Rate

The Almighty Devil Of Underworld_83

Action Completed 38230

Kedua mata kelabu itu memandang tajam ke arah lelaki yang berada di hadapannya ini dengan pandangan membunuh, sedangkan lelaki ini hanya menaikkan sebelah keningnya ketika melihat ekspresi penuh kekesalan kucing kecilnya ini. Melihat reaksi Gio membuat Mely mendengus kesal sambil memuncungkan bibirnya.

This lady is really really angry you know!

Humph, humph! 

"Adakah, kamu masih marah?" gumam Gio perlahan, masih dengan pandangan humor yang menghiasi kedua mata birunya ketika melihat kucing kecilnya yang masih melakukan tantrum di hadapannya. Tangannya bergerak perlahan untuk merapikan rambut Mely dengan gerakan lembut yang membuat Mely kembali mendengus kesal sebelum memandang ke arah tingkap lif yang saat ini mereka naiki.

Menghela nafas pasrah, Gio menarik tubuh mungil di hadapannya ke dalam pelukannya sebelum mengucup dahi kucing kecilnya dengan penuh kasih sayang. "Jangan marah lagi, little kitten. Bagaimana, jika setelah program ini habis aku menyediakan air suam untuk kamu berendam?" kata Gio dengan nada lembut sambil mengusap belakang kucing kecilnya, dengan usaha menghilangkan kekesalan yang saat ini Mely rasakan.

Setelah beberapa pertimbangan, mendengar tawaran menarik itu Mely akhirnya menganggukkan kepalanya perlahan yang membuat Gio tertawa sambil mengeratkan pelukannya. 

How can a little cat be so cute like this!?

Ziro, yang melihat interaksi keduanya hanya mampu menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya, ujung bibir berkedut keras.

Young miss, mengapa anda dengan mudah luluh dengan sikap master, terutama dengan sogokan yang begitu mudah, kata Ziro dengan ekspresi pasrah ketika melihat pasangan pelik yang saat ini berjalan di hadapannya.

Melihat pintu besar ballroom yang semakin dekat, Mely segera menghentikan langkahnya sebelum menghadap ke arah Gio yang masih memeluk pinggangnya dengan santai.

"Mau sampai bila kau melekat-lekat begini? Kau mau semua orang tahu yang kita memiliki hubungan? Cepat lepaskan tanganmu" kata Mely sambil menaikkan kedua keningnya ke arah Gio yang saat ini masih tersenyum ke arahnya.

"Vano, lepaskan" kata Mely masih dengan nada lembut yang menunjukkan tahap kesabarannya yang tinggi namun, kata-katanya hanya dibalas gelengan perlahan oleh lelaki di sebelahnya ini. Kedua mata biru itu memandangnya dengan ekspresi tidak bersalah, seperti budak kecil yang tidak mau melepaskan mainan kesayangannya. 

Ujung bibir Mely berkedut keras ketika melihat sikap Gio saat ini. Perlahan kedua matanya beralih ke arah Ziro dengan pandangan yang seakan mengatakan. 'bagitahu bosmu yang dia tidak boleh bersikap begini?!' 

Namun, belum sempat Ziro membuka mulutnya untuk menanyakan maksud dari pandangan Mely, tiba-tiba dia merasakan hawa dingin menyelimuti seluruh tubuhnya. Kedua mata hitamnya memandang ke arah sepasang mata biru yang memandangnya dengan ekspresi gelap yang membuat Ziro menelan liurnya tanpa sedar.

"Ugh ...young miss ...–"

"Madam" pintas Gio dengan nada dingin yang membuat Ziro segera menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Young madam, um ...saya mau membuat beberapa panggilan penting. Maafkan saya" kata Ziro dengan cepat sebelum berjalan ke arah koridor dengan langkah lebar yang membuat Mely speechless.

Apa yang dia buat...

Adakah, dia sangat menakutkan sehingga Ziro berjalan dengan sangat cepat? kata Mely dalam hati sebelum mengalihkan pandangannya ke arah Gio yang masih memandangnya dengan ekspresi tidak bersalah. Seolah-olah perubahan sikap Ziro bukanlah urusannya. 

"Ini pasti perbuatanmu, Vano. Jangan cuba-cuba menafikannya" kata Mely sambil mengecilkan kedua matanya yang sekali lagi dibalas dengan gelengan perlahan.

Senyuman pasrah terbentuk samar pada bibir kecilnya sebaik saja merasakan sikap keras kepala lelaki ini. Aiya, apa yang harus dia lakukan dengan lelaki ini? katanya dengan nada pasrah yang menyamai senyumannya saat ini.

"Vano, masih banyak tetamu yang harus kamu temui. Aku masih tidak tahu permainan apa yang sudah Julia siapkan untuk aku. Tidak, mungkinkan kita membuatnya menunggu lebih lama?" kata Mely dengan perlahan yang membuat dahi Gio berkerut samar.

"Raffael dan Leo akan memantau kamu dari jauh" kata Gio yang dibalas dengan tawa perlahan oleh kucing kecilnya ini. Kedua mata birunya memandang tidak berdaya ke arah kucing kecilnya ini. 

Adakah dia tidak boleh merasa risau dengan keselamatan kucing kecilnya ini? 

Sekiranya, cerita Raffael dan Leo benar mengenai perempuan cemburu akan hilang akal dan bertindak lebih agresif ...bukankah itu wajar jika dia merasa risau?

"Tidak perlu. Aku boleh jaga diri sendiri. Kau hanya menunggu dan menyaksikan pertunjukan itu" kata Mely dengan senyuman penuh makna. Perlahan dia mendorong tubuh Gio untuk berjalan ke arah pintu masuk ballroom yang ada di hadapan mereka sambil membuat isyarat tangan kepada Ziro untuk segera mengikuti mereka.

Akhirnya, ketiganya memasuki ballroom tersebut yang berubah menjadi lebih riuh dari beberapa saat yang lalu. Semua tetamu yang ada berusaha untuk mencari kesempatan untuk berbual dengan pemimpin LinDenhof Corporation. Melihat keadaan yang semakin ramai, diam-diam Mely menjauhkan dirinya dari dua lelaki yang saat ini menjadi magnet perhatian semua orang.

"Malam yang sangat sukar, bukan?" tubuh Mely tersentak ketika mendengar suara tersebut, kedua matanya segera beralih ke arah sumber suara sebelum melihat sepasang mata hitam yang memandang ke arahnya.

"Deekson!" desis Mely perlahan sambil memperhatikan keadaan sekeliling, berharap tiada seorang pun yang melihat mereka berdua sekarang. Wajah kecilnya dipenuhi oleh rasa panik yang membuat Deekson tersenyum nipis ketika melihat tingkah laku Mely saat ini.

"Ada apa? Jangan risau, aku tidak terkenal seperti Gio dan yang lain. Jadi, aku tidak akan menarik perhatian orang ramai" kata Deekson sambil menggerakkan bahunya tidak acuk. 

Mendengar itu Mely memutar kedua matanya. Ya, tidak terkenal dalam komuniti dunia atas tapi siapa yang tidak kenal kamu dalam komuniti dunia bawah!? balas Mely dalam hati. 

"Wajahmu sudah cukup membuat semua orang tertarik, Deeks," jawab Mely perlahan sambil meraih gelas wine yang baru di tawarkan oleh pelayan.

"Kau masih mau minum? Adakah, tahap toleransi alkoholmu cukup tinggi?" tanya Deekson dengan pandangan tidak percaya yang di balas anggukan perlahan oleh Mely.

"Sudah menjadi kebiasaan dari kecil" jawab Mely tanpa berfikir panjang.

Mendengar itu sebelah kening Deekson terangkat, kedua mata hitamnya memandang Mely dengan ekspresi yang sukar digambarkan sebelum menganggukkan kepalanya perlahan. Namun, ketika ujung matanya menangkap beberapa orang yang berjalan ke arah mereka, tangannya segera meraih tangan Mely dan mengucupnya dengan lembut yang membuat seluruh tubuh Mely membeku. Kedua mata kelabunya memandang lelaki di hadapannya dengan pandangan tidak percaya. Mely benar-benar tidak tahu apa yang ada di sebalik kedua mata hitam itu.

"Take care of yourself, little princess. Aku dan yang lain akan mengawasimu dari jauh" gumam Deekson perlahan sebelum meninggalkan Mely yang masih terkejut dengan sikap lelaki tersebut yang mulai hilang dari pandangannya.

Mengapa, kadang-kadang dia merasa sekilas wajah dan postur Deekson familiar? 

Tetapi ...dengan siapa?

Kedua soalan itu terus bergema di dalam fikirannya sebelum merasakan sepasang tangan melingkari tubuh mungilnya yang membuatnya terkejut. Pandangannya segera di arahkan pada pemilik tangan tersebut yang membuat kedua matanya berubah merah ketika melihat ekspresi gembira perempuan di hadapannya.

"Cath!!!" jerit Mely dengan teruja sambil membalas pelukan perempuan ini dengan kuat.

"Kamu sudah lupakan aku, ya. Bahkan, tidak menemuiku, lagi" kata Cath dengan nada merajuk yang membuat Vhina, Febby, Fedrick dan Dante tertawa.

"Aku tidak menyangka yang kamu berdua saling mengenali" kata Febby sambil menggelengkan kepalanya perlahan yang membuat Mely mengalihkan pandangannya dengan ekspresi penuh tanda tanya yang jelas terlihat dari wajah kecilnya.

"Mely, dalam hal lain kamu sangat pintar tapi dalam kes ini kamu benar-benar teruk. Adakah, kamu tidak sedar persamaan diantara kami berdua?" tanya Febby sambil menarik Cath yang hanya tersenyum lebar sambil memandang Mely yang saat ini speechless ketika melihat wajah mereka berdua.

"Ka-kamu berdua sepupu?" tanya Mely masih dengan nada terkejut yang sama.

"Betul!! Kami miripkan? Miripkan?" kata Febby dengan bangga yang membuat ujung bibir Mely berkedut keras.

Mirip dari mana!? Bagaimana, keluargamu dapat menghasilkan keturunan yang sangat berbeza? Yang satu sangat matang dan yang satu kebudak-budakan dan ...ah, sudahlah. Tuhan memang selalu punya cara yang unik untuk semua umatnya.

Akhirnya, mereka berenam kembali tenggelam dalam perbualan mereka atau lebih tepatnya menyoal siasat Mely mengenai kehilangannya selama beberapa bulan yang membuat kepala Mely terasa pening. Dia merasakan dirinya sudah banyak memberikan kebohongan dan penipuan kepada semua rakan-rakannya ini. 

Tapi ...apa yang harus dia lakukan!?

Adakah, dia harus mengatakan bahawa dia diculik oleh Giovano LinDenhof?! Orang bodoh pun pasti tidak akan mempercayai kata-katanya, bukan?

Larut dalam pemikirannya, Mely tidak menyedari ada sepasang mata biru yang berdiri beberapa langkah dari posisinya saat ini memandang tepat ke arah lehernya yang terlihat sedikit menunjukkan ruam merah yang jelas-jelas tidak terlihat sebelumnya. 

Dahi, Dante berkerut dalam, tiada yang dapat meneka apa yang ada di dalam fikirannya saat ini. Namun, kedua mata birunya memandang Mely dengan pandangan yang sukar di gambarkan. Perlahan tangannya bergerak untuk menggenggam telapak tangan Mely yang membuat tubuh perempuan mungil ini tersentak kerana terkejut. Dengan gerakan refleks Mely melepaskan genggaman tangan Dante.

Astaga, jangan sampai Vano melihat ini!! Atau, dia akan mendapat hukuman yang seperti tadi!! Noo!!!

"Apa ada, Dan?" tanya Mely yang cuba mengawal emosinya sebelum melihat ekspresi serius Dante yang saat ini membuatnya terpana. Jarang-jarang dia melihat lelaki ini bersikap serius, katanya dalam hati.

"Ikut aku. Ada sesuatu yang mau aku cakap" kata Dante sambil menarik tubuh Mely tanpa menunggu balasan darinya.

Melihat keduanya menghilang di antara orang-orang yang sibuk bergaul. Febby, Cath, Vhina dan Fedrick yang menyedari hal itu hanya terpana. Semua memandang ke arah mereka berdua dengan ekspresi bingung kecuali Fedrick yang melihat belakang Dante dengan ekspresi bercampur.

Kedua kening Mely berkerut sambil memandang belakang tubuh Dante yang masih menariknya ke arah beranda kosong yang berada di satu sisi ballroom. Melihat, tangan besar Dante yang menggenggam tangannya dengan kuat membuat Mely semakin mengerutkan keningnya, dia benar-benar merasakan rasa sakit yang perlahan menjalar di tangannya. Dengan tenaga kuat Mely menarik tangannya sebelum memandang kesal ke arah Dante yang akhirnya menghentikan langkahnya.

"Dante, kenapa kau bawa aku kesini?" kata Mely dengan nada kesal sebelum tubuhnya menegang ketika melihat Dante memusingkan tubuhnya dan mencengkam bahunya dengan kuat. Ekspresi ceria yang biasanya mewarnai wajah Dante saat ini di gantikan dengan ekspresi serius yang membuat Mely semakin gugup.

"Adakah, kau menjual tubuhmu kepada tokoh yang berstatus tinggi itu?" tanya Dante dengan nada serius yang membuat tubuh Mely terasa seperti di simbah oleh air sejuk. Kedua matanya memandang terkejut ke arah lelaki di hadapannya ini dengan pandangan tidak percaya.

"Apa maksud kau!?" jerit Mely dengan nada terkejut.

"Jadi, khabar angin itu, benar?" kata Dante dengan senyuman mengejek yang membuat tubuh Mely dipenuhi oleh api kemarahan. Dia benar-benar marah sekarang. Sangat, sangat marah. 

Mereka berdua sudah berkawan lama dan lelaki ini lebih mempercayai khabar angin itu daripada dirinya!?

Adakah, anjing golden retriever ini lupa kalau dia perempuan yang tidak mudah untuk di dekati? Jadi, bagaimana Dante boleh menuduhnya menjual diri!? 

Kali ini Mely benar-benar marah.

"Itu tidak benar! Mengapa kau lebih percayakan khabar angin itu daripada aku!? Kau kenal aku Dante, sangat-sangat kenal aku!" jerit Mely sambil menepis kedua tangan Dante yang mencengkam bahunya saat ini dengan ekspresi yang penuh amarah.

"Jadi jelaskan love bites itu!!" kata Dante dengan nada kuat yang membuat tubuh Mely bergetar kerana menahan amarah dan rasa kesalnya. Namun, ketika dia melihat jari telunjuk Dante yang menunjuk ke arah lehernya membuat Mely teringat apa yang dilakukan Gio padanya beberapa saat yang lalu.

That damn beast!!!!

Mely akan pastikan lelaki menjengkelkan yang tidak dapat menahan diri itu tidur di sofa ruang tamu malam ini!!

Namun, Mely juga tahu yang dia tidak dapat menyalahkan Gio sepenuhnya, dia dan Gio sudah berusaha keras untuk merapikan pakaiannya sebelum mereka berdua keluar dari bilik suite itu. Apa yang membuat Mely marah adalah nada dan cara Dante yang menuduhnya, seolah-olah dia adalah perempuan murah yang dengan mudah menjual diri hanya kerana status dan jawatannya sekarang.

Dengan gerakan pantas Mely menepis jari telunjuk Dante sebelum memandang tajam ke arahnya. Dadanya benar-benar terasa sesak kerana amarah yang memenuhi dadanya.

"Adakah ruam ini membuktikan yang aku menjual diri!? Adakah, salah kalau aku memiliki kekasih!?" jerit Mely dengan penuh emosi.

Melihat perempuan di hadapannya ini memandangnya dengan penuh amarah dan rasa benci yang terlihat samar dari wajahnya, membuat dada Dante terasa di cengkam oleh tangan besar yang membuatnya merasa sakit. Namun, melihat love bites tersebut membuat semua akal rasionalnya semakin menghilang. Dante memandang Mely dengan pandangan merendahkan sebelum tertawa mengejek.

"Kekasih? Sejak bila orang macam kau yang memiliki standard tinggi punya kekasih? Siapa kekasihmu? Assistant Harmada atau President LinDenhof? Cis! Belum tentu salah satu dari mereka menjadi kekasihmu! Lagipun, sebelum kau pergi bersama mereka tanda merah itu tiada! Jadi, tanda merah itu dibuat ketika kau pergi! Dan sekarang apa lagi alasanmu, Melysah!?" jerit Dante dengan penuh emosi. 

"Haha ...aku benar-benar tidak pernah menyangka yang aku sempat menyukai perempuan rendah seperti kau" sambungnya dengan nada penuh sindiran.

Mendengar kata-kata tuduhan itu membuat dada Mely terasa sakit seperti di tikam oleh beribu jarum. Dia tidak pernah mempermasalahkan khabar angin yang orang-orang perkatakan namun, berbeza dengan orang yang mengatakan itu adalah teman baiknya. Terutama, kata-kata terakhirnya 'Perempuan Rendah Seperti Kau' empat kata itu terus bergema di dalam fikirannya, kedua matanya berair, dadanya semakin terasa sesak. Dia tidak menyangka lelaki ini yang sudah dia anggap sebagai abang yang sudah lama menghilang dari hidupnya dapat melontarkan kata-kata itu di depannya. 

"Tidak. Ada!! Kerana itulah kenyataannya!! Kekasihku adalah Giovano LinDenhof!! He's my man!! Jadi, apa salahnya kalau dia menunjukkan kasih sayangnya!" jerit Mely sambil menunjuk ke arah wajah Dante yang saat ini semakin merah kerana amarah yang semakin bertambah dalam dirinya ketika mendengar jawapan Mely.

Jawapan, Mely benar-benar membuat kemarahan Dante semakin meningkat, dengan gerakan refleks Dante mengangkat tangannya sebelum melayangkan tangannya ke arah perempuan dihadapannya. Kemarahan dan kecemburuan Dante benar-benar membuatnya hilang akal.

Mely, refleks menutup kedua matanya untuk menerima tamparan tersebut namun, tamparan itu tidak juga kunjung datang sebaliknya dia merasakan tangan besar melingkari tubuhnya sebelum mencium aroma maskulin yang membuat semua sarafnya kembali tenang. 

"Vina, memang milikku. Dan apa hakmu menaikkan tangan tidak berguna ini kepada kucing kecilku?" suara dingin itu bergema di seluruh beranda.

Hati Mely perlahan dipenuhi kehangatan ketika mendengar kata-kata Gio. Kedua matanya perlahan beralih ke arah wajah Gio yang masih memandang Dante dengan ekspresi membunuh. Bukannya, Mely merasa takut dia malah merasa sangat aman dalam pelukan lelaki ini bahkan ancaman Gio terdengar sangat menenangkan.

Mata biru Gio yang menggelap itu masih memandang ke arah lelaki berambut perang yang saat ini memandangnya dengan penuh ketakutan. 

He dared to raise his hand to slap his little kitten!?

He's definitely seeking for death!!

Satu tangan Gio masih mencengkam kuat tangan Dante dan satu tangannya lagi masih melingkar di pinggang kucing kecilnya. Sekiranya, dia menggunakan semua tenaganya, dia yakin tangan lelaki ini sudah patah menjadi dua bahagian. Namun, dia tidak akan melakukan itu kerana saat ini kucing kecilnya berada di sini. Perlahan kedua mata birunya beralih untuk memandang wajah kucing kecilnya yang masih memandangnya dengan ekspresi bercampur. Melihat kedua mata kelabu tersebut dipenuhi air mata membuat dada Gio terasa berat, pandangannya berubah menjadi penuh kerisauan ketika melihat ekspresi sedih kucing kecilnya.

"Vina, adakah bangsat ini menyakiti, mu?" gumam Gio dengan nada lembut sebelum menggerakkan tangan untuk mengusap pipi kucing kecilnya untuk menghapuskan air mata tersebut.

Merasa sentuhan lembut, membuat senyu nipis terbentuk di wajah kecilnya. Perlahan, Mely menggelengkan kepalanya sebelum menggenggam telapak tangan Gio dengan kedua tangan kecilnya.  

"Mmm ...tidak. Lepaskan dia, Vano. Biarkan dia pergi" kata Mely perlahan. Kedua matanya memandang dingin arah Dante yang masih memandangnya dengan ekspresi tidak percaya dan penuh ketakutan.

"Me-Me-Mely, kau ...kau benar-benar kekasih Pr-President LinDenhof?" tanya Dante sambil memeluk tangannya yang terasa hampir patah ketika akhirnya Gio melepaskan cengkaman tangannya.

Mendengar pertanyaan bodoh itu membuat Mely tertawa sebelum memandang Dante dengan ekspresi datar. "Aku sudah cakap. Vano adalah kekasihku" jawabnya dengan nada dingin. Semua rasa hormat yang pernah dia berikan kepada Dante menghilang.

"Mely, aku ..aku tidak bermaksud untuk mengangkat tanganku. Aku mohon maafkan aku. Kemarahan, tiba-tiba membuat semua deriaku hilang" kata Dante dengan nada panik. Tanpa sedar kedua matanya melihat bekas genggamannya pada tangan Mely yang berubah menjadi sedikit kebiruan yang membuat Dante semakin panik. "Mely, tanganmu lebam!! Maafkan aku!!" kata Dante sambil berjalan cepat ke arah Mely untuk melihat keadaan tangannya namun, belum sempat dia berjalan lebih dari dua langkah. Mely terus bergerak ke dalam pelukan Gio yang membuat Dante membeku melihatnya.

Kedua mata Gio terus memperhatikan tangan kucing kecilnya dengan pandangan penuh kerisauan sebelum mengusap perlahan lebam samar tersebut. "Adakah ia masih sakit?" gumam Gio sambil mengeratkan pelukannya.

Mendengar nada risau tersebut, membuat dadanya terasa hangat. Dengan cepat Mely menggelengkan kepalanya. "Tidak" gumam Mely perlahan sambil menyandarkan wajahnya di dada bidang Gio untuk menghirup aroma maskulin lelaki ini namun, belum sempat dia melakukannya tiba-tiba tubuh Gio menghilang dari sisinya yang membuat Mely mengerutkan keningnya. Suara pukulan yang berasal dari hadapannya membuat kedua matanya membulat ketika melihat Gio menumbuk rahang Dante dengan kuat.

"Itu untuk lebam tangan, Vina" kata Gio dengan nada dingin sambil merapikan pakaiannya. Kedua mata dinginnya beralih ke arah Ziro dan beberapa pengawal peribadinya yang berada tidak jauh dari posisinya.

"Bawa dia pergi. Pecat dan buat pengumuman. Sesiapapun yang menerimanya berkerja. Syarikatnya akan menjadi musuh LinDenhof Corp" kata Gio dengan nada dingin sebelum melihat semua orang yang mendengar arahannya segera menjalankan tugas mereka.

"Vano ...kau tidak perlu buat begitu?" gumam Mely lembut dengan kening yang berkerut samar.

Mendengar itu membuat Gio tertawa perlahan sebelum memeluk tubuh kucing kecilnya dan mengucup lembut bibir kecil di hadapannya. "Jadi, aku harus membiarkannya setelah dia menyakiti kucing kecilku?" gumam Gio perlahan.

"Bukan begitu. Tapi, pengumuman itu akan membuat hidupnya semakin sukar" bisik Mely sambil memandang wajah Gio yang saat ini memandangnya dengan dalam.

"Aku tidak akan menunjukkan belas kasihan kepada siapa yang cuba menyakitimu dan ...siapapun yang memiliki niat dekat dengan kucing kecilku" bisik Gio dengan suara beratnya yang membuat semua tenaga dalam tubuh Mely terasa menghilang setelah mendengar jawapan tersebut.

"Baiklah, baiklah. Kau menang. Hey, hey ...jangan rosakkan pakaianku. Kita harus kembali semula ke dalam" kata Mely dengan nada panik sebelum membetulkan semula pakaiannya perlahan.

This woman..

Bagaimana, dia masih memikirkan pakaiannya pada saat-saat begini!?

Ujung bibir Gio benar-benar berkedut ketika mendengar kata-kata Mely tadi.

TO BE CONTINUED.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience