Rate

The Almighty Devil Of Underworld_23

Action Completed 38230

LinDenhof Mansion, NYC.

Sepasang kelopak mata yang tertutup selama 3 hari itu akhirnya bergetar perlahan sebelum terbuka sepenuhnya. Kedua mata kelabu itu berusaha berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya minimum yang ditangkap oleh kedua matanya. Dia di mana? Fikir Mely sambil mengedipkan kedua matanya beberapa kali untuk memfokuskan pandangan sebelum melihat siling bilik yang gelap. Keningnya berkerut perlahan sebelum mengalihkan pandangan ke seluruh ruangan asing tersebut.

Gelap.

Satu-satunya cahaya yang diperoleh olehnya adalah cahaya sinar bulan dan beberapa lampu yang datang dari tingkap dan pintu balkoni yang terbuka yang membuatkan langsir tipis bergerak-gerak ditiup angin.

Aroma bunga tercium samar-samar di bilik asing tempatnya berada saat ini. Perlahan Mely berusaha bangun dari posisi tidurnya sebelum meringis perlahan saat merasakan rasa nyeri yang menyerang seluruh tubuhnya.

Damn it, dia habis buat apa? Gila semua badannya benar-benar terasa sakit, maki Mely dalam hati sebelum tetap memaksa tubuhnya untuk bergerak dan terduduk dikatil besar tempatnya berada. Mely dapat melihat sebahagian besar perabot yang ada di ruangan ini memancarkan aura kemewahan yang membuatkan bilik tidur ini terlihat elegan dan mewah.

Menyedari akan hal itu membuatkan kedua kening Mely semakin berkerut. Di mana dia sekarang? Adakah ketika dia berada dalam masalah dengan kumpulan itu ada orang yang menolongnya? Pertanyaan demi pertanyaan memenuhi kepalanya sebelum rasa sakit menyerang seluruh kepalanya yang membuatkan penglihatannya kabur untuk beberapa saat.

Damn, that's hurt like hell.

Beberapa saat setelah tubuhnya terbiasa dengan gerakan-gerakan perlahan, akhirnya Mely memutuskan untuk memeriksa seluruh ruangan bilik tidur tersebut. Walaupun setiap kali dia merasakan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya, namun dia tetap berjalan perlahan menuju ke arah tingkap yang berada tepat dekat tempat tidurnya.

Kedua matanya membulat ketika melihat pemandangan luar biasa di hadapannya. Dia dapat melihat taman yang terbentang luas dengan reka bentuk unik yang membuatkan taman itu terlihat sangat menakjubkan. Beberapa tiang lampu terlihat berbaris membuatkan taman itu terlihat seperti berada dalam lukisan. Cahaya minimum dan gabungan pelbagai jenis bunga dan tumbuh-tumbuhan yang bahkan Mely sendiri tidak mengetahui jenisnya, membuatkan pemandangan di hadapannya ini benar-benar mampu membuatnya hilang kata-kata.

Kedua mata kelabunya menangkap pantulan bulan di atas tanah yang bergerak perlahan.

Tunggu ...bergerak?

Holyshit!!

Melihat hal menarik di hadapannya itu membuat Mely terkejut. Dia cuba mengedipkan matanya untuk beberapa kali, berusaha meyakinkan dirinya bahawa apa yang dilihatnya saat ini adalah nyata dan bukannya hanya ilusi belaka.

Astaga, itu benar-benar sebuah tasik!!

Ada tasik di belakang rumah ini!!??

Di mana dia sekarang?!

Adakah ini syurga!?

Melihat pantulan cahaya bulan di permukaan tasik yang bergerak di atas ombak yang tenang itu membuatnya merasa seperti masih berada di alam mimpi. Tempat ini sangat indah, katanya dalam hati. Kedua kakinya tanpa sedar bergerak perlahan ke arah pintu kaca yang menghubungkan bilik tidurnya dengan balkoni besar yang menghadap ke arah taman dan tasik besar yang membuatnya kagum. Tanpa sedar rasa sakit yang dia rasakan setiap kali dia melangkah tidak terasa. Ketika tangannya membuka pintu kaca tersebut perlahan angin lembut menerpa wajah kecilnya membuat Mely memejamkan kedua matanya dan menghirup udara yang mempunyai haruman bunga dan air yang menenangkan semua saraf tubuhnya.

Bilakah kali terakhir dia merasakan perasaan setenang ini? Bahkan Mely sendiri lupa bila kali terakhir dia merasakan ketenangan seperti ini. Seluruh tubuhnya terbiasa untuk selalu berwaspada. Setiap jam, setiap minit, setiap saat bahkan setiap detik untuk menjangkah kemungkinan buruk yang akan terjadi agar dia dengan cepat mengambil tindakan untuk segera menghilang, apatah lagi pekerjaannya yang selalu bertimbun seperti gunung yang sedikit pun tidak membantunya untuk memiliki perasaan tenang seperti sekarang. Untuk beberapa saat dia akan menikmati ketenangan ini sebelum otaknya kembali berkerja untuk mengetahui di mana dia berada sekarang, jadi saat ini dia menikmati perasaan damai dan tenang ini untuk sekali, pikirnya.

Gabungan pantulan cahaya lampu dan sinar bulan menerpa wajahnya. Angin yang bertiup perlahan itu membuatkan sebahagian rambut dan gaun tidurnya bergerak-gerak yang membuat Mely saat ini terlihat seperti pari-pari malam. Ekspresi wajahnya yang tenang membuat wajah Mely terlihat semakin menawan.

"Sudah bangun?"

Suara garau yang tiba-tiba terdengar dari belakangnya membuatkan tubuh Mely tersentak sebelum dia memusingkan tubuhnya ke arah sumber suara tersebut. Kedua matanya membulat terkejut sebaik saja dia melihat lelaki yang saat ini bersandar di pintu kaca dengan kedua tangan yang terletak di dalam poket seluarnya.

Wajah itu!?

Kedua mata itu!?

Oh fuck!

What should I do now!?

Seluruh tubuh Mely menggeletar perlahan seakan dirinya baru saja di simbah oleh air sejuk. Rasa takut terlihat jelas dari kedua mata kelabunya saat dia melihat lelaki yang saat ini memandangnya dengan pandangan malas.

Oh Tuhan ...dosa apa yang sudah dia lakukan di kehidupan sebelum ini sehingga dia mendapat kesialan seperti ini, kutuk Mely dalam hati. Lelaki di hadapannya ini tidak lain tidak bukan adalah Giovano LinDenhof.

Ya! Giovano LinDenhof!!

Tunggu!

Adakah dia sudah mulai gila kerana bukannya dia melihat Giovano LinDenhof dengan pandangan dingin atau menakutkan seperti khabar angin yang selalu dia dengar!? Dia malah melihat Giovano LinDenhof memandangnya dengan pandangan penuh ....minat?

What! No! Biggy no way!

Ah, mungkin kerana dia baru sedar dan sekarang sudah malam jadi, mungkin dia sedikit berhalusinasi. Oh tunggu, sebelum dia pengsan dia sempat di pukul, bukan? Ah ...ya, mungkin kerana itu dia malah melihat yang bukan-bukan. Sekajap ...atau jangan-jangan Giovano LinDenhof di hadapannya ini hanya sebuah ilusi halusinasi kerana dia dipukul dikepala? Ah ...mungkin. Jadi apa yang harus dia lakukan sekarang? Adakah dia harus memejamkan mata untuk beberapa saat dan lelaki di hadapannya ini akan menghilang?

Seakan menemui sebuah solusi baru Mely segera memejamkan kedua matanya dan mengira dalam hatinya. Berharap ilusi yang dia rasakan ini akan segera menghilang kerana ...astaga mimpi apa dia semalam sehingga ada ilusi Giovano LinDenhof di dalam kepalanya!? Walaupun, hanya ingin memikirkan lelaki itu dia tidak ingin!

Sebaik saja Mely membuka kedua mata dan menyedari bahawa ilusi Giovano LinDenhof masih berada di hadapannya membuatkan Mely mengerutkan keningnya. Tanpa sedar dia mencebikkan bibirnya ketika dia merasa kesal yang membuatkan ekspresi wajah Mely saat ini terlihat semakin comel.

Mengapa ilusi Giovano LinDenhof masih tidak hilang!?

Adakah, dia harus mencubit dirinya agar dia terbangun?

Ah, mungkin dia harus cuba.

"Ouch!" jerit Mely ketika merasakan rasa nyeri menjalar di lengannya. Sakit! Tapi ini sakit!? fikirnya sambil pandangan kesal ke arah lengannya yang terlihat merah kerana cubitan yang baru saja dibuatnya.

"Are you done, little kitten?" kata Gio dengan nada geli yang membuatkan Mely memandangnya dengan pandangan terkejut.

Bu ...bukan ilusi!!!

Astaga, ini nyata!

Jadi orang yang menolongnya itu adalah ...Giovano LinDenhof!?

Terkejut untuk beberapa saat membuat seluruh tubuh Mely membeku. Kedua mata kelabunya masih fokus ke arah sepasang mata biru yang memandangnya dengan penuh rasa humor.

"What? Speechless with my look?"

Mendengar kata-kata itu membuatkan Mely tersentak.

Oh god ...shameless ...too shameless ...

Adakah ini benar-benar Giovano LinDenhof yang terkenal dengan sikap dingin dan jarang bercakap itu!? Nampaknya, khabar angin yang dia dengar selama ini tidak menjelaskan sikapnya yang tidak tahu malu seperti ini!

"Um ...kau ...kau ...Giovano LinDenhof? The Giovano LinDenhof?" tanya Mely dengan nada penuh keraguan sambil memandang lawan bicaranya dengan waspada.

"Jadi siapa? Memangnya ada Giovano yang lain?" jawab Gio dengan santai sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada yang membuatkan kemeja putih yang dipakainya semakin memperlihat bentuk tubuhnya.

Hal itu sudah tentu tidak luput dari pandangan Mely. Setakut apa pun Mely saat ini, dia masih tahu bagaimana menghargai hasil ciptaan Tuhan.

"Giovano Miller?" kata Mely tanpa berpikir, namun ketika dia menyedari nama yang diucapkannya, kedua matanya terus membulat. Bagaimana dia boleh samakan Almighty Giovano LinDenhof dengan artis LDM!? Adakah dia sudah gila!? Ini cari mati namanya! Maki Mely dalam hati sambil melirik ke arag Gio dengan ekspresi rasa bersalah.

Astaga ...semoga Almighty Giovano LinDenhof tidak marah ...aku mohon jangan sampai marah, mohon Mely dalam hati berulang kali.

Ujung bibir Gio berkedut ketika mendengar kata-kata perempuan mungil di hadapannya ini. Kedua keningnya terangkat sambil memandang perempuan gaun putih yang terlihat seperti pari-pari kecil itu dengan pandangan geli. 

"Kau samakan aku dengan pemuzik LDM?" kata Gio perlahan. Kedua mata birunya terus memandang wajah Mely, memperhatikan setiap perubahan ekspresi yang terjadi di wajahnya. Benar-benar pemandangan yang menarik kata Gio dalam hati. Namun, ekspresi Gio tiba-tiba menjadi gelap sebaik saja dia melihat tubuh Mely menggeletar ketika angin malam menerpa kulit pucatnya.

Perlahan Gio melangkah ke arah perempuan yang memandangnya dengan ekspresi terkejut saat dia menyedari Gio sedang berjalan ke arahnya. Kedua mata kelabu itu memandangnya dengan pandangan takut dan waspada.

Takut?

Menyedari hal itu membuat kening Gio berkerut. Adakah wajahnya menyeramkan sehingga menakutkan kucing kecilnya ini ketika melihatnya?

"K..kau...mau...apa...." tanya Mely tergagap sambil melangkah ke belakang. Usaha yang menurut Gio hanya sia-sia jika tujuan Mely adalah menghindarinya. Tanpa membalas pertanyaan Mely, Gio tetap berjalan ke arah perempuan tersebut.

Selangkah ke depan dan selangkah ke belakang.

Ianya terus berlanjutan sehingga akhirnya pinggang Mely menyentuh pagar beranda yang membuatnya tersentak. Seluruh tubuhnya menegang saat menyedari bahawa dia benar-benar terperangkap. Kedua mata kelabunya terus bergerak kesana sini berusaha mencari celah untuk menghindari lelaki di hadapannya ini. Sedangkan, Gio yang sejak tadi memperhatikan tingkah laku Mely hanya diam.

Melihat ekspresi panik di wajah Mely membuatkan naluri pemangsa di dalam diri Gio terasa terpanggil terutama melihat kedua mata kelabu yang memandangnya dengan penuh ketakutan.

"Kenapa? It's not that i'm gonna eat you. Not yet" kata Gio perlahan yang membuatkan Mely memandangnya dengan kedua mata yang di kecilkan.

"Kau mau, apa?!" tanya Mely dengan nada yang dia usahakan untuk terdengar garang, walaupun dalam hati dia merasa panik setengah mati. Mendengar nada bicara yang di buat-buat itu, Gio hanya tertawa perlahan sebelum menggelengkan kepalanya.

Giovano ...LinDenhof ...ketawa?

Adakah ini benar-benar Giovano LinDenhof? Dari awal dia berinteraksi dengan lelaki ini, dia merasa Giovano di hadapannya ini sangat berbeza dengan Giovano yang selama ini dia dengar dari cerita orang-orang.

"Adakah, ini sikap kamu kepada orang yang sudah menolong kamu?"

Kata-kata Gio itu membuatkan wajah Mely merah kerana rasa malu yang dia rasakan. Tanpa sedar Mely mengalihkan pandangannya dari lelaki yang masih memandangnya dengan pandangan humor seolah-olah dia sedang melihat sesuatu yang benar-benar menarik perhatiannya. Mely tidak dapat memandang wajah lelaki di hadapannya ini.

Astaga ...bagaimana dia boleh lupa!? Bagaimana dia boleh melayan orang yang sudah menolongnya seolah-olah dia lah penjahat yang menyebabkan kesialan yang dia alami!? Mely merasa dirinya orang yang tidak tahu berterima kasih dan hal itu membuatkan Mely semakin merasa malu dengan tindakannya yang tidak sopan.

Di tengah dilema yang menyerang dirinya tiba-tiba Mely merasakan tangan besar bergerak di atas kepalanya. Hal itu membuatkan Mely mengangkat kepalanya. Wajahnya semakin merah ketika menyadari posisi Gio yang saat ini sangat dekat dengan wajahnya, bahkan dia dapat merasakan nafas hangat lelaki di hadapannya.

Belum sempat Mely membalas kata-kata tersebut, beban berat terasa di atas bahunya, membuatkan Mely memandang tubuhnya yang sudah di lapisi oleh selimut tebal. Mely memandang selimut tersebut dengan ekspresi bingung sebelum mengalihkan pandangannya ke arah Gio dengan pandangan penuh tanda tanya.

"Angin malam tidak baik untuk kesihatan, kamu" jawab Gio sebelum meletakkan tangannya di atas bahu Mely dan membawanya kembali masuk ke dalam bilik. Melihat tindakan Gio yang pelik membuatkan Mely terdiam beberapa saat dan membiarkan lelaki itu melakukan apa yang dia mau sebelum Mely menyedari bahawa dirinya baru saja dimanfaatkan.

Giovano LinDenhof mungkin orang yang sudah menyelamatkan dia dari kumpulan itu tetapi bukan bererti dia boleh melakukan sesuka hati dengan dirinya!

Perlahan Mely melepas tangan Gio dan memandangnya dengan tajam. "Don't you dare. Aku boleh jalan sendiri" kata Mely dengan nada dingin sebelum memusingkan tubuhnya dan meninggalkan Gio yang terdiam ketika mendapat respon dari Mely yang tidak dia duga.

Mely tidak menyadari bahawa beberapa saat setelah dia berjalan meninggalkan Gio yang masih berada di beranda, sebuah senyuman nipis terbentuk di wajah lelaki yang terkenal tidak pernah tersenyum itu.

TO BE CONTINUED

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience