Rate

FILE 70: Makhluk Eksperimen

Mystery & Detective Series 649

Sekelebat bayangan menyita perhatian Ghost.
Ia melihat bayangan makhluk yang bergerak di ujung lorong labirin itu.

    PELEDAK yang dilempar Ghost terlalu melambung tinggi. Hingga membentur ke lubang atas ventilasi. Ketika bahan peledak terpicu, suara ledakan nyaring terdengar menghancurkan lubang ventilasi itu.
    Inspektur Anton menutup telinganya rapat-rapat dengan kedua tangan, sedangkan Ghost melompat mundur ke arah inspektur itu.
    Gema bunyi ledakan bertalu-talu di dalam terowongan itu. Potongan teralis besi dari ventilasi terlempar ke segala arah. Asap membumbung ke udara untuk beberapa lama. Aroma mesiu yang menyengat tercium.
    “Gagal inspektur!” seru Ghost sembari memeriksa peledak yang lain.
    “Ya, tapi karena ledakan itu lubang ventilasi bertambah lebar. Sekarang akan lebih mudah melemparkan peledak itu.”
    “Oke!” Ghost berusaha untuk kedua kalinya. Ia mengayunkan tangan dan tubuh untuk mendapat momentum lemparan. Ini terakhir kalinya. Jika gagal maka tak ada lagi bahan peledak yang tersisa.
    Peledak melambung kembali ke arah ventilasi. Sekarang nyaris membentur lagi. Namun, hanya berjarak seinci dari ventilasi. Dan peledak itu berhasil masuk ke lubang ventilasi. Untuk beberapa lama tak terdengar bunyi apapun.
    “Kira-kira berapa jarak terowongan air itu sampai ke turbin?” tanya Ghost.
    “Entahlah. Kita tunggu saja sembari merencanakan jalan keluar.” Inspektur Anton mengingat-ingat. Ia mencari jalan tercepat dari labirin jika sistem keamanannya tak aktif lagi.
    Tidak berapa lama bunyi berdebum terdengar dari kejauhan. Dinding dan lantai labirin bergetar perlahan. Namun, lampu masih belum padam untuk beberapa lama. Hanya beberapa lampu yang berkedip-kedip.
    “Kau dengar itu? Nampaknya peledak sudah bekerja,” Inspektur Anton memasang telinga.
    “Tapi, sepertinya percuma karena tak ada efek apapun?” tanya Ghost sangsi.
    Untuk beberapa lama tak ada yang bergerak. Mereka menunggu kejadian apa yang bakal terjadi, namun tak terjadi apapun. Lampu di atas mereka hanya berkedip-kedip bergantian.
    Inspektur Anton menajamkan pendengaran. Ia mendengar pergeseran dinding mengalami penurunan. Jadi, ia yakin sistem di dalam labirin itu sedikit terganggu.
    “Sepertinya memang sistemnya agak terganggu. Aku yakin labirin ini mendapat suplai listrik dari tenaga ombak dan sebagian dari tempat lain.” Inspektur Anton mulai bergerak menuju jalan di dalam labirin yang telah ditandai dalam peta di kepalanya.
    Ghost mengikuti di belakang Inspektur Anton. Sesekali ia mengawasi keadaan demi memeriksa adanya jebakan lain atau tidak. Ketika mengamati dinding labirin itulah ia merasakan keganjilan. Jarak antar dinding itu makin menyempit.
    “Tunggu inspektur,” ujar Ghost. “Nampaknya kita memasuki jebakan yang lain.”
    Inspektur Anton menyadari dinding di kiri dan kanannya mulai bergeser hendak menggencet mereka berdua! Namun, gerak dinding itu tersendat-sendat dan lambat.
    “Oya, lihat. Dinding di sepanjang lorong ini hendak menggencet siapa saja yang menerukan masuk ke sana.” Namun, Inspektur Anton memilih untuk melangkah terus. “Untungnya, daya mekanis untuk menggeser dinding ini mulai terganggu.”
    “Jadi rencana kita berhasil?” tanya Ghost.
    “Rencanamu memang berhasil … tapi kita gak tau sistem yang lain seperti apa.” Inspektur Anton terus melangkah dengan yakin di sepanjang lorong yang mulai menyempit itu. Hingga tubuhnya harus beringsut ketika dinding mulai menghimpitnya. Karena keyakinannya, ia berhasil keluar dari dinding itu tepat waktu.
    “Hah, apa jadinya jika di sepanjang lorong itu kita terlambat menghindari dinding yang semakin menyempit dan akhirnya meremukkan tubuh kita.” Ghost menyusul di belakang Inspektur Anton dengan berhati-hati. Ia mencari sistem jebakan lain di sepanjang ruangan itu.
    “Sekarang kita berada di labirin yang membentuk huruf E dari nama A.R.N.E.S,” ujar Inspektur Anton sembari mengingat-ingat.
    Setelah sampai di ujung lorong. Lampu ruangan yang semula terang benderang mulai meredup. Kemudian berganti warna menjadi merah. Merah darah. Labirin itu seperti berada di dalam kamar gelap tempat mencetak film negatif dari kamera manual.
    Ghost mulai menyalakan senter. Kemudian menyerahkan senter lain ke Inspektur Anton. Keadaan yang temaram itu membuat jarak pandang menjadi terbatas.
    “Ini seperti peringatan bahwa kita sudah sampai di tempat terakhir dari labirin.” Inspektur Anton bersiaga dengan pistolnya.
    Tidak jauh di depan mereka ada jeruji besi seperti kandang hewan. Pintu jeruji nampak terbuka dan cairan aneh seperti dipoles dari lantai kandang itu.
    Inspektur itu memeriksa kandang itu. Cahaya dari senter yang diarahkan inspektur itu menyorot ke dalam kandang berjeruji itu. Tak ada tanda-tanda rusak atau dibuka paksa. Pintu jeruji itu seperti telah dibuka secara otomatis.
    Sekelebat bayangan menyita perhatian Ghost. Ia melihat bayangan makhluk yang bergerak di ujung lorong labirin itu. Lalu ia bergegas memeriksa dengan saksama ceceran cairan berwarna kehitaman yang keluar dari kandang berjeruji itu. Kemudian cahaya senternya menyorot makhluk yang bergerak di antara lorong labirin. Hanya sekejap. Sosok makhluk itu seperti seorang manusia yang merangkak!
    Sebenarnya makhluk apa itu? Benarkah yang kulihat barusan? Ghost masih tak mengatakannya kepada inspektur polisi yang tengah memeriksa kandang berjeruji itu.
    “Nampaknya ini darah. Darah yang menghitam,” ujar Inspektur Anton membaui cairan yang berada di lantai. “Aromanya amis seperti darah. Namun….”
    “Namun, apa inspektur?” tanya Ghost penasaran.
    “Aku mengenal aroma ini … ini seperti aroma evatoxin.” Inspektur Anton mengernyitkan dahi. Tak habis pikir bagaimana cairan evatoxin bisa berada di dalam kandang berjeruji itu.
    “Kita akan menghadapi makhluk itu inspektur,” ujar Ghost mulai mengatakan apa yang dilihatnya tadi. Ia menyiapkan senapan serbunya ke posisi membidik sembari mengawasi keadaan sekitar. Cahaya senternya menari-nari di dinding labirin. Mencari-cari sosok misterius yang dilihatnya tadi. “Aku melihat sosok makhluk seperti manusia tapi merangkak! Tubuhnya berwarna hitam legam.”
    “Aku yakin ini bukan sekadar labirin biasa, namun laboratorium rahasia di bawah tanah. Entah apa lagi yang mereka ciptakan dari evatoxin.” Inspektur Anton mulai bergerak menjauhi kandang berjeruji itu.
    Inspektur Anton mengingat-ingat peta labirin yang ada dalam kepalanya. Jika perhitungannya benar, di ujung lorong itu ia akan sampai di sebuah cabang pertigaan lorong.
    Kemudian bunyi menggeram terdengar dari beberapa arah di sekeliling mereka. Bunyi menggeram yang terdengar seperti hewan buas.
    “Kita harus cepat menuju keluar dari bungker ini. Aku yakin sisa anggota King Cobra telah dibunuh oleh makhluk ini,” ujar Inspektur Anton.
    Dugaan Inspektur Anton benar. Tidak jauh di ujung lorong itu ia mendapati ceceran darah. Darah segar. Dan sebuah potongan tubuh! Nampak ada yang mencabik-cabik potongan tubuh itu hingga seperti kertas yang dirobek dengan mudah!
    “Awasi sekeliling Ghost,” ujar Inspektur Anton setengah berbisik.
    Mereka berjalan beriringan menelusuri lorong terakhir dari huruf di peta labirin yang bertuliskan A.R.N.E.S. Hingga sampai di pertigaan lorong. Kali ini mereka terperangah melihat instalasi laboratorium yang berada di bungker itu. Berbagai spesimen hewan berbentuk aneh berada di tabung dengan cairan kental. Mereka masih dapat mengenali sosok manusia yang berada di dalam tabung itu.
    Inspektur Anton berdecak tak percaya melihat papan yang berisi foto-foto berikut nama dan keterangannya. Foto-foto dari wajah manusia yang telah terkena evatoxin itu. Nampaknya ada yang menyebarkan evatoxin di Pulau Badai sehingga memaksa para ilmuwan untuk mengisolasi para korban. Anehnya, para korban yang tak dapat selamat malah dijadikan percobaan!
    “Aku tak percaya Arnes terlibat dalam masalah ini!” Inspektur Anton nampak geram.
    “Kayaknya Arnes yang bertanggung jawab dalam merancang labirin dan bungker ini. Walau begitu nampaknya ia tak terlibat dalam kegiatan di dalam laboratorium ini,” timpal Ghost.
    “Iya, tapi setidaknya ia mengetahui rahasia yang ada di bawah Pulau Badai ini….” Inspektur Anton berhenti berkata-kata ketika kembali mendengar geraman.
    “Kau tau kenapa laboratorium ini kosong Ghost?” tanya Inspektur Anton.
    Ghost hanya menggeleng-geleng.
    “Karena para ilmuwan itu telah keluar dari bungker ketika menyadari adanya penyusup.” Inspektur Anton menunjukkan gelas termos yang masih hangat berada di meja kerja dalam laboratorium itu.
    “Ya, mungkin mereka keluar dari bungker ketika mendengar bunyi ledakan yang menewaskan King Cobra tadi,” ujar Ghost.
    “Dan nampaknya bukan hanya alasan itu saja….” Inspektur Anton mulai membidik ketika melihat sosok makhluk hitam legam yang merangkak ke arahnya. Cairan hitam kental menetes berjatuhan ke lantai di setiap langkah makhluk itu. Kuku-kuku jarinya yang tajam dan panjang menggores lantai.
    Bunyi tembakan terdengar dari senapan milik Ghost. Peluru dari senapan menghantam tubuh makhluk itu. Namun, Ghost terperangah karena pelurunya tak berarti apapun bagi makhluk itu. Luka di tubuh makhluk itu menutup kembali dengan cepat.
    “Lari Ghost!” seru Inspektur Anton.
    Namun, Ghost masih memberikan tembakan dengan sengit ketika makhluk lain mulai berdatangan ke tempat itu. Bunyi senapan menarik perhatian mereka.
    Inspektur Anton menuju lorong yang sempit demi mengecoh makhluk itu. Ghost mengikutinya dari belakang sembari terus memuntahkan peluru dari senapan serbunya.
    Puluhan makhluk ekseperimen mengepung Inspektur Anton dan Ghost dari semua lorong. Tak ada jalan keluar dan tak ada jalan kembali.
    Inspektur Anton mulai membidik dan ikut menembaki makhluk itu. Namun, mereka malah makin membuat makhluk itu murka.
    Ketika dalam keadaan terdesak. Inspektur Anton tak sengaja memasuki sebuah lorong yang buntu. Di sana nampak sebuah mobil listrik yang disediakan untuk para ilmuwan di dalam laboratorium itu.
    “Kita selamat Ghost! Masuk ke mobil listrik!” seru Inspektur Anton membuka pintu mobil dan membanting pintunya. Ghost mengikutinya.
    “Kau yang setir, aku yang menembak!” seru Ghost.
    “Oke!” seru Inspektur Anton menarik kopling dan menyalakan mesin listrik. Mobil listrik itu berdengung. Untuk beberapa lama tak bergerak.
    “Sial! Apa baterainya habis?” tanya Ghost yang kewalahan menahan makhluk yang mengepung mobil itu.
    “Entahlah, indikatornya masih menyala.” Inspektur Anton masih memeriksa sambungan kabel yang berada di dasbor. Ia membongkar dasbor dengan belatinya. Ia pernah membongkar dasbor mobil listrik yang disewanya demi memeriksa apakah ada peledak di dalamnya atau tidak. Sejak terkena serangan bom mobil beberapa waktu lalu, ia mulai waspada.
    “Mungkin itu sebabnya ilmuwan itu tak menggunakan mobil ini!” seru Ghost. Ia mulai menembak satu tembakan demi satu tembakan demi menghemat amunisi yang mulai menipis.
    Apakah Inspektur Anton dan Ghost dapat selamat dari laboratorium itu?
    Pilihannya hanya ada dua: keluar hidup-hidup dengan mobil listrik itu atau tewas dalam kepungan makhluk eksperimen yang kebal peluru!

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience