Rate

FILE 36: Sang Sniper

Mystery & Detective Series 649

  PAGI itu Ghost sudah berkemas. Ia memasang rompi anti peluru dan membawa perlengkapan di dalam tas ransel. Ia menggunakan sepeda motor untuk mencapai daerah persawahan yang jauh dari gedung tinggi. Kemudian menyembunyikan sepeda motornya di antara semak belukar.
    Ghost memilih areal persawahan karena dapat lebih mudah mengawasi jika ada pergerakan pasukan yang dikerahkan oleh Srikandi. Area persawahan dengan tumbuhan padi yang telah menguning itu juga membantunya memasang perangkap pengalih perhatian. Ia menempatkan senapan serbu beberapa meter dari posisinya yang sebenarnya. Kemudian membuat mekanisme yang dihubungkan dengan pelatuk senapan serbu. Ia mengarahkan sasaran ke arah orang-orangan sawah sebagai pengalih perhatian. Di sana posisi yang akan digunakan untuk memancarkan sinyal internetnya yang akan dilacak dan ditandai oleh Srikandi. Tentu Srikandi tidak akan semudah itu terkecoh, namun setidaknya ia dapat mengulur waktu. Peluang kemenangannya ditentukan oleh kecepatan menemukan posisi masing-masing.
    Setelah persiapan selesai, Ghost mulai menyalakan koneksi internet di laptopnya. Kemudian bergerak ke posisinya semula lalu bersembunyi di antara semak belukar. Ia menutupi tubuhnya dengan ranting kemudian menyiapkan senapan runduknya.
    Setelah beberapa menit sayup-sayup terdengar bunyi helikopter yang mendekat. Ghost sudah memikirkan kemungkinan terburuk. Jika Srikandi menurunkan tim pasukan khusus maka ia memilih untuk mundur ke arah sepeda motornya.
    Untuk beberapa lama helikopter itu hanya terbang mengelilingi areal persawahan itu kemudian pergi. Insting Ghost merasakan bahwa Srikandi telah berada di areal itu. Wanita bernama Srikandi itu mungkin telah diturunkan oleh helikopter. Karena itu Ghost meningkatkan kewaspadaannya. Setelah helikopter itu pergi tanpa melihat pasukan yang diterjunkan, ia yakin Srikandi menepati janjinya untuk bertarung satu lawan satu.
    Sekarang di manakan posisi Srikandi? Demi mengetahui posisi sniper wanita itu, Ghost mulai menyalakan mekanisme yang terhubung dengan pelatuk senapan serbunya. Ketika mekanisme itu memicu pelatuk senapan serbu maka senapan serbu yang telah diseting itu memuntahkan peluru. Terdengar bunyi rentetan tembakan yang membahana di areal persawahan itu. Kemudian sunyi. Tidak ada bunyi tembakan balasan. Terlalu sunyi bahkan. Keadaan yang sunyi itu malah membuat Ghost makin waspada.
    Ghost mulai menghitung mundur waktu di arlojinya. Jika Srikandi mendekati pengalih perhatian yang dipasangnya maka wanita itu termakan jebakan yang dibuatnya. Jika tidak, maka ia harus mengubah rencana dari pengintaian menjadi penyerbuan. Ia menduga Srikandi juga mulai menghitung waktu karena bunyi tembakan itu telah menyita perhatian dari warga yang berada di sekitar persawahan.
    Setelah hitungan mundur, Ghost masih tak melihat tanda-tanda Srikandi yang mendekati umpannya. Pilihannya adalah tetap bersembunyi hingga melihat tanda-tanda Srikandi. Atau bergerak demi memeriksa keadaan di sekitar persawahan.

    Bersembunyi sembari mengawasi keadaan.

    Atau bergerak demi memeriksa keadaan.

    Ghost akhirnya memutuskan. Ia menyandangkan kembali snipernya lalu meraih senapan serbu. Ia beranjak dari tempat persembunyian lalu menyiapkan senapan serbunya. Ia memilih jalan memutari areal persawahan dengan tetap merunduk di antara padi yang telah menguning. Sesekali ia tiarap dan mengamati keadaan sekitar, kemudian bergerak lagi. Membutuhkan kesabaran dan keahlian yang diasah dari pengalaman.
    Setelah beberapa meter dari tempat persembunyian, bunyi desing tembakan tiba-tiba terdengar. Tiga buah bunyi tembakan seperti terdengar dari atas langit. Tiga buah proyektil dari peluru tajam yang ditembakkan satu per satu mengarah ke tempat persembunyian Ghost!
    Sebutir peluru yang melesat menyerempet bahu Ghost, peluru kedua mengenai magazen senapan serbu yang ditentengnya, dan peluru ketiga menghantam dadanya. Walau mengenakan rompi anti peluru, ia merasakan dadanya seperti dihantam palu. Tubuhnya berguling-guling ke tanah lalu tiarap dibalik pematang sawah.
    Ghost tak menyadari sedari tadi Srikandi berada di atas pohon! Srikandi telah mengetahui posisinya karena berada di tempat yang lebih tinggi. Ternyata helikopter yang terbang tadi telah menurunkan Srikandi di atas pohon sehingga dapat mengawasi areal persawahan dari atas ketinggian. Kali ini Ghost kalah langkah. Namun, ia cukup beruntung karena tak terkena tembakan tepat di kepala.
    Dengan adanya bunyi tembakan beruntun tadi, Ghost sudah mengetahui posisi Srikandi. Walau harus dibayar mahal dengan rasa nyeri akibat luka di bahu dan hantaman peluru di dadanya. Untuk beberapa lama Ghost mengatur napasnya sembari meringis kesakitan. Ia berusaha menggerakkan tangannya. Nyeri di bahunya menjalar di lengannya.
    Bunyi berkeresak terdengar tidak jauh darinya. Ghost yakin Srikandi sudah turun dari pohon dan sekarang hendak menyerbu ke tempatnya. Karena itu Ghost menembak senapan serbunya ke atas langit sebagai tanda peringatan bahwa ia masih dapat menekan pelatuk senapannya.
    Bunyi berkeresak itu berhenti. Diganti suara-suara dari radio dua arah tanda bahwa Srikandi memanggil pasukannya. Suara wanita itu terdengar sedang mengucapkan kode-kode sandi perintah operasi pengepungan.
    Ghost yang menyadari rencana pengepungan itu segera melarikan diri sembari menembakkan senapan serbunya tanpa target yang jelas. Ia berlari ke arah sepeda motornya yang disembunyikan di balik semak belukar. Ia tak menoleh ketika menyalakan mesin dan memutar pedal gas demi keluar dari areal persawahan itu.
    Tembakan beruntun dari senapan serbu masih terdengar ketika Srikandi berusaha mengejarnya.
    Puluhan peluru yang dimuntahkan dari senapan serbu milik Srikandi hanya mencabik batang pohon ketika sepeda motor Ghost menghilang di antara bayangan pepohonan.
    Ghost mengakui dirinya kalah langkah, namun justru karena kekalahan itu ia memiliki barang bukti yang berada di rompi anti pelurunya. Ia telah mendapatkan proyektil peluru dari senapan runduk milik Srikandi. Hanya keberuntungan yang lain yang dapat menjadi bukti bahwa peluru dari senapan serbu itulah yang juga membunuh Nazrudin.
***
    Setelah membalut luka di bahu dan mengompres bekas tembakan di dadanya, Ghost kembali ke TKP untuk memeriksa posisi CCTV demi mencari barang bukti lain. Jika posisinya diketahui dari CCTV berarti dirinya sudah sejak awal sengaja ditempatkan di sana. Di sekitar trotoar ia bertemu salah satu pedagang kaki lima yang biasa mangkal.
    Dari keterangan pedagang itu, pada hari kejadian penembakan ada pedagang baru lain yang hanya muncul di hari itu saja.
    “Ciri-ciri orangnya gimana, Pak?” tanya Ghost berpura-pura membeli rokok. Padahal ia tidak merokok karena tuntutan profesionalismenya sebagai pasukan khusus sniper.
    “Tegap dan rambutnya gondrong. Dan seperti ada tato ular di lengannya. Kayak preman gitu potongannya.
    “Apa yang dilakukan orang itu?”
    “Waktu terdengar bunyi tembakan dor—dor gitu, Lalu terdengar teriakan minta tolong, saya belum berani mendekat. Tapi, pria tegap itu segera mendekati BMW. Tanpa membuka pintu, ia malah ikut teriak, bukannya memeriksa kondisi korban seakan sudah mengerti kondisinya. Karena itu orang-orang sekitar berdatangan. Lalu BMW itu segera menuju ke rumah sakit yang tidak jauh dari sini.”
    Ghost menyimpulkan bahwa penembakan di tengah keramaian agar publik mengetahui bahwa tidak ada rahasia di sana. TKP dipilih juga karena dekat dengan rumah sakit. Di sana sudah bersiap perawat yang akan membersihkan mayat Nazrudin berikut barang buktinya.
    “Apa ada polisi yang datang bertanya?”
    “Ya, ada. Polisi itu bertanya bagaimana ciri-ciri pengemudi sepeda motor itu. Saya menjawab, mereka pakai helm, sulit melihatnya, apalagi dari jauh.” Kemudian pedagang itu seperti terkejut. “Apa Anda polisi atau wartawan kali ya?”
    “Oh, bukan. Hanya penasaran saja. Terima kasih.” Ghost berbalik menjauh.
    Ghost menuju ke tempat dirinya berada pada waktu kejadian. Seperti ketika pertama kali ke tempat itu. Ia menemukan setidaknya sepuluh titik CCTV yang berada di depan perumahan dan pertokoan. Sebagian milik polisi lainnya dipasang sendiri oleh pemilik toko atau perumahan. Ia menemukan tiga CCTV yang dapat memantau tempatnya, setidaknya ketika ia masuk ke dalam gedung dan ketika keluar. Ketiga CCTV itu dapat diakses oleh reserse.
    Setelah mengumpulkan bukti-bukti itu, ia mengirim sampel proyektil kepada dr. Watsen untuk dianalisa melalu uji balistik.
***
    Dokter Watsen Munim mendatangi Inspektur Anton agar mendapat ijin masuk ke dalam lapangan golf Modernland untuk melakukan investigasi. Garis polisi masih tampak mengelilingi tempat terjadinya baku tembak. Inspektur Anton menunjukkan bungker pasir tempat ia menemukan noda darah di pasir kuarsa. Ia membawa alat detektor logam untuk menyisir tempat itu. Ia menemukan satu proyektil di tepi ceruk pasir.
    “Ini memang butiran pasir seperti yang ditemukan di luka korban.”
    “Sekarang apakah korban dieksekusi di tempat ini atau….”
    Dokter Watsen memandang berkeliling seolah tidak menghindahkan perkataan Inspektur Anton. Ia melihat ke kejauhan, memperkirakan arah datangnya peluru dari sniper.
    “Tidak salah lagi, sniper itu berada di sana,” ujar dr. Watsen menunjuk ke bangunan yang berada di tengah lapangan golf.
    Inspektur Anton bergegas ke tempat itu, diikuti dr. Watsen di belakangnya. Di salah satu ruangan mereka menemukan jendela yang mengarah tepat ke arah TKP. Di sudut ruangan itu mereka menemukan tiga buah selongsong peluru kaliber 7 mm.
    “Dugaan Anda benar dokter. Saya yakin selongsong peluru ini dari senapan runduk yang membunuh Nazrudin,” ujar Inspektur Anton. "Dilihat dari banyaknya selongsong, sniper itu latihan menembak dengan dua peluru lain.”
    “Di selongsong itu kemungkinan masih ada sidik jari pelakunya,” ujar dr. Watson yakin. Ia memakai sarung tangan lalu menyimpan selongsong itu dalam plastik barang bukti yang dibawanya.
    Sebelum pergi Inspektur Anton bertanya kepada pemilik gedung itu, apakah ada kejadian aneh yang terjadi di sana, namun tidak ada kejadian ganjil apapun selain kejadian penembakan yang berada di jarak cukup jauh dari sana.
    Sesampai di laboratorium forensik, dr. Watsen memeriksa selongsong itu. Memang ada sidik jadi di sana. Ketika ia mencari di data kepolisian, ia menemukan data dari pasukan khusus yang cocok dengan sidik jari itu.
    “Ini tidak mungkin,” ujar Inspektur Anton tak percaya ketika melihat foto dan nama yang muncul di layar monitor. Wajah yang dilihatnya sangat dikenalnya. Di layar monitor itu wajah Ghost lebih terlihat jelas. Orang yang berada di atas gedung di TKP di Modernland masuk dalam DPO sebagai buronan polisi.
    “Kenapa sidik jari Ghost yang berada di selongsong itu? Apakah Ghost begitu ceroboh? Setidaknya kita harus bertemu dengannya,” ujar dr. Watsen. “Jika ia berada dalam satuan pasukan khusus, pasti ia dapat mengenal cara kerja anggota pasukan khusus yang lainnya.”
***
    Ghost tidak menemukan apapun di TKP selain fakta bahwa Srikandi memiliki akses ke CCTV milik polisi. Karena itu Srikandi dapat memantau siapa saja memakai monitor lalu lintas yang dipakai polisi dan dinas angkutan umum.
    Menyadari sebagian polisi juga terlibat dalam kasus ini, Ghost memeriksa kembali pasir kuarsa yang didapatnya di lapangan golf. Masih ada sisa pasir di saku celananya. Ia mengumpulkan butiran pasir di atas meja kaca kemudian melakukan tes mesiu seperti yang pernah dilakukannya kepada pakaian korban.
    Hasilnya tidak terlalu mengejutkannya, butiran pasir itu juga mengandung mesiu. Tidak pelak lagi, korban Nazrudin pasti dihabisi di bungker itu. Karena masih belum tewas setelah ditembak peluru sniper, maka pelaku kedua mengambil senjata api lalu menembak ke pelipis kiri Nazrudin. Mungkin dilengkapi dengan peredam.
    Pelaku penembakan dari jarak dekat yang bersama Nazrudin di lapangan golf pasti orang yang telah dikenalnya seperti teman, rekan bisnis atau … pejabat negara.
    Menyadari kenyataan itu membuat Ghost tercenung. Jika salah satu pejabat negara yang menembak Nazrudin, berarti akan makin sulit
menyelesaikan kasus itu sampai ke tingkat pengadilan.
    Sementara tumbal dari skenario besar kasus penembakan itu tengah diinterogasi di tempat lain.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience