Rate

FILE 49: Game Blizzard

Mystery & Detective Series 649

Game Blizzard mengajarkan merakit senjata, infiltrasi, dokumen rahasia, tempat militer rahasia yang disembunyikan di peta, dan alutsista militer mutakhir.

    BUNYI sirine menjadi pertanda mara bahaya yang akan terjadi di kota sunyi itu. Beberapa warga nampak diungsikan ke dalam truk-truk yang bergerak keluar kota. Asap kebakaran dari bangunan yang membumbung ke atas langit menjadi latar kota itu bagai lukisan arang. Kota itu seperti baru saja terhantam badai salju; pucat, dingin dan mati.
    Bunyi ledakan dan tembakan sesekali membahana di seantero kota. Bunyi derum mesin pesawat militer sesekali terdengar dari atas langit.
    Red bergerak berlindung dari satu bangunan ke bangunan lain yang masih tersisa. Ia menenteng senapan serbu dengan tele yang mampu meneropong ke kejauhan.
    Suara-suara dari radio dua arah yang menyumpal telinganya terus memberikan laporan posisi rekan-rekannya yang lain. Ketika melewati gang sempit, ia bergerak lebih lambat sembari merunduk. Moncong senapan serbunya diarahkan ke jendela di tiap gedung itu, kemudian ke arah ujung gang. Memeriksa jika ada pergerakan pasukan. Waspada dari serangan mendadak.
    Namun, ia tak menyangka tiba-tiba terdengar bunyi tembakan dari belakangnya. Rentetan tembakan terdengar. Desingan peluru melesat di dekatnya. Ia terlambat berlindung ketika puluhan peluru mencabik punggungnya.
    Sebuah tulisan Game Over terpampang di layar.
    Kemudian sebuah pilihan muncul: restart atau quit mission?
    Inspektur Anton menghela napas. Ia tak menyadari telah begitu asyik bermain game perang-perangan itu. Walau hanya bermain dengan AI (Artificial Intelligence), kecerdasan buatan, secara offline. Dengan diiringi latar lagu dari Linkin Park, Faint.
    “Ini baru prolog saja loh inspektur,” ujar Faril. “Belum ke misi utama.”
    Inspektur Anton hanya mengeluarkan suara bunyi oh lalu menyerahkan tombol itu kepada Faril. “Aku tak terbiasa bermain ginian. Lebih baik nonton kamu main saja.”
    “Ya, kita bisa bermain bersama-sama loh, namanya juga game online.” Faril tersenyum melihat inspektur itu. “Hanya game, Anda lebih terbiasa memegang senjata asli.”
    Inspektur Anton menghela napas. Ia tak menyangka menghabiskan waktu seharian itu dengan bermain game. Tak menyadari waktu sudah hampir sore hari.
    “Oya, sebelum aku pulang tolong ingat-ingat lagi apa ada kejadian yang tak biasa sebelum kejadian kebakaran itu. Orang, rekaman, atau kalau ada foto-foto yang diambil di dalam ruangan itu, beritahu kepadaku. Apalagi kalau data CCTV masih ada yang selamat dari kebakaran itu.” Inspektur Anton beranjak dari sofa. “Kalau ada waktu aku akan menontonmu bermain.”
    “Siap inspektur!” Faril memberi hormat.
    Inspektur Anton keluar dari rumah indekos Faril. Ia melangkah menuju ke arah mobilnya yang terpakir di seberang jalan di dekat taman kecil yang mengelilingi perumahan itu. Lingkungan itu nampak sepi karena masih merupakan kawasan perumahan baru.
    Ketika lima langkah dari mobilnya sebuah bunyi dengungan lebah terdengar lagi. Kemudian bunyi berkerisik seperti radio dua arah….

    Zombi udah mendekat ndan … ganti….
    Tutuplah telinga kalian….
    Heh jangan ditutupi … gue mau ngerekam kembang api nih!

    Setelah bunyi berkerisik suara-suara itu menghilang.
    Perasaan Inspektur Anton seketika tak nyaman. Ia mulai waspada dan menaruh curiga ke arah mobilnya yang terparkir. Ia memicingkan mata demi mengetahui keadaan kabin. Lalu kecurigaannya makin kuat karena melihat goresan di pintu mobil. Apalagi ia melihat simbol tengkorak dan petir itu. Simbol kematian!
    Inspektur Anton melompat mundur menjauhi mobilnya. Ia berjalan menjauhi mobilnya yang terparkir sembari merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. Ia hendak menghubungi Selfi demi mengetahui keadaan tunangannya itu. Namun, yang terdengar hanya bunyi sambungan ponsel. Di mana Selfi? Apakah ia baik-baik saja? Batinnya.
    Sekejap kemudian ia kembali mendengar bunyi berkerisik. Lalu sayup-sayup suara....

    Hei cepetan aktifin! Tuh zombinya kabur dodol!
    Siap Ndan … sori!

    Inspektur Anton sontak melangkah panjang-panjang dan berlari menjauhi mobilnya. Bunyi desis panjang terdengar dari arah mobilnya disusul ledakan yang memekakkan gendang telinga. Tekanan tinggi dari ledakan menyapu udara di sekitar mobil itu. Menggerakkan udara sekitar menjadi angin panas yang mendorong tubuh Inspektur Anton hingga terjungkal ke aspal. Ponselnya terlempar ketika ia berusaha melindungi kepalanya dengan lengannya.
    Bunyi denging panjang terdengar. Untuk beberapa lama telinga inspektur polisi itu tuli. Kemudian suara panik mulai terdengar di perumahan itu. Beberapa warga keluar rumah demi mengetahui asal ledakan itu.
    Beruntung Inspektur Anton dapat selamat dari ledakan itu. Ia yakin sekelompok orang telah merancang bom mobil itu. Pasti telah dipasang ketika ia tengah asyik bermain game di rumah indekos.
    “Anda gak terluka, Pak?” tanya seorang warga dengan wajah panik mendekat.
    “Ya, saya baik-baik saja.”
    “Ini ponsel Anda?” Warga lainnya menyodorkan ponsel milik Inspektur Anton yang sedikit tergores. Untungnya ponsel itu masih utuh.
    “Itu mobil Anda?”
    “Bukan. Mobil sewaan. Saya bukan orang sini.”
    “Oh, biar kita panggilkan ambulan dan pemadam kebakaran.”
    “Sekalian panggilkan polisi.”
    “Loh, tadi saya lihat polisi itu hendak menilang mobil Anda. Tapi saya gak lihat karena mobil lain menghalangi mobil Anda.”
    Dugaan Inspektur Anton benar. Kelompok King Cobra telah mengetahui bahwa ia terlibat dalam penyelidikan kasus di Pulau Badai. Jika tak ada orang dalam yang memberi informasi maka mereka pasti telah mengawasi gerak-geriknya. Untuk sekejap ia melihat kilatan cahaya dari jendela yang berada di gedung bertingkat. Ia merasa kelompok King Cobra tengah mengawasinya sekarang. Harusnya dirinya yang menarik detonator bom itu hingga meledak.
    Beruntung dengungan lebah dapat memperingatkan inspektur itu hingga nyawanya selamat.
    Bunyi sirine mulai terdengar dari kejauhan. Sirine dari pemadam kebakaran. Inspektur itu masih belum melihat tanda-tanda adanya mobil polisi yang datang. Jadi, ia memutuskan untuk kembali menemui Faril di rumah kosnya. Namun, Faril sudah berada tidak jauh di belakangnya. Wajah Faril nampak syok.
    “Hei, kau mau ikut denganku?” tanya Inspektur Anton.
    “Hah?” Faril masih tak mengerti apa yang dimaksud inspektur itu.
    “Saya khawatir kau juga menjadi incaran pembunuhan.”
    “K—kenapa? Aku tak mengerti.” Faril nampak berpikir.
    “Apa di game Blizzard ada misi meledakkan mobil?”
    “Dari mana Anda tau?”
    “Aku kira pelaku kejahatan ini juga fans game Blizzard. Dan dia sengaja memberi petunjuk … entah untuk apa.”
    “Ya, itu cara di sub misi Suicide Team. Mereka memberi petunjuk sebagai tanda bahwa mereka superior.”
    “Bisa kau ikut aku sekarang? Aku perlu mengetahui game itu lebih banyak.”
    “Oke, beri aku waktu lima menit untuk membawa ranselku. Aku masih gak paham kenapa mereka mengincarku. Dan bagaimana dengan adikku?”
    “Adikmu aman karena yang diincar hanya kamu.”
    Faril nampak menelan ludah. Ludah pahit.
***
    “Hei, dari mana saja inspektur?” Selfi terheran-heran melihat penampilan Inspektur Anton yang kusut. Kemudian ia menyari seseorang yang mengikuti inspektur itu. “Dan dia sepertinya pernah kulihat wajahnya?”
    “Oh, kenalin ini Faril. Tentu saja kau mengenal wajahnya karena berita kebakaran itu kan.”
    “Oya betul, mari masuk.” Selfi membuka lebar pintu kamar apartemennya. “Kau membawa ransel memanya mau ke mana?”
    “Inspektur Anton menyuruhku untuk ikut ke tempat ini.”
    “Dia akan menginap?” tanya Selfi heran.
    “Ya.” Inspektur Anton memandang bergantian Faril dan Selfi.
    “Terus bagaimana penyelidikanmu?”
    “Faril akan membantuku.”
    “Maksudnya?”
    “Dia akan mengajariku bermain game.”
    Selfi hanya dapat menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Rambutnya nampak makin kusut. Ia membanting pintu sembari menggerutu. “Huh, bahkan kau tak berunding dulu denganku!”
***
    Ghost terlambat satu menit dari komplotan King Cobra yang telah meninggalkan posisi mereka. Ia terpaksa mengemasi kembali tas ranselnya yang berisi senapan runduk. Kemudian kembali ke apartemennya yang tak jauh dari apartemen Inspektur Anton dan Selfi. Dari jendela ia mengawasi kamar Inspektur Anton dan melihat Faril berada di sana melalui teropongnya. Ia termasuk penggemar game Blizzard sebelum masuk ke kesatuan pasukan khusus. Game itu sedikit banyak memberinya inspirasi sebagai pasukan khusus.
    Karena game itu pula dirinya mengenal Arnes, ilmuwan itu memperkenalkan dirinya ketika bermain game Blizzard. Arnes termasuk pemain yang cerewet ketika bermain. Dari sana bahkan Arnes nyaris kelepasan bicara tentang peta rahasia di pulau buatan itu. Waktu itu mereka sama-sama mengerjakan misi dalam satu tim dan Arnes mengatakan bahwa lorong-lorong rahasia di game itu menginspirasinya merancang peta di pulau buatan, setelah ditanya lebih lanjut Arnes nampak menyesal telah bercerita dan selalu mengubah topik atau mengelak untuk menceritakannya.
    Sayangnya ia terlambat melindungi Arnes di malam kejadian penembakan itu. Padahal ia telah memperingatkan ilmuwan itu tentang pergerakan komplotan King Cobra. Mereka terdiri dari pembunuh bayaran yang diperintah Srikandi untuk membersihkan orang-orang yang mengetahui rahasia di pulau buatan.
    Kalau dihitung jumlah pasukan King Cobra yang menyusup ke Pulau Badai tak sebanding dengan dirinya yang hanya seorang walau ditambah inspektur itu. Ditambah orang-orang di kepolisian Pulau Badai yang telah disusupi. Setidaknya ia akan berusaha melindungi Inspektur Anton jika King Cobra melakukan serangan frontal.
    Ia telah melacak identitas pengunjung baru di Pulau Badai yang diduga sebagai anggota King Cobra. Dan hendak memburu mereka satu per satu. Tentu tidak mudah karena mobilitas komplotan itu aktif bergerak dan berpindah-pindah. Kadang mereka menginap di dalam hutan dan bergerilya. Yang tak habis pikir ternyata ada anggota King Cobra yang juga mengetahuinya sebagai pemain game online Blizzard. Mungkin karena itulah mereka mengincar Arnes karena mengetahui bahwa ilmuwan itu mengerti tentang peta rahasia di pulau buatan.
    Ghost memeriksa layar laptopnya. Di sana tergambar siluet wajah-wajah komplotan King Cobra berikut data-data mengenai mereka. Dari ketujuh wajah itu baru dua yang tergambar jelas wajahnya, sedangkan yang lain nampak gelap.
    Tiba-tiba Ghost mendapatkan akal untuk membuat rencana dengan menggunakan game Blizzard. Kemudian ia login dengan akunnya demi mencari petunjuk di dalam game itu. Ia bukan hendak bermain-main karena yang dihadapinya bukan permainan, resikonya adalah nyawa. Namun, ia menyadari bahwa komplotan King Cobra sengaja memberi pesan kepada dirinya. Karena komplotan King Cobra tak melalui pelatihan khusus seperti dalam pasukan khusus di kesatuannya, jadi mereka melatih diri secara otodidak, sebagian dilatih oleh Srikandi sendiri. Ia menduga beberapa anggota King Cobra belajar dari game Blizzard. Bahkan merakit bom pun diajarkan di game itu dan tutorial yang banyak beredar di internet.
    Game Blizzard mengajarkan taktik dan strategi militer termasuk merakit senjata, infiltrasi dan segala pengetahuan tentang dokumen rahasia, tempat militer rahasia yang disembunyikan di peta, dan alutsista militer mutakhir. Game itu sempat dilarang karena pernah memunculkan dokumen dan alutsista rahasia milik Amerika yang belum dipublikasikan. Ditengarai pembesut game Blizzard membayar informan di badan intelijen demi kesempurnaan game mereka. Sub misi di game itu juga menggunakan dokumen asli tentang kegiatan militer rahasia dan interpol di beberapa negara maju di dunia. Apalagi game itu pernah memunculkan tempat rahasia milik beberapa negara maju yang disembunyikan di peta online, seperti pangkalan militer rahasia, dan bungker penyimpanan nuklir.
    Ghost menduga tujuan Srikandi memperalat King Cobra karena mereka akan lebih mudah dijadikan tumbal jika misi itu gagal. Ia bertekad akan berjuang habis-habisan di Pulau Badai untuk menghancurkan King Cobra. Karena pulau itu menjadi kuburan yang sempurna, tak ada tempat melarikan diri. Dirinya yang mati atau mereka.
    Bisakah Ghost seorang diri menghancurkan komplotan King Cobra?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience