Rate

FILE 58: Melacak Jejak Hantu

Mystery & Detective Series 649

Lagipula terowongan itu berbentuk labirin
demi mencegah penyusup yang tak berkepentingan

    JEJAK berdarah itu masih berada di koridor ketika Inspektur Anton mengolah TKP penembakan yang terjadi semalam. Ia tak dapat menginterogasi korban dari King Cobra yang masih koma di rumah sakit. Apalagi ternyata polisi malah mencari sniper misterius yang memuntahkan peluru dari gedung seberang. Meski telah mengetahui sniper yang melindunginya, namun Inspektur Anton tak memberi informasi apapun tentang Ghost kepada kepolisian setempat.
    Inspektur Anton mengambil sampel darah di koridor. Ada beberapa titik darah yang ditengarai berasal dari beberapa orang berbeda. Karena itu ia mengambil sampel darah dengan cotton bud lalu memasukkan ke plastik obat kemudian mengirimnya ke laboratorium untuk dilakukan tes DNA.
    Siang itu tes DNA sudah selesai diterima. Jejak darah ditemukan di koridor adalah milik empat orang yang berbeda.
    Inspektur Anton bersama polisi juga memeriksa selongsong peluru dan proyektil yang berada di koridor. Proyektil yang ditemukan di koridor adalah berasal dari sniper, sedangkan proyektil yang bersarang di gedung sebelah berasal dari senapan serbu yang digunakan pelaku penyerangan.
    Kamera CCTV juga menangkap rekaman mobil van hitam yang melewati areal hotel. Rekaman di areal laboratorium juga menunjukkan jenis mobil yang sama. Karena itu polisi melakukan sweeping di jalan untuk mencari jejak mobil itu, namun sia-sia. Mobil itu seperti disembunyikan di suatu tempat di Pulau Badai. Inspektur Anton masih berusaha mengumpulkan rekaman CCTV dari seluruh titik di Pulau Badai demi melacak keberadaan mobil van itu. Namun, masih belum membuahkan hasil. Seolah mobil itu ditelan bumi di Pulau Badai.
    “Tinggal satu tempat yang belum diperiksa yaitu bungker di Pulau Badai,” ujar Inspektur Anton. “Aku pernah mendengar bahwa pulau ini memiliki ruang bawah tanah untuk berlindung dari badai atau serangan nuklir?”
    “Ya, memang ada bungker itu ada di bawah pulau ini. Juga terowongan air untuk menghindari banjir atau luapan tsunami,” jawab polisi itu.
    “Jadi, kapan kita bisa memeriksa ke sana?”
    “Harus memiliki ijin. Lagipula terowongan itu berbentuk labirin demi mencegah penyusup yang tak berkepentingan." Polisi itu tersenyum kecut.
    “Duh, labirin ya.” Inspektur Anton membayangkan labirin dengan banyak lorong.
    “Oya, saya ingin bertanya hubungan Anda dengan sniper itu. Nampaknya sniper itu hendak melindungi Anda?” tanya polisi itu memicingkan mata.
    Inspektur Anton berusaha mencari alasan yang tepat tanpa bertindak mencurigakan. “Nampaknya komplotan ini memiliki banyak musuh. Sudah berapa banyak korban yang sudah jatuh akibat mereka?”
    Polisi itu terdiam. Namun, pandangannya masih menyiratkan kecurigaan.
    “Bagaimana kalau kita periksa gedung sebelah?” tanya Inspektur Anton.
    “Sudah ada petugas yang memeriksa kamar sniper itu. Namun, tak menemukan apapun.”
    “Apapun? Anda yakin?”
    “Ya, kalau mau cek lagi silakan.” Polisi itu memberi tanda untuk mengikutinya.
    Tak sulit menemukan kamar yang dihuni oleh hantu bernama Ghost. Karena di jendelanya penuh dengan lubang peluru dari tembakan balasan komplotan King Cobra. Kaca jendela nampak pecah dan bingkainya tak berbentuk karena lubang peluru.
    Sesampai di kamar itu, kondisinya seperti kapal pecah. Entah polisi yang melakukannya atau Ghost sengaja mengobrak-abrik kamarnya sendiri untuk menutupi jejaknya sendiri.
    Lubang-lubang peluru nampak membekas di tembok ruangan itu. Melalui jendela yang pecah, Inspektur Anton dapat melihat ke arah gedung di seberang. Ia menduga dari jendela itu Ghost mengawasinya selama ini. Hantu itu cukup berhati-hati karena tak ditemukan selongsong sniper di ruangan itu.
    “Apakah polisi yang mengambil selongsong yang berada di kamar ini?”
    “Tadi teman saya melaporkan tidak ditemukan apapun di kamar ini, bahkan selongsong yang ditembakkan sniper itu tidak ada satupun.”
    “Hmmm … jadi kita melacak hantu,” gumam Inspektur Anton.
    “Hantu? Anda bercanda?” Polisi itu tersenyum mengejek. “Cepat atau lambat hantu itu pasti akan memperlihatkan ekornya.”
    “Anda yakin?”
    Polisi itu tak menjawab.
    Jadi ke mana perginya hantu itu kali ini? Inspektur Anton bertanya-tanya dalam batin.
    Bunyi radio dua arah menyita perhatian Inspektur Anton dan polisi itu. Untuk beberapa lama polisi itu mendapat panggilan dari temannya.
    “Ada apa?” tanya Inspektur Anton.
    “Mereka menemukan hantu itu.”
    Inspektur Anton nampak terheran-heran. “Apa mereka berhasil menangkapnya?”
    “Tentu, sekarang sedang dibawa ke kantor polisi.”
    Inspektur Anton tak percaya bahwa Ghost bisa tertangkap semudah itu. Namun, ia harus menyelidiki sendiri apa yang telah terjadi di lapangan. Apakah Ghost sengaja menyerahkan diri? Tapi untuk apa?
    “Boleh saya melihat hantunya?” tanya Inspektur Anton.
    “Oh, silakan. Mari ikut saya.”
    Inspektur Anton keluar dari kamar mengikuti polisi itu dengan berbagai pertanyaan yang mengganggunya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience