Rate

FILE 72: Honey Moon ?

Mystery & Detective Series 649

Inspektur Anton memandang curiga.
“Pihak sekolah berusaha agar berita itu tak menyebar.
Beberapa hari lalu telah terjadi kasus aneh di sekolah internasional itu.”

    MOBIL listrik yang dikemudikan Inspektur Anton melaju di lorong labirin tanpa hambatan berarti. Ia sampai di ujung lorong yang terhubung dengan pintu rahasia lain.
    Karena tidak mengetahui kodenya, inspektur itu terpaksa mencari cara lain. Setelah menurunkan Ghost dari dalam mobil listrik. Inspektur Anton membuka pintu
rahasia secara paksa dengan menabrakkan mobil listrik itu. Bunyi berderak yang nyaring terdengar bersamaan dengan pintu yang terpentang terbuka. Beruntung sabuk pengaman menahan tubuh Inspektur Anton. Badan mobil listrik itu terbuat dari titanium hingga tak mengalami kerusakan yang berarti.
    Setelah pintu terbuka, Inspektur Anton baru menyadari bahwa dirinya berada di tengah-tengah lapangan basket yang kosong. Tempat yang pernah diperiksanya ketika menyelidiki titik hilang van hitam itu di peta digital dan melalui kamera CCTV. Inspektur Anton masuk kembali ke dalam pintu lorong demi mengeluarkan Ghost.
    Sebuah suara erangan tertahan terdengar. Di sana nampak Ghost sudah sadar dari pingsannya. Namun, pria itu masih nampak meringis kesakitan.
    “Lebih baik kubawa kau ke rumah sakit,” ujar Inspektur Anton.
    “Membawaku ke rumah sakit sama saja bunuh diri. Aku akan mudah ditangkap jika berada di sana.” Ghost berusaha sendiri keluar dari pintu labirin itu.
    “Kalau begitu kami akan merawatmu di dalam laboratorium,” bujuk Inspektur Anton masih berusaha menawarkan pertolongan.
    “Terima kasih inspektur. Aku sudah dilatih untuk ini. Bahkan jika tidak ada yang seorang pun yang menolong.” Ghost membebat lukanya dengan robekan kain jaketnya.
    Bunyi sirine dari kejauhan mulai sayup-sayup terdengar.
    “Kita harus segera pergi dari sini Ghost,” ujar Inspektur Anton. Ia memapah Ghost kembali ke dalam mobil listrik.
    Ghost duduk di jok belakang. Pria tangguh itu sesekali meringis kesakitan.
    Inspektur Anton tau ia tak akan pergi jauh dengan kondisi mobil listrik seperti itu. Akan menyita banyak perhatian. Karena itu ia mengantar Ghost ke tempat pria itu bersembuyi di atas bukit. Ia hanya mengetahui arah bukit di sekitar laboratorium itu. Namun, tak mengetahui tepatnya di mana persembunyian Ghost berada. Ia pernah melihat isyarat cahaya dari bukit melalui jendela kamar laboratorium. Dan pernah mengirim pesan morse kepada Ghost. Namun, ia tak pernah sekalipun mendatangi tempat persembunyian Ghost.
    Sesampai di atas bukit. Ghost beranjak dari jok dan mengingatkan inspektur polisi itu. “Jangan terlalu dekat inspektur. Di sana ada ranjau.”
    “Oh, ya, beruntung kau mengatakannya.” Inspektur Anton menghentikan mobil listrik di lereng bukit. “Aku akan segera kembali mengantarkan obat-obatan.”
    “Aku bawa kotak P3K di dalam mobil,” ujar Ghost.
    Inspektur Anton berusaha membantu Ghost naik ke atas bukit. Pria itu berhati-hati menaiki lereng bukit. Sesekali ia menunjuk sensor laser yang terhubung dengan ranjau. Agar inspektur itu mengingatnya ketika hendak turun dari bukit.
    Sesampai di tempat persembunyian Ghost. Pria itu nampak hendak mengobati dirinya sendiri. Maka Inspektur Anton berusaha membantunya mengobati luka-luka di sekujur tubuhnya.
    “Mungkin aku harus jadi kelinci percobaan juga inspektur,” ujar Ghost masih sempat bercanda. “Agar bisa segera memulihkan luka.”
    “Hah, kau tak akan sanggup jika berada di ambang kematian. Aku berharap waktu itu mati seketika daripada hidup dengan rasa sakit yang membuatku hanya merasakan kepalaku saja.” Inspektur Anton selesai membantu membebat perban di tubuh Ghost. Ia beranjak demi memeriksa laboratorium.
    Bunyi sirine yang terdengar sayup-sayup dari arah laboratorium membuat inspektur itu penasaran. Maka ia mengambil teleskop dari senapan runduk milik Ghost dan meneropong ke kejauhan.
    Di sana nampak cahaya dari sirine. Mobil ambulan dan polisi nampak berada di sekitar kerumunan orang-orang yang berada di sekitar laboratorium.
    Apa yang terjadi? Batin Inspektur Anton. Ia berharap tidak terjadi hal yang buruk menimpa Selfi dan Faril. Ia tak berharap ada serangan balasan dari komplotan lain ke laboratorium. Memang tak mudah membersihkan sisa-sisa anak buah King Cobra karena sudah menyusup ke beberapa instansi di kepolisian dan rumah sakit.
    “Ghost aku akan membawakan makanan untukmu.” Inspektur Anton bergegas melangkah meninggalkan Ghost yang beristirahat di atas matras di dalam tendanya. “Ada yang terjadi di laboratorium. Aku harus memeriksa ke sana.”
    “Oke inspektur! Hati-hati! Aku akan berusaha segera pulih!” seru Ghost dari dalam tenda.
    Inspektur Anton berhati-hati ketika turun dari lereng bukit. Melewati jalur aman yang ditunjukkan Ghost. Menghindari sensor laser dan ranjau yang ditanam di sana.
    Mobil listrik yang ditumpangi Inspektur Anton kembali membawanya ke arah laboratorium. Agar tak menyita perhatian ia menghentikan mobilnya jauh dari
areal laboratorium. Menyembunyikan mobil listrik itu ke dalam semak belukar di sekitar taman yang mengelilingi laboratorium.
    Inspektur Anton melanjutkan pergi ke dalam laboratorium dengan berjalan kaki. Ia melewati petugas medis dan polisi yang tengah berada di TKP.
    “Apa yang terjadi?” tanya Inspektur Anton kepada seorang polisi yang masih berjaga-jaga di sana.
    “Ada dua orang anggota King Cobra yang menyamar sebagai polisi. Anehnya mereka tewas oleh evatoxin.” Polisi itu mengamati penampilan Inspektur Anton yang agak kusut. “Anda dari mana saja inspektur?”
    “Saya … dari pergi memancing. Kalau gitu saya tunggu hasil penyelidikan kalian,” ujar Inspektur Anton berusaha menyembunyikan keterkejutannya. Dugaannya benar. Masih ada sisa anggota King Cobra yang menyusup ke dalam instansi tertentu.
    Inspektur Anton bergegas masuk ke dalam laboratorium. Ia hendak menuju ke dalam kamar. Namun, sesampai di sana tak menemukan seorang pun. Karena itu lantas ia menuju ke ruang rekreasi dan menemukan Selfi, Ela dan Faril berkumpul di sana. Mereka
tengah mengawasi proses evakuasi kedua mayat yang terkena evatoxin.
    “Hei, apa yang terjadi di sini?” tanya Inspektur Anton.
    Wajah Selfi yang semula nampak cemas, berubah ceria seketika ketika menyadari kedatangan inspektur itu. Ia mendekat dan memeluk inspektur itu erat-erat.
    “Aku kira … kau … telah,” isak Selfi tiba-tiba berubah seperti anak-anak di depan inspektur polisi itu.
    Inspektur Anton jadi salah tingkah karena dilihat Faril dan Ela.
    “Ya, udah selesai sekarang. Aku dan Ghost berhasil mengejar komplotan King Cobra sampai ke dalam bungker.” Inspektur Anton menepuk-nepuk bahu tunangannya demi menenangkannya.
    “Jadi, kalian udah berhasil melenyapkan King Cobra dari Pulau Badai?” tanya Ela.
    “Bagaimana bentuk labirin itu?” tanya Faril ikut-ikutan.
    “Pertanyaan kalian akan dijawab satu per satu … setelah kita istirahat ya,” ujar Inspektur Anton sembari membelai rambut Selfi yang acak-acakan. Ia hendak mengecup kening gadis itu demi menenangkannya, namun ia mengurungkan niatnya karena masih diawasi Ela dan Faril.
    “Sepertinya malam ini aku tak bisa tidur nyenyak,” ujar Selfi.
    “Apa yang terjadi?” tanya Inspektur Anton.
    “Tadi … aku telah membunuh dua orang anggota King Cobra dengan keringat yang ada di kedua tanganku. Hanya di kedua jemariku yang keringatnya mengandung evatoxin. Seperti terkena paru-paru basah,” Selfi berkata dengan datar. Ia tak menyangka setelah kejadian itu bayangan pria yang ambruk menghantui dirinya.
    “Kedua oknum petugas itu hendak membawa kita ke kantor polisi. Tapi, kupikir itu hanya alasan palsu demi menghabisi kita di luar laboratorim,” ujar Ela membela Selfi. Kemudian ia menunjukkan bekas lebam akibat tamparan seorang petugas di pipinya. “Seorang dari polisi gadungan itu menamparku.”
    Inspektur Anton menghela napas, lega bercampur cemas. Lega karena Selfi dan teman-temannya dapat lolos dari tangkapan King Cobra. Dan cemas, karena ia tak tau siapa lagi oknum yang berkomplot dengan King Cobra.
    “Ya, lebih baik kita menenangkan diri dulu. Kalian istirahatlah. Aku masih akan mengantarkan makanan dan obat-obatan kepada Ghost yang sedang terluka.”
    Inspektur Anton menarik tangan Selfi yang mengenakan sarung tangan. “Kau juga harus istirahat dan melupakan kejadian ini, yah, walau sulit melupakannya.”
    “Kami tak mengatakan apapun ke polisi. Kami hanya mengatakan kalau menemukan petugas polisi gadungan yang terkena evatoxin,” ujar Faril.
    “Iya, dan aku mengatakan bahwa mereka telah bertransaksi evatoxin kemudian terkena racun itu. Aku menaruh plastik obat yang dilumuri evatoxin agar Selfi bisa terbebas dari tuduhan pembunuhan,” imbuh Ela mulai angkat bicara.
    “Saya berterima kasih banyak kepada kalian. Karena kalian telah berhasil melindungi orang-orang terdekat dari komplotan King Cobra.” Inspektur Anton berusaha menampakkan senyum kemenangan demi menunjukkan rasa terima kasihnya.
    Mereka beranjak dari ruang rekreasi dan menuju ke kamar untuk istirahat. Sementara kerumunan polisi dan petugas medis bersama para warga yang menonton proses evakuasi di luar laboratorium mulai terurai.
    Bunyi sirine terdengar menjauh dari laboratorium itu. Perlahan suasana kembali damai dan tenang. Tapi, untuk berapa lama? Tak seorang pun yang mengetahuinya.
    Setelah mengantarkan makanan dan obat-obatan, Inspektur Anton masih bercakap-cakap dengan Ghost. Mereka merencanakan untuk segera pergi dari Pulau Badai sebelum penyelidikan polisi mengarah kepada mereka.
    “Aku akan mengemas barang dan memesan tiket. Bagaimana denganmu, Ghost?” tanya Inspektur Anton.
    “Ya, aku juga akan segera pergi dari Pulau Badai. Belum ada tujuan pasti tapi,” Ghost nampak menghabiskan masakan yang dibuat Selfi.
    “Hei, ini enak. Tunanganmu pintar memasak ya. Kau beruntung Inspektur.”
    “Terima kasih Ghost. Kami berencana ke Situbondo untuk menyiapkan acara pernikahan.”
    “Merencanakan bulan madu ke mana?” tanya Ghost sembari tersenyum. Senyum pertama kali yang ditampakkannya kepada Inspektur Anton.
    “Entahlah, mungkin ke luar negeri atau di tempat wisata di Indonesia saja juga tak kalah indah dan unik.” Inspektur Anton senang melihat Ghost mulai pulih lahir batin.
    “Oke, kabari keadaanmu ya.” Inspektur Anton bergegas pergi dari tempat persembunyian Ghost.
***
    Beberapa hari kemudian

    Inspektur Anton dan Selfi sudah berada di bandara Pulau Badai. Faril dan Ela mengantarkan mereka dan membantu membawakan kopor.
    “Eh, kalian gak usah repot begini,” ujar Selfi mengambil alih kopor yang dibawa oleh Faril dan tas yang dibawakan Ela dari dalam bagasi mobil listrik.
    Selama menunggu jadwal keberangkatan yang tinggal setengah jam lagi. Inspektur Anton menelepon Ghost demi mengetahui keadaannya.
    “Halo, ada di mana sekarang?” tanya Inspektur Anton.
    “Hi, inspektur … aku sekarang menginap di rumah kontrakan Faril. Aku hendak memulihkan kondisi tubuhku sebelum keluar dari Pulau Badai.”
    “Oh, begitu ya … kok aku gak dikabari kau berada di rumah kontrakan Faril?”
    “Ya, sengaja inspektur … agar tak mengganggu keberangkatan kalian,” ujar Ghost melalui sambungan ponsel itu.
    “Oke Ghost. Semoga lekas sembuh ya.”
    “Siap inspektur … semoga perjalanannya lancar.”
    Sambungan ponsel itu berakhir. Kemudian Inspektur Anton menoleh ke arah Faril. “Hei, kok kalian gak bilang kalau Ghost menginap di rumah kontrakanmu?”
    “Iya, inspektur maaf … Ghost aman karena ia menyamar menjadi petugas kebersihan di sekolah internasional. Adikku yang merekomendasikannya. Kebetulan ada lowongan cleaning service di sekolah itu.”
    “Loh, jadi Ghost sudah sembuh? Kok jadi petugas kebersihan sih?" tanya Selfi heran.
    "Ya, kan memang keahlian Ghost menyamar jadi apa saja," timpal Faril.
    "Pasti ada hal yang kalian sembunyikan deh?” Inspektur Anton memandang curiga.
    “Pihak sekolah berusaha agar berita itu tak menyebar. Beberapa hari lalu telah terjadi kasus aneh di sekolah internasional itu. Siswa ditemukan tewas tanpa sebab," beber Faril.
    “Tewas tanpa sebab?” Dahi Inspektur Anton berkerut.
    “Ya, dan Ghost tengah menyelidikinya sekarang. Ia menduga ada komplotan King Cobra di balik kasus itu.” Faril menjelaskan dengan lancar.
    Inspektur Anton dan Selfi hanya dapat saling pandang.
    Dalam hati, Inspektur Anton masih keberatan meninggalkan Pulau Badai jika Ghost masih saja mengejar sisa komplotan King Cobra. "Kenapa kalian tak menceritakannya sebelum aku bersiap berangkat? Sengaja?"
    “Ghost berpesan kepada kalian tak usah cemas. Jika kangen memecahkan kasus, Ghost akan mengirimkan data-data kasus itu kepada Inspektur Anton.”
    “Ya …, Ghost masih membutuhkan bantuan orang-orang yang bisa dipercaya,” ujar Inspektur Anton memandang tak percaya kepada Faril yang menyimpan rahasia darinya.
    “Hey, jadi berangkat inspektur?” tanya Selfi dengan suara penuh penekanan semberi menggamit lengan tunangannya itu.
    “Eh, iya. Iya, kita akan berangkat. Nanti kalian kabar-kabari ya. Hubungi aku lewat ponsel. Acara pernikahan dan bulan madu pasti akan membosanakan tanpa kasus.” Inspektur Anton nampak salah tingkah.
    Selfi diam-diam mencubit lengan inspektur itu keras-keras.
    “Aduh!” Inspektur Anton tersenyum melihat Selfi yang nampak bersungut-sungut.
    Kelakuan Inspektur Anton dan Selfi membuat Ela dan Faril tertawa. Untuk beberapa saat suasana ceria sebelum kepergian Inspektur Anton dan Selfi dengan pesawat yang sudah bersiap berangkat.
    Seperti apa acara pernikahan dan bulan madu pasangan detektif itu jika tanpa kasus yang biasa mereka hadapi?
    Bisakah Ghost mengungkap kasus di sekolah internasional di Pulau Badai itu? Dan memecahkan kasus dengan Inspektur Anton yang dipisah jarak dan waktu?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience