Rate

The Almighty Devil Of Underworld_91

Action Completed 38206

A certain villa, unknown area.

Sinar cahaya bulan yang menutupi sebahagian wajah lelaki tinggi yang saat ini duduk di tengah-tengah beranda yang menghadap ke arah pemandangan laut yang jelas terlihat dari posisi duduknya saat ini, membuat bayang-bayang lelaki ini terlihat semakin penuh misteri. Kedua mata coklat itu memandang ke arah taman besar yang dipenuhi dengan tanaman hiasan di hadapannya dengan pandangan melamun. Tangannya masih bergerak memainkan pisau lipat yang ada di genggamannya. Tiada yang tahu apa yang dia fikirkan saat ini

"Master, saya baru mendapat berita dari Alex yang sasaran anda sudah sampai ke tempat tujuan. Tahap pertama permainan yang anda mainkan sudah mulai memasuki tahap terakhir" kata Butler lelaki yang sejak tadi berdiri di dekat lelaki ini, membuat senyuman lebar perlahan terbentuk di bibir nipis lelaki ini. Perlahan dia menganggukkan kepalanya seolah-olah dia baru saja mendengar berita yang mengagumkan yang membuat moodnya menjadi semakin baik. 

"Seberapa banyak?" tanya lelaki itu sambil memandang tangannya yang sibuk bermain dengan pisau lipat yang sejak tadi berada di genggamannya.

"Menurut informasi yang diberikan oleh Alex, mereka menggerakkan lima helikopter jenis black hawk dan dua jet tentera Amerika Syarikat" jawab Butler tersebut dengan nada formal yang membuat lelaki ini hanya menganggukkan kepalanya perlahan.

Kilatan gelap terlihat di kedua mata coklatnya sebelum dia melirik ke arah Butler yang berada di sisinya yang membuat nafas Butler tersebut tersekat ketika melihat kedua mata coklat itu dipenuhi kegelapan.

"M-master...?" panggil Butler dengan nada waspada.

"Josef, adakah kamu rasa sasaran kita itu menarik? Dia melakukan semua itu untuk my little mouse. Baby darling perempuan yang sangat mengagumkan, bukan?" katanya dengan nada excited yang malah membuat tubuh Butler Josef berkeringat kerana merasakan suasana pelik master-nya ini.

"Su ..sudah tentu, master" jawab Butler Josef dengan gagap.

Kilatan gelap di kedua mata coklat itu menjadi semakin jelas sebelum dia kembali memandang ke arah pantai yang dapat di lihat dengan jelas dari posisi duduknya saat ini.

"Aku sudah lama ingin bertemu dengannya. Aku rasa selama beberapa tahun ini baby darling sudah menjadi semakin menawan. Bukankah begitu, Josef?" katanya lagi, masih dengan nada bicara yang sama.

Mendengar soalan itu membuat kedua kaki Butler Josef bergetar perlahan. Sekiranya, bukan kerana kawalan dirinya yang kuat, Butler Josef yakin dia pasti sudah terduduk di atas permukaan lantai beranda ini.

Perlahan, dia menganggukkan kepalanya sebelum menjawab pertanyaan tersebut. "Ya, master"

Balasan Butler Josef membuat lelaki tersebut menganggukkan kepalanya dengan ekspresi puas yang mewarnai wajah tampannya sebaik saja dia mendengar jawapan dari butlernya. Tanpa sedar dia mengeratkan cengkaman tangannya yang membuat tangannya yang sejak tadi menggenggam pisau lipat tersebut dipenuhi dengan cairan darah yang saat ini perlahan-lahan menitis ke arah permukaan lantai kayu beranda yang membuat kedua mata Butler Josef terbeliak ketika melihat kejadian yang terjadi di hadapannya saat ini. 

"MASTER!!" jerit Butler Josef dengan nada panik sambil berjalan cepat ke arah majikannya namun, baru beberapa langkah. Dia melihat isyarat tangan majikannya yang menyuruhnya untuk berhenti di tempatnya.

Keheningan kembali menyelubungi mereka, hanya suara titisan darah yang bergema di sekitar mereka yang di gabungkan dengan suara angin dan ombak yang terdengar dari kejauhan. Senyum lebar yang terbentuk di wajah lelaki ini membuat ekspresinya saat ini terlihat menyeramkan, terutama dengan kulit pucat yang mewarnai tubuhnya.

"I will see you soon enough, baby darling" gumamnya dengan pandangan yang masih tertumpu pada titisan darah yang terbentuk di telapak tangannya.

Tepat setelah dia mengatakan hal itu, mereka berdua mendengar suara langkah kaki tumit tinggi yang mendekat ke arah posisi mereka saat ini. Keduanya, mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu masuk tersebut sebelum keduanya melihat perempuan gaun merah yang berjalan ke arah mereka yang membuat Butler Josef menahan nafasnya kerana terkejut melihat penampilan perempuan tersebut. 

"Mr. Stan, anda harus bantu saya balas dendam!" jerit perempuan gaun merah tersebut yang tidak lain adalah Julia Jennings. kedua matanya dipenuhi oleh kebencian yang bercampur dengan rasa malu yang saat ini mewarnai pandangannya dan ekspresi wajahnya. Seluruh tubuhnya terlihat dipenuhi oleh lebam biru keunguan yang mewarnai kulit putihnya.

Melihat penampilan perempuan yang saat ini berjalan semakin dekat ke arahnya, membuat lelaki tersebut menaikkan kedua keningnya. Kedua mata coklatnya bergerak dari atas ke bawah untuk memperhatikan penampilan perempuan di hadapannya ini.

"What's wrong with you?" tanyanya dengan nada dingin sambil memandang perempuan tersebut dengan pandangan jijik.

Mendengar nada tersebut membuat Julia yang saat ini memandang ke arah lelaki ini memuncungkan bibirnya, kedua matanya memandang lelaki di hadapannya dengan ekspresi menyedihkan namun, semua itu sama sekali tidak mempengaruhi lelaki yang saat ini duduk di hadapannya. Kedua mata coklat itu masih memandang dingin ke arah Julia seolah-olah perempuan di hadapannya ini bukanlah manusia melainkan hanya benda yang tidak berguna.

"Mr. Stan, perangkap yang anda buat itu malah berubah menimpa aku. Perempuan sialan itu dengan mudah mengubah keadaan, dia tiba-tiba menarik tanganku dan lihat apa yang terjadi padaku!" keluh Julia dengan nada merajuk sambil menyilangkan kedua tangannya. 

Kedua mata Julia dipenuhi kebencian setiap kali dia membayangkan wajah menawan perempuan mungil itu. Rasa cemburu semakin bertambah dalam dirinya. Dia benar-benar tidak dapat terima perempuan biasa itu malah lebih baik daripada dirinya.

Tidak!!

Dia adalah yang terbaik!

Tiada yang lebih baik daripada dirinya.

Kedua mata coklat itu mengecil ketika mendengar ucapan perempuan yang saat ini berdiri beberapa langkah di hadapannya. Perlahan dia mengalihkan pandangannya ke arah Julia yang saat ini masih sibuk melakukan protes dengan segala keluhan dan ketidakadilan yang dia rasakan semenjak perempuan bernama Melysah Chandravina masuk dalam kehidupannya.

"Apa yang terjadi?" tanya lelaki tersebut dengan nada dingin sambil memandang Julia dengan ekspresi penuh minat.

Memikirkan bahawa dia akhirnya berjaya menarik perhatian lelaki ini, jantung Julia berdegup kencang penuh dengan kebahagiaan. Dengan penuh semangat Julia menceritakan semua kejadian yang terjadi di acara tahunan LinDenhof Corporation dengan nada sangat berlebihan yang membuat ujung bibir Butler Josef berkedut keras ketika mendengarnya.

"Bagaimanapun, saya mau Melysah Chandravina hancur. Saya mau dia mati. Anda harus membunuhnya dengan kejam" kata Julia dengan nada mendesak yang membuat ekspresinya saat ini terlihat seperti perempuan yang sudah mulai hilang akal.

Kata-kata Julia membuat ujung bibir lelaki tersebut terangkat perlahan, kedua mata coklatnya dipenuhi oleh kilatan gelap sebelum dia menaikkan sebelah keningnya. Tangannya yang berlumuran darah kering itu bergerak dengan lincah untuk memainkan pisau lipat yang ada di dalam genggamannya. "Hancur? Mati? Membunuhnya dengan kejam?" ulangnya dengan nada perlahan.

Julia menganggukkan kepalanya dengan cepat, kedua matanya dipenuhi oleh kilatan membunuh dengan senyuman lebar yang terbentuk di bibirnya yang membuat ekspresi Julia saat ini terlihat sedikit menakutkan. 

"Ya, saya mau Melysah hancur dan mati dengan sangat kejam" ulang Julia dengan menekankan setiap kata yang dia katakan.

Keheningan menyelubungi beranda kayu tersebut. Mungkin saat ini Julia tidak menyedarinya namun, tidak untuk Butler Josef. Dia sudah cukup hafal dengan sikap majikannya yang satu ini, dia sudah berada di sisi lelaki ini sejak majikannya ini masih kecil dan dia tahu semua mengenai majikannya ini termasuk seperti saat ini.

Mungkin, orang lain yang melihat sikap majikannya ini terlihat santai namun, disebalik sikap santainya dia sebenarnya sangat marah. Semakin dia marah semakin santai dan tenang juga dia melakukan aktivitinya sehingga akhirnya dia memutuskan untuk bertindak.

Dan, pada saat itu orang yang berhasil memprovokasinya akan menyesal kerana sudah melakukan kesalahan namun, apa yang dapat mereka lakukan jika tiada lagi kata-kata penyesalan yang dapat mengubah keadaan. Oleh kerana itu ketika Butler Josef melihat reaksi dan ekspresi majikannya ini, dia benar-benar tidak dapat menahan tubuhnya untuk tidak bergetar kerana rasa takut yang tiba-tiba menyelimuti tubuhnya. Kedua matanya, bahkan tidak berani untuk melirik ke arah wajah majikannya, jantungnya seakan berhenti berdegup seketika setelah menyedari ekspresi tenang majikannya ini.

Master-nya ini benar-benar melambangkan keadaan yang tenang sebelum badai besar menyerang.

Butler Josef saat ini hanya dapat memaki perempuan bodoh ini kerana berhasil memprovokasi kemarahan majikannya. Tubuhnya menegang ketika dia merasakan suasana beranda ini mulai dipenuhi dengan aura tekanan yang membuat Butler Josef mengalami kesukaran bernafas. 

"Apa hak kau meminta aku melakukan hal itu?" kata lelaki itu dengan nada yang sama seperti sebelumnya namun, sebaik saja Julia mendengar pertanyaan itu, dia merasa tubuhnya seperti di sambar petir yang membuat seluruh tubuhnya menegang seketika. 

Senyumannya lebar yang terbentuk di wajah Julia berubah kaku seketika, ketika dia mendengar respon lelaki di hadapannya ini. Entah mengapa dia tiba-tiba merasa firasat buruk. Sangat-sangat buruk. Rasa takut tiba-tiba menyelimuti tubuhnya membuat keringat dingin mulai terbentuk di pelipis wajahnya. "A-pa-apa maksudmu?" tanya Julia dengan tergagap.

Perlahan kedua mata coklat yang dipenuhi kegelapan itu melirik ke arah Julia yang membuat Julia merasa sebagian nyawanya melayang dari tubuhnya ketika melihat pandangan tersebut. Ujung bibir lelaki tersebut perlahan terangkat sebelum senyuman nipis terbentuk di wajahnya yang membuat ekspresinya saat ini terlihat semakin menyeramkan. "Apa hak kau meminta aku melakukan hal itu" ulangnya, menekankan setiap kata yang dia katakan. 

Kedua mata Julia terbeliak, tubuhnya semakin bergetar, kedua kakinya tanpa sedar melangkah kebelakang. "Tap-tapi, Mr. Stan ...anda cakap akan membantu saya" kata Julia dengan nada penuh ketakutan. Ini adalah kali pertama dia melihat lelaki menyeramkan seperti ini, bahkan lelaki ini lebih memyeramkan dibandingkan Presiden LinDenhof.

Mendengar kata-kata Julia membuat lelaki tersebut tertawa kuat sehingga membuat seluruh tubuhnya bergetar kuat. Seolah-olah dia baru saja mendengar jenaka paling lucu yang pernah dia dengar dalam hidupnya. Kedua mata coklat itu kembali memandang Julia dengan pandangan mengejek. 

"Kalau kau berjaya melaksanakan rencanaku tetapi lihat apa yang terjadi? Kau malah gagal melakukan tugasmu dan kau malah merasakan apa yang sudah aku persiapkan" katanya sambil tertawa sebelum menggelengkan kepalanya perlahan.

"Sudah aku duga little mouse memang genius" gumamnya perlahan dengan kilatan samar yang terlihat pada kedua mata coklatnya. Bibir nipisnya terbentuk perlahan dengan senyuman nipis yang akhirnya setelah sekian lama membuat lelaki ini terlihat seperti manusia normal.

Julia tercengang ketika mendengar kata-kata lelaki di hadapannya ini. Wajahnya berubah merah kerana merasa malu dengan kegagalan yang dia lakukan namun, ketika dia mendengar kata terakhir itu, dia merasa hatinya dicengkam oleh satu tangan besar yang membuatnya sukar untuk bernafas.

Mengapa dia merasakan bahawa Mr. Stan mengenali perempuan sialan itu? kata Julia dalam hati dengan penuh keraguan.

"Mr. Stan, anda.." kata Julia perlahan yang malah membuat lelaki di hadapannya ini semakin tertawa kuat ketika melihat ekspresi penuh ketakutannya.

"Bagaimana mungkin aku menyakitinya? Dia adalah salah satu sasaran terbesarku. Baby darling kesayanganku ...dan tadi kau kata apa? Ingin membunuhnya dengan kejam?" kata lelaki tersebut dengan senyum lebar yang membuat ekspresinya saat ini benar-benar menyeramkan sehingga membuat Butler Josef dan Julia yang melihatnya saat ini hampir kehilangan semua tenaga dalam tubuh mereka.

"Sampah tidak berguna seperti kau tidak layak berhadapan dengan baby darling kesayanganku" sambungnya dengan nada dingin sebelum dengan gerakan pantas tangannya bergerak untuk mengambil pistol hitam yang terletak di atas meja kecil yang berada di sisinya dan menarik picu senjata tersebut.

Bang!

Bunyi tembakan itu bergema di sekitar beranda kayu tersebut. Kilatan membunuh jelas terlihat di kedua mata coklatnya sambil memandang tubuh yang saat ini terbaring di hadapannya. "Tiada siapa yang boleh menyakitinya melainkan aku sendiri. Hanya aku yang dapat mencetuskan semua emosi yang ada dalam dirinya termasuk ketakutannya" kata lelaki tersebut dengan nada perlahan sebelum melemparkan senjata yang ada ditangannya kepada Butler Josef yang dengan pantas menangkap senjata tersebut dengan kedua-dua tangannya.

"Buang dan bersihkan sampah itu" arahnya dengan ekspresi datar seolah-olah apa yang baru dia lakukan langsung tidak memicu sebarang emosi dalam dirinya. Seolah-olah membunuh seseorang adalah perkara biasa baginya. 

"Baik, master"

Perlahan kedua kakinya berjalan masuk ke dalam villa mewah tersebut, meninggalkan Butler Josef yang masih memandang majikannya dengan ekspresi yang bercampur.

***

LinDenhof Mansion, Manhattan, NYC.

Matahari pagi yang terlihat mewarnai langit cerah hari ini dapat membuat suasana hati orang yang melihatnya akan merasa bahawa hari ini adalah hari yang baik untuk mereka namun, berbeza dengan kediaman LinDenhof Mansion pagi ini. Suasana yang cerah pagi ini tidak dapat membuat perubahan suasana mendung yang saat ini meliputi bangunan mansion ini. Tiada senyuman yang terpampang di wajah semua penghuni dan pekerja di dalam mansion ini, bahkan hampir semua pelayan dan pengawal peribadi di kawasan LinDenhof mansion dapat merasakan aura tegang yang datang dari salah satu bilik di mana kelima lelaki yang duduk menunggu perkembangan dari Lau Fhang sejak tiga jam yang lalu.

Bahkan Butler Chong yang melihat keadaan ini tidak dapat menahan rasa bimbang dengan keadaan yang tegang ini. Dia benar-benar berharap tiada apa-apa bahaya yang menimpa young madam. Butler Chong seakan sudah dapat membayangkan apa yang akan terjadi dengan semua lelaki yang masih duduk di tempat mereka berada saat ini.

Siapa kata Butler Chong tidak bimbang?

Sudah tentu dia bimbang dengan keadaan kesihatan young madam, bahkan hampir semua pelayan dan pengawal yang berada disana memikirkan hal yang sama kerana tanpa mereka sedar young madam sudah tertanam dalam hati mereka dan mereka sangat berharap young madam akan baik-baik saja.

Tidak.

Tidak hanya berharap. Young madam harus baik-baik saja. Itu adalah seharusnya kerana jika tidak...

Pandangan Butler Chong perlahan beralih ke arah master yang sedang duduk di antara young master dengan wajah yang terlihat pucat. Kedua matanya dipenuhi dengan pandangan yang sukar digambarkan. Butler Chong tidak tahu apa yang majikannya ini rasakan dalam keadaan sukar seperti saat ini namun, dia yakin akan satu perkara. Sekiranya, sesuatu terjadi pada young madam, Butler Chong dapat meramalkan bahawa master akan lebih hancur daripada senior master [Bapa Gio] ketika dia kehilangan senior madam [Ibu Gio] beberapa tahun yang lalu.

Keheningan menyelimuti ruangan tersebut membuat suasana yang ada di dalamnya dipenuhi dengan tekanan yang dapat membuat orang-orang di dalamnya merasa kesukaran untuk bernafas. Namun, hal itu sama sekali tidak mempengaruhi kelima lelaki yang saat ini duduk bersama di sofa yang berada di sisi ruangan tersebut. Ekspresi tegang mewarnai semua wajah mereka masing-masing, bahkan Raffael dan Leo yang biasanya selalu ketawa saat ini menunjukkan ekspresi serius.

Tiada seorang pun yang membuka mulut untuk menenangkan Gio kerana mereka tahu apapun yang mereka katakan tidak akan mampu membuat suasana hati Gio menjadi lebih baik. Ini memang kelalaian mereka. Ini tidak seharusnya terjadi. Hanya perempuan mungil itu yang dapat membuat Gio merasa lebih baik, mahu pun dari keadaan fizikal atau mentalnya dan bukan hanya untuk Gio tetapi untuk mereka semua.

Tangan Leo tidak berhenti bergerak di keyboard laptop yang saat ini berada di atas pangkuannya. Bunyi suara keyboard laptop itu bergema di seluruh ruangan namun, tiada seorang pun yang merasa terganggu olehnya. Kedua mata hijaunya masih tertumpu pada layar yang dipenuhi dengan kod-kod program untuk mengesan semua petunjuk yang mungkin dapat membantu mereka. Dengan menggerakkan semua pasukan perisik di bawah naungan keluarganya, dia menghapuskan semua rangkaian komunikasi dan internet yang tersebar di seluruh dunia.

Berbeza dengan Leo, kedua tangan Nick bergerak dengan lincah di skrin telefon bimbitnya. Dengan keberkesanan yang tinggi, dia menggerakkan semua pasukan khas di bawah naungan keluarganya untuk melakukan penyelidikan menyeluruh pada mansion lama itu dan juga pada hotel tempat acara tahunan Syarikat LinDenhof Corporatioon diadakan. Sekecil apapun semua petunjuk itu dikumpulkan untuk dianalisis dengan lebih mendalam.

Deekson dan Raffael juga memantau dan menggerakkan komuniti dunia bawah untuk mencari petunjuk mengenai hal ini kerana kebanyakan pengawal yang bekerja sama dengan Johnson Andrewson adalah orang-orang dari komuniti dunia bawah.

Pintu kayu yang sejak tadi tertutup itu akhirnya terbuka dengan kuat yang membuat kelima lelaki yang sejak tadi menunggu berita dari Lau Fhang mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu tersebut. Mereka semua memandang Lau Fhang dengan ekspresi terkejut yang dipenuhi dengan harapan.

Melihat Lau Fhang keluar dari ruangan itu dengan ekspresi gelap, membuat Gio merasa jantungnya seakan berhenti berdegup. Dengan gerakan refleks dia bangkit dari posisi duduknya dan berjalan ke arah Lau Fhang dengan ekspresi penuh kerisauan dan panik yang bercampur menjadi satu.

Sekiranya bukan kerana keadaan yang terjadi saat ini mungkin Lau Fhang akan tercengang di tempatnya ketika melihat ekspresi di wajah Gio, apatah lagi keadaan penampilannya saat ini. Kerana seumur hidupnya ini adalah kali pertamanya dia melihat lelaki yang selalu dapat mengawal dirinya terlihat sangat kacau. Terutama dengan semua emosi yang memenuhi wajahnya namun, saat ini semua itu langsung tidak mempengaruhi Lau Fhang ketika dia melihat Gio berjalan ke arahnya. Dengan langkah cepat Lau Fhang melangkah ke arah sepupunya sebelum melayangkan tumbukan kuat tepat ke arah rahang sepupu yang selalu dianggapnya sebagai idolanya.

Bruk!

Bunyi tumbukan itu membuat semua orang yang melihat Lau Fhang terkejut, bahkan Gio sendiri tidak menyangka bahawa lelaki yang selama ini selalu tenang dan tidak terpengaruh dengan semua emosi tiba-tiba meletup sebegini.

Nafas Lau Fhang terengah-engah, ini adalah kali pertama dia menggunakan semua tenaganya untuk memukul sepupunya. Lau Fhang adalah seorang doktor dan jenis orang yang selalu anti dengan keganasan namun, kali ini ia adalah pengecualian kerana dia benar-benar tidak dapat menahan emosi amarahnya. Perlahan dia mendekati tubuh Gio yang saat ini terduduk di atas permukaan lantai sebelum kedua tangannya mencengkam kolar kemeja Gio dengan pandangan yang dipenuhi oleh api kemarahan.

"You bastard!! Look what you're done!!" jerit Lau Fhang dengan sekuat tenaga. Kedua mata hitamnya masih memandang ke arah sepasang mata biru yang memandang tidak fokus ke arahnya. Tanpa sedar dia mengeratkan cengkaman tangannya yang membuat keempat lelaki yang berada tidak jauh dari posisinya saat ini bergerak pantas ke arah mereka dengan usaha untuk menjauhkan keduanya.

"Lau Fhang berhenti!!!"

"Lau Fhang kawal dirimu!"

"Lau Fhang stop!!"

"Lau Fhang!!"

Jeritan keempat-empat lelaki itu datang silih berganti sebelum Deekson dan Leo menarik tubuh Gio ke arah mereka sedangkan Nick dan Raffael menarik tubuh Lau Fhang yang masih berusaha keras melawan keduanya.

"Lepaskan aku!! Lepaskan!!" jerit Lau Fhang dengan wajah yang merah kerana amarah yang menyelimuti tubuhnya.

"Lau Fhang, calm down!!" jerit Raffael sambil mengunci kedua tangan Lau Fhang agar lelaki ini tidak dapat bergerak dengan mudah.

"Giovano, kau dengar baik-baik!? Kalau kau tidak dapat menjaga kucing kecilmu dengan baik, lepaskan dia!! Jangan seret dia ke dalam dunia gelapmu yang busuk itu! Lihat apa yang terjadi dengan kucing kecilmu sekarang!! Adakah kau masih belum puas melihat dia hancur, hah!?" jerit Lau Fhang dengan kuat.

Kata-kata yang diucapkan oleh Lau Fhang bagaikan sebuah tamparan kepada mereka semua. Semua orang yang mendengarnya membeku seketika bahkan Butler Chong yang berada di belakang majikannya ini ikut membeku ketika mendengar kata-kata tersebut. Kilatan penuh kesedihan memenuhi kedua matanya sebelum dia menutup kedua matanya untuk mengawal emosinya.

Tiada seorangpun yang membuka mulut untuk membantah kata-kata Lau Fhang tadi.

Tidak juga dengan Gio.

Kedua mata biru itu terlihat kosong, dengan gerakan perlahan Gio bangun dari posisi duduknya dengan bantuan Deekson dan Leo yang saat ini memandang penuh kerisauan ke arahnya yang sama sekali tidak di pedulikan oleh Gio. Perlahan Gio melangkah ke arah Lau Fhang yang saat ini masih di pegang oleh Nick dan Raffael. Semua orang yang melihat sikapnya saat ini benar-benar tidak menyangka bahawa ini adalah Giovano LinDenhof yang selalu terlihat dingin dan datar.

Kedua mata biru itu memandang tepat ke arah mata hitam Lau Fhang yang membuat nafas lelaki ini tiba-tiba tersekat. Lau Fhang tidak menyangka akan ada saatnya dia akan melihat Gio memandangnya dengan ekspresi seperti ini. Kedua mata hitamnya memandang tepat ke arah sepasang mata biru dengan penuh harapan akan jawapan yang akan diberikan oleh Gio kepadanya.

Tunggu?

Adakah sepupunya ini akan memukulnya?

Memakinya?

Atau menyeksanya kerana bersikap kasar kepadanya?

Namun, semua dugaan yang muncul di dalam fikirannya salah. Gio tidak melakukan perkara yang pelik seperti apa yang di fikirkannya. Gio hanya berdiri dan memandangnya dalam diam selama beberapa saat sebelum akhirnya dia membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaannya.

"Tidak. Aku tidak dapat melepaskannya. Aku akan hancur jika dia pergi, Nathan" kata Gio dengan perlahan sebelum berjalan meninggalkan semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut dan masuk ke dalam bilik tempat kucing kecilnya berada saat ini.

Melihat belakang lelaki itu menghilang di sebalik pintu kayu itu, membuat semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut tercengang. Terutama ketika mendengar kata-kata Gio tadi. Semua orang yang ada di dalam ruangan bertukar pandang dengan pandangan yang sukar digambarkan.

Kesemuanya hanya mempunyai satu pemikiran yang sama. Sekiranya ini adalah kesudahannya, adakah pertemuan mereka berdua adalah satu keajaiban atau satu malapetaka?

TO BE CONTINUED.

Bertemu dengan anda adalah takdir, menjadi teman anda adalah pilihan tetapi, jatuh cinta dengan anda... saya tidak dapat mengawalnya - Almighty The Devil Underworld.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience