Rate

The Almighty Devil Of Underworld_47

Action Completed 38206

Sementara itu,

"Young miss, adakah benar anda sudah mendapat izin daripada Master?" tanya Rayden perlahan. Kedua matanya masih tertumpu pada jalan di hadapannya. Dia terkejut ketika mendapat panggilan daripada young miss yang memintanya untuk menunggunya di salah satu tempat letak kereta tersembunyi yang tidak jauh dari posisnya ketika itu. Beberapa keraguan memenuhi hatinya sebaik saja dia mendengar bahawa young miss ingin meninggalkan kawasan pejabat ketika jam makan tengah hari, namun disebapkan pujukan dan usaha Mely yang meyakinkan Rayden, dia akhirnya tidak dapat menolak. Lagipun, memang sudah menjadi tugasnya untuk melindungi dan menghantar young miss kemana saja dia ingin pergi.

Hehehe, sudah tentulah dia melarikan diri.

Jika, Vano tahu pasti lelaki menjengkelkan itu tidak akan membiarkannya pergi!!

"Aiya, itu sudah tentu, Ray. Aku janji tidak akan melarikan diri," kata Mely dengan santai, berusaha menenangkan pengawal peribadinya yang saat ini memandangnya dari cermin dengan ekspresi suram.

Young miss, apa yang anda katakan benar-benar tidak boleh dipercayai!!

Saya masih ingat bagaimana anda menipu saya agar anda dapat melarikan diri, huhuhu...

Menyedari maksud dari pandangan Rayden yang menuduh membuat Mely tertawa perlahan sambil menggaru belakang kepalanya "Hehe, itu masa lalu, Ray. Aku sudah tidak macam dulu!" kata Mely dengan cepat sambil memberikan senyuman menenangkan ke arah Rayden yang jelas-jelas tidak mempercayainya walaupun sedikit.

Huft, adakah sikapnya dulu terlalu buruk sehingga dia meninggalkan kesan trauma pada lelaki ini?

"Apartment. Aku ingin memeriksa sesuatu" kata Mely perlahan sebelum memandang jalan yang semakin terlihat familiar dalam ingatannya. Sudah berapa lama dia tidak melewati jalan ini? Rasanya, masa belalu terlalu cepat.

Oleh kerana penyesuaian dirinya ditempat kerjanya yang baru seminggu ini, Mely belum sempat pulang ke apartmentnya. Oleh kerana hari ini jadual bosnya terlihat tidak begitu sibuk, Mely memutuskan untuk meluangkan masa untuk melihat keadaan apartment kecil kesayangannya. Membayangkan suasana tenang yang selalu dia dapat ketika dia menjejakkan kaki ke dalam bilik apartmennya, membuat hujung bibirnya perlahan-lahan tertarik dengan senyuman penuh nostalgia.

Tiba dibangunan klasik yang selalu membuat Mely merasakan seperti berada di rumah, dia segera memberitahu Rayden untuk menunggunya di kereta. Walaupun, lelaki ini berkeras untuk mengikutinya, namun ketika Mely mengancamnya untuk memberitahu Gio bahawa dia dibuli oleh Rayden, lelaki ini akhirnya mengalah dan bersetuju untuk menunggunya di dalam kereta.

Astaga, mengancam dengan menggunakan nama bos sememangnya berkesan!!

Ketika akhirnya kedua kakinya berhenti di hadapan pintu, senyum lebar terbentuk di wajah kecilnya. Dengan semangat Mely segera masuk ke dalam apartment kecilnya namun baru dua langkah seluruh tubuhnya membeku di tempatnya. Kedua matanya membulat ketika melihat keadaan apartment. 

Apartment saat ini benar-benar terlihat tidak kemas, tidak seperti kali terakhir dia meninggalkan tempat ini. Sebenarnya, kekacauan adalah kata yang terlalu biasa untuk menggambarkan keadaan apartment saat ini. Semua barang yang biasanya tersusun menjadi tidak teratur, kasut dan pakaiannya bertaburan di seluruh sisi ruangan. Barang-barang lain juga memenuhi permukaan lantai. Baik di atas lantai, di tempat tidur, bahkan beberapa meja yang ada tidak luput dari pandangannya.

Apartment ini terlihat seperti baru saja dilanda angin taufan benar-benar tidak kemas!!

Sudah jelas ada orang datang ke apartment-nya ini dan mencari sesuatu dengan membongkar isi apartment seperti ini.

Kedua mata kelabu Mely menjadi semakin dingin saat melihat keadaan apartment kesayangannya yang sangat tidak kemas namun ketika kedua matanya menangkap satu sinaran terang yang tidak jauh dari posisinya saat ini. Dengan langkah perlahan Mely menghampiri sinar pelik itu dengan langkah penuh waspada, namun sebaik saja dia melihat sinar itu, seluruh tubuhnya terus membeku dan menggeletar kuat seakan ada air sejuk yang mengalir di setiap urat tubuhnya. Kedua mata terus memandang sebuah pisau military dengan reka bentuk khas yang berada di permukaan dinding dengan sehelai kertas tergantung. Apa yang membuat seluruh tubuhnya membeku adalah isi tulisan dari kertas tersebut. Kedua penumbuk tangannya digenggam kuat, berusaha menahan emosi bercampur yang dia rasakan.

(My little mouse is running away again)

Kedua mata kelabunya masih memandang setiap perkataan yang jelas terpampang di hadapannya dengan pandangan tidak percaya. Perkataan yang ditulis dengan warna merah di permukaan kertas itu terlihat sangat jelas. Bahkan, Mely dapat merasakan warna merah itu adalah darah kerana dari bau khas yang tercium dari posisi berdirinya saat ini.

Hanya dua kata yang muncul di dalam fikiran Mely.

Oh fuck!

***

LinDenhof Corporation, NYC.

Langkah kaki Mely terus bergerak tanpa dia sedar, kedua matanya hanya memandang ke arah depan namun dengan pandangan kosong. Kedua tangannya terkulai lemah di setiap sisi tubuhnya seakan tiada tenaga yang tersisa dari tubuhnya.

Setelah Mely merebahkan tubuhnya di kerusi kerjanya, perlahan kedua mata kelabunya akhirnya berkedip untuk beberapa kali. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Bahkan, dia tidak tahu bagaimana dia dapat keluar dari apartmennya itu sehingga dia berada di dalam ruang kerjanya ini. Dia sama sekali tidak ingat apa yang terjadi. Semua pemikirannya masih tertumpu pada kertas yang masih jelas dalam ingatannya. Mengingat itu sudah membuat jantungnya berdegup kencang. Rasa sakit menyerang seluruh kepalanya membuat Mely perlahan mengurut kepalanya dengan usaha menghilangkan rasa sakit tersebut.

Kenapa semua jadi begini?

Nafasnya terengah-engah kerana emosi yang sukar dia kendali. Ini adalah kali pertama dia hilang deria kemampuan untuk bersikap tenang. Fikirannya tiba-tiba menjadi kosong, dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

"Young miss, bos panggil anda untuk ke ruangannya sekarang" kata Ziro sambil melangkah masuk ke dalam ruangan tempat dia dan Mely berkerja, namun langkahnya terhenti seketika, ketika dia melihat wajah pucat Mely dan ekspresi kecewa yang tidak pernah dia lihat sebelum ini. Keningnya berkerut, kedua matanya memandang Mely dengan ekspresi risau.

Dengan perlahan Ziro berjalan mendekati Mely yang saat ini masih tenggelam dalam pemikirannya sendiri. "Young miss?" panggilnya perlahan sebaik saja dia berada di hadapan meja kerja Mely.

"Aaahh!!" jerit Mely terkejut ketika dia menyedari Ziro sudah berada di hadapannya. Kedua matanya membulat, seluruh tubuhnya tersentak. Perlahan dia menepuk dadanya sebelum memandang Ziro dengan ekspresi kesal.

"Ziro, kenapa kamu tiba-tiba muncul disitu, hah!? Kamu mahu aku mati kerana serangan jantung!?" kata Mely dengan nada penuh kekesalan sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Semua fikiran yang menghantuinya tiba-tiba menghilang, sebaik saja dia menyedari kehadiran orang lain di dalam ruangan ini.

Yah! Mungkin ada baiknya jadi dia tidak terlalu memikirkan hal itu, katanya dalam hati.

"Young miss, kenapa anda berkata begitu?" kata Ziro dengan nada yang terdengar seperti orang yang baru saja dipersalahkan atas kejahatan yang tidak dia lakukan. "Saya sudah memanggil anda sejak tadi tapi anda masih tidak menjawab panggilan saya" sambungnya dengan nada yang sama.

"Ah ...benar, kah?" kata Mely dengan nada tidak bersalah yang di balas anggukan cepat oleh Ziro. Melihat ekspresi Ziro membuat pipi Mely merah kerana malu. "Astaga, maafkan aku Ziro. Aku tidak sedar ketika kamu memanggil aku" kata Mely sambil memandang lelaki di hadapannya dengan ekspresi rasa bersalah.

"Ya, tidak apa-apa. Anda kenapa, young miss?" tanya Ziro sambil merebahkan punggungnya di kerusi yang berada di hadapan meja Mely sebelum menggerakkan seluruh tubuhnya. Ugh, tubuh badanya benar-benar terasa kaku, keluhnya dalam hati.

"Apa maksud kamu?" tanya Mely dengan nada tertahan, kedua matanya memandang Ziro dengan pandangan waspada. Seluruh tubuhnya menegang ketika mendengar pertanyaan Ziro.

"Wajah anda terlihat pucat dan bibir anda tidak berwarna. Adakah young miss tidak sihat? Mahu saya beritahu bos dan meminta izin agar dia membiarkan anda pulang lebih awa.-" kata-kata Ziro terhenti, kedua matanya terbeliak sebelum memandang Mely dengan pandangan terkejut.

"Bos sejak tadi meminta anda untuk segerah menemuinya di ruangannya!!! Astaga, astaga, astaga!!" jerit Ziro dengan ekspresi panik.

Melihat reaksi Ziro yang keterlaluan, membuat Mely tertawa perlahan sebelum menggelengkan kepalanya perlahan. "Tenang, Ziro. Kamu baru saja beritahu aku. Lagi pula, aku masih boleh temui dia sekarang" jawab Mely dengan nada lembut, berusaha menenangkan penolong kanan yang tahap paniknya seperti lelaki yang baru saja terbakar jambang.

"Astaga, sekarang saya benar-benar berada dalam masalah! Seharusnya, young miss temui bos tujuh minit yang lalu! Mati aku, mati aku, mati aku" kata Ziro, lebih tepat kepada dirinya sendiri.

Melihat reaksi tersebut membuatkan Mely menggelengkan kepalanya. Dia segera bangun dari kursinya dan merapikan pakaiannya agar terlihat kemas. "Tenang Ziro, kamu terlihat seperti bos akan membakar kamu hidup-hidup," kata Mely dengan senyuman nipis

"Lebih baik bos membakar saya hidup-hidup! Daripada bos menelan saya bulat-bulat tanpa menyisakan apa-apapun!!!" jawab Ziro dengan cepat.

Ujung bibir Mely berkedut menahan tawa yang akan keluar dari bibir kecilnya. Malah, dia terpaksa menggigit bibirnya untuk menahan suara tawanya. Adakah lelaki ini fikir yang Vano adalah monster suka makan orang? Kadang-kadang imajinasi lelaki ini benar-benar tidak memiliki batas. Fikir Mely yang masih melihat Ziro memaki masa depannya.

"Baiklah, baiklah, Ziro Harmada. Aku akan beritahu bos agar dia tidak menelanmu hidup-hidup disebabkan aku terlambat menemuinya, okey?" kata Mely sebelum berjalan meninggalkan Ziro.

"Young miss, anda memang dewi penyelamat kesayanganku!!"

Siapa sangka pembantu yang selalu terlihat tegas di hadapan public ternyata memiliki sikap gila jika dihadapannya. Sungguh sifat manusia tidak dapat dinilai dengan mudah itu, kata Mely dalam hati.

Semakin Mely melangkah mendekati ruang kerja Gio, senyuman nipis yang terbentuk di wajahnya perlahan-lahan menghilang. Kedua matanya kembali terlihat dipenuhi rasa panik yang sejak tadi dia rasakan, rasa sakit kepala yang tidak terlalu parah tiba-tiba terasa berlipat kali ganda yang membuatnya mengerang perlahan sebelum tanpa sedar dia mengurut kepalanya.

Apa yang harus dia lakukan sekarang? Adakah jika dia meminta Vano untuk melepaskannya, dia akan mengabulkan permintaannya?

Tidak!

Tidak mungkin seorang Giovano LinDenhof yang berusaha mengurungnya di tempat tinggalnya akan melepaskannya dengan begitu mudah.

Adakah dia perlu meminta bantuannya?

Tidak. Dia tidak boleh mempercayai sesiapapun.

Ini terlalu berisiko.

TO BE CONTINUED

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience