Rate

FILE 14: Sang Aktris

Mystery & Detective Series 649

 DI ATAS jembatan Ancol. Mendung tebal yang menyelimuti langit di atas sebagian kawasan Ancol mengubah siang hari seperti masih pagi. Pukul setengah sebelas siang. Sesekali gerimis tipis berubah menjadi hujan deras. Angin kencang menghempas air hujan.
    Kru syuting film urung mengadakan pengambilan adegan di hari itu. Menunggu hujan reda. Mereka memilih berlindung di dalam mobil.
    Mereka tidak menyadari Maria Eliza tidak bersama mereka. Gadis remaja berumur delapan belas tahun itu diam-diam telah berpisah dari rekan-rekannya.
    Maria mendapat panggilan ponsel agar segera menjenguk kakaknya di dekat Jembatan Ancol. Ia melangkah menerobos gerimis tipis yang mengguyur sekujur tubuhnya. Di atas Jembatan Ancol sudah menunggu sesosok orang. Tidak jelas karena tirai hujan menutupi tubuh orang itu. Wajahnya tidak terlihat jelas. Hanya sebelah tangannya yang terlihat melambai ke seseorang.
    Dari kejauhan, Maria berlari kecil mendekati seseorang di atas jembatan. Mereka berjalan ke tengah Jembatan Ancol. Hujan semakin deras. Kedua sosok mereka menjadi bayangan yang tertelan deras hujan. Setelah sampai di tengah jembatan, sosok mereka berhenti. Tidak berapa lama mereka melompat dari atas jembatan. Tubuh mereka sirna seketika tertelan arus deras sungai Ancol.
    Hujan yang semakin menderas membuat suasana makin muram.
***
    Selfi terjaga dari tidurnya. Kali ia bermimpi buruk lagi. Maria Eliza menjadi mimpi buruknya. Tubuh Maria yang terombang-ambing di atas arus kali Ancol masih terbayang jelas dalam kepalanya. Wajah Maria yang cantik tampak mati, dingin dan pucat mirip hantu. Hantu? Lagi.
    Ah, ia sudah bosan. Ia juga mengakui kepada dirinya sendiri jika berhubungan dengan hantu ia lebih baik mundur. Ia akui dirinya ketakutan ketika berada di salah satu kamar Merkuri. Kali ini ia percaya pasti ada penjelasan yang masuk akal.
    Selfi sering mengingat jelas mimpinya, hingga detil-detil terkecil. Dan seringkali menjadi kenyataan. Meski ia tidak percaya indera keenam dan sejenisnya. Namun, kali ini ia berharap itu tidak terjadi.
    Dan kali ini ia tahu alasannya, kenapa ia bermimpi tentang Maria.
    Selfi mendapati dirinya tengah tertidur di atas ranjang kamarnya. Di depan laya laptopnya yang masih menyala. Tubuhnya rebah di atas segepok potongan surat kabar. Surat kabar yang memberitakan tentang menghilangnya artis Maria Eliza. Berbagai berita menyebutkan bahwa Maria menghilang ketika berlangsung syuting di dekat Jembatan Ancol. Ia juga mencari berita tentang Maria di arsip surat kabar online. Modem flashnya masih menancap di laptopnya. Di layarnya terpampang berita lama. Di sana tertulis:

    Fastnews Digital, News Paper

    KRONOLOGI KABURNYA MARIA

    JAKARTA—Maria, artis muda termahal saat ini, kabur dari rumah ternyata bukan untuk pertama kalinya. Ia sudah pernah melakukannya sekitar setahun lalu. Namun, kabur untuk kedua kalinya-lah yang diketahui publik. Keluarga Maria bungkam soal kaburnya Maria. Namun saudara dan teman-teman dekatnya mempunyai cerita yang lengkap.
    Maria menghilang ketika kru syuting tengah berteduh. Film bertema cinta remaja berjudul Merpati Putih itu sudah memasuki pertengahan proses syuting.
    Pukul sebelas siang gerimis turun di sekitar kawasan Ancol. Arus kali Ancol makin deras. Angin kencang dan gerimis tipis mengaburkan pandangan. Saksi mata menyebutkan Maria pergi ke tengah Jembatan Ancol seorang diri. Kemudian seseorang mendekatinya. Tidak dapat dipastikan pria atau wanita. Saksi mata yang tengah berkendara hanya melihat mereka berdua di atas jembatan. Dan kejadian setelahnya masih misteri.
    Setelah menyadari Maria tidak bersama mereka, pihak kru film menelepon ke ponsel Maria dan hasilnya nihil. Maria juga tidak pulang ke rumah sampai petang.
    Setelah yakin Maria kabur dari rumah, pihak keluarga menghubungi polisi. Mereka mengatakan terakhir kali Maria memakai kaos, leging hitam dan membawa dompet yang berisi uang pecahan sekitar satu juta rupiah. Pencarian baru dilakukan keesokan harinya. Namun, tidak ada jejak Maria di manapun. Seakan Maria lenyap begitu saja.
    Ponsel Maria yang telah diberi penyadap tidak dapat dilacak. Dipastikan karena alat penyadap telah rusak. Bisa karena terlalu lama terendam air atau terbentur keras. Hingga saat ini pihak kepolisian masih terus melakukan pencarian. Tidak menutup kemungkinan Maria diculik atau dirampok. Di tengah Jembatan Ancol ditemukan sebelah sandal yang diduga milik Maria.
    “Jika benar diculik, pelakunya pasti akan meminta uang tebusan,” ujar ayah Maria ketika diwawancara.
    Selentingan beraroma klenik menyebutkan bahwa Maria telah diculik hantu Si Manis Jembatan Ancol. Saksi mata di sekitar Jembatan Ancol menyebutkan bahwa Maria berlari ke tengah Jembatan Ancol untuk menemui seseorang. Berita itu berkembang. Tersiar kabar bahwa Maria bertemu dengan sosok perempuan berambut panjang dan bergaun putih. Saksi mata lain menyebutkan bahwa Maria dijemput sebuah sedan hitam. Orang tua Maria segera menghubungi polisi. Mereka hanya menemukan sebelah sandal Maria di tengah Jembatan Ancol.

    Selfi tidak sengaja menindih potongan surat kabar di bawah lengannya hingga robek. “Aduh….” Ia berusaha merapikan potongan surat kabar itu sembari membacanya.

    GosipCek

    MARIA TENGAH DEPRESI BERAT

    Jakarta—Maria ditengarai tengah depresi berat karena banyak masalah. Orang tuanya hendak menjodohkannya dengan orang kaya yang berumur lebih tua. Manajer rumah produksinya memberinya jadwal syuting yang padat sehingga Maria tidak punya waktu untuk keluarga dan teman-temannya. Nilai-nilai sekolahnya anjlok, Maria terancam tidak dapat ikut ujian di semester depan. Bahkan ia pernah mendapat perawatan di rumah sakit karena kelelahan saat syuting film terbarunya. Ditambah lagi padatnya syuting sinetron.
    Polisi tengah menyisir kali Ancol. Namun, mereka tidak menemukan jasad Maria.
    Dugaan bahwa Maria telah diculik tidak terbukti, karena sampai seminggu tidak ada surat untuk meminta uang tebusan. Kuat dugaan Maria melarikan diri karena tidak tahan dengan tekanan dari keluarga, sekolah dan rumah produksinya. Maria juga dikabarkan pernah beberapa kali mencoba bunuh diri dengan menyayat pergelangan tangannya.
    Namun, pihak keluarga langsung membantah keras. Di tengah kabar santer bahwa Maria telah meninggal mereka mengajukan gugatan kepada beberapa media atas berita mereka yang tidak memiliki bukti akurat…

    Selfi mengumpulkan berita-berita tentang menghilangnya Maria dari berbagai surat kabar kota dan infotaiment. Berita-berita itu menumpuk di alam bawah sadarnya kemudian keluar sebagai mimpi buruk ketika dirinya tertidur karena kelelahan. Berita-berita itu tanpa sadar hanyut dalam mimpinya. Ia seperti melihat Maria bersama seseorang terjun dari atas Jembatan Ancol. Kejadiannya mirip berita yang baru saja dibacanya.
    Untuk kesekian kalinya, ia akan mendatangi kediaman keluarga Maria. Seorang diri. Usahanya sebelumnya sering gagal menemui kedua orang tua Maria. Keluarganya bungkam. Rumah mewah itu sering kosong ditinggalkan pemiliknya. Untuk menguji kebenaran berita yag tertulis di surat kabar. Karena sudah beberapa kali ke tempat itu, kali ini memutuskan untuk menyamar sebagai Agatha Casey Holmes. Kali ini ia hendak memberi pancingan tentang rekening Maria yang berada di luar negeri, karena Maria pernah lama tinggal di luar negeri. Jika tebakannya benar maka ia bisa mengorek info yang lain. Jika tidak, setidaknya ia bisa menarik perhatian keluarga Maria untuk berbicara padanya.
    “Nah, sekarang namamu adalah Agatha.” Selfi kembali meyakinkan diri di depan cermin. Ia mematut-matut diri untuk beberapa lama.
***
    “Maaf, tapi kami nggak menerima wartawan,” ujar seorang pelayan di rumah mewah itu. Sesampai di depan rumah Maria, ternyata Agatha tidak seorang diri. Jurnalis lain tengah berkerumun di depan gerbang rumah Maria. Untungnya ia memakai sepeda motor milik seorang kru TV yang memang disediakan untuk keadaan pencarian berita. Perumahan itu nyaris macet karena mobil-mobil dari stasiun TV yang lain.
    Rumah mewah itu terlihat sunyi. Hanya pembantu yang terlihat berada di halaman rumahnya. “Sudah saya bilang tuan gak ada di dalam rumah. Maaf, saya harus segera ke dalam,” pungkas pembantu wanita paruh baya itu. Kemudian meninggalkan para wartawan yang memilih tetap berada di depan gerbang rumah Maria.
    Agatha balik kucing. Sepeda motornya menderum meninggalkan rumah Maria. Namun, ia tak ingin pulang dengan tangan kosong, tanpa informasi tambahan. Maka ia memutari rumah mewah itu hingga ke bagian belakang rumah. Ketika melewat belakang rumah Maria, ia melihat sebuah sedan keluar dari pintu belakang.
    Agatha tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan segera mengikuti sedan hitam itu. Ia menjaga jarak dengan sedan di depannya.
    Lima belas menit berada di jalanan, sedan itu menepi. Tidak berapa lama mobil polisi muncul dari arah yang sama. Kemudian sedan itu kembali melaju mengikuti mobil polisi itu. Mereka mengarah ke rumah sakit di kawasan Ancol.
    Selfi mengikuti mereka hingga ke rumah sakit. Ia melihat seseorang keluar dari mobil polisi. Seorang polisi yang sudah dikenalnya, Inspektur Anton mengantarkan kedua orang tua Maria ke kamar mayat rumah sakit.
    Siapa yang telah meninggal? Agatha membatin sembari memarkir sepeda motornya. Ia mengikuti mereka hingga ke depan ruang kamar mayat. Isak tangis terdengar dari salah satu koridor rumah sakit. Koridor yang menuju kamar mayat itu penuh sesak. Ia mendengar suara-suara.
    “Benar … ini anak kami. Maria … malang benar nasibmu, Nak.”
    Tiba-tiba sepotong tangan menarik lengan Selfi. Ia tertangkap basah telah menguping.
    “Hey, apa yang kau lakukan?” Inspektur Anton memelankan suaranya. Selfi tidak melihat ketika polisi itu keluar dari kamar mayat. “Sejak kapan Anda membuntuti kami?”
    “Sorry … saya … saya nggak sengaja ngeliat kendaraan orang tua Maria keluar dari rumah mewahnya.” Agatha melangkah mundur. Ia gak ingin dituduh sebagai penguntit. Untungnya ia dalam penyamaran. Sehingga kesalahan tak menimpa Selfi.
    “Sebaiknya Anda segera pergi.” Inspektur Anton menarik pergelangan tangan Agatha. “Kasus ini masih dalam penyelidikan.”
    “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Agatha.
    “Kami baru saja menemukan tubuh Maria. Tepatnya mayatnya.” Inspektur Anton mengamati dengan pandangan curiga. “Saya kira kasus ini tak akan menarik di luar sana.”
    “Kecuali kasus ini berhubungan dengan virus baru itu. Bukan kebetulan terjadi di tempat yang sama dan dalam waktu yang nyaris bersamaan? Kutukan Ancol? Dunia bisa terancam jika Indonesia tidak bisa mengatasi virus baru ini, maka negara luar seperti Amerika apalagi Australia akan mengambil tindakan pengawasan dan pengalihan aset mereka.” Agatha juga mengamati Inspektur Anton. Berharap gertakannya mempan. Ia tau Inspektur Anton akan lebih terbuka kepada dirinya karena identitas Agatha belum pernah melakukan pelanggaran seperti Selfi serta Denara yang menerobos garis polisi.
    “Ya … memang benar Indonesia pernah kerja sama dengan luar negeri tentang virus yang menjangkit di sini.” Inspektur Anton akhirnya melunak. “Tapi kali ini mayat itu tak membusuk seperti di hotel Merkuri. Bukan akibat virus apalagi kutukan Ancol!”
    Sepanjang koridor rumah sakit, Agatha berusaha mengorek keterangan dari polisi itu. Inspektur Anton mulai melepaskan pegangannya ketika mereka telah jauh dari kamar mayat.
    “Dari mana Anda tahu, kalau itu adalah mayat Maria?” tanya Agatha.
    “Orang tuanya mengenal tanda-tanda dan benda yang dikenakan Maria. Tubuhnya yang membusuk sudah tidak dikenali lagi. Wajahnya disayat-sayat. Kecuali cincin dan kalungnya. Orang tuanya mengenal dari pakaian dan perhiasan korban.”
    “Apa yang mengakibatkan Maria meninggal?” tanya Agatha.
    “Penyelidikan sementara Ia tewas tenggelam. Tubuhnya dilemparkan ke aliran deras kali Ancol.” Inspektur Anton nampak prihatin.
    “Jadi selama ini….”
    “Ya, selama ini Maria diculik.”
    “Apa motifnya? Siapa yang tega melakukannya?”
    “Kuat dugaan Maria dibunuh penggemar fanatiknya. Saya harap ini tak ada hubungan dengan hotel Merkuri,” pungkas Inspektur Anton sembari kembali melangkah mendekati keluarga Maria yang tengah berduka.
    Kesedihan mendalam yang terpancar dari kedua orang tua Maria menyesakkan ruangan itu. Inspektur Anton terpaksa keluar dari koridor. Ia tak lagi menemukan sosok Agatha di rumah sakit itu.
    Agatha diam-diam pergi keluar dari rumah sakit.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience