Rate

BAGIAN KETIGA MISTERI GAME ON LINE BLIZZARD FILE 44: Pesan dari Pulau Badai

Mystery & Detective Series 649

Aku menunggumu di Pulau Badai. Karena Srikandi sudah diperintah kode merah, dengan menggunakan King Cobra untuk menghabisi kita. Tertanda Ghost.

    INSPEKTUR Anton dengan mudah menggerakkan gips di lengannya. Dengan sigap ia menangkap kemudi di depan Selfi. Inspektur itu membanting setir tepat waktu sehingga dapat menghindari tabrakan dengan pikap.
    Rasa syok Selfi belum reda ketika bunyi tembakan terdengar dari arah pikap itu.
    Bunyi kaca pecah terdengar dari depan mobil. Beruntung Inspektur Anton dapat menarik lengan Selfi agar berlindung di balik dasbor.
    Guyuran pecahan kaca berhamburan di atas kepala Selfi. Suara jeritannya membuat kaget dirinya sendiri. Lebih kaget lagi ketika ia melihat pistol yang disembunyikan oleh inspektur polisi itu di dalam gipsnya. Jadi selama ini inspektur ini telah sembuh? Selfi membatin.
    Apakah pura-pura sakit adalah strategi Inspektur Anton untuk mengelabui para penyerangnya? Semua demi untuk melindungi Selfi agar betah bersamanya di dalam apartemen.
    “Tutup telinga!” seru Inspektur Anton kemudian memberikan tembakan balasan ke arah pikap yang masih menghujani mobilnya dengan timah panas.
    Inspektur Anton menarik kopling, kemudian memutar kemudi. Mobilnya bergerak mundur beberapa meter. Bunyi decit ban terdengar nyaring di jalan lengang itu. Suara panik dari orang-orang di sekitar mulai terdengar.
    Penyerang di kabin pikap yang semula masih ngotot memuntahkan peluru dari senapan mereka mulai mundur dan segera pergi dari tempat kejadian.
    Selfi yang syok masih tak dapat berkata-kata apapun. Ia dipapah Inspektur Anton keluar dari mobil yang berlubang akibat tembakan puluhan peluru.
    Bunyi sirine mulai terdengar ketika Selfi hendak berbicara. Suaranya terdistorsi bunyi sirine dari mobil polisi yang berdatangan. “Kenapa kau membohongiku….”
    “Ya, ya, nanti kujelaskan. Maaf, ini semua demi melindungimu,” ujar Inspektur Anton sembari menuntun Selfi hingga masuk ke dalam mobil.
***
    “Kembali hadir News Flash … berita terkini … Pasukan khusus kembali melakukan pengejaran terharap tersangka penembak misterius yang dijuluki Ghost. Kali ini mereka berhasil menembak mobil tersangka. Malangnya, mobil tersangka terbakar sebelum jatuh ke aliran deras sungai. Namun, setelah dilakukan pengangkatan mobil, di dalam tidak ditemukan mayat korban tersangka penembak misterius itu. Diduga mayat tersangka telah terbawa arus sungai.
    Di waktu yang nyaris bersamaan. Mobil yang dikendarai Inspektur Anton mendapat serangan tembakan brutal dari mobil pikap misterius. Sampai berita ini dikabarkan masih belum ada kejelasan tentang para penyerang yang diduga komplotan King Cobra. Perlu diketahui bahwa kelompok mafia King Cobra ini memiliki rentetan kasus yang berhasil dibongkar oleh Inspektur Anton yang puncaknya para mafia itu melakukan berbagai serangan balasan termasuk menangkap Inspektur Anton dan menguburnya hidup-hidup pada kasus tahun silam ... News Flash akan hadir kembali, tetap di saluran kesayangan Anda….”

    Dokter Watsen Munim tidak terlalu memerhatikan berita yang dikabarkan dari TV layar datar yang berada di ruang tunggu. Ia bergegas keluar dari RSCM melewati pelataran parkir. Di sana sudah menunggu VW-nya. Namun, sebelum mencapai mobil itu, dr. Watsen merasakan gigitan tajam di tengkuknya. Bayangan wajah Nazrudin yang sudah membiru berkelebat sekejap lalu digantikan bayangan kenangan bersama keluarganya.
    Dokter Watsen Munim merasakan panas di sekujur tubuhnya. Dengan cepat ia menduga bahwa racun evatoxin telah mengenai pembuluh darahnya. Sebelum racun itu menjalar ke otaknya ia segera merogoh saku jasnya lalu menyuntikkan antiroxin adamin. Inspektur Anton yang memberikan antitoksin itu.
    Wajah dr. Watsen memucat. Ia memegang dadanya dan mulai batuk. Darah segar dari mulutnya terciprat keluar. Ditengarai sniper yang telah mengawasinya telah menembak peluru suntik yang berisi evatoxin. Tubuhnya ambruk di areal parkir. Sniper yang menyerangnya berpikir ia telah tewas, jadi sniper itu bergegas meninggalkan posisinya.
    Srikandi telah mengira bahwa dokter itu telah tewas, namun dugaannya meleset.
    Pengunjung rumah sakit yang pertama kali melihat dr. Watsen yang terkapar di tempat parkir. Kemudian ia memanggil bantuan untuk menolong dr. Watsen. Beruntung antitoxin adamin yang telah mengalir dalam pembuluh darah dokter itu segera menetralisir dampak evatoxin yang perlahan sirna.
***
    Inspektur Anton dan Selfi kembali berada di kantor polisi. Di ruang kerja inspektur polisi itu. Di luar kantor, rekan-rekan inspektur polisi itu tengah sibuk mencari keberadaan pikap misterius itu. Plat nomernya palsu dan ditengarai senapan yang digunakan merupakan senapan curian milik mafia King Cobra. Identitas para penyerangnya juga masih diselidiki apalagi wajah mereka tertutup kupluk. Namun, Inspektur Anton mencurigai bahwa anggota King Cobra telah diperalat untuk melakukan penyerangan kepadanya.
    Jika memang hendak menghabisiku kenapa tidak menyerang ke dalam apartemen? Batin Inspektur Anton bertanya-tanya. Bunyi dering ponselnya mengalihkan perhatiannya. Ia mendapat pesan bahwa dr. Watsen tengah diopname di ruang isolasi. Ia bergegas menjenguk dokter itu.
***
    Tiga hari hari kemudian
    Inspektur Anton mendapat paket kiriman misterius yang berisi data-data tentang kasus penembakan misterius itu. Sebuah laptop dan berkas-berkas di dalamnya.
    Ia menyalakan laptop itu di atas meja. Layar laptop itu menyala tanpa kata sandi di dalamnya. Di sana terdapat data-data yang masih berhubungan dengan proses penyelidikan kasus penembakan itu. Pengirim misterius itu telah mengirim data dan berkas dari hasil penyelidikannya selama ini. Meski paket itu tidak memiliki alamat dan petunjuk siapa yang telah mengirimnya. Di dalam paket itu juga terdapat potongan pakaian korban, rambut kepala korban dan proyektil peluru. Ia sudah merekam semuanya dalam bentuk digital yang lebih praktis. Di sana juga terdapat kliping dari potongan surat kabar online yang dicetak dari berbagai media online. Di sana tertulis:

    Kabar News Online, Ananta Azhar akhirnya ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan Nazrudin Zulfikar.

    Jakarta News Digital, Ananta didakwa secara vulgar melecehkan Reni Juliana, caddy golf yang diduga sebagai pemicu pembunuhan karena menjalin cinta segitiga dengan Ananta dan Nazrudin

    Media Nasional News, Jaksa penuntut umum (JPU) Sirus Siboga menuntut hukuman mati terdakwa Ananta Azhar
    Jakarta Online News, Majelis hakim menjatuhkan vonis 18 tahun penjara kepada Ananta Azhar, dalam kasus pembunuhan Nazrudin Zulfikar di PN Jakarta Selatan.
    Media Online Indonesia, Anatasari Azhar mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi DKI Jakarta.
    Detektif Online, Banding Ananta ditolak Pengadilan Tinggi DKI Jakarta.
    Jakarta Net, Ananta Azhar secara resmi memasukkan memori kasasi ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
    Media Dakwah Online
Mahkamah Agung menolak permohonan kasasi Ananta maupun jaksa terkait kasus pembunuhan Nazrudin Zulfikar.
    Media Online News, Penasihat hukum Ananta, Taqdir Ismail mengajukan Peninjauan Kembali ke MA Tiga pokok mengenai novum (bukti baru) dalam perkara tersebut:
    1. Masalah novum yang berhubungan dengan Nasrudin Zulkarnain, yang akan ditampilkan dalam bentuk foto.
    2. Foto mobil tempat Nasrudin ditembak. Dalam foto tersebut, jelas terlihat bekas tembakan dalam mobil itu vertikal, akan tetapi di kepala Almarhum (Nazrudin) itu horizontal, satu dipelipis, satu di belakang telinga sebelah kiri.
    3. Mengenai hal-hal yang berhubungan dengan hasil penyadapan SMS. Keterangan saksi ahli, Antasari tidak pernah mengirimkan SMS kepada Nasruddin yang bernada ancaman.
    Berita Digital Indonesia, Sidang pertama peninjauan kembali (PK) digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
    Media Online Indonesia, Mahkamah Agung (MA) menolak permohonan Peninjauan Kembali (PK) yang diajukan Ananta Azhar. Putusan diambil oleh lima majelis hakim, tanpa ada dissenting opinion. Ia tetap divonis penjara 18 tahun.

    Di layar laptop itu juga tertulis potongan berita:

    Neraca.Net – Jakarta. Adik kandung Direktur PT Putra Rajawali almarhum Nazrudin Zulfikar, Adi Zulfikar, menyatakan sudah siap membeberkan rekayasa kasus pembunuhan kakaknya yang melibatkan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Nasional (KPKN) Ananta Azhar. Menurutnya, Ananta adalah korban dari penyelewengan penegakan hukum.
    “Tidak perlu mendetail. Masyarakat awam pun sudah tahu bahwa ini kan kasus yang penuh rekayasa. Soal detailnya nantinya di persidangan apabila hakim meminta siap diungkap,” ujar Adi Zulfikar setelah sidang pendahuluan uji materi Undang-Undang No 8 tahun 1981 tentang KUHAP di gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Kamis lalu.
    Dia menyatakan bahwa keluarga Nazrudin sangat tidak yakin apabila Ananta adalah pelaku pembunuhan dengan motif cinta segitiga itu.
    Sejak awal persidangan, keluarga Nazrudin sudah sama sekali tak percaya dengan proses kasus ini.
    Alasannya akan dia ungkap di sidang MK agar publik mengerti adanya rekayasa. “Bukti baru akan berbicara nanti, fakta maupun hal baru akan terungkap nanti. Ada saatnya nanti,”tegas adik kandung Nazrudin.
    Adi mengatakan bukti baru yang akan diungkap di persidangan adalah temuan bukti baru (novum) yang dikirim oleh seserang tak dikenal. Tapi, dia mengatakan, novum tersebut baru akan dibuka bila uji materi terkait mekanisme pengajuan upaya hukum peninjuan kembali (PK) dikabulkan MK.
    Dia pun mengatakan, novum tersebut dalam keadaan lengkap dan siap diajukan bila PK bisa dilakukan lebih dari satu kali. “Saya yakin hakim MK seratus persen akan mengabulkan uji materi UU KUHAP karena berbicara tentang keadilan nurani hakim konstitusi,” ucap Adi.
    Sebelumnya, Adi beserta Buyamin Saim mengatakan mempunyai novum yang berhubungan dengan pembunuhan Nazrudin Zulfikar namun terhalang dengan Pasal 263 Ayat (1) dan Pasal 268 Ayat (3) UU KUHAP. Kedua pasal mengatur soal mekanisme pengajuan PK yang tidak boleh lebih dari satu kali. Biasanya PK bisa lebih dari satu kali selama ada bukti baru. Namun, sepertinya hakim tidak ingin direpotkan, padahal sudah menjadi kewajiban hakim untuk menyelidiki kasus sampai tuntas.
    Seperti yang diberitakan sebelumnya, Mahkamah Agung menolak permohonan PK Ananta. Dengan penolakan PK itu, mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Nasional (KPKN) itu tetap divonis 18 tahun. Hal ini sesuai putusan pengadilan tingkat pertama, yakni PN Jakarta Selatan dan dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi (PT) DKI Jakarta serta diperkuat kasasi MA.
    Ananta divonis terbukti menjadi dalang dalam merencanakan pembunuhan Nazrudin tanpa bukti-bukti yang jelas dan telah direkayasa.

    Di dalam paket kiriman itu juga terdapat pesan lain yang bertuliskan:
    Aku menunggumu di Pulau Badai. Karena Srikandi sudah diperintah kode merah, dengan menggunakan King Cobra untuk menghabisi kita. Karena itu, Pulau Badai menjadi tempat strategis yang dapat memisahkan kepala ular King Cobra dari tubuhnya. Tertanda Ghost.
    Inspektur hanya dapat tercenung setelah menemukan pesan itu. Ia harus bertindak. Setidaknya Selfi harus mengetahuinya.
***
    “Nampaknya keinginanku terkabul untuk pergi piknik.”
    “Eh, pergi ke mana?” tanya Selfi
    “Ke Pulau Badai.”
    Selfi mengendus aroma misteri dibalik rencana itu. “Pulau badai? Pulau yang berada di Kepulauan Seribu itu? Silicon Valley-nya Indonesia?”
    “Iya.”
    “Tunggu ... hmmm tunggu … Bukankah kita mau pergi ke Situbondo untuk merencanakan pernikahan?”
    “Aku tak akan tenang jika belum mengetahui kelompok yang menyerangku tempo hari. Aku khawatir mereka akan terus membuntuti kita sampai ke acara pernikahan.”
    Selfi terhenyak ketika menyadarinya. Jika itu terjadi keluarganya juga berada dalam bahaya. Ia mulai mengerti sekarang. “Jadi, apa yang akan kita lakukan di pulau badai?”
    “Nanti kuceritakan. Setidaknya Ghost berada di pihak kita.”
    “Cuma kita bertiga? Melawan komplotan pembunuh bayaran sekalas King Cobra?”
    “Aku memiliki kemampuan istimewa setelah eksperimen itu … dokter di rumah sakit menyadari bahwa sel di dalam tubuhku lebih cepat beregenarasi karena antitoksi adamin yang telah mengalahkan evatoxin. Karena itu lukaku akan cepat sembuh. Coba lihat ini.” Inspektur Anton mengambil pisau lipat lalu mengiris tangannya sendiri. Wajahnya tak nampak kesakitan walau darah mengalir. Beberapa detik kemudian luka itu menutup sendiri!
    Selfi melongo melihat kejadian itu.
    “Entah kutukan atau berkah dari Tuhan … aku yang sekarang berbeda … sangat berbeda.”
    “Itu … seperti cerita komik superhero saja….” Selfi geleng-geleng masih tak dapat percaya.
    “Kemampuan indera keenamku juga makin meningkat.”
    “Lalu, kalau aku ikut maka aku hanya akan jadi pengganggu bukan?”
    “Kau juga memiliki kekuatan kan?”
    “Hah?”
    “Ya, kau kebal evatoxin dan dapat mengeluarkan racun itu dari keringat di tanganmu?”
    Selfi mengamati tangannya yang selama ini tertutup sarung tangan kulit. “Ah, aku tak yakin apakah kekuatan mengeluarkan racun itu dapat membantu.”
    “Ya, kita lihat saja nanti. Setidaknya kita bisa membuat anak panah beracun.”
    Selfi terduduk di sofa. Ia berhasil menghindari Denara, tapi sekarang malah akan sengaja melibatkan diri dengan melawan komplotan King Cobra.
    “Bisakah aku?” tanya Selfi lagi. Lebih meyakinkan dirinya sendiri.
    “Yah, setidaknya kita bisa piknik di pulau itu. Dan kau bisa mendokumentasinya sebagai acara program kepada Denara.”
    “Pulau Badai? Oh, aku tak berharap diterbangkan oleh angin atau tenggelam oleh badai di sana.”
    “Hei, kau punya jiwa petualang kan.”
    “Iya, oke … baiklah, aku ikut!”
    “Nah, gitu dong.”
    Malam itu Inspektur Anton dan Selfi mulai berkemas. Termasuk memesan tiket online yang dijadwalkan berangkat esok pagi dengan kapal feri modern Nusa Jaya X3.
    Apa yang akan terjadi di Pulau Badai nanti? Bisakah Inspektur Anton dan Selfi kembali melewati ujian di pulau tercanggih, namun terpencil itu?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience