Rate

The Almighty Devil Of Underworld_34

Action Completed 38206

Hujung bibir Gio berkedut, berusaha menahan senyum terbentuk di wajah dinginnya. Bukankah, pelik jika seorang Giovano LinDenhof yang jarang senyum atau bahkan tidak pernah senyum itu tiba-tiba tersenyum lebar atau ketawa terbahak-bahak? Namun, ketika Gio mendengar jeritan kucing kecilnya benar-benar hampir membuat Gio ingin ketawa terbahak-bahak. 

Rape? Dia? Astaga ...apa kucing kecilnya ini fikir dalam otak kecilnya? Adakah kucing kecil ini mempunyai hobi pervert? Fikir Gio dengan pandangan geli.

" Rape ?" tanya Gio sambil menaikkan sebelah keningnya. Kedua mata birunya terus memandang perubahan ekspresi yang menarik di wajah kucing kecilnya.

"Adakah sebesar itu keinginan kamu untuk melakukan hal itu dengan aku?"

BOOM!!!

Ap ..apa!?

Kedua mata Mely terbuntang luas sambil memandang horror ke arah Gio dan berusaha memproses apa yang baru saja terjadi. Melihat ekspresi tenang Gio yang saat ini masih memandangnya dengan pandangan humor, membuat wajah Mely yang merah semakin bertambah merah kerana menyedari kebodohan dari tindakan dan kata-katanya tadi.

God damn it!!

AAAAAH.... Kill me now!

Astaga, memalukan ...kenapa dia boleh berkata begitu, sambil menjerit lagi!?!?

Dimana dia mahu letak harga dirinya sekarang!!!??

Seluruh otaknya dipenuhi dengan makian terhadap kebodohannya yang membuatkan Mely menundukkan kepalanya, berusaha menghindari sepasang mata biru yang memandangnya dengan pandangan geli yang membuat Mely semakin malu.

Astaga...benar-benar memalukan!!

Melihat ekspresi menyedihkan Mely yang dipenuhi dengan rasa malu membuat Gio semakin ingin tersenyum. Kucing kecilnya ini sangat menarik, katanya dalam hati.

"Jadi, kamu benar-benar ingin melakukan hal itu?" kata Gio dengan nada seakan tidak percaya yang membuat Mely memandang ke arah sebelum menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Tidak!!! Ten.. tentu saja tidak!!!" jeritnya dengan cepat.

"Benarkah? Bukankah, tadi aku dengar kau seperti menginginkannya" kata Gio dengan nada menggoda yang membuat wajah Mely semakin merah.

Kedua mata kelabu itu terlihat dipenuhi dengan air mata kerana berusaha menahan rasa malu yang dia rasakan. Ekspresi wajah Mely saat ini benar-benar terlihat sangat menyedihkan, namun pada masa yang sama terlihat sangat menggoda.

Melihat, Gio yang berjalan ke arahnya, kedua mata Mely yang dipenuhi air mata segera memandang ke arah Gio dengan pandangan terkejut  "Ka...kau mahu apa!?!? Ja..jangan dekat!!!" jerit Mely dengan panik. Pandangannya kabur kerana air mata yang memenuhi kedua matanya, nafasnya terengah-engah yang membuatnya terlihat seperti anak kucing yang benar-benar terperangkap.

Menyedihkan dan tidak berdaya.

Melihat itu malah membangkitkan naluri pemangsa dalam diri Gio. Perlahan hujung bibirnya terangkat, membuat ekspresi wajah Gio terlihat semakin tampan, apatah lagi aura dominan yang selalu membuat orang di sekelilingnya merasa tertekan dan tanpa sedar menjadi gugup. Namun, berbeza dengan auranya yang biasa, saat ini aura Gio terasa sedikit sentuhan seksual yang dapat membuat perempuan manapun yang melihatnya ingin segera melemparkan diri ke arahnya.

Tidak peduli dengan jeritan Mely, Gio terus berjalan secara perlahan ke arah katil yang berada di hadapannya untuk mendekati posisi Mely yang saat ini terlihat seperti kucing kecil yang terperangkap.

Poor little kitten ..

Bukankah Gio sudah memberi amaran yang dia tidak boleh pergi?

"Ja ..jangan dekat" kata Mely dengan nada memohon.

"Mm? Kamu lupa kalau kamu yang menggoda aku?" jawab Gio dengan suara serak. Suara Gio tanpa sedar membuat seluruh tubuh Mely menggeletar.

AAAAAHH!! Kenapa dia bodoh memancing Iblis keluar!?!? Jerit Mely dengan penuh penderitaaan. Dia benar-benar ingin menangis kuat dan mengutuk kebodohannya.

Kedua matanya bergerak dengan cepat berusaha mencari cara untuk keluar dari situasi ini, kalau perlu dari bilik ini atau lebih baik dari mansion ini.

Dengan gerakan cepat Mely segera turun dari katil, pada sisi yang paling sukar untuk di jangkau oleh Gio dan ingin berlari ke arah pintu, namun Mely benar-benar meremehkan kemampuan seorang Giovano LinDenhof. Baru saja dia melangkahkan kedua kakinya, sepasang tangan sudah mencengkam pergelangan tangannya dan menarik tubuhnya ke belakang.

Mely yang tidak menjangka hal itu terhempas ke arah tilam. Pandangannya menjadi kabur sebelum tiba-tiba merasakan beban berat yang menimpa tubuhnya. Nafas panas terasa di seluruh wajahnya membuat Mely menyedari bahawa wajahnya hanya berjarak beberapa inci dari wajah Gio yang saat ini berada di atas wajahnya.

Holy...shit!!!

"Where are you going, little kitten?" tanya Gio dengan suara serak yang membuat tubuh Mely menggeletar. Reaksi yang sangat Mely benci. Bagaimana mungkin tubuhnya boleh memberikan reaksi seperti ini ketika mendengar suara Gio!?

"Let. Me. Go!" desak Mely perlahan, berusaha mengawal deru nafasnya yang mula terengah-engah tanpa dia sedar. Kedaaan ini benar-benar buruk! Lelaki ini seperti alkohol yang mampu membuatnya terlena. Kedua mata birunya, aroma tubuhnya, panas tubuhnya. 

Argh!!! tidak, tidak, tidak!!

"Kalau aku menolak?" jawab Gio sambil mendekatkan wajahnya ke arah wajah Mely sehingga puncak hidung mereka bersentuhan. Dengan gerakan perlahan Gio mengusap lembut pipi Mely yang membuat jantungnya semakin berdegup kencang. 

Kenapa suhu bilik ini tiba-tiba terasa panas, ya!?

"Kau..mahu..ap-" belum sempat Mely menyelesaikan kata yang ingin dia katakan, suara berat dan serak itu bergema di sekelilingnya seakan menembus masuk ke dalam fikirannya.

"Menghukum kamu, Vina"

Tepat setelah kata itu diucapkan, bibir nipis itu terus menangkap bibir kecil Mely yang membuatkan Mely speechless. Jantungnya berdegup kencang sehingga terasa seperti berapa saat lagi jantungnya akan meletup. Ketika Mely merasakan bibir Gio bergerak perlahan, seluruh fikirannya tiba-tiba menjadi kosong. Pandangannya dipenuhi dengan sepasang mata biru yang terus memandangnya.

Seperti lautan yang menelannya, mengurungnya dan menahannya yang membuat tubuhnya tidak berdaya untuk melawan seakan semua tenaga yang ada dalam dirinya tiba-tiba menghilang entah kemana. Pergerakan bibir lembut itu membuat seluruh tubuh Mely terasa seperti disengat oleh arus elektrik yang membuat seluruh tubuhnya tersentak. Bibir Gio terus bergerak perlahan dan lembut seakan menikmati setiap saat yang ada.

Belum sempat Mely memproses semua yang terjadi, dia merasakan rasa sakit yang menjalar di seluruh bibirnya sebelum diikuti oleh rasa darah yang mengalir di antara bibir mereka. Hal itu membuat Mely tanpa sedar mengerang kesakitan sambil mengerutkan keningnya.

"Ugh ..." Sebaik saja menyedari apa yang terjadi, Mely memandang Gio dengan pandangan tidak percaya.

Lelaki ini ...menggigit bibirnya!!!!???

Seakan tersedar dari alam mimpi, Mely segera berusaha menolak tubuh Gio untuk menjauh darinya, namun lagi-lagi untuk kesekian kalinya dia meremehkan tenaga Gio. Dia sedikit pun tidak dapat menggerakkan tubuh lelaki ini!

Perlahan kedua matanya berair ketika merasakan nafasnya mula terengah-engah, kedua tangan kecilnya memukul belakang Gio, berusaha untuk melepaskan tubuhnya.

Gio yang masih terlena dengan kenikmatan yang dia rasakan dari bibir lembut kucing kecilnya sama sekali tidak peduli dengan segala protes dari kucing kecilnya. Dia benar-benar seperti lelaki penagih yang ketagih dengan kelembutan yang diberikan oleh kucing kecilnya ini. Membuatnya semakin ingin mengurungnya dalam genggaman tangannya agar tidak ada seorangpun yang dapat membawanya.

Sebaik saja Gio menyedari Mely mula kehilangan nafas, dengan hati yang berat Gio akhirnya melepaskan kelembutan bibir Mely yang mampu membuatnya seperti seorang penagih.

Nafas Gio dan Mely terengah-engah memenuhi suasana ruangan bilik tidur yang membuatkan atmosfera di sekeliling mereka menjadi sangat intim.

Kedua mata biru itu memandang perempuan yang saat ini terengah-engah dibawahnya. Kedua mata kelabunya yang merah dipenuhi dengan genangan air mata yang membuat Mely terlihat sangat menyedihkan dan pada saat yang sama sangat menawan. Belum lagi bibirnya yang merah kerana kegiatan yang baru saja mereka lakukan.

Perempuan ini benar-benar mampu membuat dirinya hampir hilang kawalan.

But, no...

Belum lagi.

There will be time for that in the future.

He will make sure of it.

Jika dia terlalu memaksa kucing kecilnya, bukankah itu akan membuat kucing kecilnya semakin meninggikan pertahanannya yang akan membuat dirinya semakin sukar untuk di dekati. Tetapi, jika Gio bersabar dan berusaha mendekati kucing kecilnya, membuat dia terbiasa dengan sentuhannya mungkin kucing kecilnya ini akan perlahan-lahan mempercayainya, menurunkan pertahanan yang mengelilinginya dan yang pasti akan luruh padanya.

Dan untuk itu Gio rela bersabar.

Ya, bersabar... kerana pada dasarnya kenikmatan dari memburu itu adalah proses mengejarnya. Itu adalah naluri pemangsa dan saat ini Gio benar-benar menikmati masanya untuk mengejar dan menjinakkan kucing kecilnya ini.

Perlahan Gio mendekatkan wajahnya ke bahagian kepala kanan Mely sebelum menggigit perlahan di atas telinga kucing kecilnya yang mendapat reaksi yang dia tunggu. Seluruh tubuh Mely tersentak dengan nafas yang tertahan sebelum seluruh tubuh mungilnya bergetar lembut dalam pelukan Gio.

Kucing kecilnya ini benar-benar sensitif, kata Gio dalam hati.

Senyuman menyeringai perlahan terbentuk di wajah Gio sebelum dia membisikkan satu kata yang membuat seluruh tubuh Mely membeku, seakan apa yang dikatakan oleh Gio adalah satu peringatan untuk dirinya.

Dan peringatan itu..

Mahu berusaha bagaimanapun, kucing kecilnya tidak akan pernah dapat meninggalkan dirinya.

Gio sudah memutuskan bahawa kucing kecilnya akan selalu berada di sisinya.

"Ini hukuman kamu, Vina. Aku udah kata...."

"Aku tidak akan membiarkan kamu pergi"

TO BE CONTINUED.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience