi oleh api kemarahan, dadanya bergerak tidak menentu kerana nafasnya yang terengah-engah. Perasaan marah, takut, panik dan penuh kerisauan bercampur menjadi satu membuat dadanya terasa seperti ditikam oleh ribuan jarum.

"Aku akan bunuh kau kalau kau menyentuh sehelai rambut Vano!!" sambung Mely, masih dengan emosi yang sama.

Melihat perempuan mungil di hadapannya ini yang hilang kawalan emosinya membuat Alex terpana untuk beberapa saat. Kedua matanya seakan tidak mempercayai bahawa perempuan di hadapannya ini adalah perempuan yang sama. Perubahan yang sangat ketara ini membuat Alex hampir tidak mengenali siapa perempuan yang ada di dalam pelukannya ini.

Perubahan yang benar-benar memberi impak yang sangat buruk, kata Alex dalam hati sebelum kilatan gelap terlihat dari kedua matanya. "Aku tidak melakukan apa-apa tetapi, kalau kau melawan. Aku tidak dapat menjamin keselamatan Giovano LinDenhof" kata Alex dengan nada dingin yang sama.

Mendengar jawapan yang jelas-jelas ancaman untuk dirinya membuat benang kesabaran Mely akhirnya putus. Kedua matanya memandang penuh amarah ke arah lelaki di hadapannya ini.

"Bastard!!!" jeritnya penuh amarah sebelum satu kakinya bergerak untuk menginjak kaki Alex dengan sekuat tenaga yang membuat Alex mengerang kesakitan. Pelukan erat yang melingkari tubuhnya menjadi longgar, membuat Mely mencengkam salah satu tangan Alex untuk melepaskan seluruh tubuhnya dari jangkauan lelaki ini.

Kedua mata Alex mengecil ketika menyedari maksud dari pergerakan Mely saat ini. Tangannya dengan pantas menangkap lengan Mely sebelum memusingkan lengannya dan mengunci tubuh mungilnya dengan kedua tangannya.

"ARGH!!!"

Jeritan penuh kesakitan Mely bergema di seluruh kawasan bumbung ini, bahkan orang-orang Alex yang melihat pergerakan kapten mereka saat ini meringis dalam hati.

Gerakan mengunci yang sangat menyakitkan yang pernah mereka semua rasakan dalam latihan, fikir mereka dalam diam. Perempuan ini benar-benar berani menghadapi kapten mereka ini, sambung mereka dalam hati.

"Tenang, Ely. Aku tidak akan menyakitimu" kata Alex perlahan sambil memperhatikan wajah kecil Mely yang dipenuhi oleh ekspresi kesakitan dan peluh dingin yang mengalir di kedua sisi wajahnya. Namun, semua itu tidak mempengaruhi, Alex.

Sama ada perempuan ini merasa kesakitan atau tidak, perkara yang paling penting baginya adalah menjalankan misinya.

Selebihnya dia tidak peduli.

"Diam! Aku tidak peduli! Lepaskan aku, bastard!" jerit Mely menahan kesakitannya. Pandangannya menjadi kabur kerana rasa sakit yang saat ini menyerang tubuhnya.

Klik.

Tepat setelah Mely menyelesaikan jeritannya, dia mendengar bunyi besi sebelum dia merasakan besi tersebut melingkari pergelangan tangannya. Kedua matanya membulat seketika.

Gari!?

Fuck!!!

Dengan pergerakan pantas Alex segera meletakkan tubuh Mely di salah satu bahunya dan berjalan ke arah helikopter yang berada tidak jauh dari posisi mereka. Langkahnya yang bergerak cepat membuat semua anak buah yang sejak tadi berdiri segera membuka jalan untuk memudahkan pergerakan kapten mereka saat ini.

"Berundur!!" jerit Alex dengan kuat yang membuat semua anak buah yang berada di sekelilingnya berlari ke arah helikopter. Mely yang mendengar jeritan tersebut berusaha meronta dari genggaman Alex yang sama sekali tidak terganggu dengan sikapnya saat ini.

"Alex you're crazy!! Giovano LinDenhof will kill you!!! Let me go now!!" jerit Mely dengan penuh emosi sambil memukul belakang lelaki ini dengan sekuat tenaganya.

Melihat satu-satunya pintu yang menjadi kuncinya untuk lepas dari situasi ini semakin jauh dari genggamannya, membuat tubuh Mely diselimuti oleh rasa putus asa. Kedua mata kelabunya perlahan dipenuhi genangan air mata, dia merasa satu-satunya peluang untuk dia melarikan diri semakin hilang dari genggamannya.

Vano ...kamu di mana!?

Adakah kamu tidak apa-apa!?

Aku mohon tolong aku!

Hanya kamu satu-satunya harapan yang aku ada!!

Fikiran-fikiran negatif semakin memenuhi fikirannya dan membuat Mely mulai hilang akal, kedua matanya dipenuhi oleh keputusasaan dan rasa panik yang dapat di lihat dengan jelas. Dengan gerakan kasar Mely berusaha memberontak sambil terus memukul belakang Alex dengan sekuat tenaga.

Tidak terlalu peduli dengan sikap Mely saat ini, Alex masih berjalan santai ke arah helikopter di hadapannya sebelum melemparkan tubuh mungil tersebut ke arah tempat duduk hitam. Melihat ekspresi putus asa perempuan mungil di hadapannya ini membuat Alex mendengus perlahan, kedua matanya coklat gelapnya dipenuhi oleh rasa tidak suka. Tangannya bergerak dengan cepat untuk mencengkam rahang Mely, memaksanya untuk memandang ke arah kedua matanya yang saat ini dipenuhi kegelapan.

"Mari kita lihat, adakah lelaki kesayanganmu itu dapat menyelamatkan, kamu" kata Alex dengan nada amarah sebelum melepaskan wajah Mely dengan kasar. Pandangannya perlahan beralih ke arah juruterbang sebelum memberi isyarat tangan yang segera dibalas dengan anggukan.

Air mata yang sejak tadi membanjiri kedua mata Mely akhirnya mengalir deras di kedua pipinya. Pandangannya dipenuhi dengan kesedihan sebelum memandang ke arah langit malam yang memenuhi tingkap helikopter tersebut.

Vano selamatkan aku!!!

TO BE CONTINUED.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience