Rate

FILE 81: Buku Harian Misterius

Mystery & Detective Series 649

Panca indera manusia mudah terkecoh.
Setidaknya butuh beberapa detik bagi otak manusia untuk mengolah satu per satu kejadian.

    RENI sedang bercerita kepada polisi yang memeriksanya.
    “Ya, Andrey membaca buku harian Erin. Ia merampasnya di dalam ruang kelas ketika menggoda Erin. Membaca buku hariannya dengan nyaring. Kemudian … ceweknya datang dan mencemooh Erin akan jomblo seumur hidup jika terus menulis di dalam kelas. Bahkan, di lain waktu, Andrey pernah memasukkan mayat kecoa ke kolong bangku Erin, tepat di atas buku harian itu.”

81 A.jpg
1000x618 77.3 KB
    Reni mengingat-ingat. “Andrey dan ceweknya merupakan pasangan yang sering mengganggu Erin. Seakan mereka tak tau malu. Aku mengetahui kejadian itu karena waktu itu berada di luar kelas bersama temanku Wike.”

81 B.jpg
1000x901 110 KB
    “Seperti korban keempat kali ini … lagi-lagi cara meninggal yang sama seperti korban sebelumnya.” Polisi itu memeriksa catatan di layar ponselnya. “Korban bernama Rendi Aldebaran. Mayatnya ditemukan di dalam mobil oleh sekuriti di areal parkir tadi malam. Tak ada saksi lain di tempat kejadian itu.”
    “Rendi?!” tanya Reni nyaris berseru.
    “Anehnya, rekaman CCTV di areal parkir ada yang menghapusnya. Dan ada benda yang menghilang dari kabin itu. Sebuah buku.”
    Apa yang terjadi malam kemarin?
    Benarkah tak ada saksi mata lain?
***

    Malam kemarin

    Ghost memutuskan untuk bersembunyi di bawah mobil itu. Tepat ketika sekuriti itu memeriksa kabin depan mobil. Ia merangkak ke bawah mobil listrik itu. Jika sekuriti itu melongok ke bawah mobil, ia sudah bersiap melawannya dengan tangan kosong. Jika melawan, kedoknya akan ketahuan juga.
    Setelah sekuriti itu menyadari korban telah meninggal di belakang kemudi, suara-suara radio dua arah terdengar. Nampaknya sekuriti itu hendak menghubungi temannya. Jika teman-temannya datang ke tempat itu, maka Ghost harus segera mencari tempat persembunyian lain. Ia kembali memutar otak dalam waktu yang singkat.
    Nampaknya Ghost sedikit beruntung. Melalui celah di bawah mobil listrik, ia melihat sepatu sekuriti itu bergerak menjauh. Sekuriti itu hendak memanggil rekannya yang berada di pos yang baru datang di malam itu.
    Hal itu tak disia-siakan oleh Ghost. Ketika sekuriti itu berbelok di pos, ia segera keluar dari bawah mobil. Kemudian mengendap-endap ke arah mobil listriknya yang diparkir agak jauh dari mobil itu.
    Ghost bergegas membuka pintu mobil listrik dan masuk ke dalam kabin. Mesin mobil listrik menderum halus. Mobil listrik itu keluar dari areal parkir. Namun, tak menuju ke jalan raya. Ban mobil berderak ketika keluar dari jalan beraspal menuju ke perkebunan yang berada di sekitar sekolah itu. Perkebunan yang sering dijadikan tempat wisata maupun praktek pelajaran sains di alam terbuka.
    Ghost sengaja menghindari kamera CCTV yang berada di jalan raya. Ia menuju ke pemukiman warga yang ada di dekat areal perkebunan. Kemudian memilih jalan memutar ke jalan raya. Ia juga harus mencari cara untuk mendapat rekaman CCTV di areal parkir sekolah internasional itu. Apalagi dirinya pasti ikut terekam di dalam kamera tertutup itu.
    Setelah mobil listrik yang dikemudikan Ghost berbaur dengan kendaraan lain, ia baru bisa bernapas lega. Ia melirik ke arah buku catatan pelajaran di atas dasbor. Ia harus segera memeriksanya. Ia berharap mendapat petunjuk dari dalam buku itu. Namun, terlebih dahulu ia harus mencari cara untuk mendapatkan rekaman CCTV di areal parkir.
    Karena itu Ghost kembali berbalik arah. Mobil listriknya kembali ke berbelok ke arah sekolah internasional itu.
    Sesampai di sekolah internasional itu, nampak mobil ambulan yang sudah datang. Dari arah yang berbeda nampak cahaya dari lampu mobil polisi. Kerumunan petugas medis dan polisi terkonsentrasi di areal parkir. Jadi, Ghost memiliki kesempatan untuk masuk ke dalam sekolah tanpa dicurigai. Ia memarkir mobilnya agak jauh dari pintu masuk. Kemudian melangkah mendekati beberapa sekuriti yang berdatangan di depan pintu masuk. Tanda peringatan dilarang masuk mulai dipasang di pintu gerbang sekolah, sedangkan garis polisi mulai dipasang di sekitar areal parkir.
    "Ada apa?” tanya Ghost kepada salah satu sekuriti. Ia sengaja masih memakai seragam petugas kebersihan. “Kau tak tau?” tanya sekuriti itu.
    “Saya tadi sudah sudah berada dalam perjalanan pulang.” Ghost berusaha nampak meyakinkan dengan ucapannya.
    “Terus untuk apa kau kembali ke sekolah?” tanya sekuriti itu nampak curiga.
    “Kunci apartemenku tertinggal di gudang. Oya, apa yang terjadi di areal parkir? Kenapa ada ambulan dan mobil polisi? Apa terjadi kecelakaan? Maaf, tapi aku harus segera mencari kunciku. Padahal aku tadi ingat sudah menaruhnya di ruangan pos sekuriti.” Ghost bertanya sembari sembari melewati sekuriti itu. Sebelum sekuriti itu dapat mencerna kata-katanya, ia berhasil melewati mereka.
    Panca indera manusia serba terbatas dan mudah terlena. Oleh tradisi, berita palsu, fiksi, drama, isu, perang psikologis, dan penampilan luar. Insting manusia kalah dengan insting hewan. Satu-satunya kelebihan manusia adalah akalnya. Namun, jika hewan juga diberi akal, maka manusia pasti akan kalah. Namun, manusia pun bisa dilatih karena instingnya merupakan sifat hewani dari sejak jaman purba.
    Panca indera manusia mudah terkecoh. Setidaknya butuh beberapa detik bagi otak manusia untuk mengolah satu per satu kejadian. Seperti trik sulap, kecepatan tangan, hipnotis, iklan, sugesti dan pengalihan perhatian. Meskipun bisa mengolah beberapa kejadian sekaligus, multitasking. Namun, jika diberi pertanyaan dan informasi yang berbeda dalam waktu singkat, maka proses berpikir pada otak manusia pun akan melambat demi mengolah satu per satu.
    Seperti gambar animasi dua dimensi yang nampak bergerak, karena keterbatasan mata dalam mengolah setiap gambar satu per satu. Karena keterbatasan itulah warna-warna dan cahaya langit akan nampak indah. Setiap manusia sudah diberi ukuran kadar kemampuannya. Mata manusia tak dapat melihat menembus kegelapan langit semesta. Apalagi membaca hati yang terdalam manusia, tidak bisa. Ketidaktahuan, ketidakberdayaan, harapan, impian, konflik, disitulah drama dan keindahan kehidupan manusia.
    Seringkali kebohongan membuat manusia lebih baik daripada kejujuran yang menghancurkan. Tapi, jika manusia bisa lebih baik dengan kejujuran, lebih baik jujur. Seorang motivator ulung dan pemimpin dunia pun tak luput dari rantai kebohongan kepada umat mereka. Apalagi dalam situasi dan strategi perang. Sun Tzu dalam bukunya menyimpan banyak siasat. Apalagi jika berbohong untuk menyenangkan hati orang lain, untuk strategi demi menyelamatkan orang lain. Kebohongan juga dilakukan secara berkelompok, kebohongan putih sampai abu-abu, dari sebuah kampanye politik dan strategi bisnis. Adapula kebohongan yang diyakini sebagai kebenaran, dan kebohongan tradisi yang disetujui kelompok orang atau kaum yang diwariskan dari generasi ke generasi hingga dianggap sebagai kebenaran. Imajinasi, ideologi, adanya sebuah batas negara, bangsa, partai, sekte, bisa jadi kebohongan yang diyakini sebagai kebenaran yang menguntungkan banyak orang. Kebohongan untuk menutupi keterbatasan dan kerapuhan manusia dengan imajinasi dan ideologi. Karena manusia butuh teladan yang super, superhero, perfeksionis, yang mapan dan ideal. Padahal tak ada yang sempurna di dunia. Jika dilebihkan sisi yang satu maka akan dikurangi sisi yang lainnya, keseimbangan, neraca.
    Ghost dengan mudah melewati sekuriti lain tanpa sempat dicurigai. Ia segera bergegas masuk ke dalam celah pintu gerbang yang masih tak dirantai. Apalagi seragam petugas kebersihan yang dikenakan, wajahnya yang sudah familiar, dan sikapnya yang tenang berhasil mengelabui sekuriti itu. Padahal penampilan yang familiar darinya juga merupakan samaran. Logat, cara bersikap dan rambutnya yang cepak membuat dirinya menjadi sosok yang nampak meyakinkan. Ia memakai topi yang berwarna serasi dengan baju petugas kebersihan.
    Ghost tidak menuju ke arah gudang. Ia tau kuncinya sudah dibawanya. Hal pertama yang dipikirkannya adalah menuju ke ruang komputer tempat disimpannya rekaman CCTV. Ia telah menggandakan tiap kunci manual dan digital di sekolah itu. Ia juga mengetahui kata sandi tiap pintu ruangan penting yang berganti tiap minggu.
    Ghost harus bergerak cepat sebelum polisi memeriksa ke ruangan CCTV itu. Apalagi sekuriti tengah berkumpul di depan sekolah, jadi tak ada yang mengawasi ruangan itu. Setelah memakai sarung tangan, ia mengeluarkan flash disk berbentuk cincin persegi di jemarinya. Kemudian memindah rekaman file CCTV yang berada di komputer. Karena rekaman CCTV di areal parkir sangat penting demi pengungkapan misteri kematian di malam itu.
    Setelah mendapatkan yang dicarinya ia bergegas keluar dari areal sekolah itu. Ia melewati polisi dan sekuriti yang telah berada di depan pintu gerbang. Ia berusaha agar nampak tenang dan menyapa sekuriti sembari terus melangkahkan kakinya. Polisi dan sekuriti masih nampak kebingungan. Apalagi mereka masih fokus mengolah TKP di sekitar areal parkir. Beberapa anjing pelacak diturunkan untuk mengendus mobil itu. Namun, Ghost sudah jauh dari areal parkir.
    Ghost berusaha melangkah dengan tenang. Ia kembali ke mobil listrik yang diparkir agak jauh di depan pintu gerbang sekolah internasional itu. Dalam perjalanan pikiran Ghost masih berada di sekolah internasional itu. Wajah siswa yang meninggal secara tak wajar berkelebat dalam kepalanya. Karena itu, ia makin bertekad mengungkap kasus misterius itu. Sebelum korban lain berjatuhan.
    Apa masih ada korban lain?
    Siapa korban berikutnya?
    Ghost hanya dapat bertanya-tanya dalam benaknya. Yang pasti malam itu, ia tak akan mudah tidur tanpa melupakan bayangan kematian yang telah terekam dalam benaknya. Kendaraan yang berlalu lalang seakan tak mengetahui kasus yang baru saja terjadi di sekolah internasional itu. Cahaya lampu penerang jalan bergantian menerangi kabin mobil listrik yang lampunya sengaja dipadamkan.
    Sesampai di apartemen ia membawa buku catatan itu dengan hati-hati seakan ada spesimen di dalamnya. Malam itu juga ia memeriksa buku catatan pelajaran kimia itu. Di sana terdapat berbagai tulisan yang berbeda. Ditengarai Rendi sering meminta teman-temannya untuk menyelesaikan soal-soal PR atau mencatatkan pelajaran untuknya. Tentu saja dengan imbalan. Setelah mengendus buku itu, ia tak menemukan aroma lain kecuali aroma tinta. Ia bahkan merobek sebagian tulisan dan merendamnya ke dalam air, melihat reaksi racun yang mungkin terjadi di sana. Namun, tak ada reaksi racun di tinta tulisan itu. Ia juga menyelidiki kemungkinan adanya tulisan dengan tinta tak kasa mata, namun tak ada tanda apapun. Tak ada kode sandi atau coretan apapun yang mencurigakan.
    Ghost mulai beralih ke rekaman CCTV yang berada di flash disk miliknya. Ia membuka file rekaman itu di layar laptopnya. Di sana nampak rekaman mobil listrik korban yang berada areal parkir sejak sore hari. Karena tiap sore siswa di sekolah internasional itu mengikuti les sore.
    Setelah itu, mobil-mobil listrik lain mulai meninggalkan areal parkir itu. Nampak sosok korban yang masuk ke mobilnya sendiri dengan seorang diri.
    Hingga hanya mobilnya dan mobil korban yang berada di areal parkir. Tak ada yang keluar atau pun masuk dari dalam mobil korban sampai petang menjelang. Kemudian Ghost melihat sosoknya sendiri yang melangkah perlahan menuju ke mobil itu. Sampai ketika sekuriti mulai berpatroli di sekitar areal parkir itu.
    Ghost kembali mengulang-ulang melihat rekaman CCTV itu. Namun, tak ada yang aneh di sana. Ia menduga korban sudah meninggal sejak hendak pulang dari les sore hari. Tak ada pergerakan apapun selain korban yang keluar dan masuk ke mobilnya sendiri. Kemudian Ghost melihat sesuatu yang dibawa korban di tangannya. Ia melihat korban membawa jus alpukat berwarna hijau yang tumpah dan buku catatan itu. Ia memperbesar ke arah buku catatan itu. Ya, benar itu buku catatan pelajaran Kimia yang menutupi wajahnya ketika meninggal. Namun, tunggu dulu, ia melihat sepotong kertas yang terselip di antara buku catatan itu. Nampak seperti bagian kertas yang menonjol keluar seperti pembatas kertas.
    Pembatas kertas? Atau surat? Atau lembaran kertas yang terpisah? Batin Ghost. Ia kembali lagi ke buku catatan itu. Namun, tak menemukan pembatas kertas atau potongan kertas yang terpisah di dalam buku itu.
    Ke mana perginya halaman kertas yang berada di dalam buku itu? Apakah halaman kertas itu berada dari buku harian Erin? Apakah hantu Erin yang mengambil kertas itu? Apakah ada pesan yang tertulis di sana hingga membuat korban meninggal?
    Ghost hanya dapat bertanya-tanya dalam benaknya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience