Rate

FILE 17: Angel of Death

Mystery & Detective Series 649

 SELFI telah selesai mengumpulkan informasi mengenai Maria dan kisah hidupnya yang penuh sensasi. Sebagai bonus dari penyamarannya sebagai Agatha Casey Holmes ia mendapatkan latar kehidupan inspektur polisi yang tengah menyelidiki kasus itu. Memastikan bahwa ada bagian dirinya yang dapat mengenal inspektur itu lebih dekat.
    Ia merunut kisah hidup Maria dari depan hingga belakang. Dan menemukan tiga putra dari keluarga terpandang yang menjadi alasan Maria kabur dari rumah. Ia mengambil potongan berita dari surat kabar lama. Mengurutkan nama-nama yang berhubungan dengan kasus kaburnya Maria. Ia mendapatkan nama ketiga putra dari keluarga terpandang yang pernah melamar Maria. Dan Maria menolak semua lamaran itu. Nama-nama itu adalah:
    1. Denny Darsa, putra bungsu pengusaha minyak.
    2. Tomi Grandin, pejabat DPR, salah satu keluarga pemilik partai berpengaruh.
    3. Roy Prakoso, salah satu putra pemilik stasiun televisi.
    Ketiga nama tersebut ada di potongan berita-berita yang dikumpulkan Selfi.
    Sementara itu, hal yang sama juga dilakukan Inspektur Anton. Ia menyelidiki dalang yang berada di balik penculikan Maria. Ia menaruh kecurigaan kepada ketiga putra keluarga terpandang yang sakit hati lantaran lamaran mereka ditolak. Tidak adanya bukti yang mengatakan bahwa ketiga putra terpandang itu menjadi dalang dibalik penculikan Maria. Inspektur Anton tidak dapat menginterogasi mereka.
    Entah kebetulan atau tidak, Selfi dan Inspektur Anton kembali bertemu. Mereka tengah mengawasi salah satu rumah putra dari keluarga terpandang.
    Selfi mengenali sedan hitam yang biasa dibawa Inspektur Anton dalam setiap penyelidikannya. Sedan itu terparkir di seberang jalan di depan rumah Denny Darsa, putra pengusaha minyak yang lamarannya ditolak Maria.
    Di atas sepeda motornya, Selfi mengawasi sedan hitam yang berada di arah yang berlawanan. Ia yakin Inspektur Anton berada di dalam sedan hitam itu, tengah mengawasi rumah mewah yang terlihat kosong itu.
    Untuk beberapa lama mereka menjaga jarak.
    Setengah jam berikutnya masih tidak ada gerakan di rumah mewah itu. Selfi memilih untuk turun dari sepeda motornya dan masuk ke dalam warnet yang berada tidak jauh dari rumah mewah itu. Dari dalam warnet Selfi dapat mengawasi aktivitas di dalam rumah yang terletak di seberang jalan. Ia duduk di bilik yang menghadap ke jalan. Kaca depan warnet membuatnya leluasa mengawasi rumah itu dari tempatnya berada.
    Satu jam kemudian ada gerakan dari dalam rumah. Selfi mengenal wajah Denny Darsa dari potongan berita surat kabar. Denny membuka garasi dan mengambil mobilnya. Ia mengeluarkan mobil dari pelataran rumahnya. Sore hari itu, Denny memakai kacamata hitam dan topi. Ia jarang keluar rumah. Pria yang baru pulang dari berlibur di luar negeri itu menjaga dirinya dari sorotan media massa. Sejak lamarannya ditolak Maria, wajahnya mulai muncul di media cetak dan elektronik. Kemudian tidak ada kabar sampai hari itu.
    Sedan hitam Inspektur Anton mulai menggelinding perlahan di belakang sedan merah Denny. Selfi buru-buru keluar dari bilik warnetnya. Setelah membayar tarif interet di konter operator, ia bergegas menuju sepeda motornya yang tengah terparkir di pinggir trotoar.
    Selfi melompat ke atas sepeda motornya dan mengikuti kedua sedan di depannya.
    Perburuan di hari itu tidak berjalan mulus. Karena lima belas menit kemudian sedan silver Denny kembali ke rumahnya. Ia mengetahui dirinya dikuntit. Selfi dan Inspektur Anton harus bersabar lagi.
    Hari itu mereka berpisah kembali.
***
    Pukul 21.20 malam. Selfi mendapat panggilan ponsel dari produsernya, Denara, yang selalu mengabarkan perkembangan investigasinya. Ia berpapasan dengan sedan silver Denny. Ciri-ciri sedan yang dikatakan Denara sama seperti yang dilihatnya sore tadi. Ia meninggalkan begitu saja makan malamnya yang masih sisa di dalam kamar hotel dan segera bergegas menuju ke jalanan.
    Sepeda motornya meraung menuju lokasi terakhir sedan Denny. Denara memberi beberapa jalan alternatif yang dapat membuatnya bertemu sedan Denny.
    Sedan itu kemungkinan menuju ke tempat diskotek yang biasa dikunjungi Denny.
    Selang beberapa menit kemudian, Selfi yang sempat kehilangan jejak sedan silver itu menemukan sedan Denny berada di depan diskotek. Seperti dugaan Denara.
    Sesampai di dalam diskotek Selfi kehilangan jejak Denny untuk kedua kalinya. Sosok Denny menghilang di dalam keramaian di dalam diskotek.
    Bunyi musik trance yang berdentam-dentam bersahut-sahutan dengan sorakan pengunjung. Aroma asap rokok memenuhi udara. Pengunjung yang menari tumpah ruah di tengah-tengah ruang diskotek.
    Selfi berdesakan menerobos kerumunan. Ia melongok ke kanan-kiri mencari sosok Denny yang menghilang di dalam keramaian. Ketika akhirnya, sosok Denny terlihat, ia melangkah mendekatinya. Tetap menjaga jarak untuk mengawasinya. Kemeja biru bergaris yang dikenakan Denny membuatnya mudah ditemukan. Ia tengah bersama dua orang wanita.
    Ketika kerumunan pengunjung menutupi pandangan Selfi, ia kehilangan sosok Denny. Tidak berapa lama, ia dapat mengawasi Denny kembali. Kedua wanita yang bersama Denny sudah tidak bersamanya.
    Perasaan Selfi tak nyaman, merasakan keanehan.
    Denny tengah duduk di sofa merah di salah satu sudut diskotek. Kepalanya tertunduk lemas. Ketika seseorang mendekatinya, dan menepuk pundak Denny, tubuh pria itu ambruk ke lantai diskotek. Pengunjung yang menyadari itu menjerit.
    Mendadak suara sorakan berubah menjadi jeritan.
    Kerumunan pengunjung segera bubar. Mereka berebut untuk keluar dari dalam diskotek. Aroma busuk menebar kematian di dalam diskotek.
    Ketika keramaian mulai terurai. Di sudut ruang diskotek, tubuh Denny ditemukan tewas di atas kursi sofa merah. Darah hitam mengalir dari mata, hidung, mulut dan telinganya.
    Musik mendadak berhenti. Suara jeritan semakin jelas.
    Kedua malaikat maut baru saja melewati Selfi. Tanpa ia sadari.
***
    Polisi yang datang ke lokasi kewalahan. Setengah jam setelah kematian Denny, orang-orang yang berada di dekat mayat korban mulai dilarikan ke rumah sakit. Mereka merasakan pusing dan iritasi di mata. Virus di dalam mayat Denny meracuni seluruh sudut ruangan diskotek.
    Selfi sedikit terlambat melarikan diri. Ia merasakan tengkuknya mati rasa. Lendir cair keluar dari dalam hidungnya. Tidak berapa lama tubuhnya ambruk ke trotoar. Beberapa langkah dari sepeda motornya. Di ambang kesadaran ia mendengar suara-suara dan cahaya mulai meninggalkannya. Segalanya samar dan gelap.
    Apakah aku akan mati terkena kutukan Ancol?
    Apakah semua berakhir di sini?
    Sebelum kegelapan menelan Selfi, ia mendengar suara-suara dari sekitarnya yang semakin menghilang.
    “Hei, ada seorang lagi yang pingsan…!!”
    “Gotong ke dalam mobil!!”
    “Hati-hati … pakai sapu tangan atau masker … mereka terkena racun…!”
***
    “Anda baik-baik saja?”
    Seraut wajah malaikat muncul di hadapan Selfi. Ia merasa dirinya sudah berada di dalam surga. Aroma parfum yang menenangkan membuat kesadarannya terjaga.
    Bunyi tabung oksigen membuatnya segera sadar dirinya berada di dalam rumah sakit. Ruangan isolasi yang serba putih menyilaukan penglihatannya. Perlu beberapa menit hingga matanya terbiasa dengan cahaya terang.
    “Aku ada di mana? Anda siapa?” Suara Selfi masih terdengar serak. Ia merasa lubang hidung dan tenggorokannya nyeri.
    “Saya Evangela, Anda sekarang berada di kamar isolasi.”
    “Kamar isolasi?” Selfi menyadari dirinya tidak sendirian. Setidaknya korban lain tengah berbaring di ranjang tidak jauh di sampingnya.
    “Anda dan korban lain terkena racun di diskotek.”
    “Anda dokter di sini?”
    “Bukan … saya ilmuwan kimia … virus itu tengah saya teliti.”
    “Sampai berapa lama saya di sini?”
    “Nampaknya besok Anda sudah bisa pulang … untung saja karena racun itu belum sampai ke syaraf Anda. Jumlahnya rendah….”
    “Korban yang lain?”
    “Mereka masih di sini … karena jarak mereka dengan mayat korban begitu dekat. Kemungkinan jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak.”
    “Apa sudah ditemukan penawarnya?”
    “Saya mulai menelitinya. Pelakunya membuat racun jenis baru….” Evangela memeriksa arloji di lengannya. “Semoga beberapa hari ini level penawarnya sudah bisa lebih ditingkatkan lagi.”
    “Anda sepertinya mirip seseorang….” Selfi menatap wajah Evagela lekat-lekat. Ia menyadari sesuatu.
    “Saya kakak Maria.” Evangela mengulum senyum. Satu senyuman yang manis. “Oya, sebaiknya Anda banyak istirahat. Semoga lekas sehat.”
***
    Keesokan harinya. Selfi keluar dari dalam kamar isolasi. Ia dijemput Denara yang menjaganya siang-malam. Denara sudah seperti keluarga sendiri baginya.
    Hanya beberapa orang yang diijinkan menjenguk Selfi di kamar isolasi dan dibatasi. Karena itu ketika Selfi hendak pulang, teman-temannya sudah berkerumun di luar kamar isolasi demi mengetahui keberadaannya.
    Denara meminta mereka untuk membiarkan Selfi istirahat agar segera cepat pulih. Ia buru-buru mengantar Selfi ke dalam mobil. Selfi masih merasakan efek virus beracun yang masuk ke pernapasannya. Lidahnya terasa kering. Kepalanya masih terasa berat. Ia malas mengeluarkan suara. Suaranya seperti masih tertutup lendir dalam mulutnya.
    “Kau bertemu kakak kandung dari Maria?” tanya Denara.
    Selfi mengangguk lesu. Matanya terpejam. Kepalanya bersandar.
    Denara tersenyum. “Kau perlu beristirahat beberapa hari. Evangela memberi tiga macam obat untuk kau minum. Salah satunya katanya vitamin.” Ia mengambil botol air mineral dari dasbor mobil lalu memberikan kepada Selfi.
    Sesampai di apartemen Denara, Selfi tidak dapat tidur. Rasa sesak di pernapasan masih membuatnya gelisah di atas ranjang.
    Denara untuk sementara memutuskan menghentikan perburuan berita sampai Selfi kembali pulih. Ia terpaksa mengundur jadwal tayang. Ia tak dapat meneruskan acara Fakta dan Kriminal di Metropolis TV tanpa Selfi, jika pun ia terpaksa harus mencari pengganti, maka acaranya akan terasa berbeda.
    Bunyi ketukan di pintu terdengar. Menyita perhatian Denara yang hendak membaca majalah di ranjang bersama Selfi.
    Denara segera beranjak dari ranjang dan memeriksa tamunya.
    Wajah Inspektur Anton nampak di celah pintu yang terhalang kunci rantai. Ia membawa bungkusan di tangannya. “Maaf, mengganggu kalian. Saya bawa buah-buahan untuk Selfi.”
    Denara hanya bisa melongo sebelum mendengar Selfi berdeham. Kemudian ia tersadar bahwa inspektur polisi itu masih berada di luar pintu. “Oya, silakan.”
    Selfi nampak tersipu ketika inspektur polisi itu masuk ke dalam kamar.
    Denara yang entah kenapa nampak salah tingkah. Ia sampai menyiapkan kursi demi kedatangan tamu istimewa yang mendadak itu.
    “Santai saja. Anggap saja teman, bukan inspektur.” Inspektur Anton menghela napas. Raut wajahnya memancarkan rasa letih, namun masih terpancar semangat di sana.
    Selfi hanya tersenyum. Sesekali terdengar batuknya.
    Untuk beberapa lama kehangatan dan keceriaan terasa di ruangan itu. Inspektur Anton mencoba bercerita tentang hal-hal yang lucu selama menangani kasus kejahatan. Walau bukan sebagai pencerita yang baik, Selfi dan Denara pun tertawa lepas dibuatnya.
    Sampai waktu tak terasa dan Inspektur Anton pamit kembali ke kantornya.
    Selfi dan Denara mendapat pandangan baru tentang
inspektur polisi itu: seorang pria baik-baik yang berusaha memberikan yang terbaik untuk karirnya, sama seperti mereka. Walau konsekuensinya adalah pengorbanan yang tak sedikit.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience