Rate

BAGIAN KEEMPAT The Deadly Diary FILE 73: The Deadly Diary

Mystery & Detective Series 649

Coba kau lihat siswi bernama Erin itu, seorang kutu buku, berkacamata
Mana mungkin menyebabkan kasus kematian ini?

    GADIS itu tengah menunggu bus listrik khusus sekolah internasional yang melewati jalur hingga ke perumahan di Pulau Badai. Setiap pagi bus listrik itu melewati pusat kota hingga kembali di kawasan perumahan demi mengangkut siswa yang akan bersekolah. Mendung membuat suasana menjadi temaram. Namun, gerimis tipis seakan tak menyurutkan semangat gadis itu untuk bertemu teman-temannya.
    Wajah gadis itu nampak ceria ketika bertemu dengan teman-temannya. Melalui jendela bus teman-temannya melambaikan tangan kepadanya.
    Gadis itu merapikan seragamnya, menepuk-nepuk debu di roknya, kemudian naik ke pintu bus yang bergeser membuka. Teman-temannya memberikan tempat duduk di dekat jendela seperti kesukaanya. Ia duduk di dekat jendela ketika bus mulai berangkat. Ia mendengarkan celoteh teman-temannya. Namun, tak berapa lama wajahnya nampak seperti disambar petir. Kepalanya jatuh ke jendela. Ia tak lagi mendengar suara-suara dari sekitarnya. Suara di sekitarnya perlahan lenyap. Bibirnya yang berlapis lip gloss warna pink megap-megap untuk beberapa saat. Suaranya serak ketika hendak meminta pertolongan, kemudian mulutnya kelu. Tak seorang pun yang menyangka bahwa ada yang aneh dengan gadis itu. Sesampai di sekolah. Semua siswa pun bergegas turun.
    Namun, gadis itu masih berada di sana. Tak bergerak. Seperti boneka manekin yang tertinggal di kursi bus.
    “Hei, Karin! Ayo keluar!” seru teman-temannya.
    Namun, gadis itu tak menyahut.
    Ketika tangannya ditarik dari kursi. Tubuhnya yang lemas terjatuh di kursi. Jeritan panik pun terdengar. Guru yang sedari tadi mengawasi siswa itu pun memeriksa nadinya. Wajah guru itu sontak terkejut ketika tak merasakan denyut nadi di pergelangan gadis itu. Para guru yang nampak ketakutan masih belum ada yang berani menggotong korban ke ruang UKS. Mereka menelepon polisi dan ambulan.
    Teman-temannya mengikuti dari belakang.
    Itu terakhir kalinya mereka melihat Karin.
    Hanya beberapa orang yang mengetahui bahwa gadis itu meninggal secara misterius di dalam bus. Kasus yang berusaha ditutupi dari publik itu lambat laun menguar mengeluarkan aroma tak sedap yang menghantui sekolah internasional di Pulau Badai. Ditengarai siswi itu sesak napas sampai meninggal.
    Namun, tak ada yang dapat mengungkap kasus itu.
    Setidaknya belum.
    Sebuah kematian misterius.
    Bahkan seorang hantu yang menyamar dan menyusup ke sekolah internasional itu pun tak dapat berbuat banyak. Ia terlalu meremehkan musuhnya kali ini.
    Setidaknya ia harus meminta bantuan seorang inspektur polisi yang sekarang tengah mempersiapkan acara pernikahannya. Beruntung ia masih memiliki satu dua orang yang percaya padanya.
***
    “Apa yang sebenarnya terjadi?”
    Ghost bergumam ketika berada di tempat kejadian itu. Suaranya seperti bergema dalam hatinya yang sunyi. Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia bisa mengungkap kejadian misterius itu. Seorang diri? Ia berusaha yakin.
    Ghost berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Ia masih memiliki orang-orang yang percaya padanya; Faril dan adiknya. Serta inspektur dan reporter itu, walau sekarang mereka tak berada di dekatnya. Satu orang yang percaya saja sudah lebih dari cukup. Ia berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa dapat mengungkap kasus pelik itu. Ia menduga anggota King Cobra masih berada di Pulau Badai. Apalagi ia mendengar kabar bahwa dua anggota King Cobra yang menyamar sebagai polisi hendak menculik Selfi dan Faril dan dari laboratorium beberapa waktu lalu. Yang berakhir dengan tewasnya dua petugas itu akibat evatoxin. Ia tak menyangka Selfi dan Inspektur Anton mengalami mutasi gen akibat eksperimen di pulau buatan itu. Ia masih ingat ketika menyelamatkan mereka dalam operasi Hiu Putih.
    Sementara ia juga berusaha mengatasi masalah yang juga menghantuinya. Aset-asetnya mulai dibekukan secara perlahan. Setelah keluar dari tim pasukan khusus, ia tak lagi memiliki penghasilan seperti dulu. Untung ia masih memiliki sisa tabungan dan aset yang masih tersisa.
    Apalagi selama perburuan sisa-sisa anggota King Cobra selama di Pulau Badai tak mendatangkan keuntungan materi apapun kepadanya. Bahkan ia nyaris celaka setelah menyelidiki bungker tempat persembunyian King Cobra. Untung ia masih memiliki orang yang dapat dipercaya seperti inspektur polisi itu.
    Tidak seperti Inspektur Anton yang telah memiliki pasangan hidup dan keluarga. Ghost telah melupakan keluarga dan masa depannya ketika telah bergabung dengan pasukan khusus. Apalagi profesinya penuh dengan mara bahaya.
    Ghost melangkah dengan berhati-hati di antara para siswa dan petugas medis yang serta polisi yang tengah mengolah tempat kejadian perkara. Berusaha tak mencurigakan dalam penyamarannya sebagai cleaning service di sekolah internasional itu.
    Berusaha menyingkirkan beban lain yang memberatkan pikirannya.
    Bayangan malaikat kematian seakan masih menari-nari di antara gerimis tipis di pelataran sekolah itu. Ini kali pertamanya ia menghadapi kasus kematian yang tak masuk akal. Sudah tiga orang siswa meninggal karena sesak napas.
    Ghost beberapa kali memperbaiki letak tudung jas hujannya. Menghindari gerimis tipis yang sesekali menderas. Suasana yang dingin membuatnya agak menggigil. Dingin yang tidak biasa. Ia merasakan dingin yang berbeda. Seperti rasa dingin yang bukan yang bukan berasal dari dunia itu. Tengkuknya meremang.
    Awalnya Ghost hanya mendengar dari Faril. Bahwa di sekolah adiknya ada kasus misterius. Kematian tanpa sebab yang aneh. Dan semua kasus itu dihubungkan dengan sebuah diary kematian yang ditemukan oleh siswa di meja seorang siswi bernama Erin. Siswi yang aneh sejak kematian kedua orang tuanya karena kecelakaan di laboratorium.
    Insting detektifnya tertantang untuk memecahkan kasus misterius itu. Kejadian di hari itu dari kasus misterius tidak akan lenyap dari dalam kepalanya. Mayat siswi itu masih dalam proses evakuasi dari dalam bus. Sejumlah polisi memasang garis polisi dan melakukan olah TKP.
    Ghost mengawasi keadaan. Ke arah petugas ambulan dan polisi yang masih mengolah TKP. Sosok mereka terhalang gerimis tipis yang menari-nari di sekitar tempat itu. Nampaknya polisi masih belum menemukan petunjuk yang berarti. Walau banyak saksi mata di dalam bus. Namun, korban seperti dibawa oleh malaikat maut dengan sekejap mata.
    Ghost melihat beberapa petugas medis dan polisi keluar masuk dari dalam kabin bus. Tubuh mereka tertutup pakaian terusan seperti hendak mencegah penyakit menular. Beberapa polisi nampak menggeleng-gelengkan kepala tanda tak menemukan petunjuk tentang kasus itu. Sopir bus tengah diiterogasi di dalam ruang sekolah.
    Gerimis tipis mulai menderas. Air hujan menetes dari ujung tudung jas hujan yang dipakai Ghost.
    Sebelum mayat dievakuasi tadi, Ghost melihat melalui jendela bus tepat ke arah wajah siswi yang sudah tak bernyawa itu. Meninggal muda secara misterius. Wajahnya pucat dengan mata terbelalak. Seperti terkejut melihat malaikat maut yang datang dengan mendadak. Setelah mayat itu ditandu keluar, tubuhnya yang mulai kaku mulai dibungkus kantung mayat.
    Polisi yang terburu-buru membantu membawa tubuh korban ke ambulan tak menyadari topinya terjatuh.
    Perhatian orang-orang tertuju ke ambulan yang mulai menyalakan sirine itu. Peluang itu dimanfaatkan Ghost dengan masuk ke garis polisi. Ia bergegas meraih topi polisi lalu memakainya. Bayangan lidah topi polisi menutupi wajahnya. Ia sudah sering menyamar ketika mengawasi mangsanya. Dadanya berdetak normal tak menunjukkan kecemasan. Hanya topi polisi yang membantu penyamarannya.
    Beruntung seragam cleaning service yang dikenakannya tertutup jas hujan.
    Ghost dalam penyamaran sebagai polisi masuk ke dalam kabin bus. Ia melihat beberapa jendela bus terbuka. Beberapa tempat duduk basah karena gerimis yang mulai menderas. Ia memeriksa jok tempat korban ditemukan meninggal secara mendadak. Di lantai bus ia menemukan bungkus permen dan remasan kertas. Ia hendak memeriksa sampah di lantai bus itu. Namun, mengurungkan niatnya karena terlalu banyak remasan kertas. Nampaknya para siswa senang main lempar-lemparan kertas di dalam bus.
    Di jok ia menemukan tas korban masih berada di sana. Dalam keadaan terbuka karena polisi memeriksanya. Isinya bertebaran di atas jok; kotak pensil, buku-buku tulis, buku pelajaran dan ponsel tablet. Nampak tak ada yang mencurigakan. Namun, setidaknya ia perlu memeriksanya. Karena itu ia memakai sarung tangan karet lalu memeriksa buku-buku itu. Sepotong kertas penanda buku terjatuh, di sana tertulis kata-kata: hari ini seperti ada yang mengikutiku. Pesan yang mencurigakan. Di dalam kotak pensil juga terdapat barang seperti biasa yang dimiliki siswa, kecuali lip gloss dan sisir kecil bawaan khas siswa cewek. Ia hendak memeriksa ponsel tablet itu namun terkunci dengan kata sandi.
    Sebagai penanda posisi mayat, polisi telah menandai jok tempat korban meninggal secara mendadak. Anehnya, ketiga korban meninggal karena sesak napas. Udara seakan tak lagi menyuplai oksigen ke paru-paru para korban.
    Berdasarkan gambar posisi korban yang digambar di jok itu. Korban tengah berbaring ke arah jendela.
    Perhatian Ghost teralihkan ketika seorang polisi hendak kembali memeriksa ke dalam bus itu. Namun, ia tetap berusaha tenang dan melangkah perlahan mendekati petugas kepolisian itu.
    “Sudah menemukan petunjuk?” tanya Ghost berusaha mengubah tone suaranya. Ia berusaha agar sebagian wajahnya tetap tertutup bayangan lidah topi polisi yang dikenakannya.
    Awalnya polisi itu memandang curiga kepada Ghost. Ia seperti mengingat-ingat warna jas hujan yang dipakai rekan-rekannya. Setelah itu wajahnya kembali ke semula. Penyamaran Ghost berhasil mengecoh polisi itu.
    “Apa kau sudah menemukan petunjuk?” Polisi itu balik bertanya.
    “Kematian korban karena kehabisan oksigen. Gagal paru-paru," ujar Ghost berani berdeduksi padahal tak memeriksa mayat itu. "Ya, seperti dua korban sebelumnya. Ini aneh karena kabin bus ini tak sepenuhnya tertutup. Masih ada jendela yang menyuplai oksigen ke dalam kabin bus. Walau kabin bus penuh sekalipun. Para siswa yang berada di dalam bus ini berebut oksigen tetap bisa bernapas normal.” Ghost berusaha berkata dengan tenang. Beruntung sebelumnya ia pernah mendengar kasus kematian sebelumnya dari Faril. Dan Faril mendengarnya dari Dila, adik perempuannya yang bersekolah di sekolah itu.
    “Ya, ini kasus aneh. Tak ada tanda kekerasan. Atau tanda pembekapan di mulut korban,” ujar polisi itu mulai mengedarkan pandangan ke sekitar kabin bus.
    “Setidaknya kita harus menunggu hasil otopsi korban, jika keluarganya setuju.”
    “Hah, itu yang sulit. Keluarga kedua korban sebelumnya menolak otopsi. Aku kira keluarga korban kali ini pun akan menolaknya. Padahal kita akan mendapat petunjuk jika memeriksa paru-paru korban. Mungkin terkena racun atau penyakit menular.” Polisi itu kemudian mengingat-ingat. “Oya, sebelumnya aku pernah melihat inspektur polisi yang pernah memecahkan kasus misteri di hotel Merkuri. Kata rekan-rekanku, inspektur polisi itu sudah pulang. Mereka melihat reporter itu ikut bersamanya naik pesawat.”
“Oh, Inspektur Anton? Dan reporter itu, Selfi Lena, kasus misteri hotel Merkuri pernah disirkan di acara TV Fakta dan Kriminal bukan?” tanya Ghost berusaha bersikap wajar. Ia berpikir bahwa kepulangan Inspektur Anton dan Selfi tepat waktu, karena ternyata polisi tengah mengawasi mereka. Buktinya, mereka membuntuti inspektur itu ketika berada di bandara sehingga bisa mengetahui bahwa Inspektur Anton tak lagi berada di Pulau Badai.
    “Kasus yang lain belum selesai, muncul kasus baru dengan cara kematian yang sama,” keluh polisi itu sembari menghela napas.
    “Bagaimana perkembangan penyelidikan dua kasus sebelumnya?” tanya Ghost. “Kebetulan aku baru diikutkan dalam tim penyelidik kali ini.”
    “Oh …, ya, entahlah. Belum ada petunjuk. Satu-satunya petunjuk adalah bahwa kasus ini berhubungan dengan siswi bernama Erin yang sering mendapat bullying. Entah kebetulan atau tidak para korban kali ini adalah para siswa yang sering mengganggu Erin,” ujar polisi itu. "Ditengarai korban kali ini yang bernama Karin, juga termasuk geng yang sering mengganggu Erin di kelasnya."
    “Kalau itu aku sudah dengar,” ujar Ghost jujur karena pernah mendengarnya dari Faril. Dan Faril mendapat cerita itu dari adiknya yang bersekolah di tempat yang sama, namun beda kelas.
    “Coba kau lihat siswi bernama Erin itu, seorang kutu buku, berkacamata, penyendiri dan nampak pucat dengan potongan tubuh kurus. Ah, mana mungkin menyebabkan kasus kematian ini?” tanya polisi itu sembari memberi tanda kepada rekannya yang lain. Rekannya hendak kembali memeriksa kabin bus itu.
    Agar tak mencurigakan, Ghost undur diri dengan melangkah keluar dari kabin bus. “Oke, nanti kukabari setelah mendapat petunjuk kasus ini.” Ia berbalik ke arah yang berbeda demi menghindari rekan-rekan polisi itu. Dengan tetap tenang dan perlahan ia keluar dari kabin bus.
    Ghost hendak menghubungi Inspektur Anton demi mendengarkan pendapatnya. Setidaknya ia hendak bertanya apakah pernikahan inspektur itu lancar? Ke mana inspektur itu berbulan madu? Selain hendak menyinggung kasus misterius kali ini. Siapa tau inspektur itu tertarik untuk ikut memecahkan kasus itu walau dipisah jarak dan waktu. Apalagi ia seorang diri memecahkan kasus itu. Jika masih ada satu atau dua orang yang masih setia dan percaya padanya, sudah lebih dari cukup membuatnya yakin untuk terus melangkah.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience