Rate

FILE 55: Misteri Piramida Kristal

Mystery & Detective Series 649

Dengan kaki karet yang menempel itu tak akan bisa membawa beban melebihi tubuhnya. Robot ini bergerak vertikal dari puncak piramida sampai ke bawah.

    PRIA itu diseret hingga jarak beberapa meter. Ia telah memohon ampun beberapa kali, tapi seakan tidak berguna. Setiap ucapan yang keluar dari mulutnya hanya dijawab dengan tarikan jerat tali di lehernya. Pria itu masih menghembuskan napas dengan susah payah ketika tali yang menjerat lehernya mulai ditarik ke atas udara. Seakan orang yang menjerat dan menariknya itu memiliki tenaga ekstra. Bunyi tali yang menegang dan berputar terdengar menyayat malam yang sunyi itu.
    Seakan korban telah melakukan kesalahan yang sudah mencapai batas dan tidak bisa ditolerir lagi. Sehingga harus menerima hukuman seperti itu. Padahal korban tak melakukan kejahatan apapun selain yang telah diperintahkan. Dan kejadian itu telah direncanakan dengan matang.
    Ilmuwan botani yang malang itu telah memenuhi undangan kematian. Walau tak datang ia pun akan menemui kematian cepat atau lambat. Ilmuwan itu datang karena ia terpancing mengenai kasus evatoxin. Ia terpancing karena terlibat di dalamnya. Sekarang ilmuwan itu bagai ikan besar yang terkena kail pancingan.
    Hentakan keras menghantam belakang tengkuk pria malang itu. Ketika tali sudah membawanya ke atas puncak piramida kristal itu. Perlahan pria itu merasakan kegelapan yang merasuk dalam kepalanya.
    Ilmuwan itu masih bernapas ketika orang yang mengundangnya memberikan salam terakhir padanya. Ia masih bernapas ketika mencium aroma canabis sativa yang dibakar tepat di bawah tubuhnya sebagai penghormatan terakhir bagai setanggi kematian.
    “Ya, nikmati aroma neraka sebelum melayang ke sana.”
***
    Aroma tak sedap menguar dari rumah kaca itu. Menyita perhatian pengunjung yang melaporkan adanya mayat yang tergantung di puncak piramida yang terbuat dari kaca kristal itu. Bangunan yang berada di tepi Pulau Badai itu merupakan pusat penelitian flora terbesar di Asia Tenggara. Berbagai tanaman obat, tumbuhan langka, dan varietas baru anggrek langka dikembangkan di pusat penelitian itu. Bangunan piramida itu menjadi atap sebuah gedung penelitian modern yang dikelilingi taman dengan jenis tumbuhan terlengkap.
    Anehnya korban tergantung tanpa merusak tumbuh-tumbuhan yang ditanam di bawahnya. Seakan dibawa terbang oleh malaikat kematian dan digantung di sana.
    “Saya pikir ini bunuh diri,” ujar polisi itu menunjuk katrol di puncak piramida yang biasanya digunakan untuk mengangkat robot pembersih kaca.
    Inspektur Anton yang sedari tadi mengolah TKP masih tak dapat berkomentar banyak. Ia berharap mendengar dengungan lebah dan mendapat petunjuk, namun yang terdengar adalah dengungan dari sarang lebah asli yang dipelihara di tempat itu.
    “Kita masih bisa menyimpulkan apapun tanpa memeriksa mayat korban.”
    “Oya, Anda benar inspektur.” Polisi itu menyuruh pekerja di rumah kaca itu untuk menurunkan korban.
    Pekerja mulai menurunkan korban melewati ranting pepohonan. Terdengar suara berderak akibat ranting patah ketika tubuh korban diturunkan. Tubuh korban diturunkan tepat di atas taman bunga. Para pekerja yang menurunkan korban berhati-hati agar tidak merusak bunga di taman itu. Namun, mereka terpaksa melewati bunga yang terinjak demi menurunkan korban.
    “Kalau pun pembunuhan harusnya ada jejak di taman bunga ini kan inspektur? Anehnya taman bunga di bawahnya tak rusak. Bagaimana pelaku menjerat korban dan menariknya ke atas?” Polisi itu nampak mencatat sesuatu di layar tabletnya.
    Inspektur Anton tak menjawabnya. Ia juga berpikiran hal yang sama jika korban memang dibunuh pasti akan merusak tumbuhan di sekitarnya ketika tubuhnya ditarik ke atas menerobos rimbunan ranting pepohonan. Berbeda jika tubuh korban naik ke atas rumah kaca itu kemudian menjerat dirinya sendiri dan melompat ke bawah.
    Ketika mayat korban sudah berhasil diturunkan, Inspektur Anton segera meneliti mayat itu. Sepatu korban nampak bersih, padahal di tempat itu tertutup tanah basah yang dijaga agar tetap lembab dengan pengembunan dan alat penyiram otomatis. Jadi, apakah pelakunya membawa tandu ke tempat ini? Tidak, pelakunya tidak perlu serepot itu.
    “Bagaimana inspektur? Menemukan petunjuk?” tanya polisi itu.
    “Ini bukan bunuh diri … tapi pembunuhan,” ujar Inspektur Anton yakin.
    “Dari mana Anda mengetahuinya?”
    “Lihat jari jemari korban yang lecet dan tergores. Tanda bahwa korban berusaha melepas jeratan tali di lehernya sendiri. Apakah korban bunuh diri ini berubah rencana lalu hendak melepas jeratannya sendiri?”
    Polisi itu mengamati luka gores di telapak tangan mayat. “Hmm, ya, Anda benar. Ini bukan bunuh diri … lantas di mana jejak kaki pelakunya?”
    “Nah, itu yang masih saya cari. Pasti ada trik sehingga mayat ini bisa sampai berada di titik ini.” Inspektur Anton beranjak dari tempatnya. Ia menyesali jejak kaki polisi dan pekerja yang berada di areal itu. “Untung saya sempat memotret tempat ini sebelum kalian datang. Awalnya tak ada jejak apapun di sini. Apa laporan datang dari pengunjung yang berada di atas jembatan piramida ini.”
    “Ya, dari pintu masuk mereka langsung naik ke tangga dan berjalan ke jembatan yang berada di sisi piramida kemudian mencium bau bangkai. Ketika mereka menyadari melihat mayat, mereka segera melapor ke petugas jaga. Kemudian tempat ini ditutup untuk memudahkan penyelidikan yang datang beberapa menit lalu.”
    “Robot pembersih itu biasanya ditaruh di mana?” tanya Inspektur Anton.
    “Saya akan panggil petugas di tempat ini.” Polisi itu bergegas memanggil petugas yang bekerja di rumah kaca itu. Seorang remaja nampak sedikit canggung ketika bertemu dengan polisi.
    “Ya, apa ada yang bisa saya bantu?” tanya remaja itu.
    “Kau magang di sini?”
    “Ya, aku masih kuliah. Jam kerjaku di sini dari mulai jam tujuh pagi sampai sore.”
    “Termasuk memeriksa robot pembersih?”
    “Ya, robot itu ditaruh di ruang utama. Ia dikeluarkan kemudian dikaitkan ke katrol untuk mencapai puncak piramida. Dari sana robot itu membersihkan satu sisi piramida. Ada tiga robot pembersih yang diaktifkan seminggu dua kali.”
    “Apa berat robot itu sama seperti berat manusia dewasa?” tanya Inspektur Anton.
    “Tidak, hanya separonya saja. Tapi katrol itu mampu mengangkat sampai tiga kali lipatnya.”
    “Oke, terima kasih.” Inspektur Anton hendak pergi menyelidiki robot pembersih itu, namun ia tak memiliki akses ke ruang utama di tengah-tengah piramida. Untungnya petugas itu belum pergi jauh darinya. “Oya, hei, tunggu, bisakah kau membawaku ke tempat robot itu berada?”
    “Ya, silakan. Ikuti jalan setapak di kiri sampai ke jalan berbatu dan ke kanan.”
    Petugas itu memandu Inspektur Anton menuju ke ruang utama. Karena lebatnya semak belukar dan pepohonan membuat akses jalan tersembunyi. “Anda baru pertama kali ke sini ya?”
    “Iya, saya pendatang. Jika tak diantar polisi itu saya pasti tersesat di tengah hutan buatan ini.”
    “Iya, tapi beberapa pengunjung yang sudah beberapa kali ke tempat ini pun kadang masih tersesat ketika melewati jalan yang bercabang.”
    Sesampai di ruang utama, Inspektur Anton masih perlu bersabar ketika melewati pintu-pintu seperti labirin kemudian naik lift menuju ruang bawah tanah.
    “Siapa yang bertugas mengeluarkan robot-robot itu.”
    “Petugas yang merawat tempat ini termasuk saya.”
    Ketika sudah sampai di tempat penyimpanan robot pembersih itu, Inspektur Anton segera memeriksanya. Kemudian ia geleng-geleng karena tak menemukan petunjuk apapun.
    “Saya pikir robot ini bisa untuk menarik manusia, ternyata ukurannya seperti ini,” ujar Inspektur Anton setelah melihat robot pembersih yang berbentuk kotak dengan kaki karet untuk menempel di kaca dan rel yang dapat membuatnya bergerak.
    “Dengan kaki karet yang menempel itu tak akan bisa membawa beban melebihi tubuhnya. Robot ini bergerak vertikal dari puncak piramida sampai ke bawah.” Petugas itu memperagakan gerakan vertikal robot ketika membersihkan sisi piramida yang berbentuk segitiga.
    “Sekarang di mana letak tali katrol itu?”
    “Ada di atas balkon ruangan ini. Mari kutunjukkan.”
    Petugas itu kembali mengantarkan Inspektur Anton menuju ke atas bangunan utama itu. Di atas gedung utama piramida kristal itu ada kerangka atap dengan tali-tali katrol yang dikaitkan ke pagar besi yang mengelilingi tempat itu. Tali katrol nampak miring ke setiap sisi piramida.
    “Jika seseorang dijerat katrol dari tempat ini apakah bisa sampai ditarik ke atas?”
    “Bisa. Hanya saja pasti akan terayun-ayun dan menabrak pepohonan yang mengelilingi bangunan utama ini.”
    Inspektur mengamati pepohonan yang mengelilingi tempat itu. Tak ada tanda kerusakan atau ranting yang patah.
    “Berapa beban yang dapat diangkat katrol ini?” tanya Inspektur Anton.
    “Ya, sekitar tiga kali berat orang dewasa.”
    “Siapa yang bisa memiliki akses ke tempat ini? Apa pengunjung bisa?”
    “Ya, kalau pengunjung bisa naik ke tempat ini. Tapi kalau mekanisme katrol hanya petugas yang bisa menghidupkannya. Alatnya ada di sisi piramida. Di jembatan itu.”
    Inspektur Anton mulai mendapat petunjuk. “Bisa kau tunjukkan letak mesin katrol ini?”
    “Ya, dengan senang hati agar kasus ini bisa terpecahkan.”
    Sesampai di jembatan yang menggantung melingkar di sisi piramida. Inspektur Anton meminta bantuan petugas dan polisi yang lain untuk menyisir tempat itu. Mengingat panjangnya jembatan yang melingkar membentuk spiral sampai ke tengah piramida.
    “Apa kalian menemukan sesuatu? Jejak tak biasa, benda, sampah atau apapun?” tanya Inspektur itu melalui radio dua arahnya.
    “Bersih inspektur. Tempat ini setiap pagi dibersihkan.”
    “Ya, tapi tak ada salahnya terus mencari.”
    “Mencari apa juga belum jelas Ndan.”
    “Sudahlah, pokoknya cari aja jejak atau benda aneh.”
    Pencarian itu memakan waktu cukup lama. Sekitar satu jam kemudian tetap tidak ada hasil. Ketika pencarian akan dihentikan seorang petugas kebersihan yang mengaku membersihkan tempat itu menemukan jejak tak biasa.
    “Hey, ada sesuatu di sini … coba dilihat barang kali petunjuk….”
    Inspektur Anton bergegas ke tempat petugas itu. Di sana
petugas itu menunjuk jejak hitam di sepanjang satu meter di badan jembatan.
    “Tidak salah lagi, ini jejak sepatu.” Inspektur Anton menyentuh bekas itu sampai ke pagar jembatan yang tertutup kaca. Ia kembali menemukan jejak hitam di sana walau samar. Jika bukan petugas yang biasa membersihkan tempat itu pasti akan terlewat.
    “Jejak sepatu korban?” tanya polisi itu.
    “Ya, agar lebih yakin jejak ini bisa dianalisa dengan bahan sepatu korban. Jika indentik dari bahan yang sama berarti korban dijerat di atas jembatan ini. Tali katrol itu ditarik sampai ke sisi piramida sehingga pelakunya bisa memanfaatkannya untuk menggantung korban. Karena berada di sisi piramida, jadi titik jatuh katrol itu berada tepat di atas taman bunga di bawah itu,” beber Inspektur Anton menyatakan deduksinya.
    “Jadi pelakunya adalah salah satu dari petugas di sini karena bisa menyalakan mesin katrol?”
    “Ya, bisa jadi. Tinggal dicocokkan dengan kekakuan mayat. Saya kira dijerat ketika seluruh petugas lain sudah pulang.”
    “Thank you inspektur, sisanya biar kami yang urus,” ujar polisi itu sembari menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
    Ketika bersalaman itulah, Inspektur Anton melihat bekas goresan panjang di telapak tangan petugas itu. Namun, ia tak berkata apapun dan bergegas pergi dari tempat itu.
    Sudah empat korban yang berjatuhan, dan Inspektur Anton merasa tak berdaya mencegahnya. Siapa selanjutnya? Ia hanya bertanya-tanya sembari waspada kepada nasibnya sendiri. Pulau Badai menjadi tempat pemakaman bagi saksi mata yang terlibat dengan evatoxin.
    Bisakah inspektur polisi itu mengungkap kasus di Pulau Badai demi menghentikan pembunuhan berantai yang terus terjadi?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience