Rate

FILE 80: Lagi, Maut Pasti Datang

Mystery & Detective Series 649

Memang ada isu pelecehan. Tapi masih simpang siur.
Apalagi tak ada saksi mata dan tidak ada barang bukti.

    “Jadi … Andrey memegang buku harian itu?”
    GHOST bertanya kepada Dila yang masih mengunjunginya di tengah kegiatan sekolahnya. Hari itu jam pelajaran olah raga. Setelah berlari keliling sekolah, gurunya membolehkan untuk beristirahat beberapa menit sebelum kembali ke lapangan. Ketika melihat Ghost sedang menyapu di lapangan, gadis itu mendekatinya.
    “Iya, sering banget Andrey menggoda Erin.”

80 B.jpg
1000x799 85 KB
    Dila berkata sembari menghabiskan es krim. “Biasanya Andrey meledek Erin di dalam kelas. Bahkan cowok itu melempar buku harian Erin ke temannya yang lain seperti mengoper bola basket. Aku taunya waktu Andrey membawa lari buku itu sampai ke lapangan basket dan Erin tergopoh-gopoh mengejarnya. Wajah Erin nampak dipenuhi air mata. Teman-teman ribut waktu itu.”

80 C.jpg
1000x546 82.1 KB
    “Andrey sering mengganggu Erin ya.” Kemudian Ghost mengingat kejadian semalam ketika sekelompok siswa hendak menyerang dan menuduhnya yang tidak-tidak. “Oya, nampaknya kau juga punya penggemar di sekolah ini? Semalam aku didatangi cowok yang mengaku pacarmu.”
    Dila nampak terkejut. “Eh, enggak, aku belum punya pacar kok … ah, mungkin Dedy, Alfaro atau … Rendi. Aku juga belum jadian dengan salah satu dari mereka. Duh mereka memang keterlaluan!”
    “Dan mereka memberi informasi bahwa telah terjadi pelecehan terhadap Erin? Dan penyebab petugas kebersihan sebelumnya dipecat?” tanya Ghost penasaran.
    “Memang ada isu pelecehan … tapi masih simpang siur. Apalagi tak ada saksi mata dan tidak ada barang bukti. Hanya mendengar dari cerita si korban. Kalau Erin, aku tak begitu tau apakah terjadi pelecehan kepadanya. Mungkin Reni tau sesuatu.”
    “Oh, gitu. Nampaknya isu itu memang berkembang di seantero sekolah ini ya.” Ghost berusaha mencari kata-kata yang tepat. “Kalau memang begitu, kita harus jaga jarak agar gak kena imbasnya.”
    Dila mengangguk-angguk paham. “Ya, kalau gitu bisa tanya lewat pesan saja. Siapa tau ada yang bisa aku bantu agar kasus misterius ini cepat terungkap.” Ia mengucapkan nomer ponselnya.
    “Terima kasih … sudah kuingat nomer ponselnya.” Ghost tersenyum sembari melanjutkan menyapu lapangan tempat olah raga itu.
    Setelah membersihkan lapangan olah raga, Ghost melangkah kembali ke dalam gudang yang berada dekat dengan lapangan olah raga.
    Sekolah Internasional Pulau Badai, SIPB, merupakan sekolah paling bergengsi. Selain banyak siswa berasal dari luar negeri, juga siswa lulusan terbaik dari seantero Indonesia ada di sana. Dari jenjang SD, SMP dan SMA berada di satu lokasi yang sama dengan gedung bertingkat empat yang berbeda. Siswa-siswanya berasal dari tujuh puluh negara di dunia termasuk Indonesia. Didirikan tahun 1999 merupakan pengembangan dari sekolah internasional yang ada di Jakarta. Merupakan sekolah terbaik yang banyak lulusannya diterima di universitas di luar negeri terutama di negara-negara maju. Fasilitas mutakhir selalu terdepan dari sekolah-sekolah lain. Kurikulum yang diberlakukan merupakan kurikulum yang telah disetujui oleh beberapa negara maju di dunia.
    Tujuan didirikan sekolah internasional di pulau terpencil itu adalah agar para siswanya dapat lebih diawasi oleh pihak sekolah. Pengawasan sangat ketat berlaku seperti memasang alat pelacak di ponsel para siswa. Juga ijin yang ketat ketika hendak pergi keluar dari Pulau Badai. Hal itu yang membuat beberapa siswa memutar otak dengan menyabotase alat pelacak atau menyamar.
    Setelah membersihkan lapangan membuat rasa letih menggelayut di punggung Ghost. Ia hendak beristirahat sejenak sebelum kembali membersihkan sekolah setelah jam pelajaran terakhir. Namun, seorang guru memintanya untuk merapikan kertas-kertas bekas yang hendak dibuang. Guru itu hanya meminta untuk membereskan limbah kertas itu, terserah Ghost hendak diapakan.
    Setelah menumpuk kertas bekas di dalam gudang, hari sudah hampir petang. Ghost tak ingin bermalam di dalam gudang yang pengap. Ia segera berkemas sebelum kembali ke apartemennya. Bunyi serenteng kunci dan kartu elektronik pembuka pintu terdengar sepanjang perjalanan. Ia memastikan gudang dan ruangan lain sudah terkunci aman. Setelah itu menaruh kunci itu di tempat pos sekuriti yang masih berjaga sampai pagi. Ia telah mengenal sekuriti di sekolah itu, namun tak begitu akrab karena sengaja menjaga jarak.
    Tidak seperti biasanya perasaannya tidak nyaman. Harusnya ia merasa tenang dan lega karena tugasnya di hari itu sudah selesai.
    Instingnya mengatakan akan terjadi sesuatu, entah apa.
    Ghost mengamati tempat parkir yang terang benderang karena lampu super LED masih menyala sampai dini hari nanti. Terang lampu bahkan mengalahkan benderang bintang-bintang yang bertebaran di langit.
    Dari langit, gerimis tipis mulai berjatuhan serupa butiran kristal. Sepasukan awan mendung mulai nampak di langit barat. Awan-awan kumulunimbus penyebab badai mulai berdatangan tertiup angin. Beberapa tempat di gedung penting di sekolah itu memiliki tiang-tiang penangkal petir. Jika badai menerjang, atap stadion yang terletak di tengah sekolah akan tertutup secara otomatis.
    Lapangan dan taman luas yang mengelilingi sekolah internasional itu nampak kosong. Daerah gelap berada di balik bayang-bayang pepohonan palem.
    Penerangan lampu LED dari lapangan parkir terhalang pepohonan yang berjejer di sebelah lapangan olah raga.
    Ghost hendak menuju mobil listrik sewaan yang diparkirnya. Namun, ketika hendak mendekati mobilnya ia melihat mobil lain yang masih terparkir di tempat itu. Awalnya ia menduga milik sekuriti, namun ia menyadari bahwa sekuriti itu tadi di antar temannya. Jadi, mobil siapa itu? Apakah masih ada guru yang lembur? Ghost bertanya-tanya dalam batin.
    Ketika memeriksa mobil itu ia menyadari pintu depan mobil tak tertutup penuh. Ada cairan seperti jus berwarna cemerlang yang menetes ke lantai areal parkir. Jejak jus warna hijau cemerlang itu mengalir sampai beberapa langkah dari mobil. Sorotan cahaya dari lampu super LED samar-samar menampakkan keadaan di dalam kabin mobil itu. Nampak seseorang masih berada di belakang kemudi.
    “Selamat malam!” seru Ghost. Namun, tak ada jawaban dari dalam mobil listrik itu. Ghost makin penasaran. Ia meraih pintu mobil dan membukanya lebih lebar. Demi melihat apa yang ada di dalam mobil itu.
    Kemudian ia mengendus aroma yang cukup dikenalnya. Aroma yang tercium seperti dari dalam bungker labirin bawah tanah itu….
    Untuk beberapa lama berbagai ingatan berkelebat dalam kepalanya. Ingatan ketika berada di dalam laboratorim rahasia di dalam bungker itu.
    Siapa yang berada di dalam mobil listrik ini?
    Apakah baru saja berada di dalam bungker itu?
    Namun, ia masih sangsi. Berbagai pertanyaan berkelebat dalam benaknya. Apalagi kesunyian di areal parkir membuatnya merasa seorang diri menghadapi misteri yang berada di sana. Betulkah ia seorang diri?
    Setelah pintu mobil terbuka, Ghost mulai melongok ke dalam kabin mobil. Di belakang kemudi, ia melihat seseorang yang kepalanya bersandar ke jok. Wajahnya tertutup buku seperti orang yang sedang tertidur. Cairan berwarna hijau berasal dari gelas plastik yang tumpah di atas jok mobil.
    Ghost bergegas mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya. Kemudian ia masuk dengan hati-hati ke dalam kabin mobil. Ia berusaha agar tak menyentuh jok dan dasbor dengan tangannya. Dengan perlahan ia menggeser buku yang menutupi wajah orang itu. Kemudian dadanya berdebar-debar.
    Setelah buku itu terjatuh ke jok, nampak wajah siswa itu yang menegang. Mulutnya menganga seakan seluruh udara telah berhembus keluar dari dalam paru-parunya. Baju seragamnya nampak kusut dan kancing atasnya terbuka seolah kepanasan. Wajah kematian yang sama seperti yang dilihatnya di jendela bus waktu itu. Apakah kali ini korban itu dibunuh hantu Erin? Oleh buku hariannya? Ketika ia memeriksa buku itu, sekilas tak ada yang mencurigakan di sana. Dari tulisan yang berada di dalam buku itu, nampak bahwa buku itu merupakan catatan pelajaran Kimia. Buku yang tak terlalu tebal itu diambil dengan hati-hati olehnya. Kemudia ia menyelipkan buku itu ke balik baju seragam petugas kebersihan.
    Ghost menjaga jarak dari mayat di belakang kemudi itu. Dadanya masih berdebar-debar melihat korban yang meninggal itu.
    Ia meraih ponsel kemudian memotret mayat itu dengan kamera. Ia mengaktifkan lampu blitz agar hasil fotonya nampak tajam tajam. Ia juga mengambil foto keadaan di dalam kabin mobil itu. Sampah-sampah kertas bertebaran di bawah dasbor. Remasan tisu dan bungkus makanan ringan yang ada di jok belakang menandakan bahwa korban tidak sendirian berada di dalam kabin mobil itu. Ada seseorang atau teman-temannya yang bersama korban di dalam
mobil listrik itu.
    Kemudian ia nyaris terlonjak kaget ketika sebuah suara terdengar dari kejauhan. “Kau belum pulang hah, Rendi?!”
    Ghost merunduk ke bawah mobil. Berusaha menghindari sekuriti yang melangkah mendekati mobil itu. Bunyi langkah sepatu sekuriti itu memantul-mantul di lantai beton. Terdengar menggema di areal lapangan parkir.
    Ide yang pertama muncul dalam kepala Ghost adalah berpura-pura kaget karena melihat mayat di dalam mobil itu. Namun, ia menyadari dirinya bisa ikut dibawa ke kantor polisi sebagai saksi. Kemudian muncul ide lain untuk melumpuhkan sekuriti itu, namun ia membuang jauh-jauh ide itu karena akan makin mencurigakan. Ditambah lagi akan membuat bunyi gaduh. Walau pencak silat yang dimilikinya mampu melumpuhkan beberapa orang dengan tangan kosong, namun ia tak membawa senjata lain, sedangkan sekuriti itu membawa pistol walau dengan peluru karet. Ia juga mengetahui bahwa terdapat kotak amunisi peluru tajam di pos sekuriti itu. Kotak peluru tajam yang hanya digunakan ketika keadaan benar-benar darurat. Jika sekuriti itu diserang, sekuriti itu memiliki ponsel yang bisa memanggil sekuriti lain yang tengah menjaga posnya sementara sekuriti itu berpatroli.
    Ghost meyakinkan dirinya bahwa ia tak perlu khawatir. Yang penting ia bukan pelakunya. Walau bisa saja dirinya dituduh sebagai pelakunya jika polisi tak menemukan petunjuk lain.
    “Rendi, ini mobilmu kan?!” Suara sekuriti itu makin nyaring.
    Pikiran untuk kabur dari tempat itu sempat berkelabat dalam kepala Ghost. Namun, jika ia kabur tak ada tempat sembunyi yang aman di dekat areal parkir itu. Lagipula ia akan mudah terlihat karena luasnya areal parkir. Ditambah lagi lampu super LED yang menerangi tempat itu.
    Lantas bagaimana caranya untuk melarikan diri dari tempat parkir itu? Melarikan diri tanpa dicurigai? Tanpa diketahui bahwa ia pernah ada di tempat itu?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience