Rate

FILE 88: Titik Terang

Mystery & Detective Series 649

Anehnya sebelum kejadian kecelakaan itu,
Erin dan Reni seperti bergantian gak masuk sekolah

    “Erin pernah dikunci di dalam ruang toilet. Begitu cerita yang dikatakan Reni.”

    DILA bercerita kepada Ghost yang ditemuinya pagi itu. “Begitu yang diceritakan Reni. Waktu itu Reni ijin ke toilet karena Erin tak muncul di dalam kelas. Ya, nampaknya tak ada yang lebih peduli kepada Erin selain Reni.”
    “Tapi, itu tidak cukup menjadi alasan pembunuhan terharap Andrey. Hanya gara-gara gangguan semacam itu,” ujar Ghost.
    “Ya, kukira alasan pembunuhan terhadap Andrey yang meninggal mendadak di dalam toilet itu, sangat berlebihan jika dihubungkan dengan pembalasan Erin.” Dila juga mengangguk tanda setuju.
    “Lalu apa alasan sebenarnya para korban itu dibunuh?” tanya Ghost bergumam. Lebih bertanya kepada dirinya sendiri. Apalagi ia menemukan jejak zat berbahaya dalam remasan kertas yang diambilnya dari mobil korban keempat. Remasan kertas yang diduga juga terdapat di ketiga TKP sebelumnya.
    Dila mengangkat bahu sembari terus mengunyah keripik.
    “Terima kasih, informasi darimu sangat membantu,” ujar Ghost. Ia merogoh saku seragamnya demi mengeluarkan sebatang coklat. “Ini ada coklat sebagai tanda terima kasih.”
    “Duh, kok repot banget sih Mas.” Dila mengambil batangan coklat itu. “Thank you.”
    Ghost menghindari Dila sembari melanjutkan mengepel lantai di koridor lantai tiga. Ia masih memerhatikan Dila yang melambai padanya kemudian melangkah pergi.
    Semalam Ghost telah memeriksa jejak zat yang ada di remasan kertas itu. Barang bukti ternyata benda biasa yang tak biasa. Remasan kertas yang diambilnya dari lantai mobil listrik ternyata mengandung senyawa mirip evatoxin. Namun, kenapa tidak menular ke siswa lain? Lantas bagaimana virus itu bisa membunuh korban? Siapa yang telah menaruh senyawa evatoxin di dalam remasan kertas itu? Apakah hantu Erin yang menaruhnya? Apakah sebenarnya Erin masih hidup dan sempat menaruh senyawa itu? Berbagai pertanyaan memenuhi benak Ghost.
    Ghost telah mengirim sampel itu kepada dr. Watsen Munim untuk diteliti lebih lanjut. Ia hanya perlu menunggu waktu untuk mengetahui hasilnya. Yang jelas zat yang ditaruh di robekan kertas itulah yang membunuh korban. Kertas berisi senyawa evatoxin itu ditaruh di robekan kertas yang diduga berasal dari buku harian Erin, lalu diselipkan di buku korban. Andrey meninggal setelah mendapat potongan kertas itu di dalam toilet, begitu pula pacarnya yang meninggal di dalam ruang kostum auditorium setelah naskah dramanya diselipi kertas beracun itu. Kemudian korban ketiga meninggal di dalam bus setelah mendapat lemparan remasan kertas itu. Korban terakhir tewas di dalam mobil listrik setelah mendapat potongan kertas beracun itu di dalam buku catatan kimia miliknya.
    Ghost masih belum mengatakan temuannya kepada Rosela. Karena masih menunggu hasil dari uji laboratorium yang dilakukan dr. Watsen Munim di Jakarta. Semalam ia lebih memilih memeriksa kertas itu dengan uji bahan kimia di dalam apartemennya. Uji kimia yang sama seperti ketika menyelidiki residu mesiu pada kasus penembakan misterius di Modernland.
    Target penyelidikan berikutnya adalah Reni. Saksi kunci dari kasus misteri ini. Ketika mengamati lapangan sekolah. Ghost mencari-cari sosok Reni. Namun, ia tak melihatnya. Kemudian ia bergerak turun demi menuju ke kantin. Pada jam istirahat itu biasanya Reni berada di kantin di tengah kerumunan teman-temannya.
    Namun, tak ada sosok Reni di sana. Ia menduga Reni tak masuk sekolah di hari itu. Karena itu, Ghost pergi menemui Rosela untuk mengecek data presensi. Ternyata dugaannya benar, Reni tak masuk sekolah di hari itu.
    “Hei, kenapa kau bertanya tentang Reni? Apa karena ia sahabat akrab Erin?” tanya Rosela setelah memeriksa data presensi dari jaringan komputer.
    “Ya, Reni merupakan saksi kunci kasus ini. Aku bahkan belum sempat mencari di mana letak rumahnya.” Ghost mengingat-ingat ketika memeriksa data biodata siswa di komputer utama di ruang guru.
    “Terus, bagaimana dengan barang bukti di dalam mobil listrik? Apa kau berhasil mendapatkannya?” tanya Rosela penasaran. “Kemana kau semalam? Aku menunggu di sekolah sampai malam, tapi kau tak datang, huh.”
    “Oya, maaf, aku semalam sibuk menguji sampah kertas itu. Ternyata di kertas itu ada zat berbahaya. Aku masih menunggu hasil laboratorium pusat.”
    “Kenapa tak dikirimkan ke laboratorium di Pulau Badai?” tanya Rosela heran.
    “Kalau diteliti di sini akan mencurigakan,” jawab Ghost.
    Rosela mengangguk-angguk tanda paham.
    “Yang jadi pertanyaan sekarang, ke mana Reni?” tanya Ghost lebih bertanya kepada dirinya sendiri. “Oya, coba periksa data presensi. Apa Reni pernah bolos sebelumnya?”
    Rosela kembali ke layar komputernya. Ia memeriksa data-data presensi Reni. “Ya, namanya juga siswa, pasti pernah tak masuk kelas atau sekadar bolos. Tapi peraturan di sekolah internasional ini ketat. Jika tak masuk satu hari saja karena alasan yang kurang penting maka akan dipanggil ke ruang guru.” Bunyi tuts keyboard terdengar ketika wanita itu mencari data presensi Reni dalam beberapa bulan terakhir.
    Ghost memerhatikan wanita itu. Aroma parfum yang khas kembali samar-samar terendus olehnya. Untuk beberapa lama ia kehilangan fokus. Sampai suara Rosela menyadarkannya.
    “Nah, ada nih. Anehnya Reni pernah tak masuk bersamaan dengan Erin.” Rosela mengamati bergantian layar komputer dan pria yang tengah berada di dekatnya.
    "Ya, ketika kejadiaan kecelakaan itu. Nampaknya Reni syok karena melihat kejadian kecelakaan yang terjadi di depan matanya sendiri.” Ghost mengingat-ingat cerita Dila.
    “Dan … anehnya sebelum kejadian kecelakaan itu, Erin dan Reni seperti bergantian gak masuk sekolah….” Rosela kembali memeriksa data presensi di dalam komputer.
    “Bergantian?” Ghost mengerutkan dahi.
    “Ya, coba lihat daftar ini. Di sini tercatat, Erin masuk kelas tiga hari lalu gak masuk tiga hari, terus Reni yang menggantikan pada hari ketika Erin tak masuk. Begitu pula ketika Reni tak masuk, maka yang masuk adalah Erin.” Rosela masih mengamati daftar presensi itu. Ia nampak berpikir. “Kalau Erin jarang dipanggil ke ruang guru untuk ditanyakan kenapa gak masuk. Tapi, kalau Reni sering dipanggil ke ruang guru bahkan dipanggil ke ruang BK untuk diberi ceramah karena sering gak masuk. Tentu saja, karena Erin dan Reni seperti langit dan bumi. Erin tetap juara kelas walau sering gak masuk, sedangkan Reni sudah gak juara kelas masih saja sering masuk sekolah. Reni sering ditemui di mall di pusat kota, bahkan sering menginap di rumah teman-temannya. Berbeda dengan Erin yang nampak tertutup. Kabarnya Erin sering gak masuk sekolah akibat gangguan dari teman-temannya.”
    Kemudian Ghost menyadari sesuatu. Ia bergegas keluar dari ruang kantor Rosela. Ia hendak menemui Dila yang masih belum masuk kelas.
    Ketika berkeliling mencari di kelas. Adik Faril itu tengah mempersiapkan ujian di hari itu. Puluhan pasang mata tertuju ke arah Ghost ketika mendekati gadis itu di dalam kelasnya. Ia memeriksa jam yang tergantung di dinding kelas. Bel jam pelajaran tinggal lima belas menit lagi.
    “Sori mengganggu, Dila. Apa kau mengetahui ke mana Reni? Kenapa enggak masuk sekolah?” tanya Ghost.
    Untuk beberapa kejap, Dila mengerutkan dahi. Ia masih berkonsentrasi belajar untuk ujian di hari itu. “Eh, enggak tau ke mana Reni. Tapi kemarin nampaknya Reni bersama polisi. Katanya hendak menyelidiki rumah Erin.”
    “Apakah kau pernah melihat Erin dan Reni bersamaan?” tanya Ghost.
    Dila mengingat-ingat. “Eh, kalau aku enggak pernah melihat Erin dan Reni secara bersamaan. Karena biasanya Erin berada di dalam kelas atau di tempat sepi, dan tak ada memedulikannya. Ya, sedangkan Reni biasanya menceritakan kejadian yang menimpa Erin kepada teman-teman.”
    “Jadi, teman-temanmu hanya mendengar cerita dari Reni tentang Erin?”
    “Ya, begitulah. Reni juga gak nampak jika Erin mendapat gangguan dari teman-temannya.”
    “Lalu, katanya Reni pernah menolong Erin yang terkunci di dalam toilet?” Ghost mendapat titik terang dari kasus itu. “Apa ada saksi mata lain?”
    “Enggak ada. Waktu itu Erin keluar kelas. Setelah itu Reni masuk kemudian ia berkata bahwa Erin lama sekali di toilet. Karena itulah Reni lantas pergi ke toilet. Setelah itu, ia bercerita tentang Erin yang dikunci di sana.”
    “Jadi, tak ada saksi mata yang melihat Erin dan Reni bersamaan?”
    “Enggak ada. Karena Reni dan Erin seperti berada di dua dunia yang berbeda.”
    “Dua dunia yang berbeda?” tanya Ghost bergumam.
    “Memang ada apa?” tanya Dila.
    Namun, Ghost tak menjawabnya. Ia hanya berkata, “Oke, terima kasih infonya ya.” Kemudian bergegas keluar dari ruang kelas itu. Ia hendak mencari peta rumah Erin dan Reni berada. Ia kembali menuju ke ruang kantor Rosela.
    “Bisakah kau mencari peta rumah Erin dan Reni?” tanya Ghost. Keringat membasahi dahinya.
    “Oke, akan kukirimkan ke data di alat GPS mobil listrikmu ya,” ujar Rosela cepat tanggap. Ia mengirim data GPS melalui jaringan internet ke email milik Ghost yang bisa diakses melalui alat GPS di mobil listriknya.
    “Terima kasih. Aku akan bergegas menuju ke sana!” seru Ghost bersemangat.
    Apakah Reni dan Erin saudara kembar? Apakah mayat Erin dibangkitkan lagi dengan evatoxin dan menjadi sosok Reni demi membalas sakit hati Erin akibat bully oleh teman-temannya setelah kecelakaan itu? Apakah salah satu dari mereka robot manusia canggih yang dikembangkan di laboratorium Pulau Badai? Apakah Reni dan Erin makhluk hasil kloning? Berbagai pertanyaan muncul dalam benak Ghost. Ia menuju ke areal parkir tempat mobil listriknya berada. Setelah berada di dalam kabin mobil, ia segera mengecek email yang dikirim Rosela di alat GPS yang terhubung dengan peta satelit. Kemudian menyalakan kemudi otomatis berdasarkan peta digital yang nampak di layar GPS di atas dasbor.
    Mobil listrik yang dikendarai Ghost melaju otomatis tanpa kendali setir. Sensor anti tabrakan menyebabkan mobil itu melaju mulus tanpa menabrak kendaraan lain. Kemudi bergerak sendiri mengikuti peta GPS yang dikirim oleh Rosela.
    Peta pertama yang dituju adalah rumah Reni.
    Sesampai di rumah yang dimaksud. Ghost sontak terkejut. Di atas halaman berumput itu. Ia hanya melihat sebuah rumah yang tak dihuni lagi. Tumbuhan rambat menutupi rumah itu. Di depan rumahnya ada papan nama yang bertuliskan: Properti Milik Laboratorium Pulau Badai. Pantas saja Reni menolak ketika Dila hendak ke rumahnya.
    Jika rumah Reni tak berpenghuni, lantas di mana gadis itu tinggal? Apakah ia menginap di rumah teman-temannya, mengingat pergaulan Reni yang luas. Atau….
    Ghost hanya perlu mengikuti petunjuk terakhir, yaitu menuju ke rumah Erin!

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience