Rate

FILE 37: Gun Shot Residue

Mystery & Detective Series 649

 GHOST tidak menemukan apapun di TKP selain fakta bahwa Srikandi memiliki akses ke CCTV yang diawasi polisi lalu lintas. Karena itu Srikandi dapat memantau siapa saja dengan monitor lalu lintas yang dipakai polisi dan dinas angkutan umum.
    Menyadari adanya oknum reserse yang juga terlibat dalam kasus ini, Ghost memeriksa kembali pasir kuarsa yang didapatnya di lapangan golf. Masih ada sisa pasir di saku celananya. Ia mengumpulkan butiran pasir di atas meja kaca kemudian melakukan tes mesiu seperti yang pernah dilakukannya kepada pakaian korban. Hasilnya tidak terlalu mengejutkannya, butiran pasir itu juga mengandung mesiu. Ia yakin korban Nazrudin telah dihabisi di bungker itu. Karena masih belum tewas setelah ditembak peluru sniper, maka pelaku kedua mengambil senjata api berperedam lalu menembak ke pelipis kiri Nazrudin.
    Pelaku penembakan dari jarak dekat yang bersama Nazrudin di lapangan golf pasti orang yang telah dikenalnya seperti teman, rekan bisnis atau … pejabat negara.
    Menyadari kenyataan itu membuat Ghost tercenung. Jika salah satu pejabat negara yang menembak Nazrudin, berarti akan makin sulit menyelesaikan kasus itu sampai ke tingkat pengadilan.
    Sementara tumbal dari skenario besar kasus penembakan itu tengah diinterogasi.
***
    “Anda mengetahui penyadapan yang dilakukan KPKN ke para reserse?” tanya penyidik yang memeriksa Ananta.
    “Itu rekan-rekan saya di KPKN,” ujar Ananta di ruang interogasi. “Mereka tengah menyelidiki kasus korupsi pengadaan CCTV dan UUD lalu lintas. Waktu itu saya juga tengah menyelidiki korupsi pengadaan alat kesehatan di Depkes yang berhubungan dengan kasus evatoxin yang telah dipeti eskan. Karena ada perlindungan itulah kenapa Maria, adik Evangela dan dr. Morga tidak diseret ke pengadilan. Setelah berhasil ditangkap keberadaan mereka menjadi misterius. Ada pejabat negara yang melindungi mereka. ”
    “Apakah ada konflik antara Anda dengan salah satu pejabat?”
    “Hubungan kami baik-baik saja. Bahkan saya sering main golf setiap sabtu dengan beberapa reserse.”
    “Juga dengan saudara Nazrudin, korban penembakan?”
    “Ya, kami biasa main golf bersama setiap akhir pekan. Tapi, kalau Nazrudin lebih rajin lagi main golf. Walau tanpa saya, dia kan banyak teman-temannya.”
    “Siapa kira-kira yang sering main golf dengan korban?”
    “Kalau saya jarang, biasanya reserse dan kolega bisnisnya.”
    “Jadi, Anda menuduh ada kerja sama antara reserse yang ikut mendalangi kasus ini? Akan kami catat itu, Pak.”
    Ananta terdiam. Ia tampak kebingungan. Skenario besar apa yang ada di balik kasus penembakan di Modernland? Ia hanya dapat bertanya-tanya meski sudah dapat mengetahui arah dari interogasi di hari itu.
***
    “Kita tidak mengetahui di mana posisi pria bernama sandi Ghost itu berada. Ghost muncul dan menghilang sesuai kehendaknya sendiri. Apalagi sniper lain yang bernama sandi Srikandi, tidak mudah melacak keberadaannya,” ujar Inspektur Anton. “Bahkan kita tidak tahu nama asli mereka karena memiliki identitas ganda.”
    “Kalau kita tidak bisa mencarinya, biar Ghost yang mencari kita,” ujar dr. Watsen.
    “Caranya?”
    “Kita sebarkan temuan ini kepada media.”
    “Bahwa korban dieksekusi di lapangan golf? Apa kata rekan-rekanku nanti.”
    “Mereka tidak perlu tahu. Aku punya kenalan wartawan. Kau gimana?”
    “Ya, ada beberapa kenalan wartawan.” Kali ini Inspektur Anton mengangguk. Meski menjadi tunangan dari seorang reporter TV, namun ia tak ingin melibatkan Selfi ke dalam kasus ini terlalu jauh.
    “Oya, bagaimana dengan tunanganmu itu … Selfi Lena, dia reporter kan?” tanya dr. Watsen.
    “Iya, tapi aku tak mau melibatkannya.”
    Dokter Watsen mengangguk tanda mengerti.
    Tidak butuh waktu lama bagi media mengendus fakta baru dari pengungkapan kasus penembakan Nazrudin. Berita tentang adanya sniper itu seperti pesan berantai, dan makin menggema antar satu media dengan media lain. Di mulai dari media online, cetak kemudian sampai ke media TV.
    Di berita online tertulis:

    Nazrudin Dieksekusi Sniper Di Tempat Lain
    Metronet–Jakarta
    Pengungkapan kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali, Nazrudin Zulfikar mulai menampakkan fakta lain. Dua luka yang menewaskan Nazrudin berasal dari dua tembakan senjata api yang berbeda. Peluru pertama datang dari tembakan jarak jauh oleh oknum yang ahli sniper berinisial S.
    Menurut sumber dari kepolisian dan forensik, Nazrudin telah tewas sebelum adanya aksi eksekusi oleh Hari Santos di jalan Hartono Raya Modernland. Begitu informasi yang diterima Metronet dari nara sumber yang enggan disebut namanya yang datang ke kantor Metro di Jakarta pada Jumat malam. Nara sumber itu terdiri dari seorang polisi dari Labfor dan ahli forensik terkemuka. Fakta itu terungkap setelah melakukan penyelidikan luka tembak yang menembus kepala korban. Peluru 7 mm itu memiliki selongsong yang ditemukan di lapangan golf.
    Dari sumber itu menyebutka bahwa penyelidikan mereka telah menemukan barang bukti berupa selongsong peluru dengan jejak sidik jari. Karena penyelidikan ini kedua sumber itu harus dapat menanggung beban moral karena melawan rekan-rekan mereka sendiri.
    Adanya jarak tembak yang berbeda juga diselidiki dengan perbedaan luka vertikal dan horisontal. Pada luka tembak vertikal pelaku menembak korban dari jarak jauh, sedangkan pada luka tembak horisontal, pelaku menembak korban dari jarak dekat dan tanpa penghalang. Ini membuktikan korban sudah tewas sebelum di bawa ke dalam mobil BMW.
    Bukti jarak tembak bisa dilihat dari jejak mesiu atau GSR (Gun Shot Residue) yang melekat pada pakaian korban dan di sekitar tempat di mana ia ditembak. Bukti yang selama ini diabaikan oleh Labfor.
    Saat polisi dikonfirmasi soal adanya bukti baru dalam kasus ini, mereka mengaku belum mengetahuinya. Jika barang bukti baru itu memang ada maka polisi harus menyitanya karena penyidikan sudah selesai.
    “Sampai hari ini kami belum mengetahui soal barang bukti baru itu,” ujar salah seorang petugas dari Labfor. “Jika ada, kami harus melihatnya sendiri, karena barang bukti penting untuk proses pengadilan. Seperti telah diketahui awalnya kejadian penembakan menurut versi polisi, Nazrudin ditembak sepulang dari bermain golf di Modernland, Cikokol, Tangerang, sekitar pukul 13.00 WIB. Nazruddin ditembak dekat mall Metropolis Town Square.
    Dari hasil sebelumnya dari olah TKP Labfor, Nazruddin yang berada di sisi kiri mobil BMW silver dihalang-halangi oleh Avanza yang berpenumpang enam orang. Kemudian, saat mobil Nazrudin melaju perlahan, tiba-tiba sepeda motor dari arah kiri datang menyalip. Pengendara sebagai eksekutor menembakkan dua butir peluru dari revolver.
    Setelah meminta bantuan orang-orang di sekitar, sopir korban memutuskan membawa Nazrudin ke RS Mayapada. Namun, setelah dirawat beberapa waktu di UGD, rumah sakit itu membawanya ke RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Menurut mereka Nazrudin meninggal dunia setelah 22 jam sejak penembakan.
    Akibat kasus penembakan itu, ketua KPKN, Ananta ditetapkan sebagai tersangka yang diduga menjadi otak pembunuhan itu. Motif penembakan karena cinta segitiga yang melibatkan seorang caddy bernama Reni Juliana.
    Setelah adanya penemuan bukti baru, maka kejadian itu perlu diselidiki kembali. (Edi)

    Di berita online lain juga diberitakan hal yang nyaris senada.

    Eksekutor Nazrudin Seorang Sniper

    Jakarta.Net–Eksekutor kasus penembakan yang menyebabkan tewasnya Dirut PT Putra Rajawali Nazrudin Zulfikar ternyata memiliki keahlian seorang sniper handal.
    “Eksekutor yang mengendarai sepeda motor hanya memiliki keahlian sekuriti di pertokoan, mereka tidak memiliki kemampuan sniper,” beber sumber yang enggan menyebutkan namanya kepada wartawan Neracanet di Jakarta. Menurut sumber itu, tersangka adalah seorang sniper dari kesatuan pasukan khusus. Ada seorang yang berinisial S yang ditugaskan sebagai eksekutor dalam kasus penembakan itu. “Anggota pasukan khusus berinisial S itu tidak hadir dalam latihan dari tanggal 7 hingga 28 Maret. Alasannya ada kepentingan keluarga di luar kota. Kami memiliki data dan jadwal latihan anggota pasukan khusus di kepolisian,” ujar sumber itu.
    Ditunjuknya sniper berinisial S karena memiliki keahlian sebagai sniper. Itu diketahui dari data-data misi yang telah dilakukannya, termasuk misi sniper untuk mengendalikan separatis di perbatasan. Senapan yang digunakan memakai sniper dengan peluru kaliber 7 mm. Dua luka tembak di kepala Nazrudin berasal dari dua senjata api yang berbeda. Salah satunya menggunakan sniper dan pistol. (Suf)

    Berita online yang beredar di berbagai media kebanyakan senada karena ditulis dengan menyadur berita lain tanpa informasi langsung dari sumber. Informasi yang diberikan dr. Watsen dan Inspektur Anton memang tidak menyebutkan secara khusus di mana tepatnya tempat eksekusi di lapangan golf yang luas itu. Jenis sniper yang digunakan juga tidak disampaikan ke media untuk melindungi Ghost. Walau uji balistik memberikan bukti bahwa proyektil dari senapan runduk milik Srikandi identik dengan proyektil dari sniper yang ditembakkan ke arah korban Nazrudin. Bukti proyektil juga belum kuat tanpa didukung oleh senapannya. Lagipula tidak mudah mendapatkan senapan itu dari Srikandi tanpa surat perintah penggeledahan.
    Karena berita itu tidak menyebutkan nama dr. Watsen dan Inspektur Anton tidak ditegur oleh kepolisian atau ditanya rekan-rekan mereka. Tapi, ada kecurigaan bahwa dr. Watsen dan Inspektur Anton yang telah menyebarkan berita itu.
    Seperti yang dialami Ghost saat membaca berita itu. Juga wanita bernama sandi Srikandi yang sudah mengendus kerja sama mereka untuk mengungkap kasus penembakan itu.
***
    “Dokter Watsen dan Inspektur Anton…,” gumam Ghost ketika selesai membaca berita mengenai sniper di surat kabar online di laptopnya. “Mereka sudah menyalakan alarm.” Ia mengira mereka sudah menemukan pelaku berikut barang buktinya. Jadi Ghost hendak mendatangi dr. Watsen di RSCM. Ia harus mengetahui hasil olah barang bukti yang telah diperoleh ahli forensik terkemuka itu. Jika bukan dr. Watsen pasti Inspektur Anton atau keduanya yang telah melakukan penyelidikan.
    Ghost menunggu sampai keesokan harinya untuk menemui dr. Watsen. Jika bertemu di rumahnya akan sangat mencolok. Jika ke rumah sakit ia bisa menyamar sebagai salah satu keluarga pasien.
    Malam itu ia kembali menginap dalam mobilnya.
***
    Srikandi sudah menebak akan muncul berita mengenai sniper itu. Apalagi ia telah menguasai media dan wartawan yang membuatnya mudah melacak dari mana berita itu berasal pertama kali. Sebelum hari penembakan ia telah mengumpulkan para wartawan bayaran untuk menyebarkan berita penembakan hanya dari satu sumber yaitu darinya. Bahkan ia telah membuat rekonstruksi adegan penembakan yang telah disiarkan oleh salah satu TV swasta. Ketika muncul versi penembakan yang berbeda di media cetak, ia sudah bersiap dengan rencana lain. Apalagi ia telah mengantongi nama-nama orang yang berada di balik berita itu. Jika bukan dr. Watsen pasti Inspektur Anton serta Ghost di dalamnya.
    Jebakan yang dibuatnya akan membuat Ghost muncul dari persembunyian. Ia hanya menunggu waktu sampai para pengganggu itu berkumpul lalu menghancurkan mereka satu per satu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience