Rate

The Almighty Devil Of Underworld_22

Action Completed 38230

"Betapa lembut dan halusnya kulit Melysah? betapa menghairahkan setiap lekuk tubuhnya? Dan betapa menggiurkan ekspresi wajahnya dan... ah betapa memuaskan miliknya?"

Kedua mata Gio berkontraksi seketika ketika mendengar kata-kata tersebut. Waktu seakan terhenti saat kata-kata itu bergema di seluruh ruangan. Pandangan haus darah memenuhi kedua mata biru Gio sebelum semua orang tersedar dari rasa terkejut ketika bunyi keras seperti tulang yang hancur bergema di seluruh ruangan tersebut. Semua orang kembali terkejut ketika melihat Gio yang terlihat memandang Johnson dengan pandangan membunuh dengan tangan kanannya yang dipenuhi oleh darah yang mengotorkan sebagian pakaiannya.

Suara jeritan penuh kesakitan itu terdengar seperti sumpahan di ruangan serba putih ini. Tidak ada yang berani untuk bersuara, tidak ada yang berani untuk bernafas, bahkan tiga lelaki yang saat ini duduk di sofa tanpa sedar menahan nafas mereka ketika melihat perbuatan Gio. Selama mereka membesar bersama baru kali ini mereka melihat sisi gelap Gio.

Ganas. Kejam. Bengis. Mengerikan. Menakutkan. Mengerunkan. Menyeramkan.

Semua kata itu mampu menggambarkan Gio saat ini. Sekiranya ada orang mengatakan bahawa Gio akan mencincang lelaki di hadapannya ini. Mereka akan mempercayainya. Siapa sangka lelaki bodoh di hadapan mereka ini mampu mengeluarkan sisi buas Giovano LinDenhof? Sisi yang membuat tiga lelaki tersebut menggeletar ketakutan.

Ekspresi Gio saat ini sangat-sangat menyeramkan.

Johnson saat ini benar-benar menyedihkan, darah segar memenuhi semua wajahnya. Semua orang dapat melihat rahang lelaki itu terlihat retak atau mungkin patah dari posisi letak rahangnya. Setelah terbatuk beberapa saat tawa sakit terdengar dari mulutnya.

Oh My!!!!

Lelaki ini benar-benar mencari mati!? Adakah dia masih belum puas dengan keadaannya sekarang!?

Kau benar-benar mencari mati Johnson Andrewson!!

Semua mata memandang Johnson dengan pandangan terkejut. Seakan tidak percaya bahawa lelaki dengan keadaan menyedihkan itu masih dapat tertawa mengejek kepada Gio yang masih memandangnya dengan pandangan yang mampu membuat semua orang merasakan sebahagian nyawa mereka sudah melayang dari tubuh mereka.

Kalau pandangan itu dapat membunuh.

Pandangan Gio saat ini mungkin mampu membuat tubuh mereka menjadi debu.

"Aku yakin kau belum pernah merasakan kelembutan kulitnya, bukan? Sedangkan aku? Aku sudah mera –" kata-kata Johnson terhenti ketika Gio kembali melayangkan tumbukannya ke arah wajah Johnson yang di ikuti dengan bunyi tulang hancur yang terdengar dengan jelas dari tangan yang berlanggar dengan wajah Johnson.

"SHUT UP!" tengking Gio dengan kuat. Dalam sekali gerakan tangannya meraih benda hitam yang berada tepat di belakang tubuhnya sebelum mengarahkan benda tersebut ke arah Johnson yang terbaring di atas permukaan lantai yang dipenuhi darah.

"Lebih dari satu kata" kata Gio sambil meletakkan salah satu jarinya pada pencetus senjata yang berada di dalam genggamannya. "Aku akan menghilangkan kemampuan kau menggunakan mulut" tepat setelah Gio menyelesaikan ucapannya. Bunyi tiga das tembakan bergema di seluruh ruangan tersebut.

Tanpa perubahan ekspresi Gio memandang dingin lelaki yang saat ini terbaring di bawah kakinya. Untuk pertama kalinya, Gio akhirnya dapat melihat ketakutan di kedua mata Johnson. Gio sudah menghancurkan hinges rahang kanan dan kiri Johnson sebelum menembak pipi dan rahang lelaki tersebut. Menghancurkan rahang Johnson untuk membuatnya tidak dapat menggunakan mulutnya lagi. Ini hanya sebagian kecil dari apa yang Gio rancang untuk mereka yang sudah berani menyakiti kucing kecilnya. Dia akan membuat mereka semua merasakan lebih sakit yang berlipat kali ganda lebih parah dari apa yang kucing kecilnya rasakan.

Deekson merasa ini adalah kali pertama mereka bertiga melihat Gio hilang kawalan dan itu benar-benar mengejutkan mereka. Lelaki dingin, terasing dan tanpa ekspresi seperti Gio mampu menunjukkan emosi kemarahan seperti saat ini sehinggah membuatkan mereka merasa sedang berhalusinasi. Melihat Gio yang sedang berjalan ke arah mereka tanpa sedar membuat mereka menelan liur pahit kerana rasa takut yang tiba-tiba menyelimuti tubuh mereka.

Gi.. please ekspresi wajahmu...

Please, jangan pandang kami dengan ekspresi itu...

Tanpa mempedulikan pandangan Leo dan Raffael yang saat ini duduk. Gio merebahkan tubuhnya ke sofa, menyilangkan kakinya dan melirik ke arah Jack yang berdiri tidak jauh dari posisinya saat ini. Dengan cepat seakan sudah dapat memahami apa yang di inginkan oleh bosnya. Jack segera bergerak untuk menyiapkan beberapa barang dan meletakkannya tepat di atas permukaan coffee table di hadapan Gio. Semua orang dapat melihat tuala kering, tuala basah, beberapa kotak tisu dan cecair pembersih tangan yang berbaris kemas di atas meja.

Melihat barang-barang tersebut tanpa sedar membuat ujung bibir Leo dan Raffael berkedut, melupakan rasa takut yang baru saja mereka rasakan beberapa yang saat lalu. Mereka memandang Gio dengan pandangan humor.

Master Giovano LinDenhof sepertinya tidak boleh kotor sedikitpun!

Tanpa mempedulikan semua pandangan kumpulan yang memandangnya dengan takut dan keadaan mengerikan Johnson yang berada di tengah-tengah ruangan, Gio dengan santai meraih tuala basah yang berada di atas meja untuk membersihkan tangannya yang dipenuhi dengan darah lalu meraih cecair hand sanitizer untuk membersihkan tangannya dan meraih tuala kering untuk mengeringkan tangannya. Semua itu Gio lakukan dengan teliti seakan apa yang dia lakukan merupakan hal yang paling penting yang harus dia lakukan.

Um...Gio, kami mohon katakan sesuatu!!!

Atmosfer ruangan ini membuat kami sukar untuk bernafas! Adakah kau akan mengamuk lagi atau kau sudah berada dalam keadaan tenang!? Kami semua masih tertekan menunggu reaksimu!

"Tell Uncle Chong, prepare new clothes" kata Gio sambil terus membersihkan tangannya. Jack yang sejak tadi memandang Gio dengan pandangan penuh waspada tersentak.

"Baik bos" jawabnya cepat sebelum meninggalkan ruangan tersebut untuk segera memaklumkan Butler Chong.

Bunyi pintu yang tertutup selepas Jack keluar meninggalkan ruang bawah tanah itu membuatkan ruangan tersebut kembali di selimuti oleh keheningan. Untuk beberapa saat tidak ada yang bersuara. Bahkan, Raffael dan Leo yang biasanya selalu membuat perangai saat ini terlihat diam. Kedua mata mereka saling bertukar pandang sebelum mencuri-curi kesempatan untuk melirik ke arah Gio dengan lirikan waspada sebelum bunyi telefon Gio memecahkan keheningan ruangan tersebut. Suara panggilan masuk itu membuatkan Gio mengerutkan keningnya seketika sebelum menjawab panggilan masuk tersebut. "Hm" jawabnya untuk menunjukan bahawa dia mendengar suara yang berada di hujung panggilan itu.

Sedangkan Leo dan Raffael sibuk mengusap dada mereka kerana rasa terkejut ketika mendengar bunyi telefon Gio. Sial mereka ingat bom jatuh diatas mereka.

"Brother, cepat kembali ke Mansion!! Kucing kecilmu sudah mula menunjukkan perubahan. Kemungkinan besar beberapa saat lagi kucing kecilmu akan sedar!!" suara penuh semangat dari Lau Fhang itu membuatkan ekspresi yang sukar digambarkan itu terlihat jelas di wajah Gio sebelum dia menutup panggilan tersebut.

"Kalian teruskan. No mercy" kata Gio sebelum berjalan meninggalkan ruangan tersebut tanpa mempedulikan ekspresi dari tiga lelaki yang memandangnya dengan pandangan yang sukar digambarkan.

Setelah beberapa saat Gio meninggalkan ruangan ini untuk pertama kalinya Leo menyandarkan belakangnya ke arah sofa sambil menghela nafas dengan kuat. "God damn it, guys. Ini pertama kalinya aku melihat Gio seperti ini" kata Leo perlahan sambil memejamkan kedua matanya.

"Well, apa lagi aku. He's my elder cousin yet, aku tidak pernah melihat sisi gelap Gio yang sebelum ini. Ini jauh lebih parah dari waktu kita membersihkan sampah sialan itu. Bahkan ini pertama kalinya aku melihat banyak perubahan emosi di wajah dingin Gio" kata Raffael sebelum menghela nafas berat.

Rasanya beban batu yang menekan tubuhnya sudah terangkat ketika Gio meninggalkan ruangan ini.

"Ya. Gio tadi sudah hilang sabar. Lelaki yang selama ini selalu berada di bawah kawalan benar-benar kehilangan kawalan. Menakutkan bukan? Ini pertama kalinya kita melihat Gio seperti ini"

"Anggap saja ini satu peringatan untuk kita. Jangan pernah sesekali memprovokasi sisi gelap Gio. Atau... well, we're done for " kata Deekson dengan tenang sambil memandang Johnson yang masih terbaring diantara genangan darahnya dengan pandangan rumit.

"Hanya Little Melysah yang dapat membuat Gio seperti ini" sambungnya yang dibalas anggukkan kepala dari dua sahabatnya.

Yep.

Only her.

TO BE CONTINUED

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience