Rate

The Almighty Devil Of Underworld_101

Action Completed 38206

Underground Prison,
LinDenhof Mansion, Manhattan, NYC.

Suasana bilik penjara bawah tanah yang terasa suram ini menyambut kedatangan kelima-lima tokoh lelaki yang saat ini berjalan masuk dengan langkah santai.

Jack, yang sejak tadi berada di bilik penjara bawah tanah ini untuk bersiap siaga menyambut kedatangan mereka, sebaik saja dia melihat kelima-lima lelaki itu masuk ke dalam ruangan tersebut. Pandangannya terus dipenuhi oleh ketakutan dengan keringat dingin yang membasahi tubuh belakangnya, terutama ketika dia melihat pandangan majikannya yang dipenuhi kilatan haus darah yang memenuhi kedua mata birunya. Semenjak, sasaran mereka berada di penjara bawah tanah ini, majikannya yang satu ini tidak pernah sekalipun menjejakkan kakinya ke dalam sini kerana dia selalu menemani young madam. Dan sekarang, melihat majikannya yang satu ini benar-benar membuat tubuhnya bergetar kerana rasa takut yang tiba-tiba menyelimuti hatinya.

"Bawa tawanan kesayangan kita kesini" kata Leo sambil berjalan ke arah meja kecil yang berada tidak jauh dari posisinya saat ini. Dengan santai tangannya bergerak meraih botol whiskey yang ada di hadapannya sebelum menuangkan minuman tersebut ke dalam gelas dan menyerahkan gelas tersebut kepada rakan-rakannya. "Siapa sangka di bawah bangunan LinDenhof Mansion ini terdapat penjara bawah tanah sehebat ini?" kata Leo sambil mengedarkan pandangan ke arah seluruh ruangan. Ini adalah kali pertama dia menjejakkan kakinya ke tempat ini kerana penjara ini hanya dikhaskan untuk semua anggota LinDenhof.

"Itu sudah tentu. Penjara ini sudah lama di bangunkan semenjak generasi ketiga LinDenhof" kata Raffael dengan nada sombong sambil menggerakkan bahunya tidak acuh.

Belum sempat Leo membalas kata-kata Raffael tadi, mereka semua terdiam sekatika begitu melihat Jack menyeret tubuh lelaki yang terlihat seperti pengemis yang dipenuhi oleh darah. Senyuman lebar memenuhi bibir mereka masing-masing ketika melihat lelaki menyedihkan itu. Seperti pemangsa yang sedang mengawasi mangsanya dengan pandangan haus darah yang memenuhi kedua mata mereka masing-masing.

Gio yang melihat lelaki penuh darah di hadapannya ini hanya menopang kepalanya dengan satu tangan sebelum sebelah kakinya di silang. Sikapnya, saat ini benar-benar terlihat seperti raja yang memandang rendah ke arah hamba di hadapannya seakan hamba tersebut hanyalah timbunan sampah yang menjijikkan.

Sebaik saja tubuh Johnson di lempar tepat di hadapannya, kedua mata biru Gio terus memandang gelap ke arah lelaki menyedihkan yang juga memandang ke arahnya dengan penuh ketakutan. Seperti orang yang baru saja melihat malaikat maut pencabut nyawa yang datang untuk mencabut nyawanya.

"Siapa tuanmu?" suara dingin itu bergema di seluruh ruangan tersebut yang membuat semua orang yang mendengarnya menggeletar ketakutan, bahkan keempat lelaki yang saat ini duduk disekitarnya ikut merasakan ketakutan yang sama.

Dengan tubuh yang bergetar kuat, Johnson memandang lelaki yang memancarkan aura dingin di hadapannya ini dengan ekspresi penuh ketakutan dan panik. "Tidak ada siapa-siapa. Aku hanya bergerak sendiri" katanya dengan nada takut yang di balas tawa lembut yang saat ini bergema di seluruh ruangan.

Suara tawa itu terdengar sangat lembut namun, pada masa yang sama terdengar sangat menakutkan. Kedua mata hitam itu memandang ke arah lelaki menyedihkan di hadapannya sebelum dia menggelengkan kepalanya perlahan. "Kau terlalu bodoh untuk merancang sesuatu seperti ini, aku yakin ada seseorang di sebalik semua ini" kata Deekson dengan nada mengejek.

Suara tawa dan balasan itu, membuat seluruh tubuh Johnson bergetar. Kedua matanya perlahan bergerak dari Gio ke arah Deekson yang masih memandangnya dengan pandagan merendahkan. Menelan liurnya dengan susah payah, Johnson menggelengkan kepalanya perlahan. "Aku serius. Walaupun, kamu menyiksa aku selama berminggu-minggu, jawapan ini tidak akan pernah berubah" kata Johnson dengan nada perlahan.

Mendengar jawapan Johnson yang sama sekali tidak berubah dengan jawapan yang dia berikan selama seminggu ini, membuat pandangan Gio menjadi semakin gelap. Kedua mata birunya memandang ke arah lelaki menyedihkan di hadapannya dengan kilatan haus darah. "Raffael, siapkan haiwan peliharaanmu" kata Gio dengan nada dingin yang membuat Nick dan Raffael bertukar pandang sebelum tertawa perlahan.

"Siapkan tikus kesayanganku!" kata Raffael kepada Jack yang segera melaksanakan perintah yang di berikan kepadanya. Sedangkan, Nick yang sejak tadi memandang Johnson dengan pandangan dingin hanya menggelengkan kepalanya perlahan dengan senyuman dingin yang terbentuk di ujung bibirnya.

Kedua mata Johnson terus membulat sebaik saja dia mendengar kata-kata Raffael tadi. Dia tidak tahu apa hubungannya tikus dengan ini semua namun, dia tahu kalau haiwan menjijikkan itu akan membawa sesuatu yang buruk kepadanya. Selama ini mereka berdua hanya menyeksanya dengan mengupas kulitnya kerana mereka selalu menahan diri. Namun, sekarang ...Giovano LinDenhof berada di sini bersama mereka dan tentunya mereka tidak perlu menahan diri lagi.

Sial, ini benar-benar buruk!! Fikir Johnson dengan panik.

"Kau tahu, lelaki yang satu ini memiliki hobi yang cukup gila. Dia suka memelihara haiwan-haiwan yang pelik. Dia ada tikus, ular sawa, dubuk dan juga singa. Menarik bukan? Ini adalah satu kehormatan untuk kau yang akan menjadi teman bermain mereka" kata Nick sambil tertawa perlahan seakan reaksi Johnson saat ini benar-benar membuatnya jijik.

Tidak mempedulikan kata-kata Nick tadi, Gio meneguk minuman whiskey yang ada ditangannya perlahan. Kedua mata birunya masih memandang gelap ke arah Johnson namun, fikirannya melayang ke arah kucing kecilnya. Entah mengapa dia merasakan perasaan buruk dengan membiarkan kucing kecilnya pergi sendiri.

Walaupun dia sudah meminta Rayden untuk selalu berada di sisi kucing kecilnya namun, perasaan buruk yang dia rasakan ini terus mengganggunya. Memikirkan sikap pelik kucing kecilnya sejak pagi, membuat keningnya berkerut samar. Ada apa dengan kucing kecilnya? Kenapa dia tiba-tiba bersikap pelik? Pertanyaan itu terus bergema di dalam fikirannya dan terus memikirkan keanehan yang terjadi dengan sikap kucing kecilnya.

Adakah dia mempunyai masalah yang tidak dapat dia katakan?

Adakah ini ada kaitannya dengan lelaki yang bernama Mr. Stan?

Memikirkan kemungkinan itu membuat ekspresi Gio menjadi semakin gelap. Tangannya digenggam kuat, berusaha menahan amarah yang tiba-tiba menyelimuti tubuhnya. Dia tidak akan membiarkan sesuatu yang terjadi dengan kucing kecilnya. Kata Gio dalam hati dengan kilatan gelap memenuhi kedua mata birunya.

Fikirannya terhenti sebaik saja dia mendengar suara nyaring yang berasal dari sebelah kanannya, perlahan pandangannya beralih dari lelaki menyedihkan di hadapannya ke arah sumber suara tersebut yang ternyata berasal dari sangkar kecil yang Jack bawa di salah satu tangannya.

"Ah!! Tikus kesayangku!" jerit Raffael dengan penuh kebahagiaan sebaik saja dia melihat haiwan kecil berwarna hitam itu.

Mendengar jeritan dan kata-kata Raffael tadi, membuat Leo mengerutkan keningnya. "Raffa, kau sudah mulai gila, ya?" kata Leo dengan nada jijik, terutama melihat makhluk hitam yang ada di dalam sangkar yang masih berada di salah satu tangan Jack.

"Hey, apa maksudmu!?" desis Raffael dengan ekspresi tersinggung sambil menatap kesal ke arah Leo yang hanya menggerakkan bahunya tidak acuh.

"Aku pelik dengan kau. Kenapa level peliharaanmu jadi terjun payung begitu? Dari singa kesayangmu dan sekarang ...tikus?" kata Leo masih dengan ekspresi yang sama.

Sedangkan Raffael yang mendengarnya hanya memutar kedua matanya dengan kesal. Tangannya bergerak untuk mengambil sangkar kecil yang ada di tangan Jack dengan kedua mata yang bersinar penuh semangat. "Aku besarkan tikus ini khas sebagai bentuk penyiksaan! Bukan haiwan peliharaan rumah seperti singa!" kata Raffael dengan nada defensif sebelum berjalan ke arah Johnson yang memandangnya dengan pandangan horror.

"Giovano LinDenhof kalau kamu membunuh aku dengan binatang itu!! Aku tidak akan beritahu satu pun maklumat kepada kamu!!" jerit Johnson sambil menggerakkan tubuhnya mundur untuk menjauh dari Raffael yang saat ini berjalan santai ke arahnya.

Seolah-olah tidak mendengar kata-kata Johnson tadi, kedua mata biru itu terus memandang tangan kirinya yang masih memutar gelas minumannya. Senyuman mengerikan perlahan-lahan terbentuk di wajah dinginnya yang membuat kedua mata Johnson membulat melihatnya.

Seluruh tubuhnya tiba-tiba menggeletar kuat yang diselimuti oleh ketakutan yang tidak pernah dia rasakan sebelum ini, bahkan ini jauh lebih buruk di bandingkan saat dia diseksa kali pertama oleh mereka semua. Johnson merasakan yang kali ini kematian tidak akan menyambutnya dengan mudah. "Baiklah, baiklah, baiklah!! Aku akan mengatakannya" jerit Johnson dengan sekuat tenaga sebelum dia menggerakkan tangannya agar Raffael menjauhinya. "Jauhkan tikus menjijikkan itu!!!" jeritnya dengan panik. Dia benar-benar merasakan ada sesuatu yang aneh dari tikus-tikus besar itu.

Mendengar kata-kata Johnson, membuat Leo dan Nick tertawa kuat seolah-olah mereka baru saja mendengar jenaka paling lucu dalam hidup mereka. Kedua mata biru Nick memandang Johnson dengan kilatan membunuh sebelum senyuman lebar terbentuk di wajahnya. "Tsk, tsk, tsk ...di bawah penyeksaan kami, kau tidak mahu mengatakan yang sebenarnya. Kau fikir kali ini kami akan percayakan kau dengan mudah" kata Nick sambil tertawa kuat.

Senyuman nipis terbentuk di wajah Deekson sebelum dia melirik ke arah tubuh Johnson dan juga tikus besar di dalam sangkar. "Mungkin dia harus bermain sebentar dengan haiwan kesayangan Raffa. Mungkin dengan itu dia akan dapat berkata dengan lebih jujur" kata Deekson dengan santai yang dibalas anggukan oleh Leo dan Nick.

"Sumpah, kali ini aku akan mengatakan yang sebenarnya. Bagaimana, aku tidak berkata jujur kalau nyawaku sekarang adalah taruhan. Bukan lagi dalam kawalan kamu semua tetapi Iblis itu?" kata Johnson dengan cepat yang membuat mereka semua yang mendengarnya segera memandang ke arah Gio yang masih memandang Johnson dengan kilatan haus darah yang jelas terlihat dari kedua mata birunya.

Sebenarnya, apa yang Johnson katakan sama sekali tidak salah. Memang benar nyawanya sekarang berada di tangan Iblis ini. Lihat, bahkan hanya memerhatikan tanpa melakukan apa-apa, Iblis itu sudah dapat menyeksa mangsanya hanya dengan menggunakan tekanan aura yang mengelilinginya.

Johnson benar-benar contoh terbaik dalam hal ini.

Menaikkan sebelah keningnya, perlahan Gio membuka bibir nipisnya yang sejak tadi tertutup rapat. "Who?" katanya dengan nada dingin.

"Mr. Stan!! Mr. Stan yang menolong aku melarikan diri dan membalas dendam dengan kamu" kata Johnson dengan penuh ketakutan. Tubuhnya bergetar kuat kerana rasa takut yang dia rasakan, bahkan dia tidak menyedari yang saat ini seluarnya sudah basah oleh air kencingnya yang membuatkan bau tidak menyenangkan tercium di sekelilingnya.

Menghidu bau yang tidak menyenangkan itu, membuat tangan Raffael secara refleks menutup hidungnya dengan gerakan cepat. "Siapa, Mr. Stan? Jangan cuba-cuba membohongi kami dengan menyerahkan kesalahan kau kepada orang lain!?" kata Raffael dengan kesal.

Mendengar kata-kata Raffael tadi, dengan cepat Johnson menggelengkan kepalanya. "Aku tidak berbohong!! Mr. Stan benar-benar orang yang menyelamatkan aku dulu! Dia juga menyuruh aku menyelesaikan rencananya!" kata Johnson dengan cepat. Kedua matanya memandang kelima lelaki di hadapannya yang juga memandang ke arahnya.

"Rencana apa?" tanya Deekson sambil mengerutkan keningnya.

"Aku ...aku tidak tahu" kata Johnson dengan tergagap yang hanya di balas dengan pandangan malas oleh Nick sebelum dia memberikan isyarat kepada Jack.

Dengan gerakan cepat Jack dan salah satu rakannya menarik tubuh Johnson yang masih terduduk di lantai ke atas permukaan meja yang berada di hadapan Gio dan yang lain.

"AHH!!!"

Jeritan penuh ketakutan itu bergema di seluruh bilik penjara ini, seperti mimpi ngeri yang menghantui tempat mereka semua berada saat ini. Namun, semua itu tidak mempengaruhi kelima-lima lelaki yang saat ini masih duduk santai di sofa besar yang berada di tengah-tengah ruangan ini. Bahkan, mereka semua tidak mengalami perubahan ekspresi sedikitpun.

Menyedari jeritannya tidak mengubah ekspresi kelima-lima lelaki di hadapannya ini, membuat hati Johnson dipenuhi oleh rasa panik, terutama melihat sangkar yang berisi tikus besar yang semakin dekat dengan kepalanya. "Baiklah, baiklah!! Rencana untuk menculik Melysah dan menyakitinya agar dia sedar akan kesalahannya!!" jerit Johnson dengan pasrah yang menarik perhatian semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut.

Mengerut dahinya perlahan, Nick mengalihkan pandangannya ke arah Gio dengan ekspresi yang sukar di ertikan. "Kesalahan apa?" tanya Nick dengan nada dingin namun, Johnson sama sekali tidak membuka mulutnya. Dia hanya memandang ke arah Nick seakan ingin mengatakan bahawa dia tidak dapat mengatakan alasannya mengapa.

Senyum lebar terbentuk di wajah Raffael sebelum dia berjalan ke arah Johnson dengan langkah santai. Tangannya yang sudah dibalut oleh sarung tangan kulit itu bergerak ke arah permukaan wajah Johnson dan mengusapnya dengan lembut yang membuat semua rambut di tubuh Johnson berdiri kerana rasa takut yang tiba-tiba menyelimuti tubuhnya.

Kedua mata Johnson menatap horror ke arah Raffael yang masih tersenyum ke arahnya dengan kedua mata hijau yang dipenuhi kilatan haus darah yang jelas terlihat dari pandangannya.

"Kau ...memang keras kepala. Tsk, tsk, tak ...kerana Gio sudah ada di sini maka aku tidak perlu lagi menahan diri" gumam Raffael perlahan sebelum mengangkat sangkar kecil yang ada di tangannya ke atas permukaan meja agar Johnson dapat melihat dengan jelas bentuk fizikal tikus besar di dalamnya.

"Tikus kesayanganku ini sudah dilatih untuk terus berlapar agar dia terbiasa dengan makanan yang aku berikan. Adakah kau tahu makanan apa yang aku berikan kepada tikus ini?" kata Raffael masih dengan nada yang sama. Perlahan wajahnya bergerak ke arah telinga Johnson sebelum membisikkan jawapan kepadanya. "Daging. Tikus-tikus ini dilatih untuk makan daging. Adakah kau dapat bayangkan apa yang akan terjadi jika aku meletakkan jarimu di dalam sangkar ini?" bisik Raffael yang membuat seluruh tubuh Johnson menegang seketika.

"Jarimu yang dipenuhi darah ini akan menarik perhatian mereka dan akan membuat mereka menjadi sangat lapar. Kau tahu apa ertinya? Mereka akan makan semua jarimu ini sampai habis" kata Raffael perlahan sambil menarik salah satu tangan Johnson yang membuat kedua mata Johnson membulat, terkejut.

"AAAAH!! TIDAK!! JANGAN!!" jerit Johnson dengan penuh ketakutan sambil memberontak kuat namun, apa yang dapat dia lakukan jika seluruh tubuhnya di tahan oleh Jack dan satu rakannya dengan kekuatan yang sangat besar yang membuat tubuhnya tidak dapat bergerak sama sekali.

Mendengar itu membuat Raffael tertawa kuat sebelum menganggukkan kepalanya perlahan. "Betul juga. Lebih baik jangan" katanya perlahan yang membuat Johnson menghela nafas lega dengan kuat. Namun, kata-kata Raffael seterusnya membuat jantung Johnson seakan berhenti berdegup seketika, nyawanya seakan terbang keluar dari tubuhnya sebaik saja dia mendengar kata-kata tersebut.

"Daripada menggunakan jarinya lebih baik kita gunakan kepalanya. Lebih menarik untuk di lihat, bukan? Jack, pegang kuat-kuat kepala busuk ini!!" kata Raffael dengan tegas.

Kedua mata hijau Leo dipenuhi dengan humor sebelum dia menggelengkan kepalanya perlahan saat melihat kelakuan Raffael yang sudah mulai menunjukkan sifat sebenarnya. Perlahan pandangannya beralih ke arah Nick yang masih dengan santai menghirup minumannya seolah-olah apa yang ada di hadapan mereka ini adalah pertunjukkan opera dan bukannya penyiksaan mengerikan.

"Nick, mengapa sepupumu ini membesar dengan mental pelik begini? Apa yang sudah di lakukan Auntie Lucinda kepada Raffa" kata Leo dengan nada humor yang membuat Nick tertawa perlahan.

Menggelengkan kepalanya perlahan, kedua mata birunya terus memandang pertunjukkan yang ada di hadapannya tanpa perubahan emosi. "Aku sendiripun bingung. Hobi pelik Raffa ini benar-benar membimbangkan tapi sayangnya Auntie Lucinda tidak begitu memikirkannya kerana baginya apa pun yang dilakukan Raffa adalah benar. Biasalah, anak tunggal begitulah" jawab Nick dengan santai.

"AAAH!!!" jeritan dipenuhi kesakitan itu kembali memenuhi seluruh ruang penjara ini namun, keempat lelaki yang melihat pemandangan di hadapan mereka ini masih tidak mengalami perubahan ekspresi. Bagi mereka semua hal sebegini adalah makanan sehari-hari mereka kerana ini lah hidup mereka di dalam komuniti dunia bawah.

Penuh dengan kekejaman dan sadis.

Permukaan lantai yang awalnya terlihat bersih saat ini dipenuhi oleh kolam darah yang semakin membesar kerana tikus hitam yang tidak berhenti mencakar kepala dan wajah Johnson. Namun, semua itu tidak memberi kesan kepada Gio yang sejak tadi melihat pertunjukkan mengerikan di hadapannya. Perlahan senyuman nipis terbentuk di wajahnya yang membua Gio benar-benar terlihat seperti penguasa neraka yang menyaksikan penyiksaan orang-orang yang berdosa.

"BAIKLAH AKU AKAN BERITAHU!!" jerit Johnson di tengah kesakitan yang menyerang tubuhnya. Rasa sakit yang menyerang kepalanya ini benar-benar membuat separuh nyawa dari tubuhnya melayang. Pandangannya, berubah kabur kerana darah segar terus mengalir keluar di wajahnya namun, tiba-tiba senyuman lebar perlahan-lahan terbentuk di wajah hancurnya sebelum suara tawa penuh kegilaan bergema di seluruh ruangan tersebut. "Kesalahan Melysah adalah dia memprovokasinya!" jerit Johnson di sela tawanya.

"Kau harus tahu Giovano LinDenhof! Mr. Stan adalah tokoh hebat di dunia ini! Dia adalah Tuhan yang mengusai komuniti dunia bawah! Dia adalah pembela semua orang yang ada dalam komuniti dunia bawah yang melawanmu! The defender of underworld!! Hahaha ...!! Melysah sudah memprovokasinya dan membuat dia marah!! Perempuan sialan itu sudah melakukan kesalahan besar!! Hahaha" jerit Johnson di tengah-tengah tawanya yang kuat seperti orang gila yang sudah lama hilang akal.

Kata-kata Johnson tadi benar-benar membuat ekspresi kelima lelaki ini menjadi gelap sebelum ekspresi membunuh memenuhi wajah mereka masing-masing. Belum sempat Gio memberikan reaksi apa-apa, tangan Raffael sudah bergerak memukul rahang psycho di hadapannya dengan sekuat tenaganya.

"Bastard!!"

"Tuhan yang menguasai komuniti dunia bawah?" gumam Deekson penuh tanda tanya sebelum kedua mata hitamnya bergerak ke arah Gio. "Brother, Tuhan di dalam komuniti dunia bawah bukankah The Orleans dan keluargamu?" kata Deekson perlahan.

Mendengar kata-kata Deekson membuat kening Gio berkerut dalam seakan dia sedang berpikir keras mengenai maksud dari kata-kata Johnson tadi. "Keluargaku yang mengetahui tentang Vina hanya Nicholas dan pekerja mansion ini" jawab Gio perlahan.

Meneguk minumannya dengan cepat, kedua mata biru Nick bergerak ke arah Johnson dengan ekspresi membunuh mewarnai wajahnya. Perlahan dia bangkit dari posisi duduknya sebelum berjalan ke arah Johnson yang memandang ke arahnya dengan ekspresi penuh kegilaan.

"He is the defender!! The defender!!!" jerit Johnson dengan penuh kegilaan sebelum tendangan kuat Nick membuat tubuhnya jatuh dari atas permukaan meja.

"Tutup mulutmu psycho gila!" jerit Nick dengan penuh emosi sebelum mencengkam leher Johnson dengan tenaga yang sangat kuat yang membuat wajah Johnson berubah pucat.

Melihat Nick mulai hilang kawalan, membuat Raffael dengan cepat memegang kedua tangannya untuk menghentikan pergerakannya. "Jangan bunuh dia sekarang. Dia tidak patut mati dengan mudah. Kita harus membalas rasa sakit yang sudah dia lakukan kepada sister-in-law berlipat kali ganda" kata Raffael yang memberi peringatan kepada sepupunya ini yang membuat Nick kembali menendang tubuh gemuk Johnson ke arah lantai.

Rasa sakit menyelimuti tubuh Johnson saat ini namun, dia sedikitpun tidak merasakannya dengan jelas kerana fikirannya yang sudah mulai kabur. Kedua matanya bergerak ke arah Gio yang saat ini masih tenggelam dalam pemikirannya dengan kilatan gila memenuhi pandangannya. "Giovano LinDenhof, Mr. Stan is the defender of underworld!" jerit Johnson dengan suara serak.

Mendengar kata-kata itu lagi, membuat Gio semakin mengerutkan keningnya, perlahan tangannya bergerak ke arah dagunya, otaknya sibuk memproses setiap kata yang Johnson katakan sejak tadi.

The defender of underworld?

Mr. Stan?

Defender?

Kilatan tidak percaya memenuhi kedua mata birunya sebelum tubuhnya tiba-tiba bergerak dari posisi duduknya. Tubuhnya menegang seketika sebaik saja satu dugaan terbentuk di dalam fikirannya sebelum kedua matanya bergerak ke arah Johnson dengan pandangan tidak percaya.

"Ugh...brother, kau tidak apa-apa?" tanya Leo perlahan sebaik saja dia melihat reaksi Gio yang menarik perhatikan mereka semua. Apa yang Gio temui? Kenapa reaksinya seperti ini? Semua mata memandang ke arah Gio dengan pandangan penuh tanda tanya namun, tidak ada jawapan yang keluar dari mulut lelaki ini.

Beberapa saat berlalu, kedua mata biru yang tadinya dipenuhi oleh rasa tidak percaya itu berubah menjadi dingin. "Defender" gumam Gio dengan nada dingin.

"Jadi nama Stan ini adalah pembela orang-orang di dalam komuniti dunia bawah yang ingin melawan aku? Sedangkan, Christan? Dia juga memiliki niat yang sama. Mr. Stan yang selama ini kami cari hanya satu nama singkatan untuk Christan Romanceks. Bukankah begitu, Johnson Andrewson? Kerana selama ini hanya lelaki licik itu yang selalu melancarkan serangan kepada aku bagi pihak komuniti dunia bawah" kata Gio dengan nada dingin yang membuat keempat-empat lelaki ini tercengang mendengarnya. Sedangkan Johnson hanya tertawa kuat.

"Tunggu, tunggu ...Jadi, Mr. Stan yang kita cari selama ini adalah ...Christan Romanceks!?" kata Raffael dengan nada tidak percaya. Dia benar-benar tidak menyangka situasi akan menjadi seperti ini. Selama ini mereka selalu memburu Christan Romanceks dengan sekuat tenaga mereka namun, sikap licik lelaki itu selalu menyukarkan mereka setiap kali mereka mengejarnya dan ternyata ...lelaki itu diam-diam berurusan dengan mereka!

"Masuk akal. Nama mereka sama persis. Stan dan Christan. Dia hanya menggunakan nama pertama di belakangnya iaitu, Stan. Aku benar-benar tidak menyangka kita berurusan dengan sasaran utama kita selama ini" gumam Deekson perlahan sambil mengerutkan keningnya seakan dia sedang memikirkan sesuatu.

"Lalu ... apa hubungannya dengan sister-in-law?" gumam Leo perlahan yang di balas tawa kuat oleh Johnson yang bergema di sekitar mereka.

Melihat reaksi Johnson, membuat nafas Gio tersekat seketika. Tiba-tiba dadanya terasa sesak, perasaan buruk yang sejak tadi menyelimuti tubuhnya terasa semakin berlipat kali ganda. Apa lagi ketika dia mendengar tawa penuh kegilaan dari Johnson.

Dengan langkah lebar Gio berjalan ke arah tubuh Johnson yang saat ini terbaring lemah tidak jauh dari posisinya berada sebelum tangannya bergerak mencengkeram leher Johnson dengan kuat sebelum suara dingin dengan aura membunuh itu bergema di sekeliling mereka semua.

"APA RENCANA CHRISTAN KEPADA, VINA!?" kata Gio dengan nada sangat dingin, menekankan setiap kata yang dia katakan. Kedua mata birunya dipenuhi oleh sorot dingin dan haus darah yang datang silih berganti namun, bukannya Johnson merasa takut. Dia malah tersenyum lebar dengan wajahnya yang dipenuhi oleh darah.

Raffael dan yang lain yang mendengarnya, tanpa sadar menelan liur mereka kerana rasa takut yang menyelimuti hati mereka.

"Kalau, aku jadi kau. Aku tidak akan membiarkan perempuan sialan itu sendiri sekarang" kata Johnson sebelum tertawa kuat yang membuat Gio memukul rahangnya dengan kuat.

Sebaik saja Gio memikirkan makna dari kata-kata tersebut. Rasa takut tiba-tiba menyerang tubuhnya, kedua mata birunya dipenuhi oleh rasa panik dan kerisauan. Apatah lagi ketika dia teringat dimana kucing kecilnya berada sekarang. Tubuhnya bergetar perlahan, berusaha menahan emosi yang tiba-tiba menyelimuti seluruh tubuhnya.

Dengan gerakan cepat kepalanya bergerak ke arah Nick. "Hubungi, Rayden sekarang dan suruh bawa Vina kembali!" jerit Gio dengan kuat yang membuat Nick terpana seketika sebaik saja dia mendengarnya.

Melihat Nick yang masih terpaku di tempatnya sambil memandang ke arahnya dengan ekspresi terkejut, membuat pandangan Gio menjadi semakin gelap. "NICHOLAS, NOW!!" jeritnya dengan suara yang lebih kuat yang membuat Nick kembali tersedar.

Tangannya dengan cepat meraih telefon bimbit yang berada di dalam poket seluarnya dengan jantung yang berdegup kencang. Ini adalah kali pertama dia melihat Gio meletup begini dan hal itu benar-benar membuatnya takut.

Bukan hanya Nick, bahkan Raffael, Leo dan Deekson tanpa sedar menahan nafas mereka ketika melihat ekspresi Gio yang benar-benar terlihat mengerikan saat ini. Sepanjang hidup mereka membesar bersama, Gio tidak pernah hilang kawalan sampai seperti ini. Melihat ekspresi Gio yang seperti ini benar-benar membuat mereka semua dipenuhi oleh rasa takut yang membuat mereka kesukaran bernafas.

The devil really lost it.

His true face is awaken.

Kedua mata biru Gio memandang tubuh Johnson yang sudah tidak sedarkan diri di hadapannya dengan pandangan membunuh yang jelas terlihat dari pandangannya. Kedua tangannya digenggam kuat, berusaha menahan emosi yang akan meletup dari tubuhnya dengan sekuat tenaga.

Sekiranya, terjadi sesuatu kepada kucing kecilnya ...

Dia tidak akan teragak-agak untuk memusnahkan semua keluarga Romanceks dan semua yang berkait rapat dengan mereka!!

Melihat ekspresi Gio yang dipenuhi oleh semua emosi, membuat pandangan Raffael dipenuhi oleh sorot yang sukar di ertikan. Belum sempat dia membuka mulutnya untuk menenangkan keadaan mental sepupunya ini tiba-tiba pintu masuk bilik penjara ini dibuka dengan kuat.

Bam!!

Semua orang yang mendengarnya segera mengalihkan pandangan mereka ke arah pengawal peribadi yang memandang mereka semua dengan pandangan penuh ketakutan, panik, cemas dan tidak percaya yang bercampur menjadi satu.

"Ma ... m-ma-master ..." kata Pengawal dengan tergagap saat melihat ekspresi menyeramkan master yang diarahkan kepadanya.

Kening Gio berkerut dalam sebaik saja dia melihat reaksi pengawalnya ini. Kedua mata biru yang dipenuhi oleh kegelapan itu mengecil perlahan sebelum suara dinginnya bergema di sekeliling mereka yang membuat pengawal tersebut hampir kehilangan tenaga.

"Ada apa?!"

Menelan liurnya dengan susah payah, pengawal tersebut membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Gio tadi.
"Master ...ke-kereta y-yang m-membawa young madam ke-ke-kemalangan"

Deg.

Tubuh Gio terus bergetar kuat, tiba-tiba dia teringat wajah lembut kucing kecilnya yang memandangnya dengan ekspresi penuh kasih sayang beberapa jam yang lalu.

"I'll come back to you"

Ucapan itu terus terngiang-ngiang dalam fikirannya membuat pandangannya menjadi kabur seketika sebelum kedua mata birunya memandang ke arah lelaki yang berada tidak jauh di hadapannya dengan pandangan tidak percaya.

"APA!?"

TO BE CONTINUED.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience