Rate

FILE 34: Tiga Belas Kronologis

Mystery & Detective Series 649

“JADI saya juga diperiksa menjadi saksi? Tapi penyidikan kan masih berjalan?” protes Inspektur Anton, namun tidak diindahkan rekannya.
    “Katakan saja sesuai apa yang telah ditemukan. Jangan ngawur!”
    “Saya menemukan bukti baru atas kasus ini.”
    “Bukti baru gimana? Jangan merekayasa, Bung! Kau mau jadi tersangka?”
    “Tersangka?”
    “Ya, kau bisa disalahkan atas kasus ini dan dituduh membantu pelaku bernama sandi Ghost.”
    Inspektur Anton hendak mengatakan sesuatu, namun diurungkan. Ia sudah tahu dirinya dikucilkan dari penyidikan yang dilakukan tim Labfor. Seakan ada kuasa tangan tak tampak yang mengendalikan penyidikan. Baru kali ini dirinya diacuhkan.
    Ia hendak keluar dari kantor karena merasa tidak nyaman lagi berada di sana. Sebelum keluar ia mendengar berita di TV yang berada di kantornya. Di sana tampak wajah Ananta dan kuasa hukumnya, Hotam Siraja, sedang dikerumuni wartawan. Polisi menangkap Ananta di kantornya KPKN. Dalam siaran itu, Hotam sempat berkomentar. “Jaksa Penuntut Umum sebaiknya mendaftar saja di sekolah cenayang. Berita acara sudah dibuat delapan hari sebelum Ananta menjadi tersangka.”
    Inspektur Anton membawa koran Metro hari itu. Berita penembakan Nazrudin Zulfikar menjadi tajuk utama. Lengkap dengan grafis dan kronologisnya. Dari mana wartawan mengetahui secara rinci jika penyidikan belum tuntas? Bahkan kronologi itu sudah mengungkap motif dan peran Ananta. Bahkan dalam jumpa pers oleh Kapolda hanya menyebut para tersangka dengan inisial-inisial.
    Siapa yang telah membocorkan kepada pihak media cetak? Inspektur Anton mengambil spidol untuk membuat catatan tambahan.
    Di bawah grafis rekonstruksi di halaman surat kabar itu tertulis:
    Tiga Belas Poin Kronologis Pengungkapan Kasus Penembakan Nazrudin Zulfikar
    1. Dari hasil Tim Labfor yang telah mengolah TKP dan dari hasil analisis dari keterangan 13 saksi yang ada di sekitar TKP maka diperoleh informasi bahwa pelaku penembakan mengendarai sepeda motor Yamaha Scorpio warna biru. Kemudian dibuat sketsa wajah pelaku dari keterangan beberapa saksi mata di tempat kejadian termasuk saksi Erwin yang hendak memancing yang berada di dekat TKP bersama seorang pedagang asongan bernama Budi. Kedua saksi mata itu berada 5 meter dari tempat kejadian penembakan.

    Catatan: Kedua pelaku memakai helm, walau saksi berada pada jarak 5 meter tetap akan sulit membuat sketsa wajah, kecuali jika mencatat nomor polisi kendaraan tersebut, itupun kalau plat nomernya asli atau tidak ditutupi.

    2. Kemudian dilakukan penyelidikan dan diperoleh informasi adanya seseorang yang memiliki kendaraan roda dua dengan ciri-ciri seperti yang di TKP dengan pemilik bernama Hari Santos, beralamat di Menteng Atas Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. Setelah dilakukan penggerebekan ditemukan sebuah sepeda motor Yamaha Scorpio warna biru No Pol B 666 SNY kemudian dilakukan penangkapan tersangka Hari Santos. Tersangka Hari Santos mengaku sebagai pengemudi sepeda motor itu.

    Catatan: Tersangka begitu mudah mengakui bahwa ia pemilik sepeda motor dengan hanya berbekal ciri-ciri di TKP, banyak jenis sepeda motor yang serupa, kecuali dengan ciri-ciri khusus. Jika sudah direncanakan dengan matang, apalagi melibatkan pejabat, seharusnya sepeda motor itu dimodifikasi.

    3. Hari Santos mengaku saat kejadian dia mengendarai sepeda motor bersama Dani Saban alias Dani sebagai eksekutor yang melakukan penembakan sebanyak dua kali terhadap korban dari arah sisi kiri kendaraan BMW B 999 E silver di Jalan Hartono Raya Kompleks Modernland di sekitar lapangan Golf Modern Land Tangerang pada tanggal 14 Maret sekitar jam 13.00 WIB ketika tengah dalam perjalanan pulang setelah bermain golf. Dari hasil interogasi maka diperoleh keterangan bahwa Hari Santosa dan Dani mendapatkan pesanan penembakan Dirut PT. Putra Rajawali, Nazrudin Zulfikar, dari seorang bernama Hendrik Wala.

    Catatan: Kaca mobil terbuat dari kaca film spectrum stell yang tidak mudah dilihat dari luar. Penembakan itu pun pasti untung-untungan. Pelaku tidak dapat melihat posisi korban di dalam mobil.

    4. Hendrik Wala ditangkap di Menteng Dalam Atas Jakarta Pusat. Rumah Hendrik hanya berjarak sekitar 50 meter dari rumah Hari Santos. Hendrik mengakui bahwa Hari Santos sebagai pengendara sepeda motor, Dani sebagai eksekutor dengan mengendarai sepeda motor Yamaha Scorpio warna biru, sedangkan Fransis Alias Frans dan seorang bersandi nama sandi Srikandi sebagai pengawas lapangan mengendarai Avanza B 8888 NP. Hendrik mengaku menerima uang sebesar 400 juta dari Edi, yang dibagikan ke Hari Santos 70 juta, Dani 70 juta, Frans 30 juta, Ghost 20 juta, dan sisanya milik Hendrik dan biaya operasional 100 juta.
    Catatan: Biaya operasional begitu besar berarti para pembunuh bayaran sudah sangat profesional. Namun, kenapa begitu mudah tertangkap? Hanya dalam waktu sebulan!

    5. Dari Hendrik disita sepucuk Revolver kaliber 38 dan peluru 6 butir dalam silinder, dua peluru sudah ditembakkan dan empat masih belum ditembakkan. Revolver itu dikubur di halaman rumah di Tebet Jakarta Selatan. Revolver itu disita dan dilakukan uji balistik di Labfor Mabes Polri. Hasilnya, ulir peluru itu ke kanan, sama dengan gotri yang ditembakkan ke Nazrudin Zulfikar.

    Catatan: Sidik jari pelaku di revolver diabaikan. Tidak dikatakan apakah peluru 9 mm dari revolver 38 itu senjata organik atau bukan. Penting untuk menghadirkan revolver itu ke pengadilan.

    6. Hendrik mengaku tentang seorang bernama Fransis sebagai pengawas lapangan. Fransis alias Frans ditangkap di Batu Ceper Kali Deres Jakarta Barat. Frans mengaku mendapat uang 30 juta. Lalu Hendrik memberi uang lagi sebesar 15 juta untuk membeli revolver dan 5 juta untuk menyewa kendaraan Avanza silver.

    Catatan: Seharusnya yang mencari senjata adalah eksekutor karena lebih paham bukan pengawas lapangan.

    7. Dari informasi Hari Santos diketahui bahwa Dani si eksekutor berada di Pelabuhan Tanjung Priok sewaktu pulang dari Flores menumpang kapal laut Silimau. Saat ditangkap, Dani mengaku mendapatkan pesanan penembakan terhadap Nazrudin dengan mendapat imbalan uang Rp 70 juta.

    Catatan:Pelaku penembakan justru tertangkap sewaktu pulang ke Jawa, bukannya tertangkap sewaktu hendak keluar melarikan diri. Kenapa pelaku malah baru pulang dari Flores? Lalu siapa eksekutor yang berada di Jawa? Alibi berada di luar pulau bisa menghapus semua tuduhan.

    8. Hendrik mengaku mendapat pesanan penembakan Nazrudin dari Edward Rinaldi alias Edi. Edi tertangkap di rumahnya di Jalan Jati Asih Bekasi. Ia mengakui informasi dari Hendrik. Dari Edi dilakukan interogasi untuk mengetahui motif penembakan dan dalang intelektual dibalik kasus ini.

    Catatan: Motif kejahatan tidak dapat ditarik kesimpulan sebelum semua penyidikan selesai dilakukan. Masih banyak kejanggalan dari barang bukti.

    9. Edi mengaku mendapat perintah untuk membunuh korban dari Reskrim Wizardi Wizard. Edi dapat bertemu reserse Wizard karena informasi dari Jeri. Karena Wizard meminta Jeri agar mencari pembunuh bayaran untuk menghabisi nyawa Nazrudin. Kemudian Jeri mengatur pertemuan Wizard dengan Edo di Halai Bowling Ancol. Jeri tertangkap di Perum Permata Buana Jakarta Barat.

    Catatan: Perlu dicatat keterlibatan reserse dalam kasus ini. Menyewa pembunuh bayaran agar mudah untuk cuci tangan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi untuk oknum polisi.

    10. Jeri mempertemukan Wizardi dengan Edi. Reskrim Wizardi bertemu Edi di Halai Bowling Ancol untuk mencari pembunuh bayaran yang bisa menghabisi Nazrudin. Saat itu, Edi dijanjikan imbalan 500 juta. Reskrim Wizardi menyerahkan foto korban dan foto mobil yang biasa digunakan korban kepada Edi.

    Catatan: Foto-foto saja tidak cukup. Apalagi kaca mobil korban tidak dapat dilihat dari luar. Untuk mengetahui tentang kebiasaan korban seperti posisi duduk memerlukan informasi orang dalam.

    11. Edi mengaku ke polisi telah menerima uang sebesar 500 juta dari reserse Wizard di lapangan parkir Citos (Cilandak Town Square) Jakarta Selatan. Dari informasi Edi dan Jeri maka dilakukan penangkapan terhadap Wizardi di Taman Ubud Lippo Karawaci Tangerang.

    Catatan: Tidak mudah melakukan penangkapan terhadap oknum reserse. Kecuali sebagai rekan untuk merekayasa kasus.

    12. Reskrim Wizardi mengaku bahwa uang yang diserahkan kepada Edo berasal dari Sigit Haryono atas suruhan Ananta. Karena ketika Sigit memberikan uang sebesar 500 juta kepada Wizardi, Sigit mengkonfirmasi kepada Ananta via telepon bahwa biaya operasional di lapangan sudah diserahkan. Atas informasi itu, Polisi menangkap Sigit di Jalan Pati Unus 35 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

    Catatan: Penangkapan Sigit hanya berdasarkan pengakuan bahwa ada percakapan telepon. Tapi tidak ada bukti percakapan telepon bahwa Ananta mengetahui penyerahan uang dari Sigit.

    13. Reskrim Wizardi dan Sigit mengaku bahwa criminal mind atau dalang dibalik rencana pembunuhan kepada Nazrudin adalah Ananta Azhar. Karena Nazrudin sering meneror dan memeras Ananta dengan ancaman akan membongkar perselingkuhan Ananta dengan istri ketiga Nazrudin yang dinikahi siri bernama Reni Juliana, seorang caddy golf di Modernland. Nazrudin menangkap basah Reni dan Ananta berada di Hotel Grand Mahakam kamar 808 Kebayoran Baru Jaksel pada bulan Mei. Karena ancaman itu sangat mengganggu Ananta dan istrinya, maka Sigit mengontak Wizardi untuk mencari pembunuh bayaran.

    Catatan: Bukti ancaman berupa percakapan dan SMS tidak ada. Bahkan menurut supir Nazrudin yang mengantar Reni ke hotel tidak pernah bertemu Ananta.

    Inspektur Anton tak percaya rekan-rekannya sudah dapat mengungkap kasus secepat itu. Jika mereka telah melakukan penangkapan berarti dirinya tidak diajak dalam tim. Dilihat dari banyaknya tempat, polisi mengerahkan semua kekuatan untuk menangkap pelaku juga untuk melindungi para saksi. Menurutnya penyidikan baru sampai mengolah TKP dan mencari barang bukti.
    Dari tiga belas kronologi kasus itu, ia melihat peran Erwin dan Budi cukup besar dalam pengungkapan kasus yang hanya berbekal sketsa dan ciri-ciri kendaraan pelaku penembakan dan pengawas lapangan. Lalu siapa Erwin dan Budi ini? Apakah mereka mencatat nomor polisi kendaraan itu? Ia pikir kendaraan yang digunakan untuk aksi penembakan seperti itu seharusnya memakai nomor plat palsu, dan kendaraannya pasti telah disembunyikan. Karena itu akan sulit ditemukan. Apalagi korban adalah Direktur BUMN. Seharusnya para pembunuh bayaran lebih berhati-hati.
    Keanehan kasus itu terletak pada cepatnya kasus terbongkar hanya berbekal sketsa dan pengakuan tersangka. Padahal masih banyak kejanggalan dan barang bukti yang diabaikan.
    Hal serupa juga dialami dr. Watsen Munim. Dan juga pria dengan nama sandi Ghost. Tentu saja di tempat berbeda. Mereka melihat keganjilan dari rekayasa yang sama. Bisakah mereka membeberkan fakta yang sebenarnya kepada publik? Ataukah fakta yang sebenarnya hanya akan terkubur bersama jasad korban? Dan terkunci dalam mulut yang dibungkam?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience