Rate

The Almighty Devil Of Underworld_76

Action Completed 38206

Kedua mata Gio yang sejak tadi tertutup itu terbuka perlahan sebaik saja dia mendengar suara kucing kecilnya ini. Pandangannya dipenuhi oleh kehangatan ketika melihat perempuan mungil yang berdiri tidak jauh dari posisinya ini memandangnya dengan penuh amarah yang mewarnai wajah kecilnya.

"Kucing kecilku sudah bangun" kata Gio dengan nada lembut namun, suara lembut itu tidak membuat api kemarahan yang memenuhi diri perempuan mungil ini berkurang.

Kedua mata kelabu Mely memandang lelaki yang bertanggung jawab atas semua penderitaan yang dia rasakan pagi ini dengan pandangan tajam. Perlahan kedua kakinya berjalan ke arah Gio yang masih memandangnya dengan ekspresi humor yang menghiasi kedua mata birunya ketika memandangnya saat ini. Hal itu malah semakin membuat Mely benar-benar ingin meletup kerana terlalu kesal.

"Gio.va.no.Lin.Den.hof" desis Mely menekankan setiap kata yang dia katakan sebelum kedua tangannya mencengkam kolar kemeja lelaki menjengkelkan ini yang masih memandangnya dengan ekspresi tidak bersalah yang membuat Mely semakin marah ketika melihatnya.

Tidak mempedulikan sikap kucing kecilnya yang tidak sopan ini, kedua mata biru Gio masih memandang perempuan mungil di depannya dengan ekspresi hangat yang dapat dilihat dengan jelas dari wajahnya saat ini. Ya, hanya di hadapan kucing kecil ini, Gio dapat membuat ekspresi seperti ini. Namun, kucing kecilnya yang sudah terlalu tenggelam dengan emosi amarah yang menyelimuti tubuhnya saat ini masih tidak menyedari sifat lembut Gio yang diarahkan kepadanya.

"Giovano LinDenhof, ini semua kerana kesalahanmu" kata Mely perlahan dengan nada penuh kekesalan. Mengapa lelaki ini masih dapat memandangnya dengan ekspresi tidak bersalah seperti orang yang tidak berdosa? kata Mely dalam hati dengan kesal.

"Mhm ...ada apa kucing kecilku?" gumam Gio masih dengan nada lembut yang sama. Perlahan kedua tangannya menggenggam tangan kecil Mely yang masih berada di kolar kemeja putih yang dipakainya hari ini.

Melihat sikap Gio yang bertingkah seperti orang yang tidak mengetahui kesalahannya ini malah membuat Mely semakin kesal dibuatnya. Kedua matanya masih memandang tajam ke arah lelaki di hadapannya sebelum memutar kedua matanya. "Berhenti berpura-pura tidak tahu! Jelas-jelas ini semua salahmu!" tengking Mely dengan kesal.

"Apa maksudmu? Aku tidak faham. Aku rasa aku tidak melakukan apa-apa yang salah" kata Gio masih dengan nada yang sama, lengkap dengan ekspresi tidak bersalah yang membuat Mely benar-benar hampir gila saat melihatnya.

Kedua mata kelabu tersebut semakin dipenuh oleh api amarah sebelum menjerit penuh kekesalan di hadapan lelaki menjengkelkan ini. "Ini semua kerana kau tidak mengawal dirimu semalam! Seluruh badanku sakit apatah lagi kedua kakiku!! Dan kau masih tanya apa salahmu!?" jerit Mely dengan penuh emosi, membuat wajahnya semakin merah padam.

Senyuman nipis yang tadinya terbentuk di bibir nipis Gio perlahan melebar sebelum kedua tangannya menarik tubuh kucing kecilnya ini ke atas pangkuannya. Sebaik saja tubuh kucing kecilnya ini terduduk di atas pangkuannya, tubuh mungil ini terus memberontak untuk segera bangkit dari posisinya ini namun, sudah tentu Gio tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Dengan cepat kedua tangannya melingkari tubuh mungil tersebut agar kucing kecilnya ini tidak dapat keluar dari posisinya saat ini.

"Giovano LinDenhof, lepaskan aku!!" jerit Mely penuh dengan kekesalan sebelum dia kembali berusaha melepaskan kedua tangan Gio yang melingkari tubuhnya seperti ular yang melilit mangsanya dengan erat. Lelaki ini benar-benar membulinya dari segi kekuatan fizikal!

Mentang-mentang lelaki ini lebih kuat darinya, humph! Humph

"Mhmm. Tidak akan, dear." kata Gio dengan nada menggoda yang membuat Mely memandangnya dengan pandangan tajam sebelum mendengus kesal.

"Seluruh tubuhku sakit, Giovano!!" kata Mely dengan nada kesal yang membuat Gio mengeratkan pelukannya perlahan. Kepalanya bergerak ke arah lekuk leher kucing kecilnya ini sebelum menghirup aroma familiar yang membuat semua saraf tubuhnya menjadi lebih tenang dari sebelumnya.

Merasakan nafas hangat yang menggelitik lekuk lehernya membuat Mely kembali memberontak, walaupun usaha yang dia lakukan ini terbuang sia-sia, kerana mau bagaimanapun juga dia sama sekali tidak dapat menggerakkan kedua tangan Gio yang benar-benar menguncinya dengan erat.

"Vano, lepaskan!! Aku masih marah dengan, kau!!" desis Mely perlahan sebelum dia merasakan kepala Gio bergerak dengan perlahan di lekuk lehernya yang membuat tubuhnya tersentak. Seluruh tubuhnya terasa seperti disengat oleh arus elektrik sebaik saja Gio melakukan hal itu. Kedua matanya terbeliak kerana terkejut.

"Mhmm ...maafkan aku kerana tidak dapat mengawal diriku semalam" gumam Gio lembut sebelum mencium leher kucing kecilnya yang jelas terlihat dari posisinya saat ini. Senyum lembut terbentuk di bibir nipisnya sebelum memejamkan kedua matanya. "Jangan marah lagi, little one" sambungnya perlahan yang di balas dengan dengusan kesal oleh Mely.

"Humph! This lady is not easy to forgive! Kau fikir aku akan memaafkanmu dengan mudah kerana sikapmu yang berlebihan semalam? Aku sudah kata kalau seluruh tubuhku sakit dan kerana kau melakukannya lagi semalam pagi ini seluruh badanku terasa semakin sakit!!" kata Mely dengan nada kesal sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.

Kedua mata biru yang tadinya tertutup itu terbuka perlahan sebelum memperhatikan sikap merajuk kucing kecilnya yang terlihat comel ini. Tangannya perlahan bergerak untuk mengusap rambut panjangnya dengan usaha untuk menghilangkan kemarahan yang dirasakan kucing kecilnya ini.

"Mhm ...aku minta maaf dengan sikapku semalam. Aku tidak dapat menahan diri setiap kali bersama kamu. Adakah kamu mandi air hangat tadi? Aku dengar itu dapat membantu mengurangkan rasa sakit" tanya Gio sambil menghilangkan kerutan yang terbentuk di dahi kecil perempuan ini dengan kedua ibu jarinya.

Mendengar permintaan maaf tulus dari Gio akhirnya membuat rasa amarah yang memenuhi tubuhnya ini secara perlahan menghilang. Perlahan Mely menganggukkan kepalanya begitu mendengar pertanyaan Gio tadi. "Mhm, sudah tapi, lihat ...lihat!! Lenganku juga lebam kerana kau memegangku terlalu kuat" protes Mely dengan nada merajuk yang membuat ekspresinya saat ini terlihat semakin comel.

Sorot ketidakberdayaan terlihat jelas dari kedua mata birunya sebelum Gio tersenyum pasrah melihat aksi protes kucing kecilnya ini. Namun, begitu dia melihat tanda biru samar yang mewarnai kulit putihnya perlahan pandanganya berubah menjadi suram. Telapak tangannya mengusap lembut permukaan lengan yang memiliki beberapa lebam tersebut sebelum mengucup lembut setiap lebam yang terbentuk pada lengan kucing kecilnya. "Maafkan aku. Seharusnya aku tidak hilang kawalan semalam" gumam Gio perlahan dengan nada penuh penyesalan.

Merasa puas mendengar dan melihat ekspresi menyesal Gio akhirnya senyum kecil terbentuk pada wajah cantiknya sebelum dia menganggukkan kepalanya perlahan. "Mhmm ...okay" jawab Mely dengan nada santai.

Keduanya sibuk dengan interaksi satu sama lain seakan dunia saat ini adalah milik mereka berdua, tidak mempedulikan adanya empat pasang mata yang melihat tingkah laku mereka dengan ekspresi horror, terkejut, speechless, tidak percaya dan kagum yang saling bercampur mewarnai wajah mereka masing-masing.

Adakah ini sahabat mereka yang selalu dingin?

Di mana lelaki yang mysophobic itu?!

Di mana Gio yang selalu jimat berkata-kata beberapa saat yang lalu? Mengapa lelaki ini bercakap sangat banyak dengan perempuan ini? Dan lagi ...bagaimana seorang Giovano LinDenhof boleh bersikap lembut seperti ini!? Bahkan pandangannya dan nada bicaranya terdengar lembut! Aura dingin yang selalu mengelilingi tubuhnya juga hilang begitu saja ketika dia sudah bersama dengan kucing kecilnya ini? Aura yang menyelimuti lelaki ini malah terasa dipenuhi oleh kehangatan dan kelembutan?

Sekiranya mereka semua tidak melihat ini dengan mata kepala mereka sendiri, mereka tidak akan mempercayai sesiapa pun yang berkata kalau Gio boleh bersikap lembut seperti ini.

"Adakah aku mulai berhalusinasi? Mungkin aku terlalu banyak minum alkohol ketika berada di pesawat malam tadi" gumam Leo perlahan sambil mengurut pelipisnya perlahan dengan kedua mata yang masih tertumpu pada pasangan yang masih sibuk dengan dunia mereka saat ini.

"Tsk, tsk, tsk ...aku pun tidak menyangka Gio memiliki sisi seperti ini! Sedangkan kita sudah berada di sisinya hampir seumur hidupnya dan kita tidak pernah melihat dia seperti ini!" gumam Raffael dengan senyuman lebar. Kedua matanya bersinar penuh kebahagiaan ketika melihat tingkah laku Gio yang seperti ini.

Akhirnya, sepupunya yang seperti ais batu ini cair juga!

Kilatan samar terlihat dari kedua mata hitam Deekson begitu dia melihat pasangan di hadapannya ini sebelum kilatan tersebut menghilang seketika. Senyuman nipis terbentuk pada wajahnya. Tiada yang dapat meneka apa yang ada di fikirkannya saat ini.

Akhirnya, setelah beberapa saat dan melihat tiada perubahan dari dua orang yang masih sibuk dengan dunia mereka sendiri ini, Nick mendengus kuat sebelum meraih gelas kopi yang ada dihadapannya dan meneguknya dengan sekali tegukan. "Hey, hey ...bolehkah kamu menahan aura-aura menjijikkan ini? Ingat, disini masih ada empat lelaki tampan yang menunggu kalian berdua untuk menyedari kehadiran kami disini" sindir Nick dengan nada kesal.

Mely yang sejak tadi sibuk berdebat dengan Gio yang masih berusaha untuk menghilangkan kekesalan kucing kecilnya ini, akhirnya menyedari bahawa ada empat lelaki familiar yang berada bersama mereka. Setelah mendengar sindiran Nick tubuh Mely menegang seketika sebelum wajah kecilnya berubah menjadi sangat merah kerana rasa malu menyerang dirinya saat ini.

Ugh ...this is so awkward!

Apa yang harus dia lakukan sekarang?

Astaga ...dia benar-benar ingin segera menggali lubang di halaman belakang dan mengubur dirinya di sana.

Perlahan tangannya bergerak untuk melepaskan kedua tangan Gio yang masih melingkari tubuhnya dengan erat namun, sekuat apa pun dia berusaha, kedua tangan lelaki ini masih juga tidak bergerak. "Vano ...lepaskan" gumam Mely perlahan. Kemarahan yang menyelimuti tubuhnya tadi seakan menghilang dan di gantikan oleh rasa malu yang menyerang dirinya.

"Calm down, little one" gumam Gio lembut sebelum menggerakkan tangannya ke arah belakang kepala kucing kecilnya agar dia dapat bersandar di salah satu bahunya.

Ujung bibir Nick semakin berkedut keras, berusaha menahan kekesalan yang menyelimuti hatinya saat ini. Adakah abangnya ini sedang menunjukkan kasih sayangnya di hadapan mereka yang masih single ini? kata Nick dalam hati sebelum menggelengkan kepalanya perlahan.

"Hush! Nick, kau seharusnya tidak menganggu mereka berdua! Lihat sekarang. Sister-in-law jadi malu kerana menyadari keberadaan kita di sini ...tsk, tsk, tsk ...lanjutkan sister-in-law jangan pedulikan kami di sini" kata Raffael sambil tertawa perlahan yang malah semakin membuat wajah Mely merah kerana rasa malu yang menyelimuti tubuhnya saat ini.

"Sister-in-law, adakah kalian sudah melakukan hal itu? aku perhatikan cara jalan sister-in-law seperti menahan kesakitan?" tanya Deekson dengan nada santai namun, semua orang yang ada di dalam ruang makan ini memahami maksud dari pertanyaan Deekson saat ini.

Pfffttttt ....

Mendengar kata-kata tersebut. Nick, Leo dan Raffael tanpa sedar menyemburkan minuman mereka dan terbatuk perlahan kerana tersedak oleh air putih yang baru saja mereka minum. Ketiganya memandang pasangan yang berada di dekat mereka dengan ekspresi tidak percaya, horror dan speechless.

Apa dimaksudkan Deekson!?

Giovano LinDenhof ...lelaki ais batu ini yang bahkan status seksualnya diragukan ini sudah melakukan hal itu!?!? Yang boleh di katakan bercinta, berasmara, senggama, bersetubuh, making love, having sex, dan kata-kata lainnya.

Adakah mereka tidak bermimpi!?

Mereka tidak tahu harus memberi reaksi apa, otak mereka masih berusaha keras untuk memproses apa yang baru saja mereka dengar. Mereka tidak terlalu memperhatikan isi perdebatan pasangan ini kerana mereka terlalu fokus pada sikap Gio yang sangat berbeza namun, mengingatkan yang keduanya membahas mengenai 'kejadian semalam dan rasa sakit yang Mely rasakan'

Tunggu, tunggu, tunggu ...jadi mereka berdua benar-benar sudah melakukannya!?

keempat pasang mata itu memandang pasangan yang masih sibuk bermesraan ini dengan ekspresi yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata.

Berbeza dengan reaksi teruja ketiga lelaki yang masih memandang pasangan di hadapan mereka ini. Sebaik saja Mely mendengar pertanyaan Deekson tadi, warna wajah Mely terus berubah menjadi merah padam. Rasa malu dan sedar diri menyerang tubuhnya yang membuat Mely segera membenam kepalanya di antara lekuk leher lelaki menjengkelkan yang merupakan sumber dari segala rasa malu dan rasa sakit yang dia rasakan di hadapannya ini.

Ini semua gara-gara Vano!!! jerit Mely dalam hati dengan penuh rasa malu.

Lelaki yang sejak tadi menjadi topik perbualan orang-orang yang ada disekelilingnya ini hanya menyandarkan tubuhnya dengan santai sebelum satu tangannya mengusap belakang tubuh kucing kecilnya ini. "Mhm. Memangnya kenapa?" tanya Gio dengan santai seolah-olah perbualan yang mereka bicarakan ini adalah topik biasa seperti ramalan cuaca dan bukannya topik sensitif seperti ini.

Memangnya kenapa!!!

Kenapa!?

Bagaimana kami semua dapat mempercayai kenyataan bahawa akhirnya setelah 30 tahun kamu hidup akhirnya kamu dapat merasakan apa yang dimaksudkan dengan menjadi seorang lelaki sejati!!

Bagaimana mungkin kami semua tidak terkejut!? Dan kamu dengan santai bertanya kenapa!

Keempat lelaki ini benar-benar tidak tahu harus memberi reaksi apa seakan sistem saraf mereka untuk memberikan reaksi terhadap berita ini sudah putus sejak pertama kali Deekson menanyakan hal itu.

"Ugh ...tidak apa-apa. Kami terkejut. Ya, kami hanya terkejut ...bukankan begitu?" jawab Raffael sambil menyiku tubuh Leo yang membuatnya tersentak seakan tersedar dari pemikirannya sendiri dan menganggukkan kepalanya dengan cepat seakan menyetujui jawapan Raffael tadi.

"Ah...ya, terkejut" gumam Leo perlahan.

"Congratulations brother! Akhirnya kau merasakan apa yang menjadikan kamu seorang lelaki sejati!" kata Deekson dengan ceria sambil mengangkat gelas yang ada di hadapannya ini kepada Gio yang hanya mengaggukkan kepalanya perlahan.

"Terima kasih" jawab Gio singkat sebelum memperhatikan wajah kucing kecilnya ini yang memandangnya dengan pandangan tajam yang membuat ekspresinya semakin menawan. Senyum nipis terbentuk pada wajah tampannya. "Tidak apa-apa, little kitten. Lagipun, ini juga bukan hal yang rahsia, bukan?" kata Gio dengan santai yang membuat Mely semakin memandangnya dengan ekspresi yang siap membunuh.

Apanya yang bukan rahsia!!?

Kenapa lelaki menjengkelkan ini dapat membicarakan hal itu dengan mudah, semudah dia mengatakan perubahan cuaca hari ini!

Adakah lelaki ini benar-benar tidak tahu malu!?

Oh ...Mely terlupa ...this man is a true definition of shamelessness!

Ketiga lelaki yang sejak tadi speechless ini akhirnya kembali tersedar dari rasa terkejut mereka sebelum kedua mata Raffael dan Leo dipenuhi oleh sinar excitement dan kekaguman yang mereka arahkan kepada perempuan mungil yang saat ini masih duduk di atas pangkuan Gio.

Sister-in-law benar-benar mengagumkan dapat menaklukkan manusia ais batu seperti Gio!!

"Congratulations, brother!!!" kata Leo dan Raffael dengan suara kuat yang penuh semangat sebaik saja otak mereka berhasil memproses berita mengagumkan ini.

Tiba-tiba suasana ruang makan yang tadinya dipenuhi oleh ketegangan ini berubah menjadi penuh dengan kebahagiaan. Pandangan Gio menjadi hangat melihat kegembiraan orang-orang yang berada di hadapannya saat ini. Suasana ruang makan tempat mereka berada ini benar-benar dipenuhi oleh kehangatan kekeluargaan.

TO BE CONTINUED.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience