Rate

FILE 90: Pocket Monster

Mystery & Detective Series 649

Ketika Inspektur Anton mengamati merk di belakang tablet itu tertulis: Ghost Corporation.

    Tujuh tahun kemudian

    CAHAYA terang dari lampu LED menerangi dinding yang berwarna putih pucat itu. Tempat rehabilitasi bagi remaja bemasalah. Gadis itu nampak menulis sesuatu di buku hariannya. Buku harian yang sampulnya nampak baru dan masih mengilap itu telah banyak tulisan di dalamnya. Tidak banyak perabotan di dalam ruangan itu selain meja, kursi dan ranjang. Tak ada cermin, tak ada kaca, tak ada benda tajam lainnya. Satu-satunya jendela besar berada di atas langit-langit ruangan.
    Sebuah suara yang terdengar perlahan menyita perhatian gadis itu. Nampak seorang perawat membuka pintu.
    “Reni … waktunya sarapan yuk sama teman-teman.”
    “Oya, saya segera ke sana.” Wajah Reni nampak ceria. Suaranya terdengar riang. “Asyik bertemu teman-teman!”
    Reni beranjak dari kursinya. Ia menutup sampul buku hariannya. Kemudian bergegas keluar dari ruangan itu. Di sampul buku harian itu tertulis: Reni Lusiana.
***
    Rosela sudah mengenal identitas Ghost yang asli. Wanita itu tulus dan menerima masa lalu Ghost apa adanya. Dua tahun setelah menikah, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang hiperaktif dan tampan. Kecerdasan nampak pada anak yang bernama Yusuf Algoritma Nebula itu.
    Dalam pelarian dari endusan kepolisian Pulau Badai, Ghost menggunakan identitas dari aset yang terakhir yang dimilikinya. Demi menghindari pelacakan dari pihak sekolah internasional dan dari kepolisian di Pulau Badai yang meminta bantuan ke pusat.
    Setahun pertama Ghost dan Rosela berpindah-pindah tempat demi menghindari pengejar mereka. Menghabiskan tabungan masing-masing. Sampai dua tahun kemudian Ghost dan Rosela memutuskan untuk menetap. Mereka menjadi pengembang software baru yang berhasil. Lima tahun kemudian keluarga itu memilih menetap di pulau terpencil yang mereka beli dari investor asing. Di sana Rosela dan Ghost membangun gedung perusahaan elektronik secara mandiri. Dengan karyawan dari berbagai belahan dunia secara online. Perakitan menggunakan robot kendali jarak jauh dengan keakuratan setara robot dokter bedah online.
    Tujuh tahun sudah Ghost telah kehilangan kontak dengan Inspektur Anton. Sekarang, ia berusaha menghubungi inspektur polisi itu lagi. Ia sengaja tak mengontak inspektur itu. Mengganti ponselnya agar inspektur itu tak menghubunginya. Terakhir ia mengirim pesan singkat kepada inspektur itu: Sampai jumpa inspektur. Untuk sementara aku tak akan menghubungimu agar tak terlacak. Terima kasih banyak atas kebaikan Anda dan Selfi selama ini. Aku belum mampu membalasanya. Tertanda: Ghost.
    Mencari Inspektur Anton semudah membalikkan telapak tangan. Inspektur itu bisa dilacak di kesatuannya di pusat. Namun, ternyata Inspektur Anton dipindah tugaskan ke Pulau Bali. Kebetulan jarak ke kampung halaman Selfi di Situbondo tak terlalu jauh. Kabarnya inspektur itu telah memiliki seorang putri bernama Sofiyah Bulgis.
    Ghost bersama keluarganya pun berwisata ke Pulau Bali dengan tujuan lain yaitu mencari Inspektur Anton dan Selfi.
    Di Denpasar, Ghost berhasil menemukan lokasi apartemen yang dihuni Inspektur Anton dan keluarganya. Ia menggunakan aplikasi pelacak dalam ponsel yang dirakitnya sendiri.
    “Wah, nampak sehat anakmu ya Ghost,” ujar Inspektur Anton.
    “Ya, putrimu juga cantik banget,” ujar Ghost.
    “Ghosss itu siapa, Yah?” tanya Bulgis, putri Inspektur Anton. Anak itu sedang asyik mengunyah apel yang sedang dipotong-potong kecil oleh Selfi ke piring mungil.
    Rosela nampak heran melihat Selfi yang mengenakan sarung tangan. Mungkin agar tak terkena pisau tajam itu, pikir Rosela.
    “Oh, panggil aku Om Sufyan saja ya,” ujar Ghost memakai identitas dari aset terakhirnya.
    “Ya, itu namanya, Om Sufyan,” ulang Inspektur Anton dengan perlahan berbicara kepada putrinya.
    Ketika Selfi tengah memotong apel, tanpa diduga seekor belalang melompat masuk dari jendela kamar di apartemen lantai pertama itu. Apartemen yang dikelilingi taman luas itu dihuni serangga dan burung yang memang sengaja dikembangbiakkan.
    Anak Ghost dengan sigap melompat untuk menangkap belalalang itu. Tanpa diduga belalang itu melompat ke arah Bulgis. Putri Inspektur Anton yang berusia lima tahun itu ketakutan melihat belalang yang hinggap di atas buah apelnya. Bulgis hendak lari ke pelukan Selfi.
    Selfi yang tengah memegang pisau segera mengamankan benda tajam itu. Namun, Bulgis tanpa sengaja tergores pisau di lengannya. Luka goresan kecil itu mengeluarkan sedikit darah. Kulit di sekitar luka membengkak.
    “Eh, hati-hati...,” ujar Ghost bergegas melompat untuk menangkap putranya yang masih mengejar belalang itu.
    “Bulgis terluka?” tanya Rosela panik.
    Selfi memeriksa luka gores di lengan putrinya. “Iya, nih tante, tapi gak sakit kok. Iya, kan? Bulgis kan anak pintar. Anak pintar gak boleh nangis ya sayang.”
    Namun, tangisan putri inspektur itu pecah juga.
    “Cup cup cup, sudah jangan nangis dong malu loh sama Yusuf,” Selfi berusaha menenangkan anaknya.
    Rosela datang mendekat untuk memeriksa luka di lengan anak itu. Kemudian ia melihat keanehan....
    “Eh … lukanya menutup sendiri?” tanya Rosela tercengang.
    Ghost sudah tidak terkejut melihat kejadian itu.
    “Ceritanya panjang,” ujar Inspektur Anton. “Bulgis mewarisi genetika dariku. Akibat eksperimen di pulau buatan itu. Untungnya ia tak mewarisi racun yang bermutasi di sel tubuh Selfi. Nampaknya racun itu menyatu dengan sistem kekebalan.”
    “Tapi, Selfi harus pakai sarung tangan ya?” tanya Ghost heran.
    “Untuk berjaga-jaga saja,” ujar Selfi.
    “Apakah ada kejadian lagi karena evatoxin?” tanya Ghost.
    “Ya, bahkan sampai jatuh korban,” ujar Inspektur Anton.
    “Eh, beneran?” tanya Ghost.
    “Ikan-ikan lele di kolam mati ketika Selfi hendak memindahkannya. Sistem evatoxin bekerja ketika ikan itu menyengat tangannya,” imbuh Inspektur Anton.
    “Fiuh. Kupikir manusia yang jadi korban.” Rasa cemas Ghost memudar.
    “Nampaknya masih belum banyak yang gak kau ceritakan kepadaku ya?” tanya Rosela nampak mendengarkan dengan serius obrolan itu.
    “Ya, belum semuanya sih,” ujar Ghost. "Masih satu season yang kuceritakan padamu."
    Selfi mengeluarkan ponsel tabletnya kepada putrinya. Bulgis berhenti menangis ketika ia mulai bermain game di dalamnya.
    “Eh, Bulgis udah bisa maen game?” tanya Rosela. “Tuh, lihat, Bulgis udah pinter. Gak seperti adek yang sukanya nangkep belalang.” Ia mengarahkan putranya untuk ikut bermain di layar tablet.
    “Justru bagus tuh permainan outdoor daripada di dalam rumah terus main game," sahut Ghost.
    “Iya, betul. Eh, tapi, game yang ini beda. Go Pocket Monster. Kita bisa keluar untuk menangkap monster yang ada dalam game,” ujar Inspektur Anton.
    “Iya, itu pakai peta satelit. Game dengan sistem informasi geospasial,” ujar Ghost sudah mengenal game itu.
    “Betul … pakai satelit luar,” timpal Inspektur Anton.
    “Ehh, ada monster!” seru Bulgis. Kemudian ia mengarahkan ponsel ke arah Ghost. “Aku tangkep ya! Di sana tuh deket Om Ghoss.”
    “Eh, di mana?” tanya Ghost.
    “Di sana … monsternya di sana!”
    Selfi mengamati layar ponsel tablet itu. Di sana nampak seekor monster dengan tulisan Most Wanted. Ia belum pernah melihat ada tulisan itu sebelumnya.
    “Ada apa, Ma?” tanya Inspektur Anton.
    “Eh, enggak ... ini gak biasanya ada tulisan di layar tabletnya,” timpal Selfi nampak heran.
    Inspektur Anton memeriksa tulisan di layar tablet itu. “Most Wanted...?" gumamnya. Kemudian memeriksa koordinat satelit. Sebuah tulisan di samping koordinat itu membuatnya ikut kaget. “Satelit Palapa X3? Itu kan satelit milik Indonesia? Dari Pulau Badai?”
    “Satelit khusus yang bagian-bagiannya dirakit di Pulau Badai,” ujar Rosela nampak mulai waspada. Ia bertukar pandangan dengan Ghost seakan memberi tanda bahaya.
    “Game ini jarang memakai satelit lokal,” ujar Ghost.
    “Ya, biasanya satelit asing. Baru pertama kali ini ada tulisan seperti ini,” ujar Selfi ikut merasa curiga.
    Kemudian, terdengar bunyi baling-baling helikopter yang berputar-putar di atas atap gedung apartemen. Nampak cahaya-cahaya dari lampu sorot menari-nari di pelataran apartemen itu.
    “Bawa anak-anak masuk ke kamar,” ujar Inspektur Anton nampak waspada.
    “Masukkan tabletnya ke cairan pembersih. Bahan HCL atau asam klorida akan merusak komponennya,” ujar Rosela sembari mengangkat putranya ke bahunya.
    Selfi bergegas menggiring putrinya masuk ke dalam kamar. Diikuti Rosela yang menggendong putranya.
    Suara-suara dari megafon terdengar dari pelataran apartemen. “GHOST KAMI MENGETAHUI KAU ADA DI DALAM APARTEMEN. MENYERAHLAH.”
    Ghost dan Inspektur Anton mengamati dari jendela kamar. Mereka melihat pasukan dengan pakaian serba hitam dan bersenjata lengkap.
    “Pasukan khusus.” Ghost masih mengawasi situasi.
    “Kau kenal mereka?” tanya Inspektur Anton.
    “Mungkin anak buah Srikandi….”
    Suara dari megafon terdengar kembali. “GHOST! JIKA KAU MENYERAH BAIK-BAIK. KAMI MEMILIKI MISI BARU UNTUKMU!”
    Ghost masih nampak berpikir. Tak mungkin ia meninggalkan keluarganya, Rosela dan putranya.
    “Ghost lebih baik kau pergi melalui pintu belakang apartemen,” ujar Inspektur Anton. Ia baru saja menenggelamkan tablet milik Selfi ke dalam cairan pembersih.
    “Bagaimana dengan Rosela dan….”
    “Pasukan khusus itu nampaknya hanya mengejarmu. Pergilah melalui pintu belakang apartemen dan menyamarlah. Berbaurlah dengan bule-bule. Biasanya jam segini mereka masih clubbing.”
    Ghost mengangguk dan bergegas keluar dari kamar apartemen itu.
    Lima menit kemudian bunyi berderap mulai terdengar di koridor. Inspektur Anton menyiapkan senapan serbu di balik jaketnya. Kemudian ia membuka pintu kamar. Jika ia menutupnya maka pasukan khusus itu akan mendobrak masuk ke dalam kamar. Ia tak ingin membuat istri dan anaknya ketakutan.
    “Inspektur Anton?!” tanya salah satu dari pasukan itu.
    “Ya, ada apa kalian menyerbu ke apartemen ini? Mencari teroris?” tanya Inspektur Anton berusaha tenang.
    Pasukan khusus itu nampak mengecek lagi koordinat di layar tablet mereka. “Benar, koordinatnya di sini.”
    “Mungkin satelitnya bermasalah? Padahal kita udah nangkap beberapa teroris berkat aplikasi game Go Pocket Monster itu,” sahut pasukan khusus yang lain.
    Seorang pasukan khusus memberanikan diri mendekati inspektur itu. “Beri waktu lima menit untuk menggeledah kamar Anda Inspektur.”
    “Apa kalian punya surat perintah?” tanya Inspektur Anton dengan tegas.
    Untuk beberapa saat pasukan khusus hanya dapat saling pandang. Kemudian seorang dari mereka berkata. “Kami tak perlu surat perintah penggeledahan. Karena pasukan khusus mengikuti peraturan khusus inspektur!”
    “Hah, apa bunyi peraturan khusus itu? Menggeledah tanpa surat perintah?” tanya Inspektur Anton geram.
    “Iya, menggeledah tanpa surat perintah!”
    “Lancang!” sergah Inspektur Anton.
    Seorang pasukan khusus hendak maju menerjang inspektur itu, namun dihalangi pemimpin pasukan. “Tunggu! Hey, hey jangan gegabah.”
    “Begini saja inspektur. Kami sedang mencari seorang teroris berbahaya….”
    “Ya, kalau menangkap teroris jangan ikut jadi teroris dong! Apa kalian gak sadar telah mengusik ketenangan penghuni apartemen?” Inspektur Anton menggenggam erat senapan serbu yang disembunyikan di balik jaketnya.
    Kemudian bunyi bep pendek-pendek terdengar dari tablet pasukan khusus itu. Nampaknya tanda bahaya telah berbunyi.
    “Ada apa?” tanya rekan pasukan khusus itu.
    “Gila ini … ada yang menyusup ke markas kita!”
    “Eh, ada pesannya.”
    “Pesan...? Pesan apa?”
    “Nih, baca aja." Seorang pasukan khusus menunjukkan layar tabletnya. Di sana tertulis pesan dengan huruf kapital: SAYA GHOST. TERIMA KASIH SUDAH MENGHUBUNGKAN DENGAN SATELIT KALIAN. SAAT INI SATELIT AKAN DIUBAH POSISINYA KELUAR DARI ORBIT.
    “Sial! Ada yang meretas sistem kita dengan satelit lain! Melalui game ini!”
    “Eh, ada pesan lagi nih.” Di layar tablet itu tertulis: TEMPAT MARKAS RAHASIA KALIAN AKAN DISEBARKAN MELALUI MEDIA. SAYA GHOST TELAH MENEMPATKAN ALAT PENYADAP DI MARKAS KALIAN.”
    Pasukan khusus itu bergegas meninggalkan Inspektur Anton.
    “Kami akan tetap mengawasi inspektur … jadi harap bersiap,” ujar pasukan khusus itu sebelum pergi meninggalkan Inspektur Anton yang masih berdiri tegap di ambang pintu.
    Setelah pasukan itu pergi, Inspektur Anton melepas jemarinya dari pelatuk senapan serbu. Ia dapat bernapas lega. Ia tak dapat membayangkan jika harus melawan pasukan khusus itu di depan pintu kamar. Ketika keluarganya juga berada di tempat itu.
    Rosela menghambur keluar dari kamar ketika bunyi baling-baling helikopter sudah bergerak menjauh. Diikuti Selfi. Anak-anak mereka melihat dari celah pintu kamar. Alih-alih ketakutan, wajah anak-anak mereka malah nampak penasaran.
    "Di mana Ghost?” tanya Selfi nampak cemas.
    “Ghost aman. Kami sudah menyangka hal ini akan terjadi. Karena game itu pula kami bisa melacak tempat kalian dan meretas satelit itu,” ujar Rosela.
    Inspektur Anton dan Selfi hanya dapat saling pandang.
    “Apakah Ghost benar-benar ada di markas mereka?” tanya Inspektur Anton.
    Rosela memberi tanda dengan matanya. Ketika Inspektur Anton mengikuti arah pandang Rosela, nampak sosok Ghost berjalan di koridor
    “Hah, kalian memang pasangan hantu sejagad,” ujar Inspektur Anton lantas tersenyum.
    Ghost mengedipkan mata kemudian memeluk Rosela. Setelah melepas pelukannya, ia berkata. “Tapi, kita masih harus waspada inspektur. Semoga di lain waktu kita bisa bertemu kembali. Maaf, kami tidak bisa lama-lama di sini.”
    Ghost menyodorkan tangannya yang disambut dengan genggaman tangan inspektur itu.
    “Oke, Ghost. Kabari kalau mau piknik ke pulau mana pun yang kau suka.” Inspektur Anton menggenggam tangan Selfi yang memakai sarung tangan. Tadi, Selfi sempat melepas sarung tangan itu demi pertahanan diri.
    “Jaga diri kalian.” Inspektur Anton menepuk-nepuk punggung anak Ghost yang digendong Rosela.
    “Ya, sama-sama, jaga diri kalian juga.”
    “Oya, gimana caranya menemukan lokasi kalian lagi? Jika mau piknik bareng?”
    “Gampang. Kami bisa dicari dengan game itu: Go Pocket Monster!”
    Inspektur Anton dan Selfi saling pandang sembari tersenyum. Mereka melambai kepada Ghost yang berjalan ke ujung koridor.
    “Ma, tablet tamu tadi ketinggalan nih,” ujar Bulgis, anak Inspektur Anton itu menunjukkan tablet yang nampak masih baru.
    Inspektur Anton tersenyum. Ia memeriksa dan menemukan pesan di balik tablet itu: Hadiah sebagai ganti tablet kuno itu! Ini bukan tablet biasa loh! Kabari jika ada kasus menarik lagi! Jangan berpetualang sendirian tanpaku! See you!
    Ketika Inspektur Anton mengamati merk di belakang tablet itu tertulis: Ghost Corporation.

Glosarium

    Geospasial: adalah ruang kebumian yaitu aspek keruangan yang menunjukkan lokasi, letak, dan posisi suatu objek atau kejadian yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi yang dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience