Rate

FILE 22: Operasi Hiu Putih

Mystery & Detective Series 649

”KITA berjumpa kembali di program Fakta dan Kriminal... Misteri kematian tiga pria berturut-turut yang mati secara mengenaskan ternyata memiliki benang merah dengan kasus menghilangnya artis dan model Maria Eliza … jurnalis yang juga ikut menghilang dalam investigasinya, Selfi Lena, menguatkan dugaan bahwa Ratu Pantai Selatan dan penghuni Jembatan Ancol berperan dalam kisah yang tidak masuk akal ini.
    Misteri Kutukan Ancol seakan tambah tak berujung setelah Inspektur Anton Alam, penyidik ahli kasus-kasus yang terjadi di hotel Merkuri juga menghilang. Selain itu, kunci kasus ini terletak pada menghilangnya Roy Prakoso, putra pemilik salah satu televisi swasta … benarkah orang-orang yang menghilang itu karena diculik Ratu Pantai Selatan? Atau bisa dijelaskan dengan akal sehat?
    Catatan terakhir yang ada di dalam laptop Selfi Lena menyebutkan kenyataan mengejutkan, bahwa para pria hidung belang yang mati mengenaskan telah dibunuh oleh hantu Maria dan Si Manis Jembatan Ancol ... foto-foto di dalam laptop Selfi yang diambil dari tempat kejadian menunjukkan salah satu wajah wanita itu mirip Maria. Padahal fakta membuktikan bahwa jasad Maria telah ditemukan tewas di kali Ancol beberapa hari sebelumnya … Apa yang terjadi sebenarnya? Apakah karena kedua ‘hantu’ wanita itu senasib?
    Apakah kisah Maria dan Si Manis Jembatan Ancol memiliki kesamaan?
    Apakah kedua wanita malang itu mendapat pertolongan ‘kekuatan’ dari Nyi Rara Kidul? Ratu Pantai Selatan?
    Simak penelusuran kami atas kasus ini.
    Tetap bersama kami di Fakta dan Kriminal!”

    Suara Selfi terdengar dari siaran rekaman yang disiarkan dari Metropolis TV. Denara nyaris tak mendengarnya lagi karena terlelap di atas kursi di ruang kerjanya. Tiga hari tiga malam ia melekan, tidak sekalipun memejamkan mata. Di hari penayangan program acaranya, ia sudah tidak kuat lagi menahan kantuk yang menyerangnya. Seharusnya ia berada di studio tiga, ruang operator penayangan acara di stasiun Metropolis TV. Meskipun hanya rekaman, ia harus memastikan semuanya berjalan lancar. Segelas kopi coklat tidak banyak membantu. Ia sudah menyaksikan hasil editing tayangan Fakta dan Kriminal pada episode kedelapan tentang Kutukan Ancol. Dan puas terhadap hasil kerja rekan-rekannya. Hanya saja ia menjalani semuanya tanpa kehadiran Selfi. Namun, tugasnya hampir selesai. Ia berencana mengambil cuti dan tugasnya akan digantikan orang lain.
    Ia harus mencari host pengganti dan mengadakan rapat dadakan beberapa kali, mengedit kembali naskah yang sedianya akan dibaca Selfi. Walau tak ada penyiar pengganti yang bisa menyamai Selfi yang telah menjadi ikon dari acara Fakta dan Kriminal. Dengan data-data seadanya ditambah isu kutukan Ancol yang 'terpaksa' dimasukkan dalam materi yang akhirnya terkesan mengekor media-media lain. Padahal Denara anti mainstream.
    Penyidikan yang berakhir di tengah jalan mengubah jalan cerita naskah. Syuting dilakukan secara maraton di beberapa tempat. Hotel Merkuri, kemudian tempat menghilangnya Maria di dekat jembatan Ancol, rumah-rumah para korban kutukan Ancol dan terakhir jalan menuju Puncak di mana Selfi menghilang.
    Polisi melakukan pencarian atas Inspektur Anton yang ikut menghilang bersamaan dengan Selfi. Intelijen diduga kuat berada di balik menghilangnya kedua ‘penyidik’ kutukan Ancol itu. Pemerintah seakan menutupi-nutupi kasus itu. Membiarkannya tetap terselubung kutukan Ancol. Karena menyangkut laboratorium rahasia yang tengah mengembangkan senjata kimia.
    CCTV yang dipasang di jalan menuju Puncak, menangkap mobil Selfi dan mobil Inspektur Anton terakhir menuju ke tengah hutan di sekitar puncak. Namun, setelah polisi ke vila itu, tidak ada satupun jejak yang mereka temukan.
    Denara harus rela kehilangan mobilnya yang dipinjamkan kepada Selfi. Ia harus mengabarkan kabar menghilangnya Selfi ke orang tuanya. Dan mendapat telepon berkali-kali dari keluarga Selfi untuk mengetahui informasi pencarian putri mereka.
    Denara setegah terlelap. Ia menumpu kepalanya ke meja yang berada di depannya. Suara-suara dari televisi layar datar yang tertempel di tembok ruang kerjanya masih terdengar jelas. Ia masih mengawasi hasil kerja kerasnya dari tempatnya. Di batas kesadarannya yang masih tersisa. Perasaannya campur aduk. Ia pernah kehilangan rekan, tewas di daerah konflik, namun mayatnya ditemukan, tidak seperti kali ini. Karena sampai hari itu mayat Selfi masih tak ditemukan. Kberadaan Selfi seperti ditelan bumi dan menjadi misteri. Jika telah tewas karena racun seharusnya mayatnya ikut ditemukan di kabin di tengah hutan itu.
    “Selfi … ke mana kau, Nduk,” gumam Denara. Entah kenapa tiba-tiba butir air mata jatuh di pipi Denara. Perlahan bayangan ketika dirinya menyadari telah kehilangan Selfi itu menelusup kembali. Hari pertama ketika Selfi tidak meninggalkan apapun, bahkan ponselnya tidak dapat dihubungi.
***
    Empat hari sebelum deadline episode terakhir Fakta dan Kriminal tentang kutukan Ancol. Denara mondar-mandir di depan kamarnya. Ia tidak sekalipun melepas ponsel yang menempel di telinganya. Berkali-kali menelepon Selfi, namun tidak ada balasan.
    Maaf nomor telepon yang Anda tuju tidak dapat dihubungi atau berada di luar jangkauan…
    “Damn! Kabur dari masalah…? atau benar-benar terkena kutukan Ancol?” gumam Denara merasa kepalanya sesak. Ia masih mencoba menghubungi nomer ponsel Selfi. Berbagai pikiran berkelebat dalam benaknya. Kadang pikiran konyol pun muncul. Atau jangan-jangan Selfi kabur dengan Inspektur Anton? Kawin lari? Ah, mana mungkin?
    Ketika akhirnya ia menyerah menghubungi ke ponsel Selfi sebuah panggilan datang. Di layar tertulis nama atasan polisi yang selama ini menjadi narasumbernya. Biasanya ia yang sering menelepon, kini keberadaannya terbalik.
    “Ya, haloo….” Untuk beberapa menit Denara terdiam mendengar informasi dari atasan polisi.
    “Saya juga kehilangan jurnalis saya, Pak. Selfi Lena, setahu saya, terakhir kali ia mengontak Inspektur Anton untuk menyelidiki Kutukan Ancol.”
    Samar-samar terdengar suara dari sambungan ponsel yang satunya. “Kamera CCTV di akses jalan menuju Puncak menangkap mobil Inspektur Anton …namun, setelah kami datangi, menyisir Puncak, namun, enggak ada jejak keberadaan mereka….”
    “Apa? Anak buah Anda juga menghilang?”
    “…ada seorang lagi yang menghilang … Roy Prakoso, Putra pemiliki stasiun TV … itu juga tidak pulang ke rumahnya setelah berangkat ke Puncak … tim pencari masih melakukan penyisiran di hutan.”
    “Ya, informasi dari Anda akan sangat berguna. Apa saya bisa ke sana?”
    “Silakan saja…. “
    Denara mendapatkan kesempatan untuk meneruskan penyidikan Selfi yang sempat terhenti. Laporan penyidikan dari Inspektur Anton juga pasti telah sampai ke atasannya. Ia dapat menyusun berita dan menyelesaikan pekerjaannya, sedangkan fakta-fakta yang masih ada dalam kepala Inspektur Anton dan Selfi menghilang bersamaan dengan menghilangnya jejak mereka.
    Keterangan dari rekan-rekan Inspektur Anton akan sangat berguna untuk melacak keberadaan Selfi. Namun, harapan untuk menemukan Selfi seakan sia-sia.
***
    Sepulang dari kantor polisi. Denara memiliki fakta-fakta yang telah dikumpulkan Inspektur Anton. Namun, tidak termasuk data-data mengenai evatoxin dan keberadaan laboratorium rahasia di pulau terpencil di Kepulauan Seribu. Namun, inspektur itu tak memiliki peta lokasi di mana tepatnya pulau itu. Data-data yang berhasil dikumpulkan Inspektur Anton yang berasal dari dokumen dan foto-foto yang dicetak dan menumpuk di meja di kantornya telah diarsipkan dalam dokumen rahasia, sedangkan sisanya masih berada di laptop inspektur polisi itu dan tak ada yang mengetahui sandinya selain pemiliknya. Denara mencoba berbagai kata kunci, namun gagal.
    Denara hanya menyusun berita. Bukan untuk memecahkan misteri yang selama ini dikenal sebagai Kutukan Ancol.
    Denara harus memutar otak agar acara Fakta dan Kriminal tetap tayang sesuai jadwal. Ia memeriksa data-data dalam laptop milik Selfi yang ditinggalkan di apartemennya. Password dibutuhkan untuk membuka laptop Selfi. Ia mengingat-ingat kata kunci yang pernah dibilang Selfi padanya. Ia hanya pernah sekali dua kali membuka laptop milik Selfi. Passwordnya: faktadankriminal.
    Denara terpaksa turun tangan menulis dan mengedit berita yang data-datanya belum lengkap. Ia bukan penyidik. Ia menyerahkan data-data ke publik dan membiarkan spekulasi berkembang. Biarlah polisi yang menuntaskan masalah ‘kutukan Ancol’, ia tidak berwenang.
    Selfi keburu menghilang sebelum merampungkan investigasi beritanya.
    Acara Fakta dan Kriminal tak pelak menjadi berita beraroma klenik. Suara penyiar program acara TV Fakta dan Kriminal terdengar dari ribuan televisi. Serentak ditonton jutaan pemirsa dari seluruh negeri. Si Manis Jembatan Ancol dan Nyi Rara Kidul memang telah kembali. Melalui isu-isu yang dilahirkan dari media.
    Lantas ke manakah Selfi dan Inspektur Anton?
    Rekan-rekan Inspektur Anton menemukan titik terang. Mobil milik Denara yang terakhir kali dikendarai Selfi ditemukan tertutup ranting dan semak belukar di dekat kabin di tengah hutan. Mereka hanya menemukan seorang mayat pria yang terkena evatoxin di dalam kabin itu. Kepolisian pun mengerahkan satuannya untuk menyisir hutan demi menemukan jejak Inspektur Anton, namun pencarian sia-sia. Jejak-jejak yang ditemukan di tempat itu menandakan bahwa Inspektur Anton dan Selfi dibawa ke tempat lain.
    Walau tidak mendapat perintah dari atasan, rekan-rekan Inspektur Anton terus melakukan penyelidikan secara diam-diam. Kesatuan di kepolisian terpecah belah ketika beberapa orang dibebastugaskan karena masih melakukan penyelidikan. Sebagian data-data tentang kasus kutukan Ancol dipindah ke bagian dokumen rahasia untuk dipeti eskan.
    Bahkan mereka bekerja sama dengan tim detasemen khusus demi melacak keberadaan Inspektur Anton. Tim detasemen khusus mendapatkan sinyal dari alat pelacak milik Inspektur Anton yang timbul tenggalam. Rekan-rekan inspektur itu curiga kali ini King Cobra berada di balik kejadian itu. Jika inspektur polisi itu masih membawa alat pelacak di tubuhnya pasti bukan di dalam ponsel atau di arlojinya. Tempat-tempat yang menjadi markas King Cobra satu per satu diselidiki. Reserse membayar informan untuk mendapat setitik informasi mengenai rekan mereka, namun hasilnya nihil. Tidak ada informasi yang menyebutkan tentang penculikan inspektur polisi. Namun, rekan-rekan inspektur Anton tetap waspada jika King Cobra terlibat.
    Titik balik penyelidikan terjadi ketika perintah turun langsung dari atasan. Rencana pun berubah, berganti strategi. Bahkan detasemen khusus dilengkapi dengan senjata lengkap dan alat-alat canggih untuk mencari keberadaan Inspektur Anton. Apalagi ketika koordinat sinyal dari alat pelacak memberikan lokasi keberadaan inspektur polisi itu: berada di sekitar Kepulauan Seribu.
    Tim pun dibentuk, dipilih secara hati-hati, bahkan di antara mereka tak saling kenal dan memiliki nama dan sandi. Sembilan orang pasukan khusus diterjunkan menuju ke posisi sinyal di sekitar Kepulauan Seribu. Anehnya mereka ditugaskan dari kesatuan yang berbeda-beda sehingga tak saling kenal satu dengan yang lain. Bahkan identitas asli masing-masing harus dirahasiakan. Mereka memiliki nama alias yaitu Panther, Puma, Ghost, Sakera, Barong, Leak, Garuda, Srikandi dan dipimpin oleh ketua tim yang mengenal identitas mereka, yaitu Rajawali.
    Operasi yang diberi nama Hiu Putih pun dilakukan pada dini hari itu. Meski operasi itu memiliki keganjilan karena tidak biasanya kepolisian mengerahkan pasukan khusus hanya untuk mencari satu dua orang. Misi sebenarnya yang dapat diendus dari operasi Hiu Putih adalah tidak lain demi menyelamatkan aset pemerintah di laboratorium rahasia itu. Tujuan sebenarnya adalah untuk mengamankan evatoxin sekaligus penawarnya. Dan pencarian inspektur polisi itu hanyalah kedok belaka yang dapat menjadi bonusnya.
    Pasukan khusus pun diterjunkan dengan menggunakan perahu boat siluman tercanggih X3R Pasopati menerobos laut utara. Tanpa gentar apapun, termasuk kepada awan kumulonimbus pertanda badai yang akan menerjang Kepulauan Seribu.
    Bisakah pasukan khusus menemukan keberadaan Selfi dan Inspektur Anton? Walau dalam keadaan hidup atau mati?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience