Rate

The Almighty Devil Of Underworld_63

Action Completed 38206

Sepasang kelopak mata yang tertutup sejak tadi perlahan bergetar sebelum kedua mata biru itu terlihat jelas di tengah kegelapan yang menyelimuti bilik tidur ini. Gio mengedipkan kedua matanya beberapa kali sebelum dia merasakan hembusan nafas hangat di lekuk lehernya, membuat kedua mata birunya memandang kearah perempuan yang tidur di sisinya dengan ekspresi tenang. Pandangannya menjadi lembut ketika melihat kucing kecilnya tertidur dalam pelukannya. Bulu mata panjang yang terlihat di wajah kecilnya, membuat kucing kecilnya ini terlihat sangat menawan.

Gio benar-benar tidak menyangka yang hari ini akan tiba, di mana akhirnya kucing kecilnya ini mula menerima dirinya dan ingin terus bersamanya.

Mimpi apa dia semalam?

Sibuk dengan fikirannya sendiri, tiba-tiba pandangan Gio berubah tajam sebaik saja mendengar getaran telefon bimbit yang berada di atas meja. Dengan cepat tangannya meraih telefon bimbit tersebut dan menjawab panggilan yang hanya berlangsung beberapa saat sebelum akhirnya Gio membalas ucapan lawan bicaranya dengan gumam perlahan dan mengakhiri panggilan tersebut.

Kedua mata birunya kembali memandang ke arah kucing kecilnya yang kepalanya di lilit dengan pembalut putih, lebam samar di jari-jari kecilnya di tambah lagi dengan kaki kanannya yang terseliuh. Melihat keadaan kucing kecilnya ini membuat pandangan Gio menjadi gelap, kilatan gelap jelas terlihat dari kedua mata birunya sebelum kembali memandang perempuan mungil yang berada di dalam pelukannya dengan pandangan lembut.

Tiada yang dapat menduga yang lelaki ini dapat mengubah ekspresi yang terpancar di kedua matanya hanya dalam kiraan detik.

Perlahan-lahan Gio mencium dahi kucing kecilnya sebelum melepaskan tangannya dari tubuh Mely dengan pandangan yang masih terpaku pada perempuan ini, takut hanya dengan gerakan perlahannya ini dapat membuat kucing kecilnya ini terbangun dari tidurnya. Sebaik saja melihat perempuan ini masih tertidur dengan ekspresi damai, perlahan-lahan Gio menghembus nafasnya sebelum mengusap lembut permukaan pipi kucing kecilnya.

"Sweet dream, little one" gumamnya perlahan sebelum berjalan ke arah walk-in-closet untuk menggantikan pakaian tidurnya dengan kemeja putih dan seluar material yang biasa dia gunakan.

***

Kepulan asap rokok memenuhi kereta Ferrari yang dipandu oleh Gio malam ini, walaupun dia sudah membuka tingkap yang berada di sebelah kanannya.

Tidak memperhatikan setiap tanda lalu lintas yang ada, kereta Ferrari biru gelap tersebut terus bergerak laju ke pinggir bandar Manhattan, di mana terdapat beberapa lot kosong ketika dia memasuki kawasan sunyi tersebut. Mengabaikan suasana seram saat ini, dengan santai Gio terus memandu keretanya di tengah-tengah tanah kosong yang dipenuhi pokok-pokok dan rumput tinggi yang memenuhi sisi kanan dan kirinya. Tidak sampai 30 minit akhirnya, kedua mata biru tersebut melihat sebuah mansion besar yang terlihat megah di hadapannya sebelum senyum nipis terbentuk di ujung bibirnya sebaik saja dia melihat bangunan besar tersebut.

Dia tidak akan melakukan perkara bodoh seperti sebelumnya.

Membawa tikus-tikus bodoh itu ke mansion yang tidak mempunyai pertahanan tinggi seperti Meroy Mansion. Dia tidak ingin kejadian seperti Johnson Andrewson berulang lagi. Mengingatkan nama lelaki busuk itu membuat pandangan haus darah terlihat dari kedua mata biru tersebut sebelum kembali seperti sediakala. Sebaik saja Gio turun dari kereta yang dipandunya, beberapa lelaki yang memakai pakaian lengkap berwarna hitam segera menyambutnya.

"Situasi?" Tanya Gio sambil melangkah masuk ke dalam mansion megah tersebut.

Salah seorang lelaki bersuit hitam segera menghampiri Gio sebelum menjawab soalan tersebut dengan nada formal. "General Nicholas sudah membawa hadiah untuk anda dan bermain dengan General Raffael di basement. Untuk situasi penjagaan sudah di tingkatkan ke zone oren agar sistem keselamatan mansion lebih di pertingkatkan, bos" jawab lelaki tersebut yang hanya dibalas dengan anggukan perlahan oleh Gio.

Sebaik saja memasuki ruang basement mansion tersebut, mereka disambut oleh cahaya lampu kuning yang menyinari seluruh ruangan tersebut, membuatkan suasana ruangan ini lebih suram dan menyeramkan. Kedua mata birunya menangkap Raffael dan Nicholas yang sedang berbincang dengan gelas scotch yang ada di tangan mereka. Tangan kanan Nick ditutup dengan sarung tangan kulit yang berlumuran darah, belum lagi pisau military yang sejak tadi di mainkannya. 

"Brother! Akhirnya, kau datang!!" jerit Raffael dengan penuh semangat sambil melambai tangannya yang sedang memegang gelas scotch tersebut.

Berbeza dengan respon Raffael yang bersemangat, ketika Nick melihat Gio berjalan ke arah mereka, peluh dingin mula terbentuk di wajahnya. Pandangan gugup jelas terlihat di kedua mata birunya sebelum berusaha senyum kaku ke arah abangnya yang masih memandang mereka dengan ekspresi datar. Nick tidak dapat meneka apa yang di fikirkan oleh Gio saat ini.

Argh, adakah abangnya ini masih marah!?

Dia benar-benar berharap penyihir menjengkelkan itu dapat membuat emosi abangnya reda dari rasa amarah yang sejak tadi dirasakan olehnya, kerana jika penyihir menjengkelkan itu gagal ...habislah dia malam ini!!

"H-hai ...big ..big brother" kata Nick dengan senyuman kaku yang benar-benar membuat ekspresinya terlihat sangat pelik, berbeza dengan ekspresi menyeramkannya beberapa saat yang lalu ketika dia berurusan dengan dua badut yang menyedihkan ini.

"Mm" jawab Gio sebelum menerima gelas scotch yang Jack berikan sebelum merebahkan tubuhnya di sofa yang berada di tengah-tengah ruangan tersebut. Kedua mata dinginnya memandang ke arah dua lelaki menyedihkan yang saat ini berlumuran darah di hadapannya dengan ekspresi datar.

"Nicholas. Jelaskan" dua kata tersebut membuat Nick melompat dari tempatnya. Kedua matanya sempat memandang Gio dengan ekspresi terkejut namun, setelah memahami maksud dari pertanyaan abangnya, diam-diam Nick menghela nafas lega sebelum berjalan santai ke arah abangnya.

"Badut yang satu itu Wild dan yang satu itu Griffon. Mereka berdua adalah Secretaries peribadimu yang bekerja sama dengan badut lain bernama Jasper untuk menemui Mely di belakangku. Tsk, tsk, tsk ... berani betul mereka bermain di belakangku. Jasper memberikan akses bilik latihan kosong yang kedap suara dan hanya mempunyai satu pintu keluar yang memang segaja di buat agar Mely mengalami masalah jika dia ingin melarikan diri. Kesalahan yang mereka tidak jangka adalah, aku mempunyai CCTV rahsia di setiap ruang yang ada di syarikat dan di sambung terus dengan komputerku. Begitu aku melihat Mely ditolak oleh dua badut ini, aku terus berlari ke tempat mereka tetapi, sayangnya ketika aku sampai di sana tubuh Mely sudah di penuhi oleh luka dan lebam-lebam" kata Nick dengan jujur sambil mencuri pandangan ke arah Gio yang masih sibuk memandang tajam ke arah dua lelaki tua di hadapannya yang juga memandang kearahnya dengan pandangan seperti orang yang sedang melihat kematian sudah datang mendekati mereka berdua.

Mereka benar-benar menyesal dengan keputusan mereka untuk membantu Julia Jennings dalam hal ini! Sudahlah tidak mendapat bayaran kerana mereka berdua gagal menyelesaikan tugas, mereka juga harus berhadapan dengan ketiga business tycoon yang merupakan ahli keluarga LinDenhof ini. Kalaulah mereka tahu perempuan mungil itu adalah kekasih President LinDenhof, mereka tidak akan pernah menerima tawaran Julia, walaupun jalang itu membayar mereka berbilion dolar.

Mereka masih sayang nyawa mereka!

Tetapi, sekarang ...mereka berhadapan dengan tiga ahli keluarga LinDenhof yang terkenal dengan kekejaman mereka dalam dunia perniagaan. Mereka tidak tahu sama ada mereka dapat keluar dari tempat ini dengan hidup-hidup!

"Hm" jawab Gio singkat sebelum meraih kotak rokok yang ada di dalam poket seluarnya dan menyalakan rokok yang baru di ambilnya dari kotak tersebut sebelum memainkan batang rokok di antara dua jarinya. "Siapa dalang utama semua ini?" kata Gio dengan nada dingin yang sama. Kedua matanya masih fokus pada batang rokok yang berada di antara jarinya tanpa melirik ke arah dua lelaki di hadapannya, seolah-olah mereka berdua adalah sampah di matanya. 

Berbeza dengan sikap tidak acuh Gio, ketika kedua secretaries di hadapannya ini mendengar suaranya. Mereka berdua terus memandang Gio dengan pandangan horror. Seluruh tubuh mereka bergetar kerana rasa takut yang menyelimuti seluruh tubuh mereka, sehingga tiada yang berani membuka mulut dan hal itu membuat ujung bibir Nick berkedut menahan kekesalannya.

Sudah lah bodoh, pekak lagi!

"Hei! Abangku tanya, jawab!" kata Nick dengan kuat sambil membaling pisau military yang ada di tangannya dengan sikap tidak acuh. Pisau tersebut bergerak dengan kelajuan tinggi, tepat di sisi wajah secretaries Wild sebelum melanggar dinding putih yang berada di belakang mereka berdua.

Tubuh secretaries Wild menegang sebaik saja dia merasakan angin kencang yang melewati telinganya sebelum bunyi pisau yang melanggar dinding bergema di sekelilingnya. Kedua matanya memandang Nick dengan penuh ketakutan, tubuhnya bergetar kuat sebelum dia merasakan cairan kental yang mengalir di pipi kirinya. Dengan refleks tangan besarnya bergerak menyentuh permukaan pipi kirinya sebelum melihat darah segar memenuhi seluruh telapak tangannya.

"Oups ...tanganku tersasar" kata Nick dengan santai sambil menggerakkan kedua bahunya dengan tidak acuh.

Secretaries Wild memandang lelaki di hadapannya dengan ekspresi tidak percaya.

Ter ...tersasar?!

Ini yang tersasar!?

Sekiranya tersasar dia tidak akan mendapat luka!!

Secretaries Wild semakin bergetar dengan keadaan situasi mengerikan yang di alaminya ini. Dia benar-benar menghadapi masalah besar saat ini.

Sangat, sangat besar!!

"Tsk, tsk, tsk ...sudah lama kau tidak berlatih, Nick. Cara kau membaling semakin teruk" kata Raffael sambil menggelengkan kepalanya perlahan seolah-olah cara Nick membaling pisau tadi adalah gerakan terburuk yang pernah dia lihat dalam hidupnya.

"Tch ...aku sudah kata tersasar. Kemahiranku masih hebat seperti dulu" kata Nick tidak mahu kalah sebelum meneguk scotch yang ada di tangannya.

"Hm. Mungkin aku harus menunjukkan kemahiranku dalam membaling pisau dengan cara yang betul sebelum kau mencubanya lagi" kata Raffael sambil memakai sarung tangannya berwarna hitam sebelum meraih pisau military di atas meja kecil yang berada tidak jauh dari posisi mereka bertiga. "Tenang, aku tidak akan bermain dengan badut sasaranmu. Aku akan bermain dengan badut yang satu itu" kata Raffael dengan santai sebelum senyuman lebar terbentuk di wajahnya yang membuat Secretaries Griffon merasakan kematian yang semakin hampir dengannya. Tubuhnya dipenuhi dengan peluh, membuat darah yang keluar dari beberapa luka di tubuhnya bercampur dengan peluh sehingga menimbulkan bau yang tidak menyenangkan.

"Tu ...tunggu! Tunggu, tunggu, Bos LinDenhof!! Saya akan cakap siapa dalang utama semua ini!!" kata Secretaries Griffon dengan cepat sebaik saja dia melihat Raffael sudah bersedia untuk membaling pisau military yang ada di tangannya saat ini.

"Oh, okay? Mari kita dengar" kata Raffael dengan santai sebelum menurunkan tangannya yang sudah berada dalam posisi membaling sebelum memainkan pisau tersebut seakan dia sedang bermain dengan permainan kegemarannya.

"Ini semua kerja Julia Jennings!! Ya! Julia Jennings! Perempuan sial itu cemburu sejak Assisten Chandravina mula bekerja dengan President LinDenhof. Terutama ketika President LinDenhof dan Assistant Harmada bersikap baik dengan dia. Julia juga memulakan rumors buruk mengenai Assistant Chandravina. Pada mulanya, khabar angin itu hanya mengenai ... um ... " 

Penjelasan Secretaries Griffon tiba-tiba terhenti. Dia tidak tahu sama ada memberitahu tentang isi khabar angin itu akan membuat sesuatu yang buruk terjadi dengannya atau tidak. Dia tidak ingin memprovokasi lelaki yang mengerikan di hadapannya ini. 

"Khabar angin apa!?" tanya Nick dengan tidak sabar sambil mengerutkan keningnya yang membuat Secretaries Griffon tersentak kerana terkejut.

"Khabar angin mengenai Assistant Chandravina menggoda Assistant Harmada untuk berada di tempatnya sekarang" kata Secretaries Griffon dengan cepat sambil menutup kedua matanya. Dia, tidak ingin melihat reaksi tiga orang mengerikan di hadapannya ini ketika mendengar penjelasannya.

"APA!!??" jerit Nick dan Raffael sebelum tawa kuat bergema di seluruh ruang kosong tersebut. Bahkan Raffael terlihat memegang perutnya dan terbaring di sofa panjang tempat duduknya sambil ketawa terbahak-bahak. Ini benar-benar hal yang paling menggelikan yang pernah dia dengar.

Berbeza dengan reaksi Nick dan Raffael, ketika Gio mendengar kata-kata tersebut, dahinya berkerut perlahan sebelum dia menutup kedua matanya dan menyedut rokok yang ada di antara dua jarinya.

"Hahaha ...bagaimana mungkin ada rumors bodoh seperti begitu!? Memangnya selera sister-in-law seteruk itu? Buat apa dia menggoda Ziro kalau dia sudah memiliki Gio!?" kata Raffael di tengah tawanya sebelum menggeleng kepalanya. "Rumors paling tidak bermutu yang pernah aku dengar" sambungnya lagi.

"Aku setuju dengan kau! Penyihir menjengkelkan itu tidak mungkin melirik lelaki seperti Ziro, lebih-lebih lagi dia sudah memiliki Gio di sisinya!! Lagi pula, aku akan kesian dengan Ziro jika penyihir menjengkelkan itu menyukainya!" kata Nick sambil tertawa.

Secretaries Wild dan Secretaries Griffon yang melihat tingkah laku lelaki di hadapannya ini ketawa terbahak-bahak saling bertukar pandang dengan ekspresi bingung.

Bukan kah mereka seharusnya marah?

Mengapa mereka terlihat seperti orang yang baru saja mendengar jenaka lucu?

"Kalau begitu? Bagaimana kamu sampai ke tahap ini?" tanya Raffael, sebaik saja tawanya dan Nick kembali reda. Perlahan dia bertukar pandang dengan Nick sebelum melirik ke arah Gio yang berada di sisi mereka saat ini untuk melihat ekspresi apa yang terpampang di wajahnya dinginnya. Namun, sayangnya mereka berdua tidak dapat melihat apa yang dirasakan oleh lelaki ini kerana dia masih fokus pada rokok yang ada di jarinya saat ini. Belum lagi ekspresi datarnya, membuat mereka berdua tidak dapat meneka apa yang sedang difikirkannya saat ini.

"Suatu hari, saya mendengar dari Julia kalau dia melihat Assistant Chandravina menggoda President LinDenhof dan itu membuat kecemburuan Julia semakin gila. Lebih-lebih lagi ketika hari isnin President LinDenhof dan Assistant Chandravina tidak masuk kerja. Walaupun, Assisten Harmada sudah memberikan alasan yang berbeza namun, Julia tetap berfikir yang President LinDenhof dan Assistant Chandravina sedang bersama dan dia semakin cemburu. Kemudian dia mula menyebarkan khabar angin lain yang Assistant Chandravina menggoda President untuk tidur dengannya. Hal itu membuat semua pekerja perempuan murka dan ...dan ...Julia meminta kami merogol Assistant Chandravina dan membuat video mengenainya untuk di sebarkan di semua media..." kata Secretaries Griffon dengan nada yang semakin perlahan ketika dia merasakan hawa mengerikan menyelimuti ruangan ini.

Wajah Nick dan Raffael menjadi gelap ketika mendengar penjelasan tersebut. Mereka berdua tahu yang Gio mempunyai banyak peminat perempuan tetapi, mereka benar-benar tidak menyangka yang orang boleh menjadi jahat hanya kerana rasa cemburu yang dia rasakan. Hanya ada satu kata yang dapat menggambarkan perempuan seperti itu.

Gila.

"Julia Jennings?" gumam Gio perlahan sebelum melirik ke arah Nick yang segera mengangkat kedua tangannya ke arah Gio dengan ekspresi panik. 

"Aku tidak urus perempuan itu! Kucing kecilmu kata dia yang akan memberikan perempuan itu pelajaran!" kata Nick dengan cepat. Raffael yang mendengarnya menaikkan kedua keningnya.

"Sister-in-law? Sister-in-law ingin memberikan perempuan gila itu pelajaran!? Aku benar-benar ingin melihatnya mengajar perempuan gila itu" kata Raffael dengan nada teruja. Bila lagi dia dapat melihat sister-in-law memukul perempuan? Pasti seronok jika dia melihat sister-in-law menarik-narik rambut perempuan gila itu ...hehehe.

Bagaimanapun caranya dia harus melihatnya!

"Vina?" gumam Gio yang segera dibalas dengan anggukan cepat oleh Nick.

"Kucing kecilmu kata, dia yang akan berurusan langsung dengan perempuan bernama Julia. Bahkan dia sempat mengancam perempuan itu dengan kata-kata sombongnya" kata Nick sambil menggerakkan bahunya dengan tidak acuh.

Sekiranya kucing kecilnya ingin bermain maka, Gio dengan senang hati akan membiarkannya bermain sehingga dia puas. Jika pada akhirnya kucing kecilnya sudah bosan dengan perempuan itu maka, Gio akan menyelesaikan semuanya. Bagaimanapun, memberikan mainan kepada kucing kecilnya adalah sesuatu yang dengan senang hati Gio lakukan.

"Hm. Okay" jawab Gio sebelum pandangannya kembali ke arah dua lelaki yang duduk di antara genangan darah mereka. Kedua matanya menjadi gelap sebelum senyuman nipis terbentuk di wajahnya dengan aura menyeramkan menyelimuti tubuhnya.

"Sepertinya hasrat kamu benar-benar tidak dapat ditahan, ya?" Kata Gio dengan nada datar sebelum kedua mata dinginnya memandang ke arah dua lelaki di hadapannya sebelum membuat isyarat tangan ke arah Nick dan Raffael yang membuat mereka tersenyum lebar.

Dengan gerakan cepat, Nick dan Raffael membaling pisau military yang ada di tangan mereka sebelum suara pisau melanggar kulit tersebut terdengar jelas menerpa telinga mereka yang di ikuti oleh suara jeritan kuat dari Secretaries Wild dan Secretaries Griffon.

"Hasrat ghairah kamu memang tidak dapat di tahan kan sampai-sampai kamu menginginkan sister-in-law. Jadi, jangan salahkan kami berdua jika kami mengambil kemampuan kamu untuk melampiaskan hasrat itu" kata Raffael dengan santai seolah-olah apa yang baru dia lakukan ini bukanlah hal yang penting.

"Mempunyai niat untuk merogol penyihir menjengkelkan itu saja sudah dapat membuat nyawa kamu hilang, apatah lagi jika kamu berdua benar-benar melakukannya. Kamu bernasib baik kerana kami hanya mengambil kemampuan kalian untuk melakukan hubungan seks selama-lamanya dan bukan nyawa kalian" kata Nick sambil tertawa.

"Oh, ya?" kata Gio dengan nada dinginnya yang membuat Raffael dan Nick bertukar pandang sebelum memandangnya dengan penuh minat.

"Menyentuh kucing kecilku dengan tangan kotor. Kamu fikir itu cukup?" kata Gio dengan nada dinginnya sebelum senyum nipis terlihat di ujung bibirnya yang membuat Gio terlihat seperti Iblis yang baru saja bangkit dari neraka. Bahkan, Nick dan Raffael yang melihatnya saat ini merasakan semua rambut di tubuh mereka berdiri ketika melihat senyumannya.

"Play with them slow before both of you finish it. Don't forget take a record too" kata Gio dengan nada dingin sebelum bersandar di belakang sofa seperti orang yang sedang menikmati pemandangan yang terjadi di hadapannya saat ini sambil memandang kearah dua secretaries peribadinya dengan pandangan membunuh.

***

At the same time.

Satu susuk tubuh tegap terlihat baru saja meletakkan telefon bimbitnya yang sejak tadi dia gunakan untuk menjawab panggilan masuk yang berlangsung beberapa saat yang lalu. Kedua mata coklatnya memandang ke arah langit malam yang terlihat jelas dengan posisi tingkap besar yang terbuka luas yang tepat berada sisinya. Sinar cahaya bulan yang terlihat terang menyinari sisi wajah lelaki ini yang membuatnya terlihat semakin penuh misteri, terutamanya dengan kegelapan yang menyelimutinya saat ini.

Beberapa saat berlalu sebelum suara langkah tapak kasut yang terdengar mendekat ke arahnya dan seorang Butler lelaki terlihat menundukkan tubuhnya untuk menyapa hormat lelaki yang sejak tadi duduk di sofa yang berada di sebelah tingkap besar saat ini.

"Master, semua orang sudah berada di posisi masing-masing" kata Butler lelaki tersebut yang membuat senyuman lebar terbentuk di wajah lelaki ini sebelum kedua mata coklatnya melirik ke arah papan catur di hadapannya. Sinar excitement terlihat jelas pada kedua matanya sebelum kedua tangannya bergerak untuk menopang wajahnya.

"Aku membiarkan kau untuk merasakan sedikit kebebasan tapi siapa sangka yang kau dapat menarik perhatian lelaki itu untuk melindungi kamu? Tapi, tidak masalah ...tidak kira sejauh mana kau berlari, tidak kira seberapa pintar kau bersembunyi dan sekuat apa orang yang melindungimu. Aku akan selalu menemukanmu dan membawamu kembali" kata lelaki tersebut dengan nada menyeramkan yang membuat tubuh Butler bergetar perlahan kerana rasa takut yang menyelimuti tubuhnya saat ini.

"Semua orang sudah berada dalam posisinya. Jadi, mari kita mulakan permainan ini, kita lihat seberapa kuat tikus kecilku dapat bertahan" katanya lagi sebelum menggerakkan tangannya untuk mengambil bidak hitam yang berbaris di atas papan catur di hadapannya.

"You will always be mine, baby darling" katanya perlahan sambil meletakkan bidak tersebut di tengah papan catur sebagai langkah pertamanya untuk memulakan permainan ini.

Let's the game begin.

TO BE CONTINUED.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience