Rate

The Almighty Devil Of Underworld_54

Action Completed 38206

"Hey, kita mau kemana?" tanya Mely dengan penuh rasa ingin tahu ketika dia melihat jalan yang mereka lalui dipenuhi oleh pokok-pokok tinggi, membuat Mely merasakan dirinya seperti berjalan di tengah-tengah hutan.

"Sabar, Vina. Tidak lama lagi kita akan sampai" jawab Gio untuk kesekian kalinya. Kucing kecilnya ini semenjak mereka meninggalkan Villa, rasanya ini adalah kali kelima dia menanyakan perkara yang sama. Walaupun begitu, Gio dengan sabar menjawab pertanyaan kucing kecilnya ini dengan nada santai.

"Hey, adakah tidak apa-apa kalau kau pergi tanpa di ikuti oleh beberapa pengawal? Dan lagi, kau memandu sendiri. Adakah kau yakin kita tidak akan apa-apa?" kata Mely dengan nada penuh tanda tanya. Ini pertama kali dia melihat Gio memandu, biasanya ada pemandu yang akan menghantar lelaki ini ke manapun dia ingin pergi.

Gio menaikkan sebelah keningnya sebelum melirik perempuan mungil yang saat ini duduk di sebelahnya. "Jadi kau tidak yakin kalau aku yang memandu? Kau tidak percayakan aku?" katanya sambil melirik ke arah Mely yang segera menggelengkan kepalanya.

"Sudah tentu aku percayakan kau! Cuma, ini kali pertama kau melakukan ini" jawab Mely sambil mengalihkan pandangannya ke arah jalan dan menggerakkan kedua bahunya dengan gerakan tidak acuh.

"Tenang, okay. Lagipun, aku juga suka memandu sendiri" jawab Gio dengan santai sambil terus memfokuskan pandangannya ke arah jalan yang ada di hadapannya.

Tidak mungkin kan dia mengakui bahawa dia ingin menghabiskan masa berdua dengan kucing kecilnya? Walaupun, Butler Marton berusaha memujuknya untuk membiarkan beberapa pengawal untuk mengawasi mereka dari jauh namun, Gio tetap menolak. 

Mengawasi mereka dari jauh atau dekat bukankah itu tetap sama yang mereka bukan berdua?

Melihat Gio memusingkan kenderaan yang mereka gunakan ke arah salah satu halaman yang terlihat sunyi. Kedua mata Mely terus bergerak untuk memperhatikan setiap keadaan yang ada di sekeliling mereka. Walaupun dia berulang kali melihat pemandangan yang terpampang di hadapannya, dia selalu kagum melihatnya.

"Jom," kata Gio yang baru saja mematikan enjin kereta dan menanggalkan seatbelt yang dipakainya.

Belum sempat Mely menggerakkan tangannya untuk menanggalkan seatbelt yang dia gunakan, Mely melihat tubuh Gio bergerak ke arahnya sebelum tangannya bergerak untuk melepaskan seatbelt yang dipakainya. Pipi Mely merona merah ketika merasakan kedekatan mereka. Jantungnya berdegup kencang membuat wajahnya menjadi semakin merah.

Ugh ...sungguh memalukan!!

"Hey? Kenapa?" tanya Gio dengan nada polos seakan dia tidak tahu apa yang terjadi dengan Mely namun, kedua matanya terus memperhatikan perubahan ekspresi yang terjadi pada wajah kecilnya. Terutama wajah Mely yang merah, dia berusaha menahan senyum terancam yang akan terbentuk di bibirnya.

"Ugh ...tiada apa-apa" kata Mely dengan gugup sebelum bergerak cepat untuk keluar dari kereta, dengan usaha menghindari lelaki ini. Terlalu dekat dengan lelaki ini mungkin akan membuat jantungnya meletup.

Tidak dapat menahannya lebih lama, perlahan ujung bibirnya terangkat dengan senyuman nipis. Kedua mata birunya terus memperhatikan pergerakan kucing kecilnya yang berusaha menjauhkan diri darinya. Menggelengkan kepalanya, perlahan dia mengekori kucing kecilnya yang keluar dari kereta sebelum berjalan menuju ke arah kawasan luas yang berada tepat di hadapan mereka.

"Ini dimana?" tanya Mely penuh tanda tanya sambil melihat sekeliling mereka. Kawasan ini begitu luas, dia dapat melihat beberapa bangunan kecil yang tidak jauh dari posisi mereka saat ini dan bangunan besar yang berada di ujung jalan setapak.

"Northern Valley. Kawasan milik keluarga LinDenhof" jawab Gio perlahan yang berada di sisi Mely sambil berjalan ke arah bangunan besar yang terlihat di hujung jalan setapak yang berada tidak jauh dari posisi mereka saat ini.

Kedua mata Mely memandangnya dengan penuh excited sebelum menganggukkan kepalanya dengan perlahan "Pemandangan di sini sungguh cantik. Apa yang akan kita buat di sini?" tanya Mely yang tidak sabar menunggu jawapan dari Gio.

"Melihat pemandangan, bermain kereta luncur atau apapun yang kamu inginkan" kata Gio dengan lembut sambil meletakkan penutup kepala jaket yang dipakai Mely di atas kepalanya. "Pakai jaketmu dengan betul, Vina. Udara sejuk ini akan membuatmu sakit" sambungnya lagi.

"Betukah!?!? Okay, okey!! Aku mau lakukan semuanya!!" jerit Mely dengan penuh semangat sambil menganggukkan kepalanya dengan cepat tanpa mempedulikan apa yang Gio lakukan saat ini.

"Hm. Aku akan bercakap dengan Kidron yang bertugas di tempat ini terlebih dahulu sebelum kita pergi ke area kereta luncur, okey?" kata Gio dengan nada memanjakan yang segera dibalas anggukan penuh semangat oleh Mely.

Sesampainya di hujung jalan, mereka dapat melihat dengan jelas bangunan besar yang terbuat dari kayu di hadapan mereka. Keduanya berjalan ke arah pintu masuk bangunan tersebut sebelum langkah Mely terhenti sesaat. Kedua matanya memandang Gio dengan ekspresi sedih yang membuat orang yang melihatnya tidak akan sanggup menolak apa yang dia inginkan.

"Kenapa?" tanya Gio perlahan ketika dia melihat ekspresi Mely yang jelas-jelas memiliki maksud yang tersembunyi. Tidak mungkin kucing kecilnya ini menunjukkan ekspresi seperti ini jika dia tidak menginginkan sesuatu, bukan?

"Bolehkah aku berada di sini? Aku ingin melihat sekeliling ini dulu, boleh ya, ya, ya?" katanya dengan nada memohon dengan ekspresi yang menyedihkan.

Gio terdiam beberapa saat sambil memperhatikan ekspresi perempuan mungil tersebut yang membuat ujung bibirnya berkedut keras ketika melihatnya. Bagaimana dia dapat menolak permintaan kucing kecilnya ini jika dia memandangnya dengan ekspresi itu.

Menghela nafas perlahan Gio menganggukkan kepalanya sebelum menatap pasrah ke arah kucing kecilnya ini. Dia benar-benar tidak dapat menolak permintaannya ketika dia melihat ekspresi bahagia Mely yang saat ini memekik penuh rasa teruja.

Kedua tangan kecil itu melingkari leher Gio yang membuat tubuh Gio membeku, jantungnya tiba-tiba berdegup kencang ketika merasakan nafas panas dari wajah kecil di hadapannya. Secepat tangan kecil itu melingkari lehernya, secepat itu juga tangan itu melepaskan pelukannya namun, waktu singkat itu sudah mampu membuat seluruh tubuh Gio menegang.

Kedua mata biru itu terus memperhatikan reaksi bersemangat kucing kecilnya sebelum berusaha mengawal emosi dalam tubuhnya. Hanya perkara sederhana ini sudah membuat kucing kecilnya ini berkelakuan seperti ini tsk, tsk, tsk. Fikir Gio sambil menghela nafas dengan perlahan. Gio dapat merasakan nafasnya bergetar ketika dia berusaha menenangkan degup jantungnya yang berdegup kencang. 

Astaga ...adakah kucing kecilnya ini tidak sedar reaksi apa yang dapat dia picu terhadap tubuhnya ini?

Melihat tubuh mungil itu meninggalkannya tanpa rasa bersalah sedikit pun, membuat Gio tertawa perlahan sebelum menutup kedua matanya dengan satu tangannya. Mengutuk sikapnya yang berlebihan ini. Dia benar-benar tidak menyangka yang dia boleh bersikap seperti ini. Seumur hidupnya, dia selalu dapat menjaga emosi dan sikapnya sehingga dia selalu bersikap dingin dan tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekelilingnya, namun baru kali ini dia benar-benar hilang kawalan hanya pelukan yang di lakukan oleh kucing kecilnya ini.

Giovano LinDenhof, kau adalah orang yang benar-benar menyedihkan!!

Menggelengkan kepalanya perlahan, akhirnya Gio melangkah untuk masuk ke bangunan tersebut yang disambut oleh Kidron yang merupakan orang yang menjaga kawasan ini.

"Selamat datang, Master" ucapnya dengan nada sopan sambil menundukkan kepalanya untuk menunjukkan rasa hormat kepada majikannya.

"Mm. Sudah siap?" tanya Gio, membahas ke arah topik yang ingin di bincangkan.

"Persiapan dari anjing dan kereta luncur semuanya sudah di siapkan." jawab Kidron dengan ekspresi serius.

"Hm. Bagus" kata Gio sambil berjalan menuju ke arah pintu keluar.

"Master, izinkan saya menemani anda" kata Kidron perlahan yang segera ditolak oleh Gio.

"Tidak perlu" jawabnya sebelum berjalan keluar dari bangunan besar tersebut meninggalkan Kidron yang masih memandang Gio dengan pandangan melamun.

Mengapa dia merasakan suasana hati master saat ini sangat ...bagus?

Langkah kaki Gio terhenti di tengah anak tangga ketika dia melihat tubuh mungil yang dibalut dengan jaket putih dan selendang hitam itu berlari berpusing-pusing di hadapannya, tawa gembira yang keluar di bibir kecilnya terdengar seperti melodi yang menenangkan hati Gio. Pandangannya menjadi lembut semakin dia memperhatikan kucing kecilnya ini. 

Akhirnya, kedua mata kelabu yang bersinar dengan penuh kebahagiaan itu menangkap susuk tubuh tegap yang berada tidak jauh dari posisinya, Mely segera berlari ke arah Gio sambil melambaikan tangannya seakan memanggil Gio untuk mendekatinya. 

"Vano!!" jeritan ceria itu membuat senyuman lembut terbentuk di wajah datar Gio, membuat ekspresinya saat ini terlihat lebih hangat. Kedua matanya mengecil saat melihat perempuan tersebut berlari ke arahnya tanpa memperhatikan keadaan sekelilingnya. Gio menghela nafas perlahan dan melangkah dengan cepat untuk mendekati kucing kecilnya yang masih memandangnya dengan teruja.

"Ada apa?" tanya Gio perlahan sambil memperhatikan tingkah laku kucing kecilnya ini dengan kedua kening yang di angkat sempurna.

"Salji!!! Ada salji turun!!" kata Mely dengan senyuman lebar yang membuat semua gigi putihnya terlihat dengan jelas sebelum memusingkan tubuhnya dengan penuh rasa teruja.

Melihat sikap kucing kecilnya yang tidak dapat diam ini membuat Gio tertawa perlahan sebelum melingkarkan kedua tangannya di pinggang kucing kecilnya sebelum mencium dahinya. "Berhentilah berlari seperti tadi, nanti kamu jatuh" gumam Gio sebelum mengeratkan pelukannya.

Bukannya mendengar nada kesal jika Gio mencuri kesempatan mencium kucing kecilnya, Gio malah mendengar suara tawa penuh excited bergema di sekelilingnya. Tubuhnya terdiam beberapa saat sebelum kedua mata birunya memperhatikan sikap Mely yang saat ini terlihat tidak sedar dengan tindakannya tadi.

Ternyata dia tidak sedar, kata Gio dalam hati.

"Mau kita jalan-jalan sekarang?" tanya Gio dengan nada lembut sebelum menggerakkan satu tangannya untuk menghilangkan salji yang mula memenuhi kepala kucing kecilnya.

Mely yang mendengar itu segera memandang Gio dengan pandangan teruja yang penuh dengan excitement yang tidak dapat ditutupnya "Jom! Jom! Jom!" jerit Mely dengan penuh semangat sebelum tangannya bergerak secara refleks untuk menarik tangan Gio dan menggenggamnya dengan erat sebelum menariknya untuk segera berjalan.

Pandangan Gio segera di arah pada perempuan mungil tersebut dengan pandangan bercampur, melihat sikap kucing kecilnya yang mula terbuka padanya sebelum senyuman nipis terlihat di wajah tampannya dan kedua mata birunya.Permulaan yang bagus, fikirnya sebelum menggenggam erat tangan kecil tersebut dan berjalan menuju ke arah jalan setapak yang menuju ke kawasan hutan kecil yang berada tidak jauh dari posisi mereka.

Pemandangan hutan yang diliputi oleh salji hari ini benar-benar terlihat indah, apatah lagi dengan cahaya matahari yang bersinar di atas daun yang diliputi salji. Ini benar-benar membuat mereka berdua terlihat seperti berjalan di dunia magic. 

"Vano?" panggil Mely perlahan, membuka topik perbualan di antara mereka yang dibalas dengan gumam perlahan oleh lawan bicaranya.

"Kenapa kamu memiliki tempat tinggal di sini?" tanya Mely sambil memandang Gio dengan ekspresi penuh tanda tanya.

"Ibuku sangat suka musim salji. Menurutnya, musim salji adalah musim terindah yang membuat seluruh permukaan bumi terlihat seperti dunia magic kerana dipenuhi oleh lapisan salji. Itulah sebabnya ayahku membeli tempat ini kerana tempat ini tidak di huni oleh penduduk setempat dan juga salji di tempat ini lebih tebal dan lebih indah kalau di bandingkan dengan kawasan lain" kata Gio sambil memandang ke arah jalan di hadapannya seakan fikirannya saat ini berada di tempat lain.

Mely yang melihat pandangan Gio yang tidak begitu fokus perlahan menganggukkan kepalanya. "Ibumu pasti sangat menyukai tempat ini," katanya dengan nada lembut sebelum senyum hangat terbentuk di wajah kecilnya, membuat penampilan Mely saat ini semakin menawan kerana aura kebahagiaan yang terpancar dari tubuhnya.

"Mm. Itu dulu" jawab Gio perlahan masih dengan ekspresi yang sama.

"Dulu?" tanya Mely sambil mengerutkan keningnya, kedua matanya memandang Gio dengan penuh tanda tanya sebelum Gio melirik ke arahnya. Tangan besar itu bergerak perlahan sebelum mengusap lembut pipi Mely yang pucat kerana udara sejuk yang menerpa wajahnya.

"Itu dulu kerana ibuku sudah meninggal" jawab Gio dengan nada perlahan seolah-olah fikirannya saat ini sedang memikirkan sesuatu yang lain.

Senyuman di wajah Mely tiba-tiba membeku sebaik saja dia mendengar jawapan dari lelaki yang berada di sisinya ini. Kedua matanya memandang Gio dengan pandangan rasa bersalah. "Maaf, aku tida-" belum sempat Mely menyelesaikan ayatnya, satu jari panjang menahan permukaan bibirnya membuat Mely menelan semua kata yang sudah berada di hujung lidahnya.

"Tidak perlu minta maaf. Kejadian itu sudah lama terjadi" jawab Gio dengan senyuman nipis namun, menyedari kata-katanya itu tidak membuat kucing kecilnya ini merasa lebih baik, perlahan jarinya bergerak ke arah dagu kecil tersebut sebelum mengangkat wajah kucing kecilnya untuk menghadap ke arahnya.

"Kau ingin tahu bagaimana cara membuatku merasa lebih baik?" gumam Gio perlahan sambil memperhatikan kedua mata kelabu itu yang dipenuhi oleh sinar tekad sambil menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Adakah kau yakin ingin membantuku menjadi lebih baik?" sambung Gio sambil menaikkan sebelah keningnya.

"Hmm. Aku akan bantu apa pun agar kau merasa lebih baik. Tidak seharusnya aku membahas perkara sedih seperti um ...tadi" jawab Mely perlahan sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain, berusaha untuk tidak menatap kedua mata biru itu.

Kenapa dia tiba-tiba jadi gugup?

Dan ...kenapa dia merasakan perasaan buruk?

Seperti ...dia baru saja masuk ke dalam sebuah perangkap.

"Mm. Baiklah, kau boleh bantu aku dengan cara ini" kata Gio dengan nada perlahan sebelum dengan gerakan cepat bibir nipisnya menyentuh bibir kecil yang selalu menguji tahap kesabarannya. Merasakan kehangatan yang diberikan oleh kucing kecilnya ini, perlahan bibir nipisnya berusaha menikmati setiap saat yang ada sambil mengeratkan pelukannya. 

Tenggelam dalam moment intim yang menyelimuti mereka, seluruh tubuh Mely tiba-tiba berubah menjadi seperti jeli yang membuatnya sukar untuk menahan tubuhnya sendiri. Jika bukan kerana tangan Gio yang melingkar di tubuhnya, Mely yakin saat ini dia sudah terbaring di tengah-tengah salji ini. Perasaan hangat ini membuat seluruh tubuhnya terasa seperti direnjat oleh arus elektrik yang membuat tubuhnya bergetar perlahan. Fikirannya tiba-tiba terasa kosong kerana tidak dapat memproses apa yang baru saja terjadi. Merasakan kelembutan dan kehangatan menyelimuti tubuhnya saat ini membuat semua deria dalam tubuhnya tiba-tiba berhenti berfungsi.

Beberapa saat berlalu sebelum Gio akhirnya melepaskan bibir kecil tersebut. Pandangannya semakin gelap ketika dia melihat ekspresi Mely saat ini. Kedua mata kelabu itu terlihat dilapisi oleh cairan jernih yang membuatnya terlihat semakin menawan, apatah lagi rona merah yang mewarnai wajah putihnya. Penampilan kucing kecilnya saat ini benar-benar mengghairahkan dan jika bukan kerana kawalan dirinya yang kuat, Gio tidak tahu apa yang akan terjadi pada kucing kecilnya ini.

Kedua mata Mely memandang lelaki di hadapannya dengan pandangan tidak fokus, otaknya masih belum dapat memproses apa yang baru saja terjadi. Sepasang mata biru itu memandangnya dengan sedikit sentuhan seksual yang berbahaya, seperti pemangsa yang akan menerkamnya hidup-hidup. Hanya dengan melihatnya sudah membuat jantung Mely berdegup kencang. Nafasnya terengah-engah kerana kekurangan oksigen yang memasuki paru-parunya. Perlahan Mely mengedipkan kedua matanya sebelum otaknya kembali berfungsi untuk memproses apa yang baru saja terjadi.

Pandangan terkejut memenuhi sepasang mata kelabunya sebelum wajah kecil Mely menjadi semakin merah di saat dia mengingati apa yang baru saja terjadi. "Vano!!!" jerit Mely dengan rasa malu yang terdengar jelas dari nada suaranya. Kedua tangannya tanpa sedar memukul perlahan dada Gio.

Bagaimana dia boleh terlena dengan moment ciuman mereka tadi!?

Bukankah biasanya dia selalu merasa kesal atau marah!?

Kenapa sekarang dia seperti orang yang menikmatinya!!?

Apa yang sudah di lakukan oleh lelaki menjengkal ini pada dirinya!!?

Melihat ekspresi kecewa kucing kecilnya yang bercampur dengan rasa malu membuat Gio tertawa perlahan sebelum mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil di hadapannya. Telapak tangannya menahan kepala kecil tersebut untuk membantu kucing kecilnya menyembunyikan wajahnya kerana rasa malu yang dia rasakan.

"Ugh ... memalukan" gumam Mely sambil mengeratkan tangannya di antara jaket yang Gio pakai sebelum menggerakkan kepalanya agar tersembunyi di sebalik lapisan pakaian yang dipakai Gio saat ini. Bagaimana dia boleh bersikap seperti itu?! Rasanya dia benar-benar tidak dapat lagi melihat wajah lelaki ini, katanya dalam hati sambil mengutuk sikapnya.

"It's okay little kitten. Ekspresi malumu benar-benar membuat wajahmu semakin comel" kata Gio perlahan sambil mengusap rambut kucing kecilnya dengan lembut. Butiran-butiran salji yang turun membuat suasana yang terjadi di antara mereka terlihat sangat romantic.

Senyuman nipis yang terbentuk di wajah Gio saat ini membuat ekspresi lelaki ini terlihat lebih lembut dari biasanya. Suasana hatinya saat ini benar-benar bagus. Bagaimana tidak? Kucing kecilnya ini mula terbiasa dengan sentuhannya dan juga kucing kecilnya ini mula menikmati saat-saat intim yang mereka kongsi bersama. Ini adalah kemajuan yang sangat bagus yang membuat kedua mata Gio menunjukan sinar puas.

"Shut up!" jerit Mely yang di penuhi oleh rasa malu yang dia rasakan saat ini.

Adakah dia mula terjangkit sikap pervert lelaki ini?!

Tidak!!

She's not a pervert!!

TO BE CONTINUED

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience