Rate

FILE 28: Code Name Ghost

Mystery & Detective Series 649

    LIMA BELAS jam setelah kejadian penembakan, pria bernama sandi Ghost tidak pulang ke apartemennya. Karena belum berkeluarga, ia lebih mudah bergerak. Sejak siang ia mengikuti ambulan yang membawa mayat Nazrudin dari TKP ke rumah sakit. Tak seorang pun yang mengenali penyamarannya. Di RS Mayapada ia mendapatkan baju korban yang tergeletak di sudut ruang UGD. Lalu di RSPAD Gatot Subroto ia mendapatkan rambut kepala korban dari tempat sampah. Penyamaran sebagai pasien atau cleaning service memudahkannya.
    Malam itu, Ghost mengawasi mobil VW yang keluar perlahan dari RSCM. Ia kenal dengan dr. Watsen Munim, walau tak begitu akrab. Bahkan ia pernah diperintah untuk untuk mencelakakan dokter itu dengan cara menyabotase mobilnya. Namun, dokter itu hanya mengalami luka ringan. Kali ini ia membutuhkan dr. Watsen untuk menjelaskan kasus itu kepadanya.
    Ghost nyaris tak beregrak di dalam mobil sewaan di seberang jalan. Ia tidak tenang berada di dalam apartemannya, jadi ia berada di jalanan. Apalagi rekan-rekannya yang lain memilih untuk menjaga jarak selama beberapa waktu, sesuai rencana mereka. Setelah ia mengatakan bahwa ada rencana lain dan mereka dalam bahaya, rekannya-rekannya segera berpencar ke persembunyian masing-masing. Bahkan beberapa keluarga mereka mengungsi untuk sementara. Mereka tahu lebih aman menyerahkan diri daripada lenyap satu persatu tanpa jejak.
    Selang beberapa menit, Ghost melihat mobil lain mengikuti VW itu. Di dalam mobil itu terlihat dua orang pria yang sedari tadi dikuntitnya. Pria ketiga tengah mengawasi rumah Ananta. Ia hendak mendapatkan informasi hasil visum korban Nazrudin. Menurut dugaannya korban sudah tewas sebelum berada di dalam mobil. Jika benar-benar sniper lain menembak ketika mobil bergerak, berarti memang beruntung. Ya, sangat beruntung. Karena menembak dari luar jendela mobil terlalu berisiko gagal. Selain sulitnya menembak objek bergerak juga korban tidak benar-benar tewas.
    Ghost menduga ada rencana cadangan yang telah dipersiapkan, plan D, jika korban masih hidup atau masih sekarat. Assassin atau pembunuh bayaran lain pasti ditempatkan di lapangan golf, jalanan bahkan di rumah sakit. Mereka bisa saja terpisah dari tim lain dan bergerak seorang diri. Bahkan baru tahu misi mereka setelah mendapat perintah saat itu juga. Menunggu memang tidak efisien. Ia menduga di ruang jenazah itu ada mayat korban. Beserta bukti-bukti yang mungkin masih melekat di tubuh korban. Jadi diam-diam ia menyelinap ke dalam RSCM.
    Ghost berpura-pura sebagai keluarga pasien yang datang menjenguk. Ia melewati pengawasan satpam. Namun, setelah susah payah masuk ke kamar mayat, di sana ia melihat tubuh korban Nazrudin sudah bersih. Sebelum keluar ia mengambil foto kepala korban dengan kamera ponselnya. Ia menyadari peluru yang menembus kepala korban dimuntahkan dari sniper. Bukti penting lain telah berada dalam mobilnya. Hanya saja ia tidak memiliki alat untuk memeriksa bukti penting itu. Kecuali ia meminta bantuan ahli forensik untuk memeriksanya. Atau membuat eksperimen sendiri.
    Ghost yakin dokter Watsen Munim adalah orang yang tepat untuk diajak kerja sama, namun, ia sadar akan menarik perhatian. Jika dr. Watsen termasuk bagian dari skenario berarti tengah diawasi. Terutama oleh reserse yang memang bertugas mengawasi dr. Watsen. Jadi, ia hendak mendatangi ahli forensik lain.
    Ghost hendak menutup ruang pendingan ketika seorang perawat melewatinya.
    “Anda siapa ya? Kok masuk ke mari?” tanya perawat itu.
    “Saya keluarga korban,” ujar Ghost berusaha nampak wajar.
    “Ada surat ijinnya?”
    “Ketinggalan di mobil, akan saya ambil.” Ghost balik kucing.
    Perawat itu mulai curiga, ia memanggil satpam yang berada di sekitar sana. Ghost bergegas melewati perawat itu. Ruang pendingin belum tertutup penuh. Di sana terlihat mayat korban penembakan Nazrudin yang masih terbuka.
    “Hei, tunggu!” seru satpam itu.
    Ghost mulai mempercepat langkahnya hingga mulai berlari melewati lorong, nyaris menabrak brankar. Kemudian Ia mendorong brankar hingga melintang di lorong. Berusaha menahan satpam. Namun, satpam itu tampak berbicara melalui HT. Ia meminta bantuan dari luar.
    Karena hendak dikepung, Ghost memilih jalan lain menuju ke trotoar tempat mobilnya berada. Ia berusaha menghindari CCTV. Namun, wajahnya sempat terekam salah satu kamera itu.
    Sesampai di mobilnya, ia mendengar bunyi sirine. Ia menutupi wajah ketika mobil polisi melewatinya. Ia masuk ke dalam mobil dan menunggu beberapa lama. Beberapa satpam dan pria berjaket hitam tampak keluar dari pelataran. Ia mematikan lampu dalam mobil. Sekuriti RSCM masih memeriksa keadaan di luar, ketika Ghost memutuskan untuk memeriksa ruang apartemennya.
    Sesampai di apartemen, ia tidak kaget melihat kamarnya diacak-acak. Sepeda motor es krim yang berada di tempat parkir juga dirusak. Untung ia telah memindah tas sniper ke bagasi mobil. Ia mengambil pakaian dan barang penting seperlunya lalu keluar dari apartemen. Ia tidak mengindahkan panggilan pemilik apartemen di ujung lorong.
    Malam itu, Ghost memutuskan tidur di luar apartemennya. Ia memilih tidur di dalam mobilnya dengan alarm dan kamera mini yang ditaruh di atas kabin mobilnya, jadi ia bisa merekam aktivitas di luar mobil. Ia sudah terbiasa tidur hanya dua jam sembari memegang pistol di tangan.
***
    “Polisi masih menyelidiki kasus penembakan Nazrudin Zulfikar, direktur PT Rajawali Putra. Korban ditembak di kepala oleh dua pria misterius dalam perjalanan usai bermain golf di kawasan Modernland, Tangerang, hari sabtu lalu. Polisi juga menduga pejabat negara terlibat dalam penembakan Nazrudin. Berdasarkan pengakuan adik korban, Nazrudin pernah menerima ancaman dari salah satu pejabat negara. Ditengarai penembakan juga terkait dengan kasus korupsi di Departemen Kesehatan yang telah dilaporkan oleh korban kepada KPKN. Perusahaan PT Rajawali Putra merupakan perusahaan yang menyediakan peralatan medis dan mendanai penelitian evatoxin. Selain itu perusahaan lain juga menjadi pesaingnya. Pada selasa malam, tim buser Polres Metro Tangerang beserta Polda Metro Jaya melakukan pengejaran para pelaku yang diduga masih berada di Jabodetabek. Polisi memeriksa beberapa saksi mata yang berada di lapangan golf, jalan raya dan di rumah sakit. Namun, polisi membantah telah mengetahui motif penembakan dan mengelak membeberkan nama-nama tersangka. Seperti yang dikatakan oleh adik Nazrudin bahwa polisi telah mengetahui motif dan tersangkanya yaitu cinta segitiga antara Nazrudin, Ananta dan Reni Juliana, seorang caddy dari Modernland.
    Beberapa petugas kepolisian nampak disiagakan siang malam bergiliran di rumah keluarga Nazrudin karena adanya SMS teror dan telepon ancaman …
    Tetap di program acara Fakta dan Kriminal … kami akan kembali setelah pariwara berikut ini … jangan ke mana-mana tetap di Metropolis TV.”

    Suara Selfi Lena, penyiar acara program Fakta dan Kriminal terdengar dari dalam ruang apartemen itu.
    “Tiga belas saksi … siapa Reni Juliana?” gumam Ghost lalu berdeham sembari melangkah melewati monitor TV layar datar yang berjejer di rak swalayan. Ia beruntung karena siang itu sempat mendengar berita penembakan di TV. Karena itu ia membeli surat kabar dari beberapa media sekaligus. Mungkin yang mengacak-acak apartemennya semalam adalah anggota buru sergap, untung ia membawa serta laptop dan perlengkapan lain di dalam mobil.
    Sehari sejak kejadian penembakan ia masih memakai topi penyamarannya. Ia membeli keperluan sehari-hari di dalam swalayan kemudian memutuskan pergi ke toko bahan kimia. Ia hendak memeriksa residu mesiu di baju korban melalui tes alpha naphthylamine. Jika benar ada residu mesiu di baju korban berarti Nazrudin ditembak di dalam mobil tanpa penghalang atau dieksekusi di tempat lain.
    Di toko bahan kimia ia membeli kertas saring whatman, bahan kimia alpha naphthylamine dan sebotol aquades. Siang itu ia mencari hotel kecil untuk tempat menginap sehari. Di dalam kamar hotel setelah beristirahat dua jam dan mengisi perut, Ghost mulai memeriksa pakaian korban. Ia melarutkan bahan kimia lalu memakai kertas saring. Kemudian ia meletakkan potongan baju korban di atasnya dan meletakkan lagi kertas saring yang telah dibasahi aquades. Lalu meletakkan mug kopi alumunium yang telah dipanaskan di atas kompor listrik. Ketika melihat bercak-bercak warna merah muda pada kertas saring, ia tahu bahwa korban ditembak tanpa menggunakan penghalang. Peluang korban dieksekusi di tempat lain tidak nol.
    Sekarang, ia harus mengetahui di mana korban dieksekusi sebenarnya. Di dalam mobil atau di tempat lapangan golf. Ketika memeriksa rambut korban, ia juga menemukan bekas terbakar bukti bahwa ada tembakan dari jarak dekat. Karena itu ia harus berhati-hati, bisa jadi pelakunya adalah orang yang dikenalnya. Ia sudah bersiap jika harus berhadapan dengan temannya sendiri. Apalagi ia pernah melihat cara kerja dan sedikit banyak mengetahui strategi mereka.
***
    Selfi cengar-cengir melihat rekaman acaranya sendiri. Program acara Fakta dan Kriminal mengenai kasus penembakan itu masih dalam tahap penyelidikan. Sore itu ia tidak ada acara selain bersantai, untungnya Denara telah memberinya kelonggaran, apalagi ia diingatkan oleh kekasihnya agar mengurangi investigasinya. Sementara menunggu inspektur polisi itu pulang, ia bersantai-santai menonton TV.
    Pandangan Selfi memang ke arah TV, namun pikirannya tidak. Sedari tadi ia teringat hal lucu ketika tengah merekam kejadian itu Inspektur Anton tiba-tiba datang ke dalam studio. Karena sebagai inspektur polisi, sekuriti yang menjaga tak dapat berbuat apapun.
    “Loh, ngapain ke sini? Belum kelar ini. Kurang setengah jam lagi setelah itu break kita lunch bareng ya.” Selfi mendekati inspektur polisi itu yang nampak salah tingkah.
    “Ya, itu, aku mau mengabarkan bahwa nampaknya aku akan menginap lagi di kantor.”
    “Kenapa gak lewat ponsel saja?”
    “Kalau bertatap muka kan lebih enak ketimbang chat online.”
    “Aku percaya kok … eh, jangan-jangan kamu yang kangen?” Selfi menggoda inspektur polisi itu.
    Inspektur Anton hanya tersenyum mendengarnya. Alasan sebenarnya, ia cemas karena sekali lagi Selfi dan Denara akan terlibat dalam kasus pelik yang beresiko tinggi. Bahkan dirinya tak dapat berbuat banyak melawan rekan-rekannya sendiri. Apalagi ia termasuk dalam dalam tiga belas saksi yang diperiksa oleh rekannya sendiri. Namun, ia masih mencari kata-kata yang tepat agar Selfi tidak terlibat lagi di dalam kasus yang berbahaya itu.
    Inspektur Anton mulai merasakan kecurigaan rekan-rekannya sejak dirinya melibatkan diri menyelidiki kasus penembakan misterius itu. Walau duduk di samping Selfi dalam perjalanan mencari makan siang. Setelah itu makan siang, Inspektur Anton kembali lagi dalam tugas penyelidikan.
***
    Pagi tadi Inspektur Anton diperiksa rekannya sendiri di tempat terpisah. Semua yang diketahuinya tentang kasus itu dicatat karena hendak melengkapi bukti penyidikan. Termasuk temuannya tentang proyektil yang bersarang di jok. Ia juga adalah petugas jaga yang pertama kali menerima laporan penembakan.
    “Jam berapa Anda menerima laporan penembakan?” tanya rekannya.
    “Sekitar pukul satu siang, 13.00.”
    “Siapa yang menghubungi?”
    “Petugas patroli di sana menghubungi saya. Kemudian ketika saya ke TKP mobil BMW itu sudah bergerak ke arah RS Mayapada. Mobil itu kemudian kami bawa lagi ke TKP untuk penyidikan. Sopir itu menunjukkan posisi terakhir mobil. Kami sempat menutup jalur dengan garis polisi, tapi tidak lama dibuka kembali.”
    “Apa yang Anda temukan di TKP?”
    “Hmm ... jejak ban, selongsong peluru. Kami juga mendapat rekaman CCTV yang ada di depan beberapa bangunan di sekitar TKP.”
    “Anda juga membawa mobil BMW ke garasi untuk diperiksa?”
    “Ya, sekarang masih ada di garasi.”
    “Apa yang Anda temukan dalam mobil itu?”
    “Penyidikan masih belum selesai.”
    “Anda berhenti menyelidiki mobil itu karena barang bukti sudah ditemukan. Mobil itu akan segera disegel. Kami juga meminta semua catatan penyidikan selama Anda di TKP.”
    “Akan segera saya berikan.” Namun, sampai keesokan harinya Inspektur Anton masih belum melaporkan hasil penyidikannya. Alasannya karena belum selesai.
    “Aku harus memeriksa kembali rongsokan mobil itu…,” gumam Inspektur Anton. Walau terpaksa meninggalkan acara makan malam bersama Selfi. Ia harus mengorbankan rencana jangka pendek, untuk keselamatan orang-orang terdekatnya.
    Bisakah kali ini, Ghost maupun Inspektur Anton memecahkan kasus penembakan misterius di Modernland? Bisakah mereka mengungkap kasus itu sebelum menjadi korban penembakan yang berikutnya?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience