Rate

The Almighty Devil Of Underworld_20

Action Completed 38230

3 Days Later,

Basement, Meroy Mansion, NYC.

Langkah kaki yang bergema itu adalah satu-satunya suara yang terdengar di sepanjang koridor, yang membuatkan orang-orang yang berada di salah satu ruang bawah tanah itu terkejut. Gio yang berjalan dengan langkah tidak terburu-buru itu membuatkan semua orang yang berada di balik pintu besi yang terletak di hujung koridor menjerit minta tolong. Mereka menjerit seakan malaikat pencabut nyawa sedang berjalan ke arah mereka untuk mencabut nyawa mereka.

"Cis. Mereka terlalu bising" kata Raffael ketika mendengar suara jeritan yang terdengar samar-samar itu dari tempat mereka berada sekarang. Leo dan Deekson yang mendengar kata-kata Raffael hanya menggerakkan bahu mereka dengan tidak acuh. Mendengar suara-suara begitu sudah seperti makanan sehari-hari untuk mereka.

Lagi pula siapa suruh mereka menyakiti kucing kecil Sang Iblis ini?

Perlahan pintu besi yang berada di hadapan mereka terbuka yang memperlihatkan pemandangan mengerikan yang membuat Raffael dan Leo tersenyum lebar.

Ah ...pemandangan yang sangat menarik.

Gio yang melihat pemandangan di hadapannya ini tanpa perubahan ekspresi apa pun. Pandangan dinginnya diarahkan kepada semua wajah yang juga memandang ke arahnya dengan penuh ketakutan.

"Selamat datang, bos" kata seorang lelaki yang berpakaian serba hitam yang menundukan tubuhnya untuk menunjukkan rasa hormat kepada lelaki yang saat ini berdiri tepat di ambang pintu dengan aura yang selalu membuatnya sukar untuk bernafas.

Bos ...wajah anda sangat menakutkan.

Apa yang orang-orang ini sudah buat sehingga membuatkan bosnya semarah ini? fikir lelaki tersebut sambil memandang belakang empat lelaki yang merupakan pemimpin organisasi tempatnya berada saat ini.

"Jack, bagaimana perkembangannya?" tanya Leo sambil menerima gelas wine yang diberikan Deekson.

Lelaki yang sejak tadi berdiri tidak jauh di belakang mereka segera berjalan ke arah sofa, tempat empat lelaki itu duduk sambil menikmati pemandangan penuh darah di hadapan mereka, seolah-olah pemandangan di hadapan mereka ini adalah pemandangan alam yang sangat menarik untuk di nikmati. Kadang-kadang Jack sendiri takut saat berinteraksi langsung dengan empat pemimpin yang saat ini duduk di sofa bagaikan bangsawan ini, sikap tenang dan santai mereka ini membuktikan betapa kejam dan mengerunkan mereka dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada.

"Sesuai dengan perintah anda, General Marque's. Siat lapisan kulit setebal 5 cm tanpa menyayat pembuluh darah. Selain itu untuk semua luka harus diberikan larutan air garam seperti yang General Davidson minta" jawab Jack.

"Aku mohon ampun!!"

"Aku tidak bersalah, ini semua bukan salah aku!!!"

"Kami hanya menjalankan tugas!! Tolong bebaskan kami!!!"

Suara jeritan mohon ampun itu terdengar dengan jelas di ruang kosong yang luas ini, namun jeritan itu tidak sedikit pun mempengaruhi empat lelaki yang saat ini sibuk berbincang mengenai pekerjaan mereka.

"Saya mohon Giovano LinDenhof!! Ini bukan salah saya!! Dia!! Dia yang salah!!" jerit seorang lelaki yang terduduk di atas lantai dengan banyak luka yang dipenuhi dengan darah di sekujur tubuhnya. Bahkan wajahnya terdapat banyak luka yang membuatkan wajahnya sukar untuk dilihat kerana tertutup oleh darah.

Deekson yang sedang menggerakkan gelas wine yang dipegangnya menghentikan gerakannya. Kedua matanya mengecil sambil memandang lelaki yang menyedihkan dihadapannya dengan pandangan yang sukar diertikan. Senyuman nipis yang terbentuk di ujung bibirnya membuatkan ekspresi Deekson saat ini terlihat menakutkan. "Kau pikir kau siapa?" suara lembut itu bergema di seluruh ruangan yang tiba-tiba berubah menjadi hening.

Kedua mata lelaki tersebut terbuntang, dia tidak menyangka bahawa salah satu dari mereka akan membalas ucapannya. "Ma...maksud tuan?" tanyanya dengan gagap. Siksaan ini terlalu kejam. Bagaimana ada manusia yang mampu menyiksa manusia lainnya seperti ini? Ya. Dia juga bukan orang yang baik, tetapi setidaknya ketika dia mendapatkan tugas untuk menghilangkan nyawa seseorang, dia akan melakukannya dengan cepat. Tidak dengan menyiksa secara perlahan-lahan begini.

"Kau pikir kau siapa? Adakah kau lupa..." kata Deekson sambil memperhatikan semua mata yang memandangnya dengan pandangan penuh ketakutan. "Dengan siapa kalian berhadapan?" sambungnya perlahan dengan senyuman yang perlahan terbentuk di wajahnya, membuatkan lelaki yang selama ini terlihat tenang dan penuh kelembutan ini mampu membuat semua orang yang melihatnya gemetar ketakutan.

Respon Deekson sekelip mata menyedarkan semua lelaki yang berada di tengah-tengah ruangan tersebut. Dengan gerakan refleks semuanya mengalihkan pandangan mereka ke arah Gio yang berada tepat di hadapan mereka. Dengan salah satu tangan yang menompang kepalanya membuatkan postur tubuh Gio terlihat seperti seorang yang sedang memandang rendah kepada orang-orang yang berada di hadapannya.

Gio mengalihkan pandangannya ke arah salah satu lelaki yang berada diantara mereka, lelaki yang penuh dengan luka yang memandangnya dengan penuh ejekan yang membuatkan ekspresi di wajah Gio menjadi semakin gelap. Perlahan Gio bangkit dari posisi duduknya. Gerakan tubuhnya yang tenang dan tidak terburu-buru itu terlihat seperti seorang bangsawan. Perlahan Gio berjalan mendekati orang-orang yang saat ini berusaha menggerakkan tubuh mereka untuk menjauh. Ekspresi takut memenuhi wajah mereka saat melihat Gio berjalan ke arah mereka.

"Brother. Kau tahukan di sana terlalu kotor" kata Deekson yang memberi mengingat kepada Gio namun dapat di lihat kedua matanya memandang Gio dengan pandangan penuh minat.

"Wah, baru kali ini aku lihat Iblis turun tangan" kata Leo perlahan dengan senyuman nipis. Apa yang di lihat mereka saat ini merupakan suatu yang jarang terjadi yang bahkan tidak pernah terjadi sebelum ini. Melihat Gio yang biasanya sangat mengambil berat tentang kebersihan dan sangat benci hal-hal yang kotor. Dan melihat dia berjalan di lantai yang penuh dengan darah dan bau yang tidak sedap untuk di cium adalah pemandangan yang tidak pernah mereka bayangkan sebelum ini.

Langkah Gio berhenti tepat di hadapan lelaki yang duduk di lantai. Kedua mata hijau itu memandangnya dengan pandangan menghina seolah-olah Gio bukanlah lelaki yang layak untuk dijadikan saingan yang setara dengannya.

"Kau masih belum belajar selama tiga hari ini," kata Gio dengan nada dingin sambil memandang tajam ke arah lelaki menjijikkan di hadapannya. Dia masih ingat wajah ini ketika dia melihat rakaman CCTV Starhouse pada malam itu.

Lelaki bastard yang berusaha mengganggu kucing kecilnya.

"Puikk ...Kau fikir aku takut dengan kau!? Giovano, Giovano jangan hanya di sebabkan kau mengambil alih Starhouse kau boleh melakukan semua yang kau suka. Kau belum tahu dengan siapa yang kamu semua akan hadapi," kata Johnson dengan nada mengejek dan sikapnya yang sombong.

Tiga lelaki yang saat ini duduk di sofa saling bertukar pandang dan memandang Johnson seperti sedang melihat orang bodoh ketika mendengar kata-kata Johnson tadi.

Adakah lelaki ini bodoh?

Dia fikir dia siapa boleh berkata begitu kepada Gio?

"Adakah lelaki itu orang gila?" kata Raffael dengan nada mengejek. Deekson dan Leo yang mendengarnya hanya tertawa perlahan.

"Born with silver spoon. Tidak hairanlah kalau dia bodoh" jawab Deekson sambil menggerakkan bahunya perlahan.

"Adakah dia tidak tahu Gio itu siapa?" tanya Raffael lagi sambil memandang lelaki yang penuh dengan kepercayaan diri di hadapannya sebelum menggelengkan kepalanya perlahan.

"Aku rasa tidak" jawab Leo sambil meneguk wine yang tersisa di gelasnya. "Apa cerita dengan Nick? Budak itu sudah terlalu lama di Itali. Suruh dia balik kesini, Raffa. Adakah perempuan Itali jauh lebih penting dibandingkan future sister-in-law?!" kata Leo sambil memandang Raffael dengan sebelah kening yang di angkat.

"Ah, betul juga. Di mana budak itu? Dunia entertainment sudah membuatkan dia lupa dengan kita semua" tambah Deekson sambil menggelengkan kepalanya.

"Sudah tentu sister-in-law jauh lebih penting. Aku sudah menghubunginya dan dia akan terbang balik kesini. Kalau jangkaan aku tepat, sekejap lagi dia akan sampai" jawab Raffael dengan santai.

TO BE CONTINUED

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience