Rate

FILE 51: The Drone

Mystery & Detective Series 649

Di dunia virtual reality di mana kabel-kabel jadi urat nadinya, panca inderanya ada di dunia tiga dimensi, dan berinteraksi dengan AI atau kecerdasan buatan.

    “JADI saya harap penyelidikan Anda jangan dilanjutkan lagi. Kasus di sini adalah wewenang kami. Kami yang bertugas sekarang. Kami akan menginterogasi beberapa warga di sekitar sini,” ujar polisi yang memeriksa Inspektur Anton itu.
    “Ya, tapi jika butuh bantuan sumbangan pikiran, saya siap.” Inspektur Anton baru selesai memberikan kesaksian tentang tiga kasus yang melibatkan dirinya, yang pertama kasus di dalam laboratorium, yang kedua kasus pembakaran dan yang ketiga kasus bom mobil yang diarahkan kepada dirinya. Bersama Faril yang menjadi saksi kebakaran tempat game Nebula di mana pemuda itu bekerja. Ia membawa bukti-bukti foto penyebab kebakaran di pusat game Nebula, namun pelaku masih tak diketahui identitasnya. Ditengarai pelaku menyaru sebagai pengunjung pusat game Nebula yang pada waktu itu hendak mengadakan even kompetisi game.
    “Terima kasih. Kami juga akan mengawal dan melindungi Anda selama berada di pulau ini. Dan jika keadaan makin mengancam Anda, lebih baik persiapkan untuk pulang.”
    “Baik, terima kasih.”
    Inspektur Anton segera naik ke dalam patroli polisi diikuti Faril. Di pelataran, polisi yang menangani kasusnya masih mengawasinya.
    Ketika mobil patroli itu yang ditumpangi Inspektur Anton sudah agak jauh. Tidak lama kemudian mobil patroli lain membuntuti di belakang.
    Inspektur Anton menyadari bahwa mobilnya diikuti dari belakang. Ia merasa aman mendapat perlindungan dan pengawasan dari kepolisian setempat. Sekaligus merasa tidak bebas lagi melakukan penyelidikan.
    Mobil patroli itu perlahan melambat di tengah-tengah taman umum.
    “Ada apa pak? Apa ada yang rusak?” tanya Inspektur Anton kepada dua polisi yang berada di jok depan.
    ”Ah, nggak, cuman mau ke toilet. Kalian di dalam sini bentar,” ujar polisi itu sembari keluar dari pintu depan mobil. Rekannya yang lain ikut keluar mobil. Mereka berjalan menjauhi mobil patroli menuju ke toilet umum yang berada di tengah taman kota itu.
    “Kalau begitu hati-hati di jalan,” ujar Inspektur Anton. Polisi yang keluar dari mobil itu hanya memberi tanda dengan lambaian tangan.
    Taman kota itu nampak sepi. Siang hari itu tak ada satupun kendaraan yang lewati di jalan yang membelah taman kota itu. Lalu lalang kendaraan nampak di seberang taman karena merupakan jalan besar.
    Perasaan Inspektur Anton mulai tak nyaman.
    Bunyi mendengung membuat Inspektur Anton memasang telinga. Kali ini bukan bunyi dengungan lebah yang biasanya didengarnya.
    “Hei, kau dengar itu?” tanya Inspektur Anton kepada Faril.
    “Ya, tentu. Bunyi seperti itu biasanya drone.”
    “Drone?” tanya Inspektur Anton heran, kemudian ia bergegas membuka pintu mobil. “Cepat keluar!”
    “Ada apa inspektur?” Faril memandang heran. Ia beringsut demi keluar dari jok belakang.
    “Sedari tadi drone itu mengikuti kita.” Inspektur Anton mengamati drone yang terbang rendah dan menuju ke arah mobil patroli itu. Ia tak melihat petugas polisi yang tadi menuju toilet umum, seakan mereka telah pergi dari tempat itu atau bersembunyi di suatu tempat. Ia juga tak melihat tanda-tanda mobil patroli yang tadi mengikuti dari belakang.
    “Cepat lari!” seru Inspektur Anton.
    Drone itu menukik tajam ke arah Inspektur Anton dan Faril yang berlari menghindar. Asap putih mulai mendesis dari mesin drone itu.
    “Berpencar!” seru Inspektur Anton. Ia mengambil jalan kanan masuk ke taman itu, sedangkan Faril menuju ke arah kiri.
    Strategi Inspektur Anton berhasil. Drone itu berputar-putar kehilangan arah lalu percikan api meledakkan mesin drone itu. Serpihan debris tajam melesat ke segala arah memakai peluru shotgun, mencabik benda apapun yang dilewatinya. Kulit kayu dan semak belukar hancur tercabik serpihan tajam itu. Beruntung Inspektur Anton dan Faril telah berada di balik pepohonan taman yang rapat. Sehingga serpihan tajam terhalang batang-batang pepohonan.
    Untuk beberapa lama tak ada suara. Faril dan Inspektur Anton masih mengawasi keadaan sembari berlindung di balik pohon. Bunyi decit ban mobil terdengar dari kejauhan. Nampaknya mobil polisi itu tengah mencari mereka. Derum mesin mobil melewati taman itu tanpa berhenti.
    Kemudian Inspektur Anton mencabut revolver dari sarung kulit di ikat pinggangnya, lalu menuju ke tempat berlindung Faril.
    “Hei, kau baik-baik saja?” tanya Inspektur Anton ketika mendapati Faril masih bersembunyi di balik pohon.
    “Ya….” Wajah Faril nampak pucat pasi.
    “Ayo, kita menuju jalan utama dan naik kendaraan umum.”
    “Bagaimana dengan polisi itu?” tanya Faril.
    “Nampaknya kita telah bertemu dengan oknum.”
    Faril mengikuti inspektur polisi itu keluar dari rimbunan pohon di taman kota. Di jalan utama mereka bertemu dengan kendaraan bus listrik, transportasi umum di Pulau Badai. Tak banyak penumpang di dalamnya. Bus listrik itu bergerak otomatis tanpa supir. Penumpang hanya perlu memasukkan lembar uang yang akan segera dideteksi dan memilih tujuan mereka dengan layar sentuh yang ada di dasbor bus dekat pintu masuk.
    “Jadi, sekarang polisi juga terlibat?” tanya Faril.
    “Ya, oknum polisi. Aku masih belum tau yang mana yang telah menggiring kita ke drone itu. Sekarang sebaiknya menghindar dari polisi dan memakai penyamaran.”
    “Ini tidak semudah bermain game.”
    “Hah, tentu saja.” Kemudian Inspektur Anton menyadari sesuatu. “Apa drone itu juga ada di game Blizzard?”
    “Ya, tentu saja. Bahkan drone di game itu bisa memuntahkan peluru tajam.”
    Inspektur Anton kemudian terdiam dan merasa pengetahuannya belum cukup tentang game.apalagi game Blizzard.
    Kemudian keduanya terdiam. Sementara bus listrik itu membawa mereka ke hotel tempat menginap. Inspektur Anton berharap tak terjadi apa-apa dengan Selfi. Ataukah hanya dirinya yang diincar?
***
    “Radio Aurora FM, di seratus delapan poin sembilan … Frekuensi agak bergeser karena ada perbaikan teknis … Perbaikan perangkat penyiaran sudah delapan puluh lima persen … sebentar lagi sobat muda akan lebih maksimal menangkap gelombang … Semoga siaran kita lebih baik lagi.…”

    Sayup-sayup terdengar suara frekuensi radio. Mengganggu tidur Inspektur Anton di malam itu. Berbeda dengan Selfi yang nampak begitu pulas tertidur.
    Namun, inspektur itu tak sendirian. Faril yang tidur di sofa juga tak bisa tidur.
    Faril mengenyahkan bayangan mengerikan yang dialaminya ketika terjebak di dalam gedung yang terbakar. Beberapa luka bakar ringan di bahu dan tengkuknya sudah pulih. Walau bekas tak mungkin membuatnya kulitnya seperti semula. Bayangan maut yang berada di ruangan yang terbakar dengan kepulan asap itu masih menari-nari dalam benaknya. Seolah ia kembali berada di tempat itu.
    Frekuensi radio masih menyiarkan musik malam hingga menjelang tengah malam itu. Tidak seperti stasiun radio lain yang siap dengan siaran dua puluh empat jam. Suara-suara frekuensi mengganggu tidur Inspektur Anton yang tak nyenyak.
    Angin malam berhembus menghantarkan butiran hujan yang jatuh dari awan hitam yang berarak tinggi di langit.
    Faril memutuskan untuk bangun dan memainkan game Blizzard secara online. Ia mencolokkan headset agar tak mengganggu pasangan inspektur dan reporter itu. Dalam benaknya penuh tanda tanya. Rahasia apa yang sebenarnya ada di dalam game Blizzard itu? Sehingga para penyerangnya memakai taktik seperti yang ada di dalam game?
    Sambungan koneksi internet di malam itu lancar. Game Blizzard nampak masih proses loading menampilkan halaman awal. Untuk beberapa lama Faril menelusuri peta-peta yang ada di dalam game itu. Sub misi dan cerita yang ada di dalamnya. Termasuk dokumen-dokumen rahasia yang telah bocor ke publik. Karena tak memiliki pengetahuan pembanding ia tak menemukan apapun. Ia menyangka kunci kasus itu ada pada ilmuwan yang telah tewas ditembak di laboratorium itu. Kebetulan ilmuwan muda itu juga memainkan game Blizzard.
    Siapa yang menginspirasi siapa? Tanya Faril dalam batin.
    Di ruang chat game Blizzard, ia mencari-cari nama Ghost, dan menemukan banyak nama itu dipakai oleh pemain yang sedang online. “Oke, ada player bernama Ghost666, Ghostbusters, 13Ghost, Ghosick, Ghostsquad, apaan sih,” gumamnya dalam hati merasa pesimis dapat mencari salah satu pelaku di dalam game itu. Tipe para pemain di dalam game bermacam-macam, ada yang kalem, ada yang pendendam, ada yang perusuh, ada yang penengah, ada yang pembimbing adapula provokator. Dari pemain pemula yang hanya iseng-iseng bermain game dengan istilah newbie sampai pemain game pro yang bagai hidup di dunia VR atau virtual reality di mana kabel-kabel jadi urat nadinya, panca inderanya ada di dunia tiga dimensi, dan berinteraksi dengan AI atau kecerdasan buatan. Seperti manusia yang tak terlepas dari gadget-nya, ponsel, media jejaring, dunia maya itu. Adalah cerminan dari hardware dan software alam semesta, yang dikendalikan oleh Tuhan. Data-data dalam superkomputer dan hard drive alam semesta akan selalu bertambah, dinamis, dan berkembang sampai batas waktunya akan diformat ulang. Siapa yang mengendalikan siapa? Bagai drone yang dikendalikan manusia dan manusia dikendalikan oleh takdir dan nasib.
    Ya, manusia berusaha menciptakan dunia tiruan dengan kebahagiaan tiruan, dunia maya, impian, prasangka, harapan, yang melengkapi dunia nyata dengan istilah artificial happines? Kebahagiaan buatan. Seperti sugesti, visi, misi, kesadaran semu yang berada di puncak gunung es dari kenyataan sebenarnya tersembunyi alam bawah sadar. Manusia menciptakan dunia dalam kepala mereka sendiri. Dengan ide-ide yang ditanam, doktrin, kebiasaan, adat, budaya, persepsi, inception. Karena dunia terbentuk dari dalam setiap kepala manusia yang berbeda-beda daya pikirnya, daya imajinasinya. Manusia yang membentuk dunia di luar sana dari dalam kepala mereka sendiri yang terdiri dari sembilan puluh persen imajinasi; kulit luar, desain, arsitektur, warna, gambar, chasing, penampilan belaka, visi dan sisanya logika dan misi. Kenyataan yang tersembunyi dalam kulit manusia seperti tulang tengkorak yang terbalut kulit. Jika wajah bisa selalu tersenyum, tapi siapa yang bisa membaca kedalaman hati manusia? Hantu sebenarnya ada di dalam kepala manusia, yang tertutup cangkang egonya, kenyataan yang tersembunyi di dalam kulit luar, ghost in the shell. Kita tak akan pernah bisa merasakan yang makhluk lain rasakan kecuali masuk ke dalam kulitnya, masuk ke dalam kepalanya, melihat sepertinya, merasakan seperti apa yang orang lain rasakan, dan berpikir dari sudut pandangnya.
    Namun, ia merasa ada yang mengawasinya entah di game itu, atau dari luar sana. Atau hanya perasaannya saja?
***
    Ghost tak terkejut dengan serangan drone itu. Ia sudah menduga ketika melihat Inspektur Anton dibawa dengan mobil patroli dengan pengawasan. Ia juga tak terkejut ketika kamarnya diobrak-abrik penyusup. Ia yang telah merencanakan itu semua. Menggunakan kamar lain sebagai umpan dan dugaannya benar. Untuk sementara tempatnya aman karena King Cobra memakan umpan yang salah. Ia menyebarkan umpan di chat game online Blizzard bahwa ada orang aneh yang menggunakan teleskop di dekat kamar hotelnya. Tanpa diduga, ada yang merespon dan seperti dugaannya, kamar jebakan itu diobrak-abrik penyusup.
    Namun, cepat atau lambat tempatnya pun pasti akan terlacak. Apalagi game itu terkoneksi dengan internet yang dapat melacak posisinya.
    Ghost juga telah memprediksi serangan drone itu. Karena itu ia membawa senapan runduknya ke mana-mana. Walau harus menyembunyikan ransel di tempat-tempat aman sebelum membawa atau menggunakannya.
    Waktu mengawasi Inspektur Anton yang tengah berada di kantor polisi sebagai saksi dari tiga kasus, ia menjaga jarak. Seperti cara kerja King Cobra yang selalu menyusup ke sistem aparat. Ketika, inspektur dibawa dengan mobil patroli awalnya ia tak percaya mereka akan melakukan gerakan yang berani seperti itu. Dari tempatnya ia telah mendeteksi drone dengan gerak-gerik tak biasa. Drone itu telah mengawasi Inspektur Anton sejak masuk ke dalam kantor polisi. Untuk menghemat daya bertengger di atap gedung sebelum memulai kembali aksinya.
    King Cobra menggunakan jenis drone yang sama seperti di dalam game Blizzard. Drone yang mampu dilengkapi kamera, pendeteksi panas, bahkan dilengkapi peledak daya ledak rendah atau low explosive dengan debris. Karena yang berbahaya justru pecahan debrisnya seperti kekuatan peluru shotgun.
    Malam itu Ghost tengah online di game Blizzard. Ia menggunakan nama yang lain, namun tetap memberi petunjuk keberadaan dirinya di game itu. Selama online di game itu ia telah mencatat identitas King Cobra yang telah menyusup dan mencuri informasi dari game itu.
    Ghost juga telah mengenal identitas Faril, pemilik game center yang terbakar itu. Jika pengetahuan milik Faril disatukan dengan pengetahuan milik Inspektur Anton, maka mereka dapat memecahkan kasus sebenarnya yang terjadi di Pulau Badai. Awalnya ia hendak menunggu mereka berkolaborasi. Tapi, nampaknya ia harus melakukan gerakan agar Faril menyadari bahwa Inspektur Anton memiliki bagian kunci penting dari kasus itu. Ia hanya memerlukan cara agar Faril dan Inspektur Anton mendapat petunjuknya atau jika terpaksa ia akan menemui mereka. Ya, cepat atau lambat.
    Bisakah, seorang gamer, seorang inspektur, dan seorang assassin mengungkap misteri game Blizzard dan kasus di Pulau Badai?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience