Rate

FILE 82: Misteri Catatan Forensik

Mystery & Detective Series 649

Pemeriksaan darah menunjukkan berkurangnya kadar oksigen.
Penyebab kematian karena gagal paru-paru. Cyanosis nampak pada bagian dalam bibir.

    DILA mengikuti Reni sepulang sekolah. Ia hendak mengetahui interogasi terkait kasus yang terjadi semalam di areal parkir. Namun, sejak dari pintu gerbang sekolah, hanya Reni yang berbicara. Dila hanya menjadi pendengar saja.
    “Ini seperti kutukan … sebelumnya Erin pernah berkata kepada orang-orang yang mengganggunya, ‘kalian akan mendapat balasan karena menggangguku’.

82 A.jpg
1000x605 64.8 KB
82 B.jpg
1000x803 79.7 KB
    "Kemudian, Andrey mulai jadi korban pertama, tewas di dalam toilet. Menyusul ceweknya, Jeany, yang tewas di auditorium. Terus korban ketiga, Karin, yang sering meledek dan menjegal kaki Erin di dalam bus. Yang terakhir, Rendi, ya, ia pernah mencorat-coret dan merobek halaman kertas di buku harian milik Erin.”
    “Jadi, Rendi yang meninggal kemarin malam juga sering gangguin Erin?” tanya Dila sembari berhati-hati menyeberang jalan di depan sekolah. “Tapi, kalau cuma gangguin begitu. Pembalasan yang dilakukan Erin keterlaluan ya.”
    Reni terdiam beberapa lama. Kemudian berkata. “Oya, bentar lagi aku naik bus listrik. Kalau kau naik bus ke arah mana?”
    “Boleh aku ikut ke rumahmu?” tanya Dila. Ia diminta Ghost untuk mengikuti Reni sampai ke rumahnya.
    “Kau mau ikut ke rumahku?” tanya Reni agak terkejut karena Dila baru meminta untuk ikut. “Sori, paman dan bibiku hari ini mengajakku keluar. Ada acara keluarga. Bagaimana kalau besok kita ke mall di pusat kota? Biasanya aku nongkrong di sana.”
    Dila mengangguk. “Oh, oke, baiklah.”
    Reni dan Dila berpisah di pertigaan jalan. Untuk beberapa lama Dila mengawasi Reni yang naik bus listrik. Di dalam bus listrik, Reni melambaikan tangan ke arah Dila melalui jendela. Dila membalas lambaian itu sebelum berbalik arah ke sekolah demi menemui kakaknya, Faril, untuk pulang bareng.
    Dila tak menyadari masih diawasi oleh Reni melalui jendela bus listrik. Dan seseorang lain yang juga mengawasi mereka.
***
    Ghost yang sedang menyamar sebagai pejalan kaki mengawasi Dila dan Reni yang berpisah di pertigaan jalan. Rencananya ia hendak mengikuti Reni sampai ke rumahnya. Namun, mendengar bahwa Reni ada acara keluarga, ia lantas mengurungkan niatnya.
    Karena di hari itu jadwal kebersihan bukan shifnya, jadi ia memiliki waktu untuk menyelidiki keadaan tiga korban sebelumnya. Ia tak bisa masuk ke kantor polisi untuk mengadakan penyelidikan. Jadi, ia hendak menanyakannya ke petugas yang tempo hari ditemuinya. Jika kedok sebagai wartawan masih belum diketahui oleh petugas medis itu.
    Sesampai di rumah sakit, Ghost tak bertemu dengan petugas medis yang sama. Awalnya ia merasa cemas karena khawatir tak mendapat ijin. Namun, setelah diterima dengan baik ia bisa bernapas lega. Petugas medis yang ditemuinya hanya mengantarkan Ghost ke kantor arsip lalu memberikan catatan visum yang dimintanya. Catatan dari keadaan korban yang dibuat petugas medis yang ditemuinya pertama kali.
    “Mas Hendra sedang tak masuk kantor, jadi Anda akan saya tinggal di kantornya. Ini catatan yang dibuatnya tentang keadaan keempat korban itu.” Petugas itu bergegas keluar dari dalam kantor setelah mendengar bunyi sirine ambulan. “Maaf, Anda akan ditinggal sendirian di sini. Saya akan senang jika kasus ini bisa terungkap.”
    Ghost tersenyum. “Ya, tapi saya bukan detektif. Hanya wartawan.”
    “Yah, siapa tau wartawan bisa mengungkap kasus ini.” Petugas itu berkata dari ambang pintu. “Karena polisi masih belum ada kemajuan. Terlebih lagi tak ada dukungan apapun dari pihak sekolah internasional. Bahkan mereka pernah memaksa masuk ke kamar mayat untuk mencegah agar korban tidak diotak-atik. Katanya permintaan dari keluarga korban. Karena itu tolong pecahkan kasus ini.” Kemudian petugas itu bergegas keluar dari kantor arsip.
    Ghost tak menyangka dapat sambutan yang di luar dugaannya. Ia duduk di kursi lalu mulai memeriksa catatan itu satu per satu. Memang bukan catatan yang lengkap seperti forensik karena tak ada proses otopsi, tak ada laporan toksilogi. Namun, data-data itu cukup memperjelas kasus misterius itu.
    Apalagi terdapat foto-foto yang diambil oleh petugas medis itu. Ghost meraih kamera ponsel dan kembali mengambil gambar dari foto-foto dan catatan itu.
    Korban pertama, Andrey William, berusia tujuh belas tahun. Ayahnya seorang diplomat Inggris dan ibunya seorang pengacara sekaligus pengusaha resor di Pulau Badai. Ada empat foto keadaan TKP yang dicetak. Mayatnya ditemukan di dalam toilet sekolah. Di dalam foto itu nampak siswa berambut pirang itu tergeletak di lantai. Di lantai nampak bertebaran remasan kertas dan tisu. Wajah Andrey seperti orang yang kehabisan napas, mulutnya menganga dan matanya terbelalak seperti melihat malaikat kematian. Pemeriksaan pada darah menunjukkan berkurangnya kadar oksigen. Kematian karena gagal paru-paru. Ada lendir di dalam mulutnya. Kulit membiru, cyanosis. Sianosis nampak pada bagian dalam bibir. Tak ada buku yang dibawanya. Hanya buletin lipat yang nampak berada di dekat mayatnya. Ada catatan yang menyebut bahwa Andrey pernah mengunci Erin di dalam toilet.
    Ghost memeriksa dengan cepat sembari memfoto dokumen itu dengan ponselnya. Ia tak mungkin berlama-lama di kantor itu.
    Korban kedua, Jeany Fanany, berusia enam belas tahun. Keluarganya adalah imigran dari Australia. Ada tiga foto yang dicetak. Mayatnya ditemukan di dalam ruang auditorium ketika tengah latihan teater sendirian. Di tangannya masih memegang naskah monolog yang berusaha dihafalnya. Wajahnya seperti ikan yang melompat dari akuarium dan menggelepar di lantai. Mulutnya menganga seperti hendak menghirup udara kuat-kuat. Lendir dari mulut. Kulit bagian pipi nampak sianosis. Pemeriksaan pada darah di arteri menunjukkan penurunan jumlah oksigen pada darah. Meninggal karena kehabisan napas, gagal paru-paru. Di sana juga nampak sampah remasan kertas karena Jeany mengubah dialog itu sesuai seleranya sendiri. Jeany merupakan cewek populer karena menjadi ratu drama di ekstrakulikuler teater. Di sana ada catatan tak resmi: Ia sering meledek Erin dan cemburu kepada Andrey karena mendekati Erin.
    Korban ketiga, Karin Fortuna, berusia tujuh belas tahun. Ayahnya seorang teknisi dari Jepang dan ibunya berasal dari Jakarta yang berprofesi sebagai arsitek di Pulau Badai. Ada lima foto yang dicetak selain di TKP juga keadaan di dalam kabin bus. Mayatnya ditemukan tergeletak di dekat jendela bus sekolah. Meninggal karena kehabisan napas, gagal paru-paru. Kulit nampak kebiruan. Sama seperti korban sebelumnya. Sampel darah yang diambil menunjukkan kadar oksigen yang rendah. Mulut seperti tersedak. Bibir dan kuku memucat. Kali ini Ghost pernah melihat sendiri tempat kejadian perkara. Tubuh Karin tergeletak di dekat jendela bus. Mulutnya menganga seperti hendak mengambil udara di dalam bus itu. Sampah remasan kertas bertebaran di lantai. Di atas kursi polisi mengeluarkan isi dalam tasnya, buku-buku, kotak pensil dan ponsel tablet. Di arsip itu juga ada catatan tambahan mengenai kesaksian teman-temannya: Karin sering meledek dan menjegal kaki Erin di dalam bus.
    Korban keempat, Rendi Fernandez, berusia tujuh belas tahun. Ayahnya seorang pengusaha di Amerika Latin dan ibunya pemilik saham instalasi pembangkit listrik. Ada tujuh foto yang dicetak di TKP dan keadaan mayat korban. Mayatnya ditemukan dalam mobil listrik pribadinya di areal parkir. Dalam fotonya, mayat Rendi nampak menganga seperti hendak tersedak. Pemeriksaan darah menunjukkan kekurangan oksigen. Bibirnya membiru. Meninggal akibat kehabisan napas, gagal paru-paru. Catatan tambahan: Rendi sering mengambil paksa buku pelajaran Erin untuk dicontek.
    Ghost membaca dengan cepat catatan itu. Walau tak terlalu mendetail, namun ia telah mengetahui gambaran besar kasus sebelumnya. Dan yang penting ia mendapat foto-foto keempat korban itu. Dan catatan tambahan yang dibuat petugas medis itu nampak bahwa ia percaya cerita tentang bully yang dilakukan teman-teman Erin mengakibatkan kematian misterius itu. Apakah petugas medis itu juga hendak memecahkan kasus itu? Tanya Ghost dalam batin. Jika karena kutukan Erin, maka Erin termasuk keterlaluan jika melakukan pembalasan brutal yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.
    Ia memeriksa kembali catatan itu agar tak ada informasi yang terlewat. Kemudian menutup dokumen dan beranjak pergi dari ruang arsip itu. Ia tak menyentuh komputer data agar tak mencurigakan. Jika ia ketahuan memeriksa data di dalam komputer tanpa ijin maka akan dicurigai.
    Ghost berusaha mencari petugas media yang tadi ditemuinya, namun nampaknya rumah sakit itu tengah sibuk karena rupanya ada kecelakaan. Ia melewati petugas medis yang tergopoh-gopoh membawa korban kecelakaan ke UGD. Kemudian teringat bahwa Erin pernah dibawa ke rumah sakit itu.
    Apakah benar Erin membawa kutukan?
    Dan para korban yang menggangu Erin mendapat kutukan itu?
    Berbagai pertanyaan berkelabat dalam batin Ghost. Selama dalam perjalanan kembali ke apartemen, ia masih membayangkan foto-foto kematian itu. Usia para korban yang masih muda membuatnya merasa prihatin. Sampai kapan kematian berantai yang misterius itu akan berakhir? Ia tak dapat menebaknya.
    Sesampai di apartemen Ghost masih berusaha mengirim data-data catatan tentang keempat korban itu ke email milik Inspektur Anton. Berikut foto-foto yang diambil dengan ponselnya. Berharap inspektur itu menemukan petunjuk lain. Setelah mengirim data itu, ia berbaring sejenak di sofa. Rasa letih membuat punggungnya seperti terbuat dari papan kayu.
    Bunyi dering ponsel membuat Ghost beranjak dari sofa. Kemudian ia meraih ponselnya. Nama inspektur polisi itu tertera di layar ponselnya.
    “Halooo…,” ujar Ghost mengangkat telepon itu.
    “Kutukan Erin? Yang benar saja Ghost … tak ada judul lain apa di email yang kau kirim padaku?” Inspektur Anton terdengar menghela napas.
    “Ya, nampaknya petugas medis pun percaya bahwa itu sebuah kutukan.” Ghost mencari-cari kata-kata yang tepat untuk menambahi pandangannya atas kasus misterius itu. “Pokoknya semua ada hubungannya dengan Erin.”
    “Aku salut kepada kegigihanmu mengungkap kasus ini … oke, aku akan meneliti data-data yang kau kirim. Sekilas aku melihatnya, namun masih belum menemukan petunjuk yang berarti.” Suara Inspektur Anton agak terdistorsi oleh suara-suara ramai di sekitarnya.
    “Ada di mana inspektur? Terdengar ramai?”
    “Biasalah lagi persiapan pernikahan … sekarang lagi pasang tenda karena diadakan di luar ruangan. Diadakan di tengah-tengah alun-alun kota yang asri.” Inspektur Anton berusaha mengeraskan suaranya. Bunyi musik dan suara operator dari sound system sedang cek suara terdengar membahana.
    “Sori kalau ganggu inspektur. Lebih baik fokus ke acara pernikahan dulu.”
    “Oh, gak masalah Ghost. Aku akan segera mengabari kalau sudah mendapat petunjuk.”
    “Oke inspektur. Semoga acaranya berjalan lancar ya.”
    “Aminn … terima kasih Ghost, sama-sama. Semoga pengungkapan kasus itu bisa selesai dan kau bisa istirahat.”
    “Ya, semoga kasus ini segera terungkap inspektur.”
    Sambungan ponsel itu berakhir. Ada kebimbangan di hati Ghost. Harusnya ia tak melibatkan inspektur itu dalam kasus kali ini. Ia mengingatkan dirinya untuk tak lagi mengirim data-data ke inspektur itu. Ia harus mengungkap kasus itu seorang diri.
    Bisakah Ghost mengungkap kasus yang ditengarai akibat kutukan Erin?
    Apakah benar kutukan Erin yang telah menyebabkan kematian misterius itu?

Note:

    Sianosis: cyanosis adalah warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena kandungan oksigen yang rendah dalam darah. Kondisi ini terutama mencolok di bibir dan kuku. Sianosis dapat muncul dalam berbagai kondisi medis di mana konsentrasi oksigen darah rendah, misalnya pada penyakit paru-paru, kelainan jantung dan di daerah geografis yang tinggi. Sianosis pada bagian dalam bibir (yang tidak terkena dingin), pipi, lidah dan konjungtiva mata, dapat menjadi bukti saturasi oksigen darah rendah sekunder karena penyakit paru atau jantung. Sianosis yang muncul di bagian luar, seperti ujung jari, ujung hidung atau bagian luar dari bibir dapat disebabkan oleh penurunan aliran darah ke kulit karena paparan suhu rendah.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience