Rate

FILE 42: Law is Blind

Mystery & Detective Series 649

  “KARENA terus menerus didesak, saksi Sigit Haryono menyetujui permintaan dan bersedia membantu untuk menghabisi korban dengan cara menjadikan korban sebagai tersangka dalam perkara korupsi oleh KPKN (Komisi Pemberantasan Korupsi Nasional), menjadikan korban sebagai korban perampokan yang akan dilakukan oleh TKI (orang-orang yang tidak bekerja di Indonesia) dengan tujuan untuk menghabisi korban, kemudian saksi Sigit Haryono menyampaikan kepada terdakwa akan mengusahakan orang yang bisa menghabisi korban melalui saksi reserse Wizardi Wizard. Setelah itu saksi Sigit Haryono menghubungi saksi reserse Wizardi Wizard dan menyampaikan permasalahan yang dihadapi terdakwa serta keinginan terdakwa untuk menghabisi korban, apabila berhasil mewujudkan keinginan tersebut, maka terdakwa akan membicarakan promosi kenaikan pangkat dan jabatannya kepada atasannya.”

    Ghost merasa mendengar sebagian rencana pelaku yang sebenarnya dari fakta-fakta surat dakwaan yang dibacakan oleh jaksa penuntut umum atau JPU.

    “Selanjutnya akhir bulan Januari 2016, terdakwa dipertemukan oleh saksi Sigit Haryono dengan saksi seorang reserse Wizardi Wizard di Jalan Pati Unus Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Setelah bertemu, terdakwa menyampaikan teror yang dialami dirinya dan keluarga kepada saksi Sigit Haryono dan saksi reserse Wizardi Wizard, kemudian meminta saksi reserse Wizardi Wizard untuk menyelesaikan teror yang dilakukan korban terhadap dirinya dan keluarganya dengan cara menghabisi korban.
    Maka saksi Sigit Haryono akan mempersiapkan dana operasional untuk mewujudkan pekerjaan tersebut. Mendengar keluhan dan permintaan tersebut, sebaliknya saksi reserse Wizardi Wizard menyampaikan keinginannya agar terdakwa membicarakan kemungkinan kenaikan pangkat dan jabatan kepada atasani. Dengan adanya harapan serta peluang promosi jabatan, saksi reserse Wizardi Wizard mengatakan, “Siap mengamankan”.
    Hasil pertemuan itu disepakati terdakwa akan membicarakan kemungkinan kenaikan pangkat dan jabatan saksi reserse Wizardi Wizard dengan saksi reserse Wizardi Wizard akan mencari orang yang bisa menghabisi korban, guna menghentikan ancaman dan teror yang dilakukannya terhadap terdakwa.
    Sesuai kesepakatan terdakwa memberikan foto korban, foto mobil, alamat rumah dan alamat kantor korban kepada saksi reserse Wizardi Wizard yang diserahkan oleh saksi Sigit Haryono yang seblumnya diterima dari tim yang dibentuk dari kesatuan reserse yang diketuai Khairul.
    Bahwa setelah menerima foto korban, foto mobil, alamat rumah dan kantor korban dari terdakwa dan adanya janji dari terdakwa yang akan membicarakan promosi pangkat dan jabatannya serta janji saksi Sigit Haryono memberikan dana operasional menghabisi korban, selanjutnya pada tanggal 1 Februari 2016 saksi reserse Wizardi Wizard menghubungi dan mendatangi saksi Jeri Herman di kantornya di Kedoya Raya Pesing Koneng Jakarta Barat. Pada pertemuan tersebut, saksi reserse Wizardi Wizard menyerahkan 1 (satu) lembar kertas HVS yang ada di gambar foto seorang laki-Iaki yang di bawahnya bertuliskan nama korban Nazrudin Zulfikar beserta alamat lengkap rumah dan kantornya dan 1 (satu) lembar kertas HVS bergambar mobil BMW warna Silver dengan plat nomor Polisi B 999 E, selanjutnya meminta bantuan saksi Jeri Herman untuk mencarikan seseorang yang dapat menghabisi nyawa korban karena orang tersebut sangat berbahaya bagi negara dan misi tersebut merupakan tugas negara.”

    Ya, ini adalah tugas negara … ya, tugas negara….
    Suara itu seperti yang didengar oleh para saksi. Juga seperti yang didengar Ghost beserta rekan-rekannya ketika hendak memulai aksi tingkat tinggi mereka.
    Tidak luput juga dr. Watsen juga mendengarnya.

    “Menyikapi permintaan tersebut pada malam itu juga saksi Jeri Herman menghubungi dan meminta saksi Edward Rinaldi alias Edi untuk bersedia bertemu dengan saksi reserse Wizardi Wizard serta datang ke rumahnya di komplek Perumahan Permata Buana Blok 13 Kembangan Jakarta Barat, ketika bertemu saksi Jeri Herman memperlihatkan foto yang diterimanya dari saksi reserse Wizardi Wizard menyampaikan ada tugas negara dan sangat rahasia yaitu mengenalkan seseorang yang dapat menghabisi nyawa seorang laki-Iaki yang fotonya ada pada kertas HVS sambil menunjukkan foto yang diterimanya dari saksi reserse Wizardi Wizard.”

    Mantan reserse Wizardi Wizard hanya dapat menghela napas mendengar surat dakwaan itu.

    ”Setelah pembicaraan tersebut saksi Edward Rinaldi alias Edi meninggalkan rumah saksi Jeri Herman. Lalu menghubungi saksi Hendrik Walah Alias Hendrik dan menyampaikan adanya orderan untuk menghilangkan nyawa korban.
    Keesokan harinya pada tanggal 2 Februari 2016 sekira pukul 19.00 Wib saksi reserse Wizardi Wizard, saksi Jeri Herman dan saksi Edward Rinaldi alias Edi bertemu di café Arena Bowling Ancol Jakarta Utara. Pada pertemuan tersebut saksi Jeri Herman kembali meminta saksi Edward alias Edi agar mencari orang guna menghabisi korban yang fotonya pernah ditunjukannya karena membahayakan keamanan negara sambil menyerahkan amplop warna coklat berisi 2 (dua) lembar foto yang dicetak di atas kertas HVS yaitu: foto korban Nazrudin Zulfikar beserta alamat lengkap rumah dan kantornya dan foto mobil BMW warna silver dengan plat nomor Polisi B 999 E.
    Pada kesempatan itu saksi reserse Wizardi Wizard juga menjelaskan hal yang sama kepada saksi Edward alias Edi untuk melaksanakan atau menyelesaikan tugas Negara tersebut menjelang Pemilu Legislatif karena membahayakan Negara. Dan meminta mengenalkan kepada seseorang yang dapat melaksanakan tugas menghabisi nyawa korban.
    Setelah pertemuan saksi Edward alias Edi menemui saksi Hendrik Walah yang telah menunggu di parkiran mobil kemudian menyerahkan amplop besar warna coklat sambil mengatakan pekerjaan yang akan dilakukan menyangkut tugas Negara yaitu menghabisi orang yang ada fotonya di dalam amplop coklat tersebut karena membahayakan keamanan Negara dan nanti akan disediakan sarana serta uang operasional untuk memperlancar pekerjaan tersebut.”

    Ini untuk keamanan negara … kau dengar Ghost?
    Ini untuk keamanan negara … camkan itu!
    Ini membahayakan keamanan negara ….
    Jika tidak segera dihabisi, negara dalam bahaya
    Right or wrong, this is my country ... paham Ghost? Benar atau salah, ini tetap negaramu. Gak usah banyak tanya tentang yang salah dan benar, ini tugas negara. Tugas ya harus dilaksanakan. Dan kau masih bertanya kenapa hukum itu buta? Dan keadilan? Tidak ada yang bisa adil, bahkan Tuhan sekalipun menciptakan berbagai ukuran yang berbeda. Kau paham Ghost? Kita hidup dengan hukum rimba, siapa yang kuat dan berkuasa dialah yang menang. Semua bisa dibeli, semua bisa diatur. Mereka yang lebih pintar selalu angkuh, bernafsu besar, impian besar, pengorbanan besar, pembangunan besar juga kehancuran besar, sistem yang besar, keruntuhan besar, berada di rantai teratas seperti pemangsa. Ingat itu Ghost ... tak ada manusia suci, semua munafik, tak ada yang bebas, karena itulah kita sujud kepada kekuasaan di atas kita, rantai perintah, hirarki ... Kau tunduk kepada perintahku ... Sekarang sadarlah, bangunlah dari kesemuan, buanglah omong kosong, hadapi kenyataan, jangan jadi pengecut seperti para pemimpi ... Kau budakku sekarang ... perbudakan modern akan selalu ada bahkan di masa depan ... semua menjual jiwa dan tubuh mereka untuk urusan perut dan yang dibawahnya....

    Suara itu seperti diulang-ulang dalam kepala Ghost. Suara yang penuh hasutan. Otaknya seperti dicuci dan didoktrin selama pelatihan sebagai pasukan khusus. Egonya direnggut dan identitasnya dilenyapkan, menjadi mesin perintah yang sempurna. Robot dengan virus ide yang tak akan hilang dari kepalanya. Terngiang-ngiang dan tidak bisa lenyap. Kejadian masa lalu pun berkelebat dalam kepalanya. Waktu itu ia menerobos hujan untuk sampai ke tempat latihan penembakan. Sebuah patung manekin yang bertanda sebagai target ditempatkan di dalam mobil yang bergerak dengan jendela terbuka. Sopir yang menyetir mobil itu tidak pernah biasa mendengar bunyi tembakan.
    Perlahan bayangan itu lenyap dan Ghost kembali duduk di antara warga yang menonton di tengah sidang. Dirinya merasa telah tercerahkan setelah diperalat oleh sistem. Sekarang ia berusaha menghirup udara bebas.

    “Karena terdakwa masih terus diteror oleh Terdakwa, pada bulan Februari 2016 itu juga terdakwa mengirim SMS kepada korban yang isinya “Maaf Mas masalah ini yang tahu hanya kita berdua. Kalau sampai ter-blow up tahu konsekuensinya.” Kemudian SMS itu diperlihatkan korban kepada saksi Elza Imel dan saksi Jefri Lumew.
    Selanjutnya pada awal bulan Maret 2016 saksi reserse Wizardi Wizard menemui aksi Sigit Haryono di Kantor Pers Indonesia Merdeka Jalan Kerinci VIII Kebayoran Baru Jakarta Selatan untuk meminta dana operasional demi melaksanakan niat menghabisi nyawa korban sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
    Permintaan tersebut saksi Sigit Haryo Wibisono menugaskan saksi Setia Wahyuda menyerahkan dana sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) kepada saksi reserse Wizardi Wizard, namun sebelum menyerahkan uang saksi Sigit Haryono memberitahukan lebih dahulu kepada terdakwa via telepon dan mengatakan bahwa ia akan menyerahkan uang operasional kepada saksi reserse Wizardi Wizard sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan uang tersebut adalah sebagai pinjaman yang harus dikembalikan lagi dan terdakwa menjawab “Nanti akan dicarikan gantinya”.
    Setelah menerima dana operasional sebesar Rp. 500.000.000,- (Iima ratus juta rupiah) saksi reserse Wizardi Wizard menemui saksi Edward alias Edi di pelataran Lobby Cilandak Town Square (CITOS) lalu menyerahkan uang sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk biaya operasionaI.
    Pada malam itu juga saksi Edward alias Edi menyerahkan uang operasional menghabisi korban sebesar Rp. 500.000.000 (Iima ratus juta rupiah) kepada saksi Hendrik Walah di Mc Donal Tebet dan menugaskan agar segera menghabisi korban namun uang yang diambil hanya sebesar Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) saja.

    Hendrik Walah masih merasakan nyeri di sekujur tubuhnya. Namun, ia cukup terhibur mendengar surat dakwaan itu. Mana mungkin dirinya menolak uang? Ia tidak pernah memegang uang sebanyak itu.

    “Setelah menyerahkan uang sebanyak Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) saksi Edward alias Edi mengatakan kepada saksi Hendrik Walah alias Hendrik harus bertanggung jawab melaksanakan tugas menghabisi korban.
    Untuk memastikan tugas menghabisi korban sudah dijalankan atau belum, saksi reserse Wizardi Wizard menghubungi saksi Edward alias Edi dan mengajak bertemu di ruang kerjanya. Pada pertemuan tersebut saksi reserse Wizardi Wizard kembali menegaskan bahwa tugas menghabisi korban benar-benar tugas negara dan pelaksanaannya jangan sampai lewat Pemilu Legislatif tahun depan karena akan sia-sia serta akan meledak sebab menyangkut keamanan negara dan menegaskan supaya saksi Edward alias Edi tidak usah khawatir karena semua itu sudah diatur dan diamankan, bila pekerjaan ini berhasil maka pangkat dan karirnya akan naik.
    Sebaliknya saksi Edward alias Edi mengatakan bahwa dana opersional yang telah diterimanya sudah diserahkan kepada seorang pelaksana di Iapangan.
    Setelah menerima uang operasional sebesar Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah) saksi Hendrik alias Hendrik menghubungi dan mengajak saksi Fransis alias Frans, saksi Hari Santo, saksi Dani Saban untuk menghabisi nyawa korban dengan dalih pekerjaan tersebut adalah tugas Negara dan korban adalah orang yang membahayakan keamanan negara. Bila berhasil maka saksi Fransis memperoleh imbalan sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), saksi Hari Santos akan memperoleh imbalan sebesar Rp.70.000.000 (tujuh puluh juta rupiah) dan saksi Dani Saban akan memperoleh imbalan sebesar Rp. 75.000.000 (tujuh puluh lima juta rupiah), atas ajakan tersebut mereka bersedia untuk menghabisi nyawa korban.”

    Dani Saban menelan ludah pahit. Begitu pula rekannya, Hari Santos. Dua orang yang mengendarai sepeda motor itu hanya dijanjikan sejumlah uang besar. Namun, apa yang mereka dapatkan tak lebih dari rasa nyeri dan uang untuk makan dan bensin, tidak lebih. Mereka direkrut dari anggota King Cobra yang memiliki skill paling bawah.
***
    Selfi tak memedulikan ajakan Denara untuk mendengar berita penyidikan di pengadilan demi bahan acara berikutnya. Ia juga masih belum siap tampil kembali di layar kaca. Meski begitu Denara tetap mengajaknya untuk kembali tampil sebagai host di program acara Fakta dan Kriminal. Namun, beberapa kali Selfi kehilangan fokus dari naskah yang dibacanya.
    "Hei, ada apa? Wajahmu nampak pucat. Lebih baik pulang dulu, aku bukan anak kecil yang setiap detik harus dijaga.” Inspektur Anton berusaha menenangkan Selfi. “Besok aku sudah boleh pulang sepertinya. Obat jalan, jadi kau bisa menungguku sesukamu.”
    Selfi berusaha tersenyum. Perkataan itu membuatnya lebih tenang. Hanya kasih sayang dan cinta yang masih membuatnya tegar. Walau begitu, selalu saja ada kegundahan.
    Bisakah dirinya mengatasi tekanan jadwal yang padat di program acara Fakta dan Kriminal? Sembari meluangkan waktunya untuk tunangannya itu?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience